Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya
peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkahlangkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat
dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.
Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman
penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para
petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Saat ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat
perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat
pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di
berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga
di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis
sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahan maupun penanggulangannya.
Kebijakan penanganan penyakit menular diperintahkan dalam UU Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular. Walaupun telah ada kebijakan itu peningkatan kejadian
beberapa penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah masih saja terjadi di Indonesia.
Sehingga, pentingnya untuk mengetahui pelaksanaan penanggulangan wabah yang baik dan
benar untuk menanggulangi wabah penyakit menular di Indonesia yang sangat marak saat ini
(Chandra, 2007).

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Page 1

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan mengenai Wabah Penyakit Menular, diantaranya :
1) Apakah defenisi dari wabah penyakit menular ?
2) Sebutkan dan jelaskan Peraturan Pemerintah dan Undang undang yang membahas tentang
wabah penyakit menular !
3) Apa contoh kasus yang ada berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Undang undang yang
membahas tentang wabah penyakit menular !

1.3.

TUJUAN
Adapun tujuan yang akan dicapai dari rumusan masalah diatas yakni :
1) Untuk mengetahui defenisi dari wabah penyakit menular
2) Dapat menyebutkan dan Menjelaskan Peraturan Pemerintah dan Undang undang yang
membahas tentang wabah penyakit menular
3) Mengetahui contoh kasus yang ada berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Undang undang
yang membahas tentang wabah penyakit menular.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Wabah Penyakit Menular


Page 2

Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah ( Maulani, 2010 ).
Selain itu, Menteri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai
berikut: Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Istilah wabah dan KLB
memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang melebihi situasi yang lazim atau
normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan yang sudah kritis, gawat atau
berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih luas ( Menkes RI,
2010 ).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit menular harus
dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984
juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Dalam rangka mengantisipasi wabah ini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB)
sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari system ini
adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium
sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi ( Chandra, 2007 ).
Pengertian Penyakit Menular dan Wabah Penyakit Menular Dalam medis,
penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik
(Timmreck, 2005).
Selain itu pula, Penyakit Menular adalah gangguan terhadap kesehatan yang dapat
menyerang seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Penyakit menular yang juga
dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan
disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti
keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media
Page 3

tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih
pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids,
Hepatitis dll) ( Maulani, 2010 ).

2.2. Peraturan Pemerintah dan Undang Undang yang Membahas Tentang Wabah
Penyakit Menular

A. Undang Undang No. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a) Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian
berjangkitnya

suatu

penyakit

menular

dalam

masyarakat

yang

jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
b) Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang
mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan
wabah.
c) Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.
d) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk dari
malapetaka yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Page 4

BAB III
JENIS PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH
Pasal 3
Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.

BAB IV
DAERAH WABAH
Pasal 4
1) Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah
sebagai daerah wabah.
2) Menteri mencabut penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V
UPAYA PENANGGULANGAN
Pasal 5
1) Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a) Penyelidikan epidemiologis;
b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan
c)
d)
e)
f)
g)
2) Upaya

karantina;
Pencegahan dan pengebalan;
Pemusnahan penyebab penyakit;
Penanganan jenazah akibat wabah;
Penyuluhan kepada masyarakat;
Upaya penanggulangan lainnya.
penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.


3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 5

Pasal 6
1. Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan
dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.
2. Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7
Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat menimbulkan
wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 8
1. Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya
penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan
ganti rugi.
2. Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
1. Kepada para petugas tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan penghargaan atas risiko
yang ditanggung dalam melaksanakan tugasnya.
2. Pelaksanaan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
PeraturanPemerintah.
Pasal 10
Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).
Pasal 11
Page 6

1) Barang siapa yang mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan/atau Kepala Unit
Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
2) Kepala Unit Kesehatan dan/atau Kepala Desa atau Lurah setempat sebagaimana dimaksud
dalam ayat masing-masing segera melaporkan kepada atasan langsung dan instansi lain
yang bersangkutan.
3) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta
tata cara penyampaian laporan adanya penyakit yang dapat menimbulkan wabah bagi
nakhoda kendaraan air dan udara, diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
1) Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah di
wilayahnya atau adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya.
2) Tata cara penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
perundangundangan.
Pasal 13
Barang siapa mengelola bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit dan dapat
menimbulkan wabah, wajib mematuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara selamalamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah).
2) Barang siapa

karena

kealpaannya

mengakibatkan

terhalangnya

pelaksanaan

penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan


Page 7

pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp


500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.
Pasal 15
1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan
pidana penjara selamalamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan wabah, diancam dengan
pidana kurungan selamalamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh suatu badan
hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha.
4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
Dengan diundangkannya Undang-Undang ini peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1968 tentang
Perubahan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Wabah tetap berlaku,
sepanjang peraturan pelaksanaan tersebut belum diganti dan tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.
BAB IX
Page 8

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

B. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan


Wabah Penyakit Menular
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian Wabah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular.
2. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah.
3. Wilayah adalah wilayah administratif sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.
4. Data Epidemi adalah data yang berisikan keadaan wabah penyakit menular pada suatu
wilayah.
5. Penyelidikan Epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh penduduk dan
makhluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang diduga ada kaitannya dengan
terjadinya wabah.
6. Upaya Penanggulangan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memperkecil angka
kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke
daerah lain.
7. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakan secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
8. Kepala

Wilayah/Daerah

adalah

Gubernur

Kepala

Daerah

Tingkat

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atau Camat.


9. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Page 9

atau

BAB II
TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN DAERAH WABAH
Pasal 2
1. Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
2. Penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas
pertimbangan epidemiologis dan keadaan masyarakat.
Pasal 3
Penetapan atau pencabutan penetapan daerah wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 diberlakukan untuk satu Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
Pasal 4
1. Pertimbangan epidemiologis didasarkan pada data epidemiologi antara lain angka
kesakitan, angka kematian dan metode penanggulangannya.
2. Data epidemiologi, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh Pejabat
Kesehatan bekerjasama dengan pejabat instansi yang terkait untuk dilaporkan kepada
Menteri.
Pasal 5
1. Pertimbangan keadaan masyarakat didasarkan pada keadaan sosial budaya, ekonomi
dan pertimbangan keamanan.
2. Pertimbangan sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

dibuat

oleh

Kepala

Wilayah/Daerah untuk dilaporkan kepada Menteri.


BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN
Pasal 6
1) Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis upaya penanggulangan wabah.
2) Dalam upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri
berkoordinasi dengan Menteri lain atau Pimpinan Instansi lain yang terkait.
Page 10

Pasal 7
1) Penanggung jawab operasional pelaksanaan penanggulangan wabah pada Daerah Tingkat
II adalah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
2) Dalam melaksanakan penanggulangan wabah, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II mengikutsertakan instansi terkait di Daerah.

Pasal 8
(1) Dalam upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bertanggung jawab kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Dalam hal terjadi daerah wabah lebih dari satu Daerah Tingkat II di satu Propinsi, upaya
penanggulangannya dikoordinasikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Pasal 9
(1) Penanggung jawab teknis pelaksanaan penanggulangan wabah pada Daerah Tingkat II
adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan.
(2) Kepala Kantor Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan atas teknis
pelaksanaan penanggulangan wabah.
Pasal 10
Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan
pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah,
penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya.
Pasal 11
(1) Tindakan penyelidikan epidemiologis dalam upaya penanggulangan wabah ditujukan
untuk:
a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;
Page 11

d. Menentukan cara penanggulangan.


(2) Tindakan penyelidikan epidemiologis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
melalui kegiatankegiatan:
a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;

b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis;


c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain
dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit wabah.
Pasal 12
Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan karantina
dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan.
Pasal 13
Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai
risiko terkena penyakit wabah.
Pasal 14
Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan dengan atau tanpa
persetujuan dari orang yang bersangkutan.
Pasal 15
(1) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
dilakukan terhadap:
a. Bibit penyakit/kuman;
b. Hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung
penyebab penyakit.
(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau tidak
menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.
(3) Tata cara pemusnahan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 16

Page 12

(1) Tindakan penanganan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan dengan
memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus menurut jenis
penyakitnya.
(3) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat
yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut penanganan secara khusus maupun ketentuan izin membawa
jenazah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 17
(1) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh
pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.
(2) Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai media
komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta.
Pasal 18
Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 19
(1) Upaya penanggulangan wabah harus dilakukan dengan cara yang aman dan tepat,
sehingga tidak mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.
(2) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan
menggunakan teknologi tepat guna.

Pasal 20
(1) Upaya penanggulangan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dilaksanakan
secara dini.
(2) Penanggulangan secara dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi upaya
penanggulangan seperlunya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang dapat mengarah
pada terjadinya wabah.
Page 13

(3) Upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan
sama dalam upaya penanggulangan wabah.

BAB IV
PERANSERTA MASYARAKAT
Pasal 21
Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah.
Pasal 22
(1) Peranserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dilakukan dengan:
a. Memberikan informal adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah;
b. Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah;
c. Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah;
d. Kegiatan lainnya.
(2) Peranserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa bantuan tenaga, keahlian,
dana atau bentuk lain.
Pasal 23
Pelaksanaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) yang berasal dari dalam
negeri dikoordinasikan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

Pasal 24
Pelaksanaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) yang berasal dari
luar negeri dikoordinasikan oleh Menteri.

BAB V
PENGELOLAAN BAHAN-BAHAN YANG MENGANDUNG PENYEBAB PENYAKIT

Page 14

Pasal 25
(1) Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit meliputi kegiatan
Pemasukan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, penelitian dan pemusnahan.
(2) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berasal dari manusia, hewan,
tumbuhtumbuhan dan atau benda-benda/zat-zat yang diperkirakan tercemar atau
mengandung penyebab penyakit.
(3) Bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib dikelola sesuai dengan jenis
dan sifatnya.
Pasal 26
(1) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, menjadi tanggung
jawab tenaga kesehatan.
(2) Pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, yang berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Pihak lain yang terkait wajib membantu pelaksanaan pengelolaan bahan tersebut.
Pasal 27
Tata cara pengelolaan bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ditetapkan
oleh Menteri dan Menteri lain yang terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

BAB VI
GANTI RUGI DAN PENGHARGAAN
Pasal 28
(1) Harta benda yang diduga dapat menyebarkan wabah dapat dimusnahkan.
(2) Kepada mereka yang menderita kerugian sebagai akibat pemusnahan harta benda
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan ganti rugi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 29

Page 15

(1) Kepada petugas tertentu yang telah melakukan upaya penanggulangan wabah dapat
diberikan penghargaan.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.

BAB VII
PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN WABAH
Pasal 30
(1) Semua biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan wabah dibebankan pada
anggaran instansi masing-masing yang terkait.
(2) Biaya yang timbul dalam upaya penanggulangan seperlunya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, dibebankan pada anggaran Pemerintah Daerah.

BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 31
(1) Kegiatan pelaksanaan penanggulangan wabah harus dilaporkan secara berjenjang
kepada Menteri.
(2) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 32
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dipidana berdasarkan
ketentuan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Page 16

Pasal 33
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan yang berhubungan
dengan Penanggulangan Wabah Penyakit Menular sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah ini dinyatakan masih tetap berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

2.3. Contoh kasus yang ada berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Undang undang yang
membahas tentang wabah penyakit menular.

Kasus yang kami ambil pada Permasalahan Wabah Penyakit Menular Diindonesia
yaitu penyakit AI ( avian influenza ) atau biasa disebut dengan Flu burung.
Wabah AI merupakan penyakit hewan yang bersifat transboundary diseases yakni
lintas batas dan telah menjadi endemis di berbagai negara termasuk Indonesia, yang
telah terjangkit sejak tahun 2003.

Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sejak terjangkitnya virus AI ke Indonesia pada
tahun 2003. Hasil dari berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran para
peternak akan penyakit AI melalui kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
membuahkan dampak terhadap terjadinya peningkatan kewaspadaan dan pengetahuan
para peternak terhadap penyakit AI. Diantaranya yakni kesadaran para peternak secara
pribadi meminta untuk ternaknya yang tersisa masih hidup dari yang sebagian mati
Page 17

terjangkit AI untuk dimusnahkan tanpa meminta ganti rugi, disertai tindakan


pembakaran tetapi ada juga peternak yang menolak memusnahkan ayam miliknya
Karena ayam tersebut dibeli dengan harga yang cukup mahal, jika dimusnahkan akan
mengalami kerugian yang cukup besar sedangkan Pihak pemerintah tak bisa berbuat
apa-apa jika warga menolak, karena pemerintah tak menyediakan dana kompensasi di
derah tersebut.
Undang-Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pengganti
UU No 6 Tahun 1962 tentang Wabah dan UU No. 7 Tahun 1968 tentang perubahan
Pasal 3 UU No. 6 Tahun 1962) memang tidak secara spesifik mengatur tentang Wabah
Flu Burung. Namun secara insplisit terakomudir di dalam undang-undang tersebut
sebagai wabah penyakit menular sebagaimana di atur dalam Pasal 1 yaitu bahwa yang
dimaksud dengan pengertian wabah penyakit menular adalah:
a. Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya

meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan

lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang
mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan
wabah.
Sesuai Pasal 5 Ayat (1) Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua)
tujuan pokok yaitu :
1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan.
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak
bertambah banyak, dan wabah tidak meluas kedaerah lain.
Pengaturan menyangkut hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat
dalam meyangkut wabah penyakit menular , didalam Pasal 8 disebutkan bahwa :
1) Kepada mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan
oleh upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dapat diberikan ganti rugi.
2) Pelaksanaan pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah

Sanksi Pidana
Page 18

Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 juga mengatur tentang ketentuan pidana.


Disebutkan dalam Pasal 14 bahwa :
1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan
wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan
pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggitingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan

terhalangnya

pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu
rupiah).
3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan
dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah
pelanggaran.
Pasal 15
1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan
wabah, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan
wabah, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun
dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
suatu badan hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan
izin usaha.
4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Page 19

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka kesimpulan dari makalah ini, antara lain :
1. Pengertian wabah penyakit menular menurut Undang-undang No. 4 tahun 1984
menyebutkan bahwa wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
2. Ada dua peraturan yang mengatur tentang wabah penyakit menular dimana
peraturan tersebut yaitu : Undang undang No. 4 tahun 1984 dan Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1991
1.2.

Saran
Penulis menyarankan agar semua kalangan masyarakat tetap harus mengikuti aturan
yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar suatu peraturan yang telah di buat dapat
terlaksana dengan baik.

Page 20

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maulani, Novie Sri. 2010. Kejadian Luar Biasa, Catatan Kuliah. Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKES HAKLI Semarang.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Jakarta: (tidak diterbitkan).
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991, Tentang Wabah Penyakit Menular.
www.hukum
online.com ( Di akses pada 4 September 2016 )
Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Undang undang No. 4 tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular. www.hukumonline.com
( Di akses pada 4 september 2016 ).

Page 21

Page 22

Anda mungkin juga menyukai