Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor yang saat ini mulai
berkembang pesat di Indonesia. Sektor industri juga saat ini
menjadi sektor yang cukup penting dalam perekonomian di
Indonesia. Salah satu sektor industri adalah pabrik sepatu.
Dewasa

ini,

penduduk

Indonesia

mengalami

pertumbuhan

penduduk yang pesat dan pertumbuhan penduduk berbanding


lurus dengan permintaan barang maupun jasa, tak terkecuali
permintaan sepatu. Semakin bertambahnya penduduk Indonesia
berarti semakin bertambahnya permintaan sepatu.
Dalam pembuatan sepatu proses pengerjaannya bertahap
dimulai dari pembuatan pola, pemotongan pola, pengeleman,
ataupun

proses

menjahit

sampai

pelapisan

sepatu

dan

pengepakan hingga pada akhirnya pada proses pemasaran. Lem


yang digunakan dalam pembuatan sepatu dibagi menjadi dua
yaitu: lem kuning dan lem putih (Didin, 2007). Semakin
berkembangnya permintaan sepatu maka pabrik pun akan
meningkatkan

produksi

sepatu

dan

hal

itu

menyebabkan

penggunaan lem semakin meningkat.


Berdasarkan

penelitian

yang

dihasilkan

oleh

Hendra

menyatakan bahwa terdapat pelarut organik dalam lem berupa


toluena lebih dari 70% dan pelarut benzena sekitar 1-2%
(Hendra,2008). Benzena merupakan pelarut solven yang sangat
baik untuk lateks karet. Oleh sebab itu penggunaan lem yang
mengandung benzena pada industri sepatu semakin meningkat.
Tidak adanya pengendalian terhadap paparan zat kimia
tersebut ditambah dengan faktor resiko lain yang terdapat di
industri

sepatu

maka

tidak

menutup

kemungkinan

dapat

mengakibatkan

gangguan

kesehatan

pada

pekerja

industri

sepatu tersebut. Gangguan kesehatan tersebut salah satunya


adalah gangguan kesehatan reproduksi.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi?
2. Apa saja faktor resiko pekerja di industri sepatu?
3. Bagaimana hubungan antara konsentrasi benzena di industri sepatu dengan
gangguan reproduksi pekerjanya?
4. Bagaimana solusi dan upaya pencegahan dampak benzena di indutri
sepatu?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi.
2. Untuk mengetahui faktor resiko pekerja industri sepatu.
3. Untuk mengetahui hubungan konsentrasi benzena di industri sepatu
dengan gangguan reproduksi pekerjanya.
4. Untuk mengetahui solusi dan upaya pencegahan dampak benzena di
tempat kerja.
d. Manfaat
1. Dapat mengetahui tentang hubungan konsetrasi benzena dengan gangguan
reproduksi pekerja.
2. Dapat mengetahui solusi dan upaya pencegahan dampak benzena di
tempat kerja
3. Dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pekerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kesehatan Reproduksi
Definisi sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna fisik, mental, dan
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut hasil
ICPD/Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (KIPP) 1994
di Kairo, kesehatan reproduksi adalah kondisi sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala
hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi reproduksi. Sehingga
kesehatan reproduksi mencakup 2 hal, yaitu:

Kondisi ketika proses reproduksi tercapai dalam situasi kes

ehatan fisik, mental dan sosial yang sempurna


Tidak hanya terbebas dari penyakit atau gangguan selam
a proses reproduksi
Jadi dapat dikatakan fungsi reproduksi sehat jika tidak ada

kelainan secara anatomi dan fisiologi pada organ reproduksi,


mempunyai landasan psikis yang memadai, terbebas dari
kelainan atau penyakit yang secara langsung mengenai organ
reproduksinya , dan dapat melewati kehamilan dengan aman.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
adalah

Faktor sosio ekonomi demografi, meliputi kemiskinan,


pendidikan rendah, akses informasi kurang, lokasi tempat
tinggal terpencil

Faktor budaya dan lingkungan, meliputi praktek-praktek


tradisional, mitos, info yang membingungkan

Faktor psikologis, meliputi brken home, depresi karena


ketidakseimbangan hormonal, harga diri

Faktor biologis, meliputi cacat sejak lahir, cacat pada


saluran reproduksi akibat hal-hal tertentu

b. Kesehatan Reproduksi Pekerja


Bekerja merupakan aktivitas yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
dengan maksud menghasilkan upah/gaji/laba/penghasilan, baik berupa barang
maupun jasa. Di dalam bekerja banyak bidang pekejaan yang dilakukan seperti
di bidang pertanian, perikanan, kelautan, industri dan masih banyak lagi. Lakilaki maupun perepmpuan mempunyai hak dalam bekerja tapi harus ada
peraturan perlindungan kespro pekerja, bahan primer untuk melindungi pekerja
(pria & wanita) dari kemungkinan gangguan fungsi reproduksinya. Peraturan
ini meliputi peraturan dasar, peraturan perundang-undangan dan peraturan
pemerintah:

UU 1 tahun 1951
-

Pasal 10 menegaskan :
Pekerjaan dilakukan 7 jam sehari/ 40 jam per minggu, Pekerjaan
pada malam hari/ pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan
keselamatan tidak boleh lebih dari 6 jam sehari/ 35 jam
seminggu,Bekerja 4 jam terus menerus harus diberikan istirahat jam

Pasal 13 menegaskan:
Pekerja wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama
dan kedua waktu haid (utamanya), Cuti hamil/ melahirkan selama 3
bulan (1 bln sebelum kelahiran & 2 bln setelah kelahiran),Pekerja
wanita yang masih menyusui harus diperkenankan menyusui anaknya
pada jam kerja

UU No. 3 Tahun 1992


-

Pasal 16 menegaskan:
Tenaga kerja, suami/ istri dan anak berhak memperoleh jaminan
pemeliharaan kesehatan yang meliputi rawat jalan, inap, pemeriksaan
kehamilan, persalinan, pelayanan khusus dan gawat darurat

Peraturan Pemerintah No.4 /1951

Mengatur tata cara pemberitahuan cuti haid dan permohonan cuti


hamil yang dianggap sebagai hari kera dengan upah penuh dan
kesempatan menyusui anak
Dalam bekerja pekerja wanita sangat beresiko mengalami gangguan
kesehatan reproduksi, karena adanya ketidakserasian antara kapasitas &
stamina fisik serta psikis pekerja dengan beban kerja dan kondisi lingkungan
kerja seperti:
-

Gangguan haid
Gangguan kehamilan dan persalinan
Gangguan menyusui
Gangguan pemakaian alat KB
Tapi para pekerja berhak mendapatkan fasilitas dan sarana perlindungan

kespro pekerja dengan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan fisik & mental
pekerja setinggi-tingginya seperti:
-

Fasilitas pelayanan kesehatan


Klinik perusahaan

Administrasi kesehatan guna perlindungan Kespro

c. Faktor Resiko Pekerja di Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja adalah tempat di mana

pekerja

melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja tidak


terlepas dari hazard atau bahaya yang merupakan sumber
potensi

kerusakan

atau

situasi

yang

berpotensi

untuk

menimbulkan kerugian. Hazard reproduksi adalah zat yang


mempengaruhi kemampuan untuk memiliki anak yang sehat.
Radiasi reproduksi, bahan kimia, obat-obatan, rokok, dan
panas adalah contoh dari bahaya reproduksi. Jenis hazard
reproduksi contohnya adalah agen fisik; radiasi pengion,
nonionizing radiasi, terminal visual display, pekerjaan fisik,
panas dan agen kimia berupa zat kimia berbahaya; timbal,
benzena, kadmium.

BAB III
PEMBAHASAN
a.

Identifikasi Masalah dan Analisis Data


Industri sepatu merupakan salah satu sektor industri yang telah

berkembang di Indonesia sejak tahun 1980-an dan hingga kini pemerintah terus
memacu industri sepatu yang mampu menyerap tenaga kerja massal.
Pengembangan industri sepatu ini seiring dengan meningkatnya ekspor sepatu dan
pangsa pasar sepatu produk tanah air di pasar global. Industri sepatu menyumbang
lapangan kerja sebanyak 643 ribu orang yang setara dengan 4,21% dari tenaga
kerja industri manufaktur. Setidaknya ada sekitar 980.000 unit usaha kecil dan
menengah (UKM) yang menekuni industri ini dengan tenaga kerja sebanyak
490.000.
Saat ini sudah banyak industri sepatu yang sudah menggunakan mesin
dalam proses produksinya, akan tetapi sepatu buatan tangan (hand made shoes)
tetap dianggap sebagai produk kualitas terbaik. Proses pembuatan sepatu dengan
tangan ini dapat menimbulkan risiko kesehatan akibat pajanan bahan berbahaya
selama proes produksi dan salah satunya dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan reproduksi pada pekerja. Proses produksi pembuatan sepatu dimulai
dengan proses memotong, mengelem, menjahit, mewarnai, dan melapisi sepatu.
Kegiatan yang paling berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja
adalah pada saat tahap pengeleman. Dalam beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pajanan beberapa pelarut
organik dengan penyakit tertentu pada pekerja. Sebagian besar pelarut yang
digunakan dalam industri sepatu adalah pelarut organik yang mudah menguap.
Lem berbasis cairan pelarut, pencair lem (primer), cairan pembersih dan bahan
kimia lainnya kemungkinan menyebabkan bahaya kesehatan salah satunya
kesehatan reproduksi bagi pekerja. Meskipun mengandung banyak zat berbahaya,
penggunaan lem dalam pembuatan sepatu merupakan hal yang tidak bisa
dihindari. Lem merupakan bahan yang sangat penting dalam proses produksi
sepatu yang didalamnya terkandung senyawa organic volatile (diantaranya
benzena, toluen dan xylen). Kandungan benzene di dalam lem diketahui mencapai
6

2% sedangkan kandungan toluene mencapai 70%. Senyawa benzene, toluen, dan


xylen termasuk kedalam golongan VOC (Volatile Organic Compound) yang
mudah menguap pada suhu kamar sehingga memungkinkan untuk terhisap oleh
para pekerja dan menimbulkan efek bagi kesehatan.
Dalam proses produksi sepatu zat-zat berbahaya yang terkandung dalam
lem seperti benzene, toluene, dan xylen mauk kedalam tubuh melalui inhalasi,
kulit dan jarang sekali melalui oral kecuali tertelan bersama makanan atau batang
rokok yang terkontaminasi menempel pada bibir akibat personal hygiene yang
tidak baik pada pekerja. Melalui data dibawah ini dapat diketahui konsentrasi uap
benzene, toluene, dan xylen yang terdapat di udara pada tempat kerja yang di
dapat dari penelitian pada beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor.
Tabel 1. Konsentrasi uap benzene, toluene, dan xylene di tempat kerja

Bengkel
H (1)
H (2)
Al
Ag
Ja (1)
Ja (2)
Uj
Rerata
Kisaran

Konsentrasi

CER (ppm)
Benzene
0.68
0.81
0.90
0.75
3.29
2.19
1.18
1.40
0,68 3,29

Toluene
11.07
91.47
53.07
79.21
141.94
147.36
10.51
76,38
10,51 147,36

Campuran
Xylene
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01

1.90
6.19
4.45
5.46
13.68
11.75
2.89
6.62
1,90 13,68

Hasil analisis sampel udara di ketujuh titik sampling memperlihatkan


adanya pajanan uap benzene dan toluene di semua industri sepatu yang dijadikan
sampel, namun tidak utuk xylene. Hampir semua sampel udar kerja yang
dianalisis mengandung uap benzene lebih dari 0,5 ppm di atas konsentrasi yang
direkomendaikan oleh ACGIH (American Conference of Government Industrial
Hygiene). Sedangkan 5 dari 7 tempat kerja mengandung toluene lebih dari 20 ppm
melebihi batas yang direkomendasian ACGIH. Analisis dari table di atas

menunjukkan konsentrasi campuran benzene dan toluene di semua industri sepatu


telah melewati nilai ambang batasnya.
Selama proses produksi sepatu atau pemakan lem yang mengandung
benzena, maka konsentrasi benzena di udara akan semakin meningkat. Terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko pajanan benzena
pada pekerja bengkel :
1. Penyimpanan
Bahan yang mengandung benzena sebagai pelarut (seperti lem)
harus disimpan dalam

wadah

yang

aman

dan

jauh

dari

jangkauan anak-anak. Hal ini dikarenakan benzena mempunyai


bau manis yang disukai anak-anak dan dapat menimbulkan efek
mabuk (euforia), karena banyak terdapat kasus anak-anak yang
sengaja menghirup uap lem untuk menimbulkan efek mabuk.
Penyimpanan harus dilakukan dalam wadah yang tertutup rapat.
2. Ventilasi
Adanya ventilasi di ruangan akan menyebabkan aliran udara
mengalir dengan lancar, hal ini karena benzena merupakan zat
yang mudah menguap. Apabila ventilasi dalam ruangan bagus,
maka pajanan terhadap manusia bisa dikurangi.
3. Penggunaan alat pelindung diri
Pakaian pelindung harus dikenakan untuk melindungi kulit dari
kontak dengan benzena

dan

mengurangi

inhalasi

benzena.

Pelindung yang direkomendasikan adalah sarung tangan, sepatu


karet, celemek, bahkan masker udara. Pakaian pelindung bahan
kimia harus dipilih yang dapat mengatasi pajanan benzena
selama 8 jam.
4. Asap rokok
Rokok
sebagiannya

mengandung
merupakan

hampir

4000

zat berbahaya.

zat

Seperti

kimia

dan

aminobifenil,

benzo(a)pirena, toluena, dan benzena yang dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit dan kanker. Pada fasa uap, asap rokok
mengandung

karbon

toluena, amonia,

monoksida,

karbon

formaldehida,

dioksida, benzena,

hydrogen

sianida,

N-

nitrosodietilamin, dan lain-lain.


Komponen-komponen tersebut dapat pula diklasifikasikan
menurut

aktivitas biologisnya,

yaitu

asphyxiants,

pengiritasi,

siliatoksin, mutagen, karsinogen, inhibitor enzim, neurotoksin atau


komponen farmakologi aktif (IPCS, 2000).
Zat-zat kimia yang terkandung dalam lem pada proses produksi sepatu
dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Efek kesehatan akut yang umum terjadi akibat pajanan pelarut
organik yang terkandung dalam lem tersebut adalah gangguan sistem saraf pusat
(SSP). Bila terpajan dalam jangka pendek, hampir semua pelarut organik yang
terkandung dalam lem dapat menimbulkan efek depresi sistem saraf pusat. Dalam
dosis rendah efek depresi SSP ditandai dengan gejala mual, muntah, pusing dan
sakit kepala. Bila terpajan dalam dosis yang tinggi gejala yang muncul berupa
gemetar yang sangat mengganggu (tremor) , lemah atau lemas, tekanan darah
yang labil, sakit kepala (berat), serangan pusing secara tiba-tiba, vertigo, muntah,
dehidrasi dan keasaman darah meningkat hingga kematian. Efek kronik pada
pajanan pelarut organik dapat merusak sistem organ tertentu, misalnya sistem
reproduksi, sistem syaraf, penurunan parameter hematologi, sistem pernafasan dan
sistem endokrin.
Pelarut organik yang terkandung dalam lem tersebut dapat menyebabkan
gangguan reproduksi pada pekerja laki-laki maupun perempuan meskipun pekerja
perempuan lebih beresiko untuk mengalami gangguan reproduksi. Zat-zat kimia
berbahaya yang digunakan sebagai pelarut dalam lem tersebut dapat mengganggu
jalannya

proses

biologis

dalam

sistem

reproduksi

laki-laki

dan

perempuan.Toksisitas zat kimia berbahaya tersebut dapat bekerj langsung di


sistem saraf pusat untuk mengubah sekresi hormone misalnya sintesis steroid.
Akibat yang ditimbulkan oleh efek toksik pada zat-zat kimia berbahaya antara lain
kemandulan, penurunan kesuburan, meningkatnya kematian janin, meningkatnya

kematian bayi, dan emningkatnya angka cacat pada bayi baru lahir. Efek buruk
pada kesehatan reproduksi muncul akibat pajanan zat-zat berbahaya sebelum
pembuahan (pada orang tua), selama kehamilan, atau dari lahir sampai maturasi
seksual.
Dari beberapa zat yang terkandung dalam lem pada proses produksi
sepatu, benzena merupakan zat yang di anggap paling berbahaya dan
menimbulkan banyak dampak bagi kesehatan terutama dampak bagi kesehatan
reprodusi pekerja. Benzene yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolisme
yang utama menjadi benzene epoksida. Di dalam hati, benzene epoksida
merupakan senyawa yang tidak stabil dan akan segera mengalami perubahan
membentuk fenol yang akan dikeluarkan menjadi urin. Oleh karena itu kadar
fenol digunakan sebagai indikator biologic dalam paparan benzene pada tenaga
kerja. Benzena masuk ke dalam tubuh pekerja industri sepatu melalui jalur
inhalasi uap benzene, jalur dermal atau melalui kulit. Absorbsi melalui kulit
terjadi bila ada kontak langsung dengan kulit dan benzene akan terserap melalui
jaringan lemak kulit karena sifat benzene yang lipofilik. Oleh karena itu, personal
higyne pada pekerja di industri sepatu berpengaruh terhadap pajanan benzena
yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Hal ini dapat dilihat pada data yang
diambil dari penelitian pada pekerja bagian pengeleman home industri sandal dan
sepatu di Kota Tasikmalaya yang meniunjukkan terdapat hubungan antara
personal higine pekerja dengan kadar fenol dalam urine.
Tabel 2. Distribusi kadar fenol urine dan kategori praktek personal
hygiene pekerja pengeleman sepatu pada home industri di Tasikmalaya
Variabel
Kadar fenol urin (mg/l)
< 25,00
25,00 49,99
50,00 100,00
>100,00
Total

5,3

19

33,3

28

49,1

12,3

57

100,0

Personal Higiene

10

Kurang
Sedang
Baik
Jumlah

0,0

35

61,4

22

38,6

57

100,0

Dari table diatas dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan
antara hygiene perorangan dengan kadar fenol dalam urine pekerja industri sepatu.
Menurut WHO kadar fenol dalam urin di atas 25 mg/l menunjukkan telah terjadi
paparan benzene. Pengukuran fenol dalam urin merupakan biomarker yang telah
digunakan secara rutin untuk menilai paparan benzene dalam industri.
Efek akut dari pajanan benzene adalah terganggunya organ reproduksi.
Berdasarkan data yang ada, beberapa pekerja wanita yang menghirup benzene
dalam dalam konsentrasi yang tinggi selama bebrapa bulan akan mengalami
gangguan menstruasi dan gangguan indung telur. Pada penelitian toksisitas
terhadap reproduksi dan perkembangan pajanan benzene dalam dosis yang tinggi
dapat memberikan efek terhadap janin pada ibu hamil yaitu berat bayi lahir
rendah, pembentukan tulang terhambat dan kerusakan sumsum tulang belakang.
Selama pekerja terpajan benzene terjadi penurunan parameter hematologi (total
sel darah putih, sel darah merah, platelets dan hematokrit).
Hubungan antara profil darah dengan konsentrasi benzene dapat
ditunjukkan melalui data berikut yang didapat dari hasil uji analisa chi square
yang didapat dari responden yang bekerja sebagai tukang sol, karena pekerja
bagian ini yang paling banyak menggunakan lem sehingga mempunyai resiko
yang lebih besar untuk terpajan senyawa kimia berbahaya.
Tabel 3 . Hasil uji analisa chi-square antara pajanan benzene dengan profil
darah
NO
1
2
3
4

Variabel
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit

Nilai p
0,014
0,5
0,014
0,649

Keterangan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak signifikan

11

5
6
7
8
9
10
11

Hematokrit
MCV
MCH
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eusinofil

0,414
0,5
0,3
0,109
0,083
0,414
0,046

Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Signifikan

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara


konsentrasi benzene pada breathing zone hemoglobin, eritrosit dan juga eusinofil.
Hal ini didga berkaitan dengan sumsum tulang belakang karena pembentukan sel
darah terjadi di sumsum tulang belakang. Benzene dapat menyebabkan kegagalan
sel induk mieloid yang mengakibatkan berkurangnya produksi hemoglobin dan
sel darah merah. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan
mengakibatkan anemia yang dapat berdampak pada kesehatan reproduksi pekerja.
Salah satu dampak yang paling terlihat adalah pada pekerja perempuan yang dapat
menimbulkan gangguan mentruasi dan gangguan pada kehamilan apabila pekerja
perempuan dalam kondisi hamil. Bahkan dampak yang lebih parah akibat pajanan
benzene yaitu dapat mengakibatkan abortus spontan pada ibu hamil.
3.2 Solusi dan Upaya Pencegahan
Gangguan kesehatan terutama gangguan kesehatan reproduksi pada
pekerja di industri sepatu dapat dicegah dan dikurangi dengan beberapa cara.
Salah caranya yaitu dengan mengurangi pajanan zat kimia berbahaya seperti
benzene, toluene, dan xylene dan menutup sumber pajanan tersebut dengan cara
mengenakan masker agar tidak terhirup para pekerja. Mengganti bahan pelarut
lem dalam proses prosuksi sepatu dengan pelarut lainnya yang lebih aman di
banding benzene, toluene, dan xylene juga sangat dianjurkan. Selain itu, cara lain
yang dapat dilakukan yaitu dengan meminimalisasi atau menghindari pajanan
uap dari bahan-bahan yang mengandung zat kimia berbahaya dan meletakkannya
pada ruangan dengan ventilasi yang cukup besar dan pemberian shift kerja agar
meminimalisir lamanya pekerja melakukan kontak langsung dengan bahan-bahan
berbahaya yang telah disebutkan. Khusus untuk ibu hamil dan menyusui yang
masih memungkinkan untuk bekerja, sebisa mungkin tidak diletakkan pada
12

pekerjaan pengeleman agar terhindar dari zat kimia yang membahayakan


janin/bayi dan si ibu.
Personal hygiene yang baik juga sangat diperlukan untuk meminimalisir
efek dari pajanan zat-zat kimia berbahaya yang terdapat pada proses produksi
sepatu. Misalnya mencuci area yang terpajan bahan yang mengandung zat kimia
berbahaya degan sabun dan air, memindahkan atau mengganti pakaian yang
terkena bahan yang mengandung zat

kimia brbahaya (benzene, toluene, dan

xylen). Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum dan seusai
kerja dan juga pada saat sebelum dan sesudah makan. Pemilik atau pengelola
industri sepatu membuat program juga perlu membuat program penyuluhan
kepada para pekerja tentang pentingnya pengadaan dan pengunaan alat pelindung
diri atau APD untuk pemeliharaan tingkat kesehatan pekerja.
Upaya pencegahan lainnya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
pergantian secara bertahap terhadap lem yang digunakan pada proses produksi
sepatu menjadi lem yang aman bagi kesehatan pekerja.Menambah ventilasi dalam
tempat kerja dan meletakkan beberapa penyedot udara (exhaust fan) di titik-titik
rawan yang banyak menggunakan lem perekat berpelarut zat bebahaya seperti
benzene, toluene, dan xylene. Pengendalian secara adinistratif juga perlu
dilakukan antara lain dengan pengaturan jam kerja, waktu libur dan cuti. Cuti
sebaiknya diberikan kepada pekerja perempuan yang sedang hamil mengingat
paparan

zat-zat

berbahaya

dapat

mengganggu

sistem

reproduksi

dan

membahayakan kesehatan janin serta ibu. Apabila indutrsi sepatu belum dapat
mengganti

lem

yang

menggunakan

pelarut

zat

berbahaya

sebaiknya

meminimalisasi pekerja perempuan, sebab pajanan dari zat-zat tersebut lebih


beresiko mengganggu kesehatan reproduksi pada prempuan. Pemeriksaan
kesehatan secara .rutin bagi pekerja juga perlu dilakukan dan apabila pekerja
merasakan gejala-gejala akibat akibat pajanan zat-zat berbahaya sebaiknya segera
periksa kesehatan.

13

BAB IV
PENUTUP
a.

Kesimpulan
Industri sepatu merupakan salah satu sektor industri yang telah
berkembang pesat di Indonesia dan mampu menyerap tenaga kerja yang
banyak dengan membuka banyak lapangan kerja. Namun sepatu buatan
tangan (hand made shoes) dianggap sebagai produk kualitas terbaik di
samping banyaknya mesin produksi sepatu walaupun proses pembuatan
sepatu dengan tangan ini dapat menimbulkan risiko kesehatan akibat pajanan
bahan berbahaya selama proes produksi. Salah satu kegiatan yang paling
berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja adalah pada saat
tahap pengeleman. Dalam proses produksi sepatu zat-zat berbahaya yang
terkandung dalam lem seperti benzene, toluene, dan xylen yang masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi, kulit dan jarang sekali melalui oral kecuali
tertelan bersama makanan atau batang rokok yang terkontaminasi menempel
pada bibir akibat personal hygiene yang tidak baik pada pekerja.
Analisis dari beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor menunjukkan konsentrasi campuran benzene dan toluene
di semua industri sepatu tersebut telah melewati nilai ambang batasnya. Dari
beberapa zat yang terkandung dalam lem pada proses produksi sepatu,
benzena merupakan zat yang dianggap paling berbahaya dan menimbulkan
banyak dampak bagi kesehatan pekerja. Paparan zat kimia tersebut memang
tidak

langsung

memberikan

dampak

signifikan

terhadap

kesehatan

reproduksi. Tetapi apabila pekerja tersebut terpapar terus menerus dengan


frekuensi yang sering ditambah kurangnya pola hidup sehat maka akan
menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi pekerja, salah satunya adalah
terganggunya siklus haid dan gangguan indung telur bagi pekerja perempuan.
Oleh karena itu perlu upaya pengendalian terhadap paparan zat kimia
tersebut sehingga dapat mengurangi resiko terhadap kesehatan pekerja, di
antaranya penggunaan APD saat bekerja, peningkatan pola hidup sehat
dengan mencuci tangan sesudah melakukan pekerjaan, memberikan
14

lingkungan

kerja

yang

nyaman

dan

aman

salah

satunya

dengan

memperbanyak ventilasi udara di tempat kerja.


b. Saran
Adanya faktor resiko yang dapat mengganggu kesehatan pekerja,
salah satunya terganggunya sistem reproduksi pekerja, maka hal ini dapat
menimbukan penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi pekerja. Kesehatan reproduksi perlu dijaga agar fungsi dari
reproduksi sendiri dapat terpenuhi secara semestinya. Berikut saran-saran
yang dapat diberikan kepada pihak-pihak terkait:

Bagi Dinas Tenaga Kerja Setempat:


1. Melakukan monitoring berkala terhadap konsentrasi benzena di udara
lingkungan kerja khususnya bagi sektor indutri informal sepatu kulit.
2. Melakukan perhitungan kembali konsentrasi benzena dalam SNI agar
didapatkan dosis yang sesuai dan aman untuk diterapkan di sektor
industri terkait.
3. Melakukan sosialisai waktu kerja yang sesuai dengan ketetapan yang
berlaku bagi pekerja industri di sektor informal, hal ini berkaitan
dengan lamanya waktu paparan yang dialami pekerja setiap harinya.
4. Melakukan pelatihan rutin bagi pekerja Dinas tenaga Kerja yang
mengambil sampel udara, agar pekerja dapat mengantisipasi ssecara
dini jika udara di lingkungan kerja yang mengandung zat kimia
berbahaya sudah melebihi ambang batas normal.
5. Mendukung industri terkait untuk mengurangi jumlah pekerja wanita
atau memberikan pekerjaan bagian administrasi untuk pekerja wanita

dan untuk tidak mempekerjakan wanita yang sedang hamil


Bagi Dinas Kesehatan Setempat
1. Melakukan penyuluhan kepada pekerja maupun pemilik bengkel
mengenai risiko dan dampak penggunaan bahan-bahan berbahaya
seperti benzena serta efek kesehatan yang akan dihasilkan nanti.
2. Melatih kader kesehatan kerja sehingga dapat melakukan penyuluhan

kesehatan kerja pada para pekerja di industri rumahan.


3. Meningkatkan program kesehatan kerja
Bagi pemilik bengkel sepatu dan pekerja
1. Mengadakan sosialisasi pengguanaan alat pelindung diri selama
bekerja atau selama berda di dalam bengkel sepatu.
15

2. Melakukan

aturan

mengurangi

atau

berhenti

merokok

untuk

mengurangi jumlah pajanan benzena bagi para orang yang ada di


lingkungan bengkel sepatu.
3. Melakukan penataan dan penyimpanan bahan baku dengan benar dan
sesuai.
4. Melakukan pergantian tempat kerja secara berkala bagi para pekerja
sehingga tingkat resiko kesehatan bagi pekerja dapat berkurang.
5. Melakukan pelatihan bagi para pekerja sehingga pekerja dapat terampil
si semua bagian produksi sepatu.
6. Menentukan aturan jam kerja dan lamanya hari kerja selama bekerja di
bengkel sepatu.
7. Memperbanyak ventilasi udara dan alat bantu pertukaran udara di area
bekerja bengkel sepatu.
8. Menyediakan tempat tinggal yang tidak menyatu dengan bengkel bagi
para pekerja yang menetap di bengkel.
9. Mengganti lem yang memiliki kadar benzena yang tinggi dengan lem
yang berbasis air.
10. Meningkatan pola perilaku hidup sehat, dengan selalu mencuci tangan
setelah melakukan pekerjaan dan menggunakan alat pelindung diri
setiap bekerja.

16

DAFTAR PUSTAKA

Fatonah, Yuni Indriati. 2010. Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Pada
Pekerja Bengkel Sepatu X Di Kawasan Perkampungan Industri Kecil
(PIK)

Pulogadung

Jakarta

Timur.

Depok:

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat.
Haen, Martha Tinelli dan Katharina Oginawati. Hubungan
Pajanan Senyawa Benzena, Toluena Dan Xylen Dengan
Sistem Hematologi Pekerja Di Kawasan Industri Sepatu. Ejurnal.
Kurniawidjaja, L Meily. 2012. Keluhan Pernapasan dan Analisis
Risiko Kesehatan Pajanan BTX pada Pekerja di Bengkel Alas
Kaki Informal di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.J
Respir

Indo,

(Online),

Vol.

32,

No.

1.

(http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/01/jri2012-32-1-36.pdf, diakses 2 Desember 2015)


Maywati, Sri. 2012. Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol
Urin Pekerja Bagian Pengeleman Sandal. KEMAS, (Online),
Vol. 7, No. 2, (http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas,
diakses 2 Desember 2015).
Susilowati, Betty. 2011. Resiko Kesehatan terhadap pajanan
Benzene

pada

Pulogadung

Pekerja

Tahun

Industri

2011.

Sepatu

Depok:

Kulit

Fakultas

di

PIK

kesehatan

Masyarakat.

17

Anda mungkin juga menyukai