Kombatan (combatant) adalah orang-orang yang berhak ikut serta secara langsung
dalam pertempuran atau medan peperangan.
Dalam tulisan lain dari blog ini telah diuraikan dasar Hukum Humaniter mengenai prinsip pembedaan (distinction principle), guna mengetahui siapa sajakah yang disebut kombatan.Kombatan, apabila tertangkap pihak musuh, akan dianggap sebagai tawanan perang (prisoner of war) dan berhak untuk diperlakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi Jenewa III tahun 1949. Agar lebih jelas, maka berikut disebutkan kembali siapa saja yang dapat dianggap sebagai kombatan : 1. 2. 3. 4.
Angkatan Bersenjata resmi (reguler) dari suatu negara
Milisi dan Korps Sukarela Levee en masse Gerakan perlawanan yang terorganisir (Organize Resistance Movement), seperti yang dikenal dengan sebutan : guerillas, partisans, maquisard, freedom fighters, insurgent, sandinistas, peshmergars, panjsheries, mujahideen, motariks, contras, muchachos, khmer rouge / liberation tiger, mau-mau, fedayins, dan sebagainya.[1] Perlu ditegaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan non-kombatan adalah anggota Angkatan Bersenjata yang tidak ikut bertugas di garis depan medan pertempuran. Mereka sebenarnya juga kombatan. Hukum kemanusiaan internasional, hukum humaniter internasional (HHI), yang sering kali juga disebut sebagai hukum konflik bersenjata (bahasa Inggris: international humanitarian law), adalah batang tubuh hukum yang mencakup Konvensi Jenewa dan Konvensi Den Haag beserta perjanjianperjanjian, yurisprudensi, dan hukum kebiasaan internasional yang mengikutinya.[1] HHI menetapkan perilaku dan tanggung jawab negara-negara yang berperang, negara-negara netral, dan individuindividu yang terlibat peperangan, yaitu terhadap satu sama lain dan terhadap orang-orang yang dilindungi, biasanya berarti orang sipil. HHI adalah wajib bagi negara yang terikat oleh perjanjian-perjanjian yang relevan dalam hukum tersebut. Ada juga sejumlah aturan perang tak tertulis yang merupakan kebiasaan, yang banyak di antaranya dieksplorasi dalam Pengadilan Perang Nuremberg. Dalam pengertian yang diperluas, aturan-aturan tak tertulis ini juga menetapkan sejumlah hak permisif serta sejumlah larangan perilaku bagi negara-negara yang berperang bila mereka berurusan dengan pasukan yang tidak reguler atau dengan pihak non-penandatangan. Pelanggaran hukum kemanusiaan internasional disebut kejahatan perang.