Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN PERPAJAKAN

A. Pengertian
Pemerintah pada saat ini melakukan upaya habis-habisan dalam bidang perpajakan. Karena
itulah, pengusaha harus menanggapinya dengan cara habis-habisan juga, yaitu dengan menempuh
manajemen pajak. Bagaimanapun juga pajak bagi perusahaan tetap sebagai beban (biaya). Jika
pengelolaan pajak tidak dilakukan dengan baik, kemungkinan di kemudian hari perusahaan terpaksa
gulung tikar(Rugi). Manajemen pajak yang tidak benar telah dapat dirasakan oleh pengusaha pada
saat ini. hal ini terungkap dalam seminar perpajakan baru-baru ini. Jika FISKUS (Pemerintah)
melakukan pengecekan data, kemungkinan dosa-dosa ( kejahatan yang terselubung selama ini) yang
dilakukan oleh beberapa perusahaan (oknum) akan terungkap.
Pengelakan pajak adalah cermin dari keengganan untuk ikut melaksanakan sikap
Kegotongroyongan Nasional. Oleh sebab itulah, strategi dibidang perpajakan sebaiknya disebut
dengan istilah Manajemen Pajak. Tujuannya, bukan untuk mengelak membayar pajak,tapi mengatur
sehingga pajak yang di bayar tidak lebih dari jumlah yang semestinya.
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat menguntungkan
nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan secara peraturan dan
perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang didukung suatu konsep
manajeman pajak yang jelas,diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.
B. Tujuan Manajemen Pajak
Merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan dilakukan.Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan
kewajiban pajak. Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden)
dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada,dengan memaksimalkan
penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang. Tindakan tersebut legal karena
penghematan pajak dapat dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).
Perencanaan Pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak (WP), karena
penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur ( loopholes ).
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang
terdiri atas :
1. Perencanaan pajak (Tax planning)
2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (Tax Implementation)
3. Pengendalian pajak (Tax control)

B.1 Perencanaan Pajak (Tax planning)


Tax planning merupakan langkah awal manajemen pajak. Pada tahapan ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak ( tax
planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
Menurut Zain (2006:67) pengertian tax planning adalah tindakan penstrukturan yang
terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang menekankan kepada pengendalian setiap
transaksi yang memiliki konsekuensi pajak. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut
dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang
disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax
evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. Tax planning
merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut Pohan (2011:9) tax planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak
orang pribadi maupun badan usaha sedemikian rupa dengan memanfaatkan berbagai celah
kemungkinan yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan
perpajakan yang berlaku (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah
minimum.
Dalam melaksanakan fungsi tax management, tax planning merupakan merupakan tahap
pertama dalam urutan hierarkhi, dalam praktik bisnis, istilah tax planning lebih popular dari pada
tax management itu sendiri. Dalam praktik pendekatan yang dilakukan dalam implementasi tax
planning ini bersifat multidisipliner, sehingga wajar bila seorang perencana pajak yang baik (tax
planner) harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas dan selalu meng- update dari
dengan setiap ketentuan , termasuk perubahannya dar waktu ke waktu. Tax planning adalah suatu
proses mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak
penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam jumlah minimal, selama hal tersebut tidak
melanggar undang-undang. Yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua data yang
diperlukan dan format penyajiannya, memperhatikan setiap pembayaran dan pelaporan pajak
setiap masa pajak dan setiap akhir tahun pajak, mengawasi rekonsiliasi laporan keuangan
komersial dan fiskal. Setelah semua ini dilakukan dengan baik, berdasarkan peraturan perpajakan
dan memiliki pemahaman yang baik tentang keadaan perusahaan, maka dapat diterapkan suatu
strategi manajemen perpajakan seeffisien mungkin. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mengatur cash flow perusahaan seefektif mungkin dengan tetap memperhatikan ketentuan
perpajakan.

B.1.1 Manfaat Perencanaan Pajak


Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dalam perencanaan pajak yang dilakukan
secara cermat :
1. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya dapat
dikurangi.
2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan
pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan
menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas
secara lebih akurat.
B.1.2 Tujuan Perencanaan Pajak
Secara umum tujuan pokok yang ingin di capai dari manajemen pajak/perencanaan
pajak yang baik adalah :
1. Meminimalisasi beban pajak yang terutang, tindakan yang harus diambil dalam
rangka perencanaan pajak tersebut berupa usahausaha mengefisiensikan beban
pajak yang masih dalam ruang lingkup pemajakan yang tidak melanggar peraturan
perpajakan.
2. Memaksimalkan laba setelah pajak
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan
pajak oleh fiskus.
4. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien dan efektif sesuai
dengan ketentuan perpajakan.
B.1.3 Persyaratan Tax planning Yang Baik
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan
2. Secara bisnis masuk akal (reasonable)
3. Didukung oleh bukti-bukti yang memadai.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya
penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untu meminimumkan kewajiban pajak.
Perencanan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi
atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah
pembayaran dimaksud dapat ditunda pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
setiap Wajib Pajak akan membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan ( taxable
events) secara saksama. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah
proses pengambilan factor pajak yang relevan dan factor non pajak untuk menentukan:

1. Apakah
2. Kapan
3. Bagaimana dan
4. Dengan siapa (pihak mana) dilakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang
memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax evens yang serendah mungkin dan sejalan
dengan tercapainya tujuan perusahaan (Barry Spirz,1983)
B.2 Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan
Apabila pada tahap perencanaan telah diketahui faktor-faktor yang akan dapat
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formil dan material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan
kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Manajemen tidak
dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaannya menyimpang dari
peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan perpajakan.
Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan antara lain :
1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan Dengan mempelajari peraturan
perpajakan seperti undang-undang, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan
Dirjen Pajak, dan Surat Edaran Dirjen Pajak sehingga dapat diketahui peluangpeluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.
2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat Pembukuan merupakan
sarana yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang
disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitng
jumlahnya pajak yang terutang.
B.3 Pengendalian Pajak
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal
maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran
pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi
penghematan pajak, misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat terakhir tentu lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar pajak lebih awal. Pengendalian pajak
termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang.

C. Motivasi dilakukannya perencanaan pajak


Secara umum motivasi manajemen dalam melakukan perencanaan pajak adalah untuk
mengoptimalkan laba setelah pajak (after tax return), sebab

hasil tersebut dapat berpengaruh

dalam proses pengambilan keputusan atas tindakan operasi perusahaan untuk melakukan investasi
dengan cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan peluang yang ada dalam ketentuan
peraturan yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan motivasi utama dari implementasi perencanaan
pajak diantaranya adalah dengan adanya perbedaan tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar
pengenaan pajak (tax base) dan celah - celah perpajakan (loopholes).
Motivasi perecanaan pajak merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan strategi
perusahaan secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan. Sejalan dengan
dinamika era globalisasi yang diwarnai dengan persaingan dan efisiensi, adalah sangat rasional untuk
mengelola kewajiban perpajakan sebaik mungkin sehingga dapat dihindari pemborosan sumber daya
dalam bentuk sanksi perpajakan.
Menurut Nafarin (2004:434) pajak dalam jumlah yang besar dapat mengganggu aliran
kas (cash flow) dan perkembangan perusahaan, karena itulah usaha memperkecil pajak diperlukan,
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku (legal).
Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari
tiga unsur perpajakan, yaitu :
a. Kebijakan perpajakan (tax policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak
dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijakan pajak terdapat faktor-faktor
yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, meliputi: jenis pajak yang akan
dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur pembayaran pajak.
b. Undang-undang perpajakan (tax law)
Pada dasarnya tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara
sempurna. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain
(Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan
Dirjen Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undangundang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan dalam
mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya. Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi wajib
pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang
baik (Suandy, 2011:12). Dengan demikian tax planning

harus dilakukan dengan

menggunakan metode penghindaran pajak (tax avoidance), yaitu usaha meminimalkan beban
pajak dengan menggunakan loopholes (celah-celah).
c. Administrasi Perpajakan (tax administration)
Indonesia merupakan negara dengan wilayah dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai
negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi

perpajakan secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan
pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya
perbedaan penafsiran antara fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan perpajakan
yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif (Suandy, 2011:12).
Secara

umum

motivasi

dilakukannya

perencanaan

pajak

adalah

untuk

memaksimalkan laba setelah pajak. Dikarenakan pajak ikut mempengaruhi pengambilan


keputusan atas suatu tindakan dalam operasi untuk melakukan investasi melalui analisis yang
cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang
sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang
secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak (tax rates),
perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax base), dan
loopholes, shelters, dan havens (Suandy, 2011:12).
D.Langkah-langkah Penerapan Tax planning dengan Tax Avoidance
Adapun langkah-langkah atau tahapan dalam membuat perencanaan pajak menurut
Suandy (2008:13) adalah dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut:
a. Menganalisis informasi yang ada.
b. Membuat suatu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.
c. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak.
d. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak.
e. Memutakhirkan rencana pajak.
Agar tax plan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, langkah-langkah praktis
yang dapat dilakukan dalam melakukan perencanaan pajak, adalah sebagai berikut:
1.

Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindarkan pengenaan pajak
dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi

2.

Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk memperoleh


keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti
penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung pemerintah dan seterusnya

3.

Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak, seperti


pembentukan group-group perusahaan

4.

Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah penghasilan


tersebut termasuk dalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi dan tunda pembayaran
pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit dan seterusnya

5.

Transformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka panjang

6.

Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan-ketentuan mengenai pengecualian


dari potongan-potongan

7.

Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan perluasan
perusahaan yang mendapatkan kemudahan-kemudahan

8.

Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usaha

9.

Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa sehingga dapat diatur secara
keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi menghasilkan, kerugian-kerugian dan aset yang
dapat dihapus (Pohan, 2011:24-25).

E.Tujuan Penerapan Tax planning Pada Perusahaan


Tujuan penerapan tax planning pada perusahan adalah untuk mencapai sasaran
perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan cara menggunakan tax planning
secara lengkap, benar dan tepat waktu yang sesuai dengan UU Perpajakan sehingga tidak terkena
saksi administratif (denda, bunga, kenaikan pajak) dan saksi pidana. Hal tersebut bertujuan untuk
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam
memperoleh laba optimal.
Apabila penerapan tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan benar, hal
tersebut akan memberikan manfaat bagi perusahaan yang diantaranya, adalah:
1. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dpat diminimalisasi
dala proses operasional perusahaan
2. Mengatur aliran kas, dengan perencanaan pajak yang dikelola secara hemat, perusahaan
dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas untuk
membayar pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau
terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.
Pohan (2011:11) mengatakan bahwa secara umum tujuan pokok yang ingin dicapai dari
manajemen pajak/perencanaan pajak adalah:
1. Meminimalisir beban pajak yang terutang, tindakan yang harus diambil dalam rangka
perencanaan pajak tersebut berupa usaha-usaha mengefisiensikan beban pajak yang masih
dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan
2. Memaksimumkan laba setelah pajak
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax suprise) jika terjadi pemeriksaan pajak yang
dilakukan oleh fiskus
4. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien dan efektif sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku, antara lain meliputi:
a.

Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksisanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana, seperti bunga, kenaikan,
denda, dan hukum kurungan atau penjara

b.

Melakukan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan


yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti
pemotongan dan pemungutan pajak (PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 23).

Tax planning merupakan suatu kegiatan perencanaan laba perusahaan dengan cara
memanfaatkan celah-celah perpajakan. Setelah pihak perpajakan melakukan koreksi fiskal untuk
menentukan pajak terutang perusahaan yang sebenarnya, maka perusahaan dapat mengetahui
besarnya angsuran pajak untuk
pajak yang akan dibayar semakin kecil pada periode berikutnya. Untuk itu perusahaan harus
menyediakan arus kas keluar untuk membayar angsuran pajak tersebut agar tidak terkena sanksi pajak
akibat keterlambatan pembayaran pajak.
Perusahaan dapat merancang pajak penghasilan untuk periode berikutnya dengan cara
memecah biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian perusahaan melakukan pengeluaran dalam
bentuk biaya variabel yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahan

sehingga

jumlah

pajak yang akan dibayar semakin kecil sehingga dapat meminimalisasi arus kas keluar yang
harus disediakan untuk pembayaran angsuran pajak tersebut. Dengan kata lain perusahaan
akan mendapat pajak lebih bayar untuk periode pajak berikutnya karena jumlah angsuran pajak
akan semakin kecil.

F. Penerapan Tax planning


Penerapan tax planning terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran
pajak meliputi :
1. Memperbesar Biaya Penyusutan
Menurut PSAK No. 17 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang
diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan
secara bertahap, hal ini sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang
menyatakan bahwa pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus.
Berdasarkan Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 harta berwujud dibagi menjadi 2
golongan yaitu harta berwujud kelompok bukan bangunan dan harta berwujud kelompok
bangunan. Harta berwujud kelompok bukan bangunan terdiri dari 4 kelompok yaitu kelompok
1, 2, 3 dan 4 sedangkan harta berwujud kelompok bangunan terdiri dari bangunan permanen
dan bangunan tidak permanen. Berdasarkan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 metode
penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap harta berwujud
bukan bangunan adalah metode garis lurus atau metode saldo menurun. Sedangkan metode

penyusutan untuk harta berwujud bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis
lurus.
TABEL 1
TARIF PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta

Masa

Metode Garis

Metode Saldo

Berwujud

Manfaat

Lurus

Menurun

I. BukanBangunan
Kelompok 1

4 tahun

25%

50%

Kelompok 2

8 tahun

12,5%

25%

Kelompok 3

16 tahun

6,25%

12,5%

Kelompok 4

20 tahun

5%

10%

II. Bangunan
Sumber
data : Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

1. Untuk pendanaan aset tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) di samping pembelian langsung karena jangka waktu leasing umumnya
lebih pendek dari umur aset dan pembayaran leasing dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan
demikian, aset tersebut dapat dibiayakan lebih cepat dibandingkan melalui penyusutan jika
pembelian dilakukan secara langsung.

Sebagai contoh: perusahaan mempertimbangkan untuk pengadaan sebuah mesin seharga Rp.
1.000.000.000,00 dengan cara pembelian langsung atau dengan leasing dengan asumsi discount rate
yang berlaku adalah 20%, apabila dengan leasing maka tingkat bunga yang belaku adalah 22% dan
nilai opsi Rp. 100.000.000,00 dengan jangka waktu leasing selama 4 tahun dan umur aset tersebut
adalah 8 tahun apabila dibeli
penghematan pajak

secara langsung. Perbandingan

antara

harga

perolehan

dan

antara pembelian langsung dengan leasing dapat dilihat dalam tabel

berikut:
TABEL 2
PERBANDINGAN ANTARA MEMBELI LANGSUNG ASET TETAP DENGAN LEASING

Sumber: Suandy (2013:58)

Daftar Pustaka :
Nafarin, M. 2004. Akuntansi; Pendekatan Siklus dan Pajak Untuk Perusahaan Industri dan
Dagang. Jakarta: Ghalia.
Pohan, Chairil Anwar. 2011. Optimizing Corporate Tax Management, Kajian Perpajakan dan
Tax Planning-nya Terkini. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak, Edisi Lima, Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Perpajakan Indonesia Nomor 36 Tahun 2008.
Zain, Mohammad. 2006. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai