Jurnal Elika Dwi Putri Tresanti
Jurnal Elika Dwi Putri Tresanti
JURNAL
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENDONOR DARAH YANG
MEMBERIKAN INFORMASI MENYESATKAN TERKAIT STATUS
KESEHATAN DAN PERILAKU HIDUPNYA
Oleh:
ELIKA DWI PUTRI TRESANTI
NIM. 031211131040
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
JURNAL
JURNAL
ABSTRACT
Blood donors who want to donate blood are prohibited from providing misleading
information in the registration form. The misleading information was incorrect
information about the state of health and behavior of the real life blood donors
who have been diagnosed associated with infectious diseases transmitted through
blood transfusions, so that the donor blood can be dangerous for patients. To
donors who give misleading information will be penalized. Based on the results of
this research is that in form filling is written things that are contrary to the actual
circumstances or contrary to the truth it such actions closely with the crime of
forgery. Because commits a crime, that blood donors be held criminal liability .
PENDAHULUAN
a.
JURNAL
JURNAL
Ibid, h. 18.
b. diastole 70 - 100
5. Kadar hemoglobin 12,5g% s/d 17,0g%
6. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 100 kali/ menit
7. Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah
sebelumnya (maksimal 5 kali dalam 1 tahun)
Sebelum menjadi pendonor, setiap orang yang hendak mendonorkan darahnya
harus melalui prosedur pendaftaran terlebih dahulu. Pertama pendonor akan
menjalani pemeriksaan pendahuluan. Dalam pemeriksaan pendahuluan ini calon
pendonor akan diminta untuk mengisi formulir. Dimana formulir tersebut terdapat
hal-hal mengenai data diri dan informasi kesehatan yang wajib diisi oleh calon
pendonor. Terhadap pengisian formulir, calon pendonor berkewajiban untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan dan perilaku hidupnya. Dalam Pasal
28 ayat (4) PP Pelayanan Darah disebutkan: pendonor darah harus memberikan
informasi yang benar perihal kesehatan dan perilaku hidupnya. Pendonor darah
harus memperhatikan ketentuan dari Pasal tersebut sebelum melakukan donor.
Terhadap pendonor yang melanggar ketentuan mengenai keharusan
memberikan informasi dengan benar tersebut akan dikenakan sanksi. Aturan
mengenai adanya sanksi bagi pendonor tersebut tercantum dalam Pasal 28 ayat (5)
PP Pelayanan Darah yang menyebutkan bahwa: Pendonor darah yang
memberikan informasi menyesatkan berkaitan dengan status kesehatan dan
perilaku hidupnya dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun dalam Peraturan Pemerintah tersebut tidak
disebutkan secara jelas sanksi apa yang akan diperoleh oleh pendonor.
Apabila dilihat dari rumusan Pasal 28 ayat (5) PP Pelayanan Darah
tersebut, maka terdapat unsur memberikan informasi menyesatkan yang mana
unsur tersebut berkaitan erat dengan tindak pidana. Dalam hal banyaknya
peraturan perundang-undangan hukum pidana terkait dengan memberikan
informasi menyesatkan maka perlu dikaji mengenai perbuatan-perbuatan yang
ditujukan pada ketentuan Pasal 28 ayat (5) PP Pelayanan Darah dari segi hukum
pidana. Sehingga terhadap perbuatan pendonor darah yang memberikan informasi
menyesatkan terkait dengan status kesehatan dan perilaku hidupnya dalam
JURNAL
sebagai
suatu
perbuatan
pidana
dan
dapat
dimintakan
b.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hal yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka
c.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis-normative
yang mengkaji hukum positif dan asas-asas hukum serta aspek teoritiknya, segala
hukum positif yang berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas akan dikaji
dengan asas-asas hukum dan teori-teori hukum yang relevan sehingga
menemukan konklusi yang koheren. Sehingga dapat menjawab isu hukum yang
diajukan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Statute Approach dan
Conceptual Approach.
ANALISA
A.
JURNAL
JURNAL
JURNAL
mengubah dengan cara apapun oleh orang yang tidak berhak terhadap surat
yang menyebabkan sebagian atau seluruh isi surat itu menjadi lain atau berbeda
dari surat semula atau surat aslinya.4
Terdapat pula membuat surat palsu dengan cara mengisi blanko yang
sudah disediakan, namun mengisikan hal-hal atau keadaan yang tidak
sebenarnya atau palsu. Perbuatan yang demikian ini juga termasuk pemalsuan
surat. Perbuatan mengisi blanko dengan tulisan yang tidak benar juga termasuk
pengertian membuat surat palsu menurut Pasal 263 ayat (1) ini. 5
Berdasarkan penjelasan tersebut, terhadap formulir donor darah yang
didalamnya diisikan mengenai hal-hal yang bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya, maka hal tersebut termasuk juga dalam perbuatan membuat palsu.
Hal ini mengingat bahwa formulir telah disediakan oleh UTD, yang kemudian
diberikan kepada setiap calon pendonor untuk diisi dengan benar. Namun
apabila terdapat pendonor yang mengisikan hal-hal yang tidak benar atau tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terhadap formulir tersebut, maka
perbuatan yang demikian itu juga termasuk pemalsuan surat. Pemalsuan yang
demikian berbentuk membuat palsu, karena pengisian formulir tidak bersifat
mengubah isi, namun pendonor mengisikan sendiri dalam formulir kosong
yang disediakan UTD dan seluruh isinya merupakan hal-hal yang tidak sesuai
dengan kebenaran.
b. Obyeknya:
1) Surat yang dapat menimbulkan suatu hak;
2) Surat yang menimbulkan suatu perikatan;
3) Surat yang menimbulkan suatu pembebasan hutang;
4) Surat yang diperuntukan sebagai bukti daripada suatu hal;
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014, h. 138.
4
5
JURNAL
Ibid, h. 143.
Ibid.
Terkait formulir donor darah dapat diklasifikasian sebagai surat yang dapat
menimbulkan suatu hak. Dalam hal ini bahwa, hak yang ditimbulkan dari
pengisian formulir donor adalah hak untuk memperoleh pelayanan dalam
kegiatan donor darah. Hak yang didapatkan pendonor darah timbul karena
telah dilakukannya suatu kewajiban, yakni mengisi formulir donor darah.
Sehingga setelah pengisian formulir donor darah tersebut, pendonor darah
dapat memperoleh hak berupa pelayanan donor darah, mulai dari hak untuk
diperiksa oleh dokter (pemeriksaan tekanan darah dan berat badan), kemudian
hak untuk diambil darahnya, serta hak untuk mendapatkan kartu donor.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mengisi formulir tersebut, timbullah
suatu hak bagi pendonor darah. Maka formulir donor darah termasuk dalam
surat yang menimbulkan suatu hak.
JURNAL
Ibid, h. 156.
d. kesalahan: dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai
seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu
Unsur kesalahan dalam tindak pidana membuat surat palsu atau memalsu surat
tersebut berupa kesengajaan sebagai maksud atau kesengajaan dalam arti
sempit. Maksud pembuat surat tersebut tujuannya untuk digunakan oleh dirinya
sendiri atau digunakan oleh orang lain. Dikaitkan dengan pedonor yang
memberikan keterangan palsu terhadap formulir pendaftaran, maka sudah
terlihat bahwa ia menggunakan formulir tersebut agar diperbolehkan untuk
mengikuti donor darah. Selain itu formulir digunakan seolah-olah isinya benar
padahal ia telah memberikan keterangan palsu didalam formulir tersebut.
Berdasarkan dengan penjelasan yang telah dikemukakan diatas dapat diketahui
bahwa tindakan pendonor yang memberikan keterangan palsu di dalam formulir
donor darah telah memenuhi unsur-unsur dalam tindak pidana pemalsuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.
B.
JURNAL
A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang, 2004, h. 73.
apakah
seorang
pelaku
tindak
pidana
dapat
dimintai
JURNAL
Ibid, h. 171.
11
Ibid, h. 177.
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014, h. 54.
12
JURNAL
13
268.
JURNAL
tentang
kondisi
kesehatannya.
Apabila
pendonor
tidak
JURNAL
JURNAL
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu
tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang
ke dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan
pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan
kebenaran.
Maka terhadap pendonor yang mengunakan surat keterangan palsu dari dokter
tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama empat tahun, sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 267 ayat (3) KUHP. Sedangkan terhadap dokter
yang
membuat
surat
keterangan
palsu
tersebut
juga
dapat
dimintai
pertanggungjawaban, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 267 ayat (1) KUHP.
Selain itu dapat pula terjadi penyertaan dalam tindakan memberikan
informasi menyesatkan ini. Penyertaan pada suatu kejahatan terjadi apabila dalam
satu tindak pidana tersangkut beberapa orang atau tindak pidana tersebut
dilakukan lebih dari satu orang. Penyertaan dalam tindak pidana dapat berupa:
1. Pelaku (dader), yang terdiri dari:
a) yang melakukan;
b) yang menyuruh melakukan;
c) yang turut melakukan;
d) yang memberi upah, janji-janji, dan sebagainya dengan
sengaja membujuk.
2. Pembantu melakukan (medeplichters), yang terdiri dari:
a) yang membantu waktu kejahatan dilakukan;
b) yang sengaja memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan
untuk melakukan kejahatan itu.
JURNAL
Sehingga selain pelaku pendonor, dapat dimungkinkan juga ada pihak lain yang
turut serta melakukan tindakan ini. Contohnya, A menaruh dendam kepada B dan
ingin membalaskan dendamnya. Karena tahu B sedang sakit parah dan
membutuhkan donor, A membujuk C agar mau mendonorkan darahnya kepada B,
padahal A mengetahui bahwa C memiliki HIV. A juga menjanjikan kepada C
sejumlah uang. Kemudian A memberikan petujuk kepada C agar memalsukan isi
formulir donor darahnya supaya dapat melakukan donor. Hingga akhirnya C
melakukan hal-hal yang diinginkan oleh A. Dalam hal ini tindakan A termasuk
dalam tindakan menggerakan orang lain untuk melakukan tindak pidana.
Berdasarkan pada Pasal 55 KUHP, A dapat dipidana sebagai pelaku tindak
pidana. Adapun bunyi Pasal 55 KUHP sebagai berikut:
(1) Dipidana sebagai pembuat tindak pidana :
1. Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, dan yang
turut serta melakukan perbuatan;
2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu
dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan
kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi
kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan
orang lain supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan
sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Apabila dicermati, tindakan A yang membujuk C agar melakukan tindak
pidana dengan memberikan sejumlah uang kepada C sesuai dengan rumusan Pasal
55 ayat (1) angka 2 KUHP. Sehingga A dapat dipidana dengan pidana yang sama
dengan C.
Selain itu keterlibatan pihak lain dalam tindak pidana dapat berupa
pembantuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHP. Adapun bunyi Pasal
56 KUHP adalah sebagai berikut:
Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
1.
JURNAL
2.
tidak bisa
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Setiap pendonor diwajibkan memberikan informasi dengan benar
mengenai status kesehatan dan perilaku hidup dalam formulir donor
darah. PP Pelayanan Darah menyebutkan bahwa tindakan memberikan
JURNAL
263
ayat
(1)
KUHP.
Selain
itu
dapat
pula
B.
Saran
1. Merumuskan tindakan memberikan informasi menyesatkan dalam satu
pasal yang jelas dan utuh. Rumusan tersebut harus mengandung
tindakan-tindakan seperti apa yang dimaksud memberikan informasi
menyesatkan itu (unsur-unsur tindakan memberikan informasi
menyesatkan) dan juga menyebutkan mengenai sanksi apa yang dapat
dikenakan bagi pelakunya.
2. Memasukkan rumusan pasal sebagaimana saran diatas dalam UndangUndang Kesehatan. Hal ini karena pengaturan tentang sanksi terhadap
JURNAL
DAFTAR BACAAN
BUKU
Chazawi, Adami dan Ardi Ferdian., Tindak Pidana Pemalsuan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014.
Hamzah, Andi., Asas Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Koeswadji, Hermien Hadiati., Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.
Marzuki, Peter Mahmud., Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2005.
Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Moeljatno., Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana,
Bina Aksara, Jakarta, 1983.
Lamintang, P.A.F., Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
1984.
Lamintang, P.A.F., Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru., Bandung, 1990.
Prodjodikoro., Wirjono., Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2003.
JURNAL
JURNAL
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi Donor Darah Di
Indonesia, Kementrian Keseharan RI, Jakarta, 2014.
INTERNET
Nano, 11 Bahaya HIV AIDS Bagi Tubuh Penderitanya, www.halosehat.com,
dikunjungi pada 19 Desember 2015.
Palang Merah Indonesia., Sejarah PMI, www.pmi.or.id, dikunjungi pada tanggal
21 September 2015.
Palang Merah Indonesia Bali., Transfusi Darah, www.pmibali.or.id,dikunjungi
pada tanggal 21 September 2015.
Setiawan,
Parta.,
Pengertian
Informasi
Menurut
Para
Ahli,
www.gurupendidikan.com, dikunjungi pada tanggal 19 Desember 2015.
Usmanan, Indra., Penyakit Yang Dapat Menular Melalui Transfusi Darah
www.kolope.com, dikunjungi pada tanggal 19 Desember 2015.
JURNAL