Anda di halaman 1dari 34

BAB I.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai kegiatan

pembangunan di Kabupaten Sambas

dewasa ini dirasakan masih belum dapat menjawab permasalahan


mendasar yang dihadapi. Tidak dipungkiri, bahwa pembangunan
tersebut secara bertahap menunjukkan keberhasilan yang cukup
menggembirakan dalam berbagai sector, namun masih belum
optimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Daerah ini
adalah merupakan daerah dengan predikat terdepan, tertinggal
dan terluar. Sebuah potensi pengembangan yang sangat besar,
sekaligus tantangan yang penuh dengan factor pembatas yang
tinggi, sehingga diperlukan sebuah terobosan dan akselerasi
untuk mencapai kemajuan.
Pemerintah telah menetapkan 183 Kabupaten di Indonesia
sebagai daerah tertinggal, yaitu daerah dengan pencapaian
pembangunan yang rendah dan diperhitungkan memiliki indeks
kemajuan pembangunan dibawah rata-rata indeks pembangunan
Nasional.

Terdapat

pembangunan

antara

kesenjangan
daerah

maju

yang
dan

mencolok
daerah

dalam

tertinggal.

Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah yang masuk ke


dalam kategori daerah tertinggal tersebut.
Ketertinggalan

suatu

daerah

pada

akhirnya

akan

berimplikasi pada rendahnya tingkat produktivitas masyarakat.


Rendahnya tingkat produktivitas masyarakat akan mengarah pada
meningkatnya angka kemiskinan disuatu daerah. Pembangunan
daerah tertinggal merupakan suatu upaya terencana untuk
mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan
berbagai permasalahan social, ekonomi dan keterbatasan fisik,
menjadi daerah yang maju dan masyarakat yang sejahtera.
Sesuai dengan tema RPJP Nasional 2005 -2025 yaitu
Mewujudkan Pembangunan Yang Lebih Merata dan Berkeadilan,
maka arah kebijakan Nasional terhadadap daerah tertinggal adalah
1

: keberfihakan Pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan


wilayah-wilayah
keterkaitan

tertinggal

kegiatan

dan

terpencil

ekonomi

melalui

dengan

penguatan

wilayah-wilayah

cepat tumbuh dan strategis dalam satu system wilayah


pengembangan ekonomi. Percepatan pembangunan daerah
tertinggal tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sumberdaya
yang ada di daerah tersebut. Sumberdaya pembangunan di daerah
tertinggal

yang

utama

meliputi

sumberdaya

manusia

dan

sumberdaya alam serta posisi geografisnya dalam konteks global


maupun regional.
Salah satu persoalan daerah tertinggal adalah terkait
dengan infrastruktur. Tingkat kebutuhan sarana dan prasarana
menempati urutan teratas dengan infrastruktur yang belum atau
kurang memadai.atas dasar itu, aspek infrasruktur menjadi salah
satu tolok ukur atau Kriteria sebuah daerah dikatakan tertinggal
atau tidak. Keberadaan infrastruktur merupakan hal penting yang
harus dipenuhi dalam proses pembangunan. Infrastruktur diyakini
mampu menunjang proses pembangunan di bidang lain, seperti
pendidikan,

kesehatan

dan

kebudayaan.

Infrastruktur

juga

memiliki peran penting mendukung kemampauan masyarakat


dalam rangka persaingan global.
Untuk
memadainya

mengeliminasi

ketertinggalan

pembangunan

daerah,

disebabkan

infrastruktur

belum

merupakan

aspek yang harus segera dipenuhi. Jika aspek infrastruktur tidak


segera dipenuhi, ketertinggalan akan tetap berlangsung. Program
pembangunan infrastruktur adalah untuk mengatasi kesenjangan
antar

wilayah,

antar

desa,

antar

kota

dan

antar

sektor.

Kesenjangan itu harus terus diatasi untuk menuju kesetaraan.


Keterbatasan daerah tertinggal untuk mendorong revenue
generating disebabkan belum memadainya jaringan prasarana
penunjang keterkaitan ekonomi wilayah, terbatasnya investasi,
terpusatnya penguasaan asset dan kurang kuatnya kelembagaan
2

ekonomi local. Sehingga potensi wilayah, sumberdaya agraris dan


maritim sebagai basis ekonomi wilayah dan dasar keunggulan
daya saing nasional di daerah tertinggal belum dioptimalkan baik
dari sisi pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif.
Keberhasilan dalam pembangunan Daerah, tidak terlepas
dari kebijakan dan strategi pembangunan yang dilaksanakan
dalam

rangka

pencapaian

tujuan.

Salah

satu

kebijakan

Pembangunan daerah di Kabupaten Sambas adalah mewujudkan


kawasan strategis dan cepat tumbuh, sebagaimana tertuang
di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
2005 -2025. Mewujudkan kawasan strategis dan cepat tumbuh
adalah membangun kawasan potensial dengan daya dukung yang
dimiliki untuk

menjadi

kawasan cepat tumbuh yang dapat

memberikan pengaruh positif ke wilayah sekitarnya, melalui


penyediaan

infrastruktur,

pengelolaan

tata

ruang

serta

didukung system kelembagaannya.


Kebijakan pembangunan Kabupaten Sambas dengan konsep
pembangunan

berbasis

wilayah,

diimplementasikan

dengan

rencana pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten. Penetapan


kawasan strategis tersebut didasarkan atas potensi yang dimiliki
daerah, antara lain sector perikanan dan sector industry. Kawasan
strategis dimaksud adalah:
1. Kawasan Minapolitan Berbasis Perikananan Budidaya
dengan pusatnya di Jawai Laut.
2.

Kawasan

Minapolitan

Berbasis

Perikanan

Tangkap

dengan pusatnya di Pemangkat


3. Kawasan Industri Semparuk (KIS) di Semparuk.
Pengembangan kawasan strategis tersebut dimaksudkan
adalah

sebagai

pendongkrak

perekonomian

wilayah.

Berkembangnya kawasan pusat pertumbuhan ekonomi dalam 3


3

kawasan dimaksud, diharapkan dapat memberikan multiplier


effect bagi wilayah sekitarnya. Ketiga kawasan tersebut juga
diharapkan saling memberikan dukungan pengembangan yang
terintegrasi, mengingat posisi letaknya yang berdampingan satu
sama lain. Pengembangan kawasan strategis tersebut juga sejalan
dengan

langkah

Masterplan

Percepatan

dan

Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dimana ditetapkan 3


fokus utamanya sebagai misinya, yaitu :
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses
produksi serta distribusi dari pengelolaan asset dan akses
(potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan
kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam
maupun antar kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan
pemasaran serta integrasi pasar domestic dalam rangka
penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan system inovasi nasional di sisi produksi,
proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global
yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
Gambar 1. Peta Posisi Letak 3 Kawasan Strategis.

Tantangan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut


diantaranya adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung
aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang
sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama
adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah
sehingga dapat mempercepat pembangunan ekonomi wilayah.
Agar dalam pembangunan infrastruktur dapat lebih terarah,
terintegrasi,

terkoordinasi

dan

saling

bersinergis.

diperlukan

adanya rencana aksi penyediaan infrastruktur dikawasan strategis,


sehingga

dapat

memberikan

hasil

yang

lebih

optimal

dan

berakselerasi tinggi.

B. MAKSUD
Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Strategis Terpadu ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang kawasan
strategis Minapolitan dan KIS secara terpadu dalam perencanaan,
penganggaran dan pelaksanaan pengembangan infrastruktur,
terutama dalam percepatan pengembangan konektivitas antar dan

inter kawasan strategis, sehingga dapat berakselerasi tinggi dalam


percepatan pengembangan ekonomi wilayah.
C. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menyiapkan
program dan kegiatan pengembangan infrastruktur yang dapat
mendukung pencapaian Sasaran Pembangunan Daerah terutama
dalam pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dalam
rangka

peningkatan

perekonomian

wilayah,

kesejahteraan

masyarakat, pengentasan ketertinggalan dan peningkatan IPM


melalui rencana, program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,
inovatif, efektif dan efisien.

BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

A. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI


Luas wilayah Kabupaten Sambas sekitar 6.395,70 km
dengan ibukota Sambas.Kabupaten ini memiliki garis pantai
sepanjang
lain

97

198,76
km.Terdiri

km

dan

dari

garis

perbatasandengan

19Kecamatan

dan

183

Negara

Desa

dan

sebuahUPT.Secara Geografis terletak diantara koordinat 2o08 LU


sampai 0033 LU sertadi antara 108o39 BT dengan 110o04 BT
pada

peta

Sambas

bumi.
adalah

Berdasarkan
salah
6

letakgeografis ini Kabupaten


satu

daerahwilayahNegara

RepublikIndonesiadengan karakteristik khusus berbatasan dengan


Negara lain.
Batas administratif

wilayah

Kabupaten

Sambas

adalah

sebagai berikut :
Disebelah Utara
:Serawak dan Malaysia Timur; laut Natuna
Disebelah Barat
: Laut Natuna
Disebelah Selatan :Kota Singkawang
Disebelah Timur : Kabupaten Bengkayang dan Serawak
Gambar 2. Peta Administratif Kabupaten Sambas

Wilayah Kabupaten Sambas memiliki karakteristik geografis


yang cukup terbuka dan memiliki akses yang lebih luas terhadap
wilayah-wilayah lainnya karena memiliki akses melalui transportasi
darat dan laut. Melalui transportasi darat, akses yang cukup tinggi ke
wilayah pesisir seperti ke Kota Singkawang sampai ke Pontianak
(ibukota

provinsi,).

ke

wilayah

pedalaman

yaitu

Kabupaten

Bengkayang, dan ke luar negeri yaitu ke Sarawak, Malaysia Timur.


Melalui transportasi laut, wilayah Kabupaten Sambas

memiliki akses

relatif tinggi ke wilayah kepulauan di Laut Natuna. Posisi strategis


wilayah tersebut tentunya memberikan peluang untuk peningkatan
pembangunan dan aksesibilitas sosial budaya serta ekonomi yang lebih
luas baik secara lokal yaitu terhadap daerah-daerah di dalam negeri

maupun dalam skala regional yaitu dengan negara-negara tetangga di


kawasan ASEAN.
Wilayah Kabupaten Sambas yang luasnya 6.395,70 km2 atau
sekitar 4,36% dari luas wilayah daratan Provinsi Kalimantan Barat
terdiri dari 19 Kecamatan dan 183 Desa. Kesembilan belas kecamatan
tersebut

meliputi:

Kecamatan

Selakau,

Selakau

Timur,

Salatiga,

Pemangkat, Semparuk, Jawai Selatan, Jawai, Tekarang, Tebas, Subah,


Sebawi, Sambas, Sajad, Sejangkung, Sajingan Besar, Galing, Teluk
Keramat, Tanggaran, dan Paloh. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Sajingan Besar dengan luas 1.391,20 km 2 atau 21,75% dari luas
wilayah

Kabupaten

Sambas,

sedangkan

yang

terkecil

adalah

Kecamatan Tekarang dengan luas 83,16 km 2 atau 1,30% dari luas


wilayah kabupaten (lihat Tabel 1 dan Gambar 2).

TABEL 1. LUAS WILAYAH KABUPATEN SAMBAS

No.

Kecamatan

Ibukota

Luas
(Km2)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Selakau
Selakau Timur
Salatiga
Pemangkat
Semparuk
Jawai Selatan
Jawai
Tekarang
Tebas

Selakau
Selakau Tua
Salatiga
Pemangkat
Semparuk
Matang Terap
Sentebang
Tekarang
Tebas

129,51
162,99
82,75
111,00
90,15
93,51
193,99
83,16
395,64

Persentase
terhadap
luas Kabupaten
(%)
2,02
2,55
1,29
1,74
1,41
1,46
3,03
1,30
6,19

Balai
Gemuruh
11. Sebawi
Sebawi
12. Sambas
Sambas
13. Sajad
Tengguli
14. Sejangkung
Sejangkung
15. Sajingan Besar Kaliau
16. Galing
Galing
17. Teluk Keramat Sekura
Simpang
18. Tangaran
Empat
19. Paloh
Liku
10. Subah

644,55

10,08

161,45
246,66
94,94
291,26
1.391,20
333,00
554,43

2,52
3,86
1,48
4,55
21,75
5,21
8,67

186,67

2,92

1.148,84
6.395,7
Kabupaten Sambas
0
Sumber : Kabupaten Sambas Dalam Angka, Tahun 2012.

17,96
100,00

GAMBAR 3. PROSENTASE LUAS WILAYAH KABUPATEN SAMBAS

Sumber : Kabupaten Sambas Dalam Angka, Tahun 2012.

B. Data Topografi Wilayah


Kabupaten Sambas berada di daerah dataran rendah pada
Elevasi sekitar antara + 3hingga
datar

karena

disekitar

lokasi

+ 7 lws. Kondisi lokasicukup


tidak

terdapatpegunungan.

Disamping itu lokasi bukan merupakan bentukan sedimentasi


sungaiatau laut.
lebih

stabil

Wilayah masih cukup luas dan kondisi tanah


sehingga

tidak menyulitkan

pengembangan

kawasan. Dilihat dari tekstur tanahnya sebagian besardaerah


Kabupaten Sambas terdiri dari tanah alluvial yang meliputi
9

areal

seluas230,63

ribu

hektar.Selain

itu

terdapat

tanah

podsolid merah kuning sekitar 157,32hektaryang cukup subur.


Gambar 4. Peta Topografi

C. Kondisi Geologi Wilayah


Secara umum, berdasarkan hasil investigasi menunjukkan
bahwa

daerah

ini didominasi

tanah

pasir

dan

jenis

tanah

alluvial lain. Keadaan wilayah dapat terbagimenjadi 3 elevasi


yaitu

pertama

elevasi

danberikutnya 825 m
Sijangkung,

07

meter

diatas

permukaan

laut

serta 26100 m. Wilayahnya melingkupi

Sambas,Tebas,

Selakau,

Jawai,

Paloh

dan

Teluk

Keramat. Jenis tanah yang ada di kabupatenSambas terdiri dari


organosol;

alluvial;

podsol;

latasol

dan

podsolid

merah

kuning(PMK). Khusus untuk wilayah bagian utara kabupaten ini


sepanjang pantai terdiridari batu dan beting karang.
Gambar 5. Peta Geologi

10

D. Klimatologi
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh
keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan
arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Jumlah curah hujan
tertinggi pada tahun 2010 di Kabupaten Sambas mencapai
3.692,0 mm atau rata-rata 307,67 mm/bulan di Kecamatan
Sejangkung,

sedangkan

curah

hujan

terendah

terjadi

di

Kecamatan Tebas dengan rata-rata 164,75 mm/bulan.


Rata-rata bulanan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari 2010 di Kecamatan Teluk Keramat mencapai 674,00 mm.
Sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan
Maret 2010 di Kecamatan Galing, yaitu hanya mencapai 62,50
mm.
Pada tahun 2010, jumlah Hari Hujan tertinggi terjadi di
Kecamatan Sambas mencapai 207 hari hujan atau rata-rata 17
hari hujan per bulan, Sedangkan hari hujan terendah terjadi di
11

Kecamatan Tekarang dan Teluk Keramat yang mencapai 124 dan


122 hari hujan atau rata-rata 10 hari hujan per bulan.
Rata-rata bulanan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember di Kecamatan Galing, yaitu mencapai 25 hari hujan.
Sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan Pebruari di
Kecamatan Teluk Keramatt, yaitu hanya mencapai 5 hari hujan.
Lihat pada gambar di bawah ini .
Gambar 6. Peta Curah Hujan

E. Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya,

yang

berfungsi

menampung,

menyimpan,

dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke


laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

12

Di wilayah Kabupaten Sambas tersebut terdapat empat


DAS. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sambas merupakan DAS
terluas, Daerah Aliran Sungai (DAS) Paloh, Daerah Aliran Sungai
(DAS) Selakau dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebangkau.
DAS Paloh

: 64.375 ha,

DAS Sambas

: 258.700 ha,

DAS Sebangkau

: 193.125 ha, dan

DAS Selakau : 123.370 ha.


Gambar 7. Peta DAS

F. Panjang Pantai
Menurut hasil penelitian LAPAN pada bulan Agustus 2003
panjang pantai Kabupaten Sambassekitar 198,76 Km. Pada tahun
2010 dengan adanya 7 kecamatan yang berhubungan langsung
dengan

pantai,

maka rincian panjang

kecamatan menjadi sebagai berikut :


1. Kecamatan Selakau : 13,51 Km

13

pantai

masing-masing

2. Kecamatan Pemangkat : 15,42Km


3. Salatiga :

4,80Km

4. Kecamatan Jawai : 26,40 Km


5. dan Jawai Selatan : 16,40Km
6. Kecamatan Tangaran : 19,67 Km
7. Kecamatan Paloh : 102,56 Km
G.

Luas Laut Pengelolaan


Luas Laut Pengelolaan Kabupaten Sambasjika dihitung dari
kewenangan Kabupaten seluas 1.467,84 Km2. Keberadaan luas
wilayah

laut pengelolaan

Kecamatan

Paloh paling luas yaitu

51,71 % dari keseluruhan kecamatan yang memiliki wilayah laut di


kabupaten Sambas.
perairan

laut

Lokasi

berada paling

kecamatan
Utara

Paloh

yang memiliki

Kabupaten

Sambas

dan

berbatasan dengan negara lain. Luas kawasan laut dirinci pada


tabel berikut ini.
Tabel 3. Data Luas Laut Pengelolaan Kabupaten Sambas

Sumber : DKP Kabupaten Sambas, 2012.


Dari

19

kecamatan yang

ada

di

Kabupaten

Sambas;

maka 7 kecamatan yang memiliki luas wilayah laut terluas


adalah kecamatan Paloh yaitu 758,94 km(51,71%) dari luas
wilayah keseluruhan. Sedangkan Kecamatan Pemangkat yang
sebelumnya

menyatu

dengan
14

kecamatan

Salatiga

terjadi

pemekaran yang sebelumnya


menjadi

114,10

km

luas

laut

wilayah

149,63

km

kecamatan Pemangkat dan 35,53 km

kecamatan Salatiga. Demikian pula halnya dengan Jawai yang


sebelumnya

luas

laut

wilayahnya

316,71

km

setelah

terbentuknya Jawai Selatan, luas wilayah laut Jawai menjadi


195,35 km dan luas laut wilayah Jawai Selatan

121,36 km.

H. Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, seperti
yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional bahwa
manusia Indonesia atau penduduk disebut sebagai modal dasar di
samping modal dasar lainnya, apabila mereka dapat dibina dan
dikerahkan secara efektif. Namun penduduk juga dapat menjadi
beban pembangunan apabila tidak berkualitas, baik kualitas
pendidikan, kesehatan mental dan fisik.Oleh karena itu penduduk
yang

banyak

bukan

jaminan

bagi

tercapainya

keberhasilan

pembangunan.Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Sementara


Provinsi Kalimantan Barat, penduduk KabupatenSambas pada
tahun 2011 berjumlahsekitar 501.149 jiwa dengan kepadatan
penduduk sekitar 78 jiwa per kilometer persegi atau 2.724 jiwa per
desa. Karena itu, persoalan mendesak bagi daerah adalah
minimnya sumber daya manusia untuk mengelola pembangunan
di daerah yang potensinya amat besar.Penyebaran penduduk
diKabupaten Sambas tidak merata antar kecamatan yang satu
dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Pemangkat merupakan
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu
403 jiwa/km2. Sebaliknya, Sajingan Besar dengan kepadatan
penduduk terkecil hanya dihuni 7 jiwa/km

15

Tabel 4.

Sumber : BPS (Kabupaten Sambas Dal;am Angka), 2012

I. Tingkat Kesejahteraan
Indeks

Pembangunan

Manusia

(IPM)

menjadi

suatu

indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat


dan keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Rendahnya
kualitas sumberdaya manusia dapat diketahui dari rendahnya
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Isu rendahnya
IPM beranjak dari rendahnya

tiga komponen indeks, yaitu :

peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar


hidup layak (decent living). Peluang hidup diukur dengan Angka
Harapan Hidup (AHH), komponen pengetahuan diukur dengan
Angka Melek Huruf (AMH)

16

dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS),

komponen standar hidup layak diukur dengan indicator rata-rata


konsumsi riil yang telah disesuaikan.
Kabupaten Sambas merupakan daerah yang IPM nya
tergolong

rendah,

bahkan

menduduki

ranking

13

dari

14

Kabupaten / Kota di Propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan data


BPS 2012, pada tahun 2011 IPM Kabupaten Sambas adalah 65,80,
dengan indeks indicator AHH 61,48; AMH 91,55; Rata2 Lama
Sekolah 6,24 dan pengeluaran perkapita 623.020. Komparasi IPM
Kabupaten Sambas sesuai grafik di bawah ini :

Gambar 8. Komparasi IPM Kabupaten Sambas

Begitu juga dengan tingkat kesejahteraan yang rendah,


berpengaruh terhadap nilai IPM. Dari data menunjukkan bahwa
semua Kecamatan mepunyai penduduk miskin dengan jumlah
yang bervariasi. Konsentrasi terbesar penduduk miskin tersebar
pada 5 Kecamatan, yaitu Tebas, Selakau, Jawai, Sambas dan
Pemangkat. Data selengkapnya pada grafik berikut ini :

]
17

Gambar 9. Data Jumlah Penduduk Miskin

Dalam perencanaan pembangunan, pembangunan manusia


senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia
(human development) dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi
penduduk ( enlarging the choice of people), yang dapat dilihat
sebagai proses upaya ke arah perluasan pilihan dan sekaligus
sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di
antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah
untuk

berumur

pengetahuan

panjang

dan

untuk

dan

sehat,

mempunyai

untuk
akses

berilmu
terhadap

sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara


layak. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan
melakukan

percepatan

pembangunan

pada

seluruh

sector

terutama dengan pengembangan perekonomian.. Pertumbuhan


ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya.
Upaya yang ditempuh diantaranya adalah dengan pengembangan
kawasan strategis, dimana kawasan ini diharapkan dapat menjadi
penggerak pembangunan bagi kawasan di sekitarnya.

18

BAB III. PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

A. KAWASAN MINAPOLITAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA


Pada tahun 2008, Kabupaten Sambas, khususnya Kecamatan
Jawai Selatan, desa Jawai Laut dan Desa Jelu Air ditetapkan sebagai
Kawasan Minapolitan melalui Keputusan Bupati Sambas No. 250 Tahun
2008. Kabupaten Sambas merupakan satu dari 41 kabupaten di
Indonesia yang ditetapkan sebagai lokasi minapolitan. Penetapan
Kabupaen Sambas sebagai satu-satunya lokasi minapolitan di Provinsi
Kalimantan Barat dikuatkan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor : KEP.41/MEN/2009
tentang Penetapan Lokasi Minapolitan.
Kawasan Agropolitan menurut UU Penataan Ruang No 26/2007,
didefinisikan sebagai kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh
adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis. Agropolitan sebagai pendekatan
pembangunan
didalamnya

wilayah

berorientasi

MINAPOLITAN

dan

KOTA

perdesaan,
TERPADU

yang

mencakup

MANDIRI,

secara

keseluruhan mendukung Triple Track Strategy yang pro growth, pro job
dan pro poor
Kawasan Minapolitan berdasarkan turunan kawasan Agropolitan
adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengeloaan
sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem minabisnis.
Kawasan Minapolitan termasuk di dalam daerah Rawa Jawai
Laut seluas 3.000 Ha secara administratif meliputi tiga desa yaitu Desa
dalam wilayah Kecamatan Jawai Selatan, Kabupaten Sambas. Ketiga

19

desa dimaksud adalah Desa Matang, Desa Jelu Air dan Desa Jawai Laut.
Namun yang masuk dalam Pusat Kawasan Minapolitan hanya Desa Jelu
Air dan Desa Jawai Laut.

Khusus pusat kawasan Desa Jelu air, kondisi jalan dapat


dijelaskan sebagai berikut :
Jalan Kolektor Primer ruas Singkawang Pemangkat Tebas
Sambas Tj. Harapan sepanjang 93 Km, beraspal dalam kondisi
baik.
Jalan Lokal Primer ruas Tebas Penyeberangan Perigi Piyai
Rambayan Sentebang Matang Suri Matang Terap Jelu Air
(Sungai Batang) sepanjang 26,5 Km, beraspal dalam kondisi baik.
Jalan Lokal Primer ruas Tebas Penyeberangan Perigi Piyai
Rambayan Segarau Semperiuk Sarilaba Jelu Air (Sungai
Batang) sepanjang 18,0 Km, sebagian beraspal dalam kondisi baik,
sebagian pengerasan (desa Sabaran-Jelu Air)
Pengembangan/pembangunan

Kawasan

Minapolitan

diutamakan pada pusat kawasan (minapolis) dan Kawasan Penyangga


(hinterland). Pusat Kawasan Minapolitan Kabupaten Sambas terletak di
Desa Jawai Laut dan Desa Jelu Air Kecamatan Jawai Selatan. Kawasan
minapolitan desa Jawai Laut tadinya merupakan kawasan TIR-Trans
Jawai. Dari 310 petak tambak yang ada, 58 petak masih beroperasi
dengan kondisi sarana/prasarana seadanya.
Komoditas unggulan yang dibudidayakan adalah udang windu dan
Ikan bandeng Udang windu menjadi komoditas utama karena harga
jualnya yang tinggi (Rp. 50.000,-/kg untuk size 25-30). Selain komoditas
perikanan tersebut diatas, beberapa komoditas pertanian juga mereka
budidayakan, seperti sayur mayur dan buah-buahan.

Sayur dan buah-

buahan mereka tanam di tanggul tambak.


Infrastruktur yang ada di kawasan tambak sangat terbatas,
Infrastruktur jalan sepanjang 10 Km masih jalan tanah, sarana air bersih
20

belum ada.Saluran tambak sudah dangkal sehingga pemasukan air hanya


bisa dilakukan pada saat pasang tinggi.Pintu tambak pada umumnya
sudah rusak demikian juga pintu air di saluran. Dari 310 petak tambak
hanya 58 petak yang bisa dioperasikan.

Gambar 10. Daerah Pengembangan Pusat Kawasan Minapolitan

Kawasan hinterland dimaksudkan untuk menunjang pusat


kawasan minapolitan dalam penyediaan sarana produksi maupun
penunjang

produksi.

Kedepan,

daerah

hinterland

tidak

hanya

difungsikan sebagai kawasan penunjang produksi saja tetapi lebih dari


itu seperti penunjang pengolahan hasil maupun penunjang pemasaran
sehingga diperlukan lokasi yang lebih luas seperti Kecamatan Sajingan
sebagai akses pasar ke Kuching (Malaysia).
Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan Minapolitan
merupakan aplikasi kegiatan pembangunan kawasan minapolitan yang
dilaksanakan secara bertahap dan terarah. Program dan kegiatan ini
tidak hanya memuat kegiatan pembangunan di bidang perikanan saja
yang sebagai komoditas unggulan, namun memuat seluruh bidang
pembangunan

seperti pengembangan SDM, kelembagaan, sarana

prasarana serta pengembangan kawasan perindustrian. Beberapa


21

Program

pengembangan

yang

akan

dilaksanakan

di

Kawasan

Minapolitan adalah :
a) Program Pengembangan Komoditas Unggulan
b) Program Pengembangan Agrowisata.
c) Program Pembangunan Prasarana dan Sarana
d) Program Pengembangan Kawasan Industri
B. KAWASAN MINSPOLITAN BERBASIS PERIKANAN TANGKAP
Pengembangan

sentra

wilayah

minabisnis

komoditas

pada

hakekatnya merupakan kegiatan awal untuk memacu pembangunan


bidang

ekonomi

di

suatu

wilayah minapolitan.

Secara

bertahap

berkembangnya kegiatan produksi komoditas perikanan tangkap dan


budidaya diupayakan

untuk

dapat

berkembangnya kegiatan-kegiatan

diikuti

ekonomi

oleh
terkait,

muncul
baik

dan
secara

horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya


sehingga

menumbuhkan

minapolitan.

Pembangunan

dinamika
sentra

perekonomian

minabisnis

saat

wilayah
ini

lebih

didukung dengan mengerahkan kegiatan lintas sektoral maupun


subsektoral yang terfokus dan terintegrasi pada lokasi yang telah
terpilih.

Upaya

mendukung

dan

terfokus

ini dilaksanakan

menghantarkan

multi

kegiatan

tahun,

untuk

yang berbasis pada

pemanfaatan sumberdaya ikan laut dan budidaya.


Masyarakat
melakukan

dan

pelaku

usaha

minabisnis

menjalin kegiatan-kegiatan

untuk

minabisnis

mampu
dengan

kekuatan sendiri secara berkesinambungan. Penetapan Kabupaten


Sambas sebagai lokasi pengembangan minapolitan telah ditetapkan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Keputusan Menteri
Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

Penetapan Kawasan Minapolitan

22

KEP.32/MEN/2010

tentang

Kabupaten Sambas diarahkan sebagai kawasan


dengan

basis

perikanan

tangkap

dan

budidaya

Minapolitan

sebagai

model

pengembangan sentra minabisnis.


Sebagai kawasan Minapolitan berbasis perikanan tangkap dan
budidaya, berarti kedua sub sektor baik pengembangan perikanan
tangkap

maupun

pengembangan

subsektor

budidaya

perikanan

(budidaya laut maupun tambak) dalam pengembangannya dapat


dilaksanakan

secara

sinergis dan

simultan. Harapan

kedepan

dengan berkembangnya kawasan Minapolitan ini bertujuan untuk


meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk Kelautan
dan Perikanan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat
pesisir terutama
pengolah

ikan

pendapatan
yang

adil

nelayan,pembudidaya
dan

merata. Salah

ikan

satu

dan

indicator

keberhasilan pengembangan perikanan ini adalah wilayah tersebut


dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi wilayah (Growth Center)
yang mampu menimbulkan dampak ganda (multiplier effect) bagi
pertumbuhan sektor
Konsep

lain di wilayah sekitarnya.

kawasan

pusat

kegiatan

perikanan

(Minapolitan)

merupakan kota perikananyang tumbuh dan berkembang karena


berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan
disekitarnya (Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010). Kawasan
sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra
produksi perikanan perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan
yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi
lebih

ditentukan

dengan

memperhatikan

skala ekonomi kawasan

yang ada.
Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus
dikembangkan
berdasarkan

sebagai

keterkaitan

suatu kesatuan

pengembangan

ekonomi

desakota

antara

wilayah

(urbanrural

linkages) dan menyeluruh serta hubunganyang bersifat timbale dan


dinamis. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah
23

pembangunan

ekonomi

berbasis

perikanan

yang

dilaksanakan

dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan


menyeluruh, berdaya saingberbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi yang digerakkan olehmasyarakat dan difasilitasi oleh
pemerintah.
Strategi kebijakan pengembangan kawasan minapolitan meliputi:
1. Mengembangkan pelayanan sarana dan prasarana dikawasan
minapolitan

untuk

mendukung

aktivitas

sosial

ekonomi

dan

percepatan pertumbuhan kawasan;


2. Meningkatkan aksesibilitas dan mengembangkan sinergi sosial
ekonomi

antarakawasan tersebut dengan pusat kegiatan dan

kawasan strategis lainnya;


3. Mengembangkan

kawasan minapolitan berbasis

keunggulan

sumber daya alamdan pemberdayaan masyarakat pesisir;dan


4.

Mempercepat

pertumbuhan

kawasan

minapolitan

dengan

meningkatkan aksesibilitas serta mengoptimalkan potensi lokal.


Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nnusantara di desa Penjajab,
kecamatan Pemangkat menjadikan pelabuhan perikanan nusantara
Pemangkat

menjadi

kawasan

inti minapolitan perikanan Tangkap.

Sebagai kawasan inti akan menjadi sentra produksi pro

nelayan,

pendaratan kapal dan membongkar hasil tangkapan, perdagangan


produk

perikanan

dan

disitribusi

hasil

perikanan

yang

mampu

menggerakkan ekonomi tidak hanya nelayan tetapi juga eknomi


wilayah sekitarnya.
Sama

halnya

pengembangan
kesesuaian

dengan

perikanan

budidaya peruntukkan

kawasan pendukung minapolitan

dengan RTRW

kabupaten

pengembangan industri ada di:

24

hasil

analisis

Sambas kawasan pendukung

Kawasan

Industri

Semparukyang

merupakan kawasan

untuk

kegiatan industry pengolahan makanan/minuman, industri kimia,


industri pengolahan karet,industri pengolahan kayu dan furniture,
industri bahan bangunan, dan industrilain-lain;
Kawasan Industri Aruk yang merupakan kawasan untuk kegiatan
industripengolahan berbasis pertanian, perikanan, kehutanan, dan
pertambangan.
Mengembangkan

pasar

dikawasan

pendukung

(desa

Harapan;

Pemangkat Kota)untuk meningkatkan nilai tambah produksi berupa


industri

yang

mensuplai bahan baku kebutuhan pengolahan ikan

(karton, pabrik es, keranjang ikan)


Mengembangkan pasar industri pengolahan di kawasan terkait
dansuplai bahanbaku kebutuhan usaha perikanan (Kota Sambas;
Kota Singkawang; KotaPontianak)
Hasil
Sambas

analisis

strategi

kesesuaian
kebijakan

dan

arahan

percepatan

RTRW

Kabupaten

pembangunan

kawasan

minapolitan serta kawasan pendukung meliputi:


1. Mengembangkan pelayanan sarana dan prasarana di kawasan inti
minapolitanserta kawasan pendukung untuk mendukung aktivitas
sosial ekonomi perikanan dan percepatan pertumbuhan kawasan;
2. Meningkatkan
ekonomi

aksesibilitas

dan

mengembangkan

sinergi

sosial

antara kawasan tersebut dengan pusat kegiatan dan

kawasan strategis lainnya;


3. Mengembangkan kawasan minapolitan berbasis keunggulan sumber
daya alam dan pemberdayaan masyarakat
4.

Mempercepat

pertumbuhan

kawasan

pendukung

dengan

meningkatkan aksesibilitas serta mengoptimalkan potensi lokal.


Untuk
agar

terjadi

wilayah

pengembangan
keterkaitan

kecamatan

lain

kawasan minapolitan

antara
(Jawai

25

satu

wilayah

Selatan,

akan

diarahkan

kecamatan dengan

Pemangkat,

Tangaran,

Kecamatankecamatan yang ada di sekitar kawasan Inti dalam suatu


sistem yang utuh terintegrasi mulai dari :
1.

Subsistem

minabisnis

hulu

yang

mencakup

penelitian,

pengembangan sarana perikanan, permodalan dan lain-lain.


2. Subsistem usaha perikanan yang mencakup usaha, pembenihan;
pembesaran, penangkapan,

penyediaan

sarana

budidaya

dan

penangkapan ikan serta penanganan hasil


3. Subsistem minabisnis hilir yang meliputi industri pengolahan dan
pemasarannya termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor
4. Subsistem penunjang seperti perkreditan, asuransi, transportasi,
pendidikan, penyuluhan, infrastruktur dan kebijakan Pemerintah.
Keterkaitan

antar

kawasan

minapolitan

baik

kawasan

inti,

kawasan pendukung dan pengembangan serta kawasan keterkaitan


bersifat

saling

timbal

balik

serta

didaerah

saling membutuhkan.

Untuk

pedesaan mengembangkan

usaha

kawasan

budidaya

budidaya

dan

kawasan

pendukung menyediakan

produk

olahan

skala

rumah

fasilitas

tangga.

untuk

Sebaliknya

berkembangnya

usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan


antara

lain

modal,

teknologi,

informasi,

peralatan perikanan dan

sebagainya. Hal ini juga untuk kegiatan usaha perikanan

tangkap

dipelabuhan perikanan.
Disamping keterkaitan dalam pengembangan produk kawasan
minapolitan,

juga terdapat

keterkaitan ruang

antar

wilayah

kecamatan

Jawai Selatan, Jawai, Tangaran, Pemangkat, Paloh, dan

kecamatan

pendukung

lain

seperti

kecamatan

Semparuk

serta

kabupaten Bengkayang. Kota Sambas, Kota Singkawang dan Kota


Pontianak. Dari hasil pengamatan pergerakan masyarakat dan barang
menunjukkan bahwa ada keterkaitan kuat diantara kecamatan dan
kota-kota tersebut.

Komoditas

ikan

yang

diangkut

dikecamatan

sekitar untuk diolah, dan ada yang langsung ke Kota Singkawang


26

dan Pontianak. Sebaliknya ada

pergerakkan barang dari Pontianak

(rumah tangga, mesin-mesin kapal) yang dibawa ke Pemangkat dan


Jawai

Selatan.

Dari

pergerakan

ini

ada

indikasi

bahwa

dalam

pergerakkan membutuhkan sarana dan prasarana transportasi. Angkutan


transportasiada 2 sasaran yaitu regional (angkutan antara kecamatan
dan desa-desa disekitarnya) serta transportasi lokal (antar kecamatan
dengan kota-kota/ kecamatan lain)
Kegiatan usaha penangkapan ikan di WPP-NRI 711
kawasan Inti Pelabuhan Perikanan Nusantara
berpikir

Kebijakan

tangkap

berbasis

peruntukkan
meliputi

pemerintah
wilayah

di

perikanan tangkap sebagaimana

kawasan

lebih129.814ha

dengan
tersebar

Pemangkat.Kerangka

dalam pengembangan
kabupaten

luas

laut

diKecamatan

dengan

Sambas

perikanan

maka kawasan

dimaksud dalam RTRW


pengelolaan
Selakau,

kurang

Kecamatan

Pemangkat, Kecamatan Jawai, Kecamatan Tangaran, Kecamatan Jawai


Selatan, Kecamatan Salatiga dan Kecamatan Paloh.
Keberadaan luas laut diatas adalah di WPP-NRI 711 (Permen
KP No.PER.01/MEN/2009 yang membagi perairan laut Indonesia ke
dalam11 WPP-RI).Dalam hal ini berada dilaut Cina Selatan yang
cukup

potensial

dan

kawasan

inimerupakan zona penangkapan

masyarakat nelayan Kabupaten Sambas.


Gambar 11.

Peta WWP_NRI 711

27

C. KAWASAN INDUSTRI SEMPARUK (KIS)


Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, ditetapkan bahwa Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Khatulistiwa di Propinsi
Kalimantan

Barat

adalah

sebagai

Kawasan

Strategis

Nasional.

Penetapan Kapet dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun


1996 tentang Kapet dan kemudian disempurnakan menjadi Keputusan
Presiden Nomor 9 tahun 1998 tentang Kapet dan sesuai dengan
semangat otonomi daerah disempurnakan kembali melalui Keputusan
Presiden Nomor 150 tahun 2000.
KAPET diharapkan menjadi kawasan yang mampu mendorong
eliminasi

disparitas

perkembangan

nasional.

Keberadaan

Kapet

diharapkan dapat berfungsi sebagai penggerak pembangunan (prime


mover)

di

wilayah

pertumbuhan

sekitarnya

ekonomi

disertai

melalui
dengan

pembentukan

pusat-pusat

pemberian

kemudahan-

kemudahan yang dapat memberikan peluangkepada dunia usaha


u8njtuk
tersebut.

berperan

serta

Pusat-pusat

dalam

kegiatan

pertumbuhan

pembangunan

tersebut

nantinya

diwilayah
diharapkan

mampu menarik dan mendorong pertumbuhan di kawasan sekitarnya.


Salah satu pusat pertumbuhan strategis di wilayah Kapet
Khatulistiwa adalah Kawasan Industri Semparuk (KIS) di Kecamatan
28

Semparuk. KIS

merupakan kawasan

untuk

kegiatan

industry

pengolahan makanan/minuman, industri kimia, industri pengolahan


karet,industri

pengolahan

kayu

dan

furniture,

industri

bahan

bangunan, dan industry lain-lain; Kawasan ini sampai saat ini memiliki
luas lahan seluas 35,63 Ha. Site Plan kawasan sebagaiamana disajikan
berikut ini :
Gambar 12.

KIS

ini

memiliki

Site Plan KIS

zona

pendukung

Pemangkat-

Tebas

dan

sekitarnya, Subah dan sekitarnya, Singkawang dan sekitarnya dengan


komoditas Pertanian tanaman pangan, perkebunan, industry pengolahan
hasil pertanian, kelautan dan perikanan dan komoditas perikanan. Untuk
mempercepat masuknya investasi di wilayah Kapet, termasuk KIS, perlu
didukung

peningkatan

dan

perbaikan

infrastruktur

seperti

jalan,

pelabuhan, air bersih; disamping dukungan terhadap iklim investasi


yang kondusif serta peningkatan kelembagaan Kapet itu sendiri. Strategi
yang ditempuh dengan focus prioritas sebagai berikut :

29

1. Percepatan pengembangan iklim investasi yang kondusif bagai


pengembangan Kapet.
2. Meningkatkan peran dunia usaha dalam pengembangan produk
unggulan.
3. Pembangunan sarana dan prasaran transportasi dan eneregi yang
mendukung pengembangan kawasan strategis
4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan pengelola Kapet.
Strategi pembangunan sarana dan prasaran transportasi dan
energi yang mendukung pengembangan kawasan strategis dilaksanakan
dalam rangka mengurangi tingginya biaya produksi sehingga dapat
mengoptimalkan harga yang berdaya saing. Permasalahan utama yang
dihadapi adalah ketersediaan energi listrik dan air bersih yang minim,
serta terbatasnya mobilisasi distribusi melalui jaringan transportasi
local, regional, nasional maupun internasional.
D. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN

INFRASTRUKTUR KAWASAN

STRATEGIS TERPADU
Tujuan

pokok

mempercepat

terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat merupakan tujuan pembangunan pada umumnya yang


harus diimplementasikan dalam kebijakan dan program yang mampu
mengakomodasikan kepentingan publik dari berbagai aspek yang
memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung,
serta dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
sebagai bentuk tanggung jawab kolektif.
Dalam upaya percepatan pembangunan kawasan strategis, tidak
akan dapat terlaksana dengan hanya mengandalkan kemampuan
Pemerintah Daerah saja yang kemapuan pendanaan serta manajerialnya
masih terbatas, tetapi juga perlu melibatkan segala sumberdaya
pembangunan dari Pemerintah dan fihak swasta.
Harus
ada
synkronisasi
program
dalam

perencanaan,

penganggaran dan pelaksanaan suapaya program yang dilaksanakan


bisa tepat sasaran, berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu koordinasi
dan konsultasi antar berbagai tingkatan pemerintahan sangat diperlukan
untuk mencapai synkronisasi terhadap upaya tersebut.

30

Pemerintah daerah dengan kemampuan yang terbatas, masih


sangat memerlukan intervensi pendanaan dari pemerintah pusat,
terutama dalam pembiayaan kegiatan yang berskala strategis dan
memerlukan dana besar seperti prasarana transportasi (jalan dan
Jembatan).
Pengembangan ekonomi harus ditunjang dengan ketersediaan
prasarana pendukung seperti transportasi (jalan). Pembangunan jalan akan
mempermudah akses dari pusat pusat produksi ke pusat pemasaran serta akan
memperlancar konektivitas dari pusat pertumbuhan, di desa tertinggal ke pusat
pengembangan lainnya sehingga dapat menjadi pemicu perkembangan dan
pertumbuhan daerah. Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang
penting

untuk

meningkatnya

memperlancar
usaha

kegiatan

pembangunan

perekonomian.

maka

akan

Dengan

menuntut

makin

peningkatan

pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar


lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Peran

Prasarana

ini

dapat

membuka

keterisolasian

desa,

terhubungkannya (konektivitas) pusat pertumbuhan didesa tertinggal


dengan

pusat

pengembangan

kawasan

strategis

daerah

serta

mempermudah akses dalam pemasaran produksi, pelayanan pendidikan


dan kesehatan.
Berdasarkan data yang tersedia, kondisi jalan Kabupaten dan
jalan Desa di Kabupaten Sambas hampir separuhnya dalam keadaan
rusak / rusak berat. Kerusakan infrastruktur jalan akan semakin
bertambah dengan adanya angkutan berat yang melebihi kapasitas
jalan,

rendahnya

kualitas

konstruksi

jalan,

faktor

bencana

alam

khususnya banjir, serta masih rendahnya kesadaran publik dalam


memelihara asset jalan.
Kemampuan pendanaan daerah dalam percepatan pendanaan
infrastruktur terbatas, sementara investasi

yang dibutuhkan untuk

pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan yang sesuai standar


kualitasnya

sangat

kebijakan

Pemerintah

pendanaan

mahal.

Untuk

itu

terhadap

sangat
daerah

diperlukan
tertinggal

adanya
dalam

kegiatan pembangunan yang bukan merupakan


31

kewenangannya,

seperti

membantu

Pemerintah

Daerah

dalam

penanganan status jalan Kabupaten / jalan desa yang berperan strategis


dalam percepatan pengembangan kawasan Minapolitan dan KIS secara
terintegrasi,

terpadu

dan

saling

mendukung

sebagai

penggerak

pembangunan.
Untuk pembangunan infrastruktur kawasan agar dapat terarah,
terintegrasi dan synkron dengan tujuan pengembangan kawasan, maka
disusun Rencana Aksi sebagai berikut :
Tabel

. Rencana Aksi Pembangunan Infrastruktur

Kawasan Strategis Minapolitan dan KIS Terpadu.

No

Kegiatan

Volume

Tahun Anggaran
2013

2014

2015

Sumber
Dana

3.500.000.000

3.300.000.000

3.340.000.000

APBN,

KWS MINAPOLITAN
BUDIDAYA
1

Prasarana jalan
a. Peningkatan jalan Desa

5000 m

Rambaian Nyiur Melambai

APBD

(Sabaran - Nunuk )
b. Peningkatan jalan Nunuk Sei

3000 m

2.500.000.000

2.875.000.000

Sambas Besar (CTB)


c. Peningkatan jalan Matang

APBN,
APBD

9200 m

5.170.000.000

4.540.000.000

Terap Kalang Bau (aspal

APBN,
APBD

lapen)
e. Peningkatan jalan Desa

5600 m

2.800.000.000

2.810.000.000

Matang Suri Ds. Bukit Raya

APBN,
APBD

(aspal lapen)
f. Pemeliharaan Jl Sei Batang Pinang Merah
g. Peningkatan Jl. Pinang Merah
Simpang Empat

37800

9.788.000.000

10.233.000.000

12.280.000.000

APBN

11.870.000.000

12.412.000.000

11.872.000.000

APBN

m
17500
m

Air Bersih
a. Studi pengembangan air

1 paket

APBD

bersih
b. Pembangunan instalasi air

1 unit

APBN

bersih

Perhubungan
a. Dermaga penyeberangan

2 unit

APBN,
APBD

32

Pembangunan Tanggul penahan

7000 m

APBN

abrasi

KWS MINAPOLITAN TANGKAP


2.

Peningkatan Jl. Penjajab Timur

2580 m

7.300.000.000

APBN,

(HRS)
3

APBD

Peningkatan Jl KIS Teluk Nusa


Pjjb Timur (badan jalan)

12315

7.000.000.000

7.000.000.000

APBN,
APBD

KIS
1

Peningkatan Jl Lingkar

6000 m

6.600.000.000

APBN

Pemangkat (badan jalan)


2

Peningkatan Jl Akses KIS (HRS)

2150 m

2.300.000.000

2.400.000.000

APBN,
APBD

Peningkatan Jl internal KIS (CTB)

2000 m

3.000.000.000

3.300.000.000

APBN,
APBD

Peningkatan Jl KIS Sintete

2674 m

3.000.000.000

5.435.000.000

APBN,

(CTB)
6

APBD

Air Bersih
Pembangunan Prasarana Air

1 paket

APBN

1 paket

APBN

1 paket

Bersih ( IPA di KIS, Perpipaan di


KIS, Perpipaan Sei Sebangkau
-KIS
7.

Perhubungan
Peningkatan Pelabuhan Sintete

Tata Ruang
Penyusunan Master Plan KIS

APBN

BAB IV. PENUTUP


Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Strategis Terpadu
ini adalah merupakan gerak langkah percepatan pembangunan
daerah melalui peningkatan konektivitas Kawasan Minapolitan dan
33

Kawasan Industri di Kabupaten Sambas. Rencana Aksi ini dijabarkan


pada berbagai program dan kegiatan pembangunan infrastruktur
terutama

sector

transportasi

berikut

tahapan

pencapaiannya,

sehingga dapat memberikan arahan yang jelas yang semuanya


diarahkan

pada

sasaran

pencapaian

pengembangan

kawasan

strategis sebagai penggerak pembangunan, baik pada kawasan inti


maupun kawasan hintherland.
Pengembangan kawasan strategis tidak akan berjalan
maksimal dengan hanya mengandalkan pembiayaan pembangunan
daerah yang memiliki kemampuan terbatas. Untuk itu diperlukan
upaya percepatan melalui interevensi dan dukungan pendanaan
terutama dari Pemerintah Propinsi dan Pusat. Dengan dukungan dan
komitmen bersama, maka

rencana

aksi

ini diharapkan

dapat

direalisasikan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.


Berlandaskan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
dan

tata

pemerintahan

yang

baik,

maka

upaya

percepatan

pembangunan Kawasan Strategis yang meliputi Kawasan Minapolitan


Berbasis

Perikanan

Budidaya,

Kawasan

Minapolitan

Berbasis

Perikanan Tangkap dan Kawasan Industri Semparuk (KIS) diharapkan


dapat dilaksanakan secara penuh dan efektif
percepatan pembangunan dan pengentasan

dalam rangka

ketertinggalan daerah

pada semua bidang serta memberikan kontribusi signifikan pada


upaya peningkatan IPM, yang pada akhirnya adalah dalam upaya
peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Sambas khususnya dan Propinsi Kalimantan Barat pada umumnya.

34

Anda mungkin juga menyukai