Anda di halaman 1dari 4

KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA

A. LATAR BELAKANG
Masalah kemiskinan dewasa ini bukan saja menjadi persoalan bangsa Indonesia.
Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk membahas
kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang. Negara sedang
berkembang di sebagian wilayah Asia dan Afrika, sangat berurusan dengan agenda pengentasan
kemiskinan. Sebagian besar rakyat di kawasan ini masih menyandang kemiskinan. Sementara bagi
negara maju, mereka pun sangat tertarik membahas kemiskinan. Ketertarikan itu karena kemiskinan
di negara berkembang berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik mereka.
Sejalan dengan upaya mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk miskin dalam
rangka menikmati pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas, maka penanggulangan
kemiskinan menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Masalah utama yang dihadapi dalam
penanggulangan kemiskinan adalah masih besarnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Meskipun indikasi proporsi penduduk miskin terhadap populasi cenderung menurun,
namun jumlah penduduk miskin secara absolut masih tinggi, Selain kemiskinan yang didasarkan
pada ukuran pendapatan, kemiskinan dapat dilihat pula dari kemampuan masyarakat untuk
memperoleh akses kepada pelayanan dasar, seperti:
1) Rendahnya kualitas pendidikan yang disebabkan oleh kurangnya tenaga pendidik dan sarana
pendidikan di daerah miskin/terpencil, di perkotaan sekalipun sulitnya mengakses layanan
pendidikan disebabkan biata pendidikan yang cukup tinggi.
2) Rendahnya akses pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keluarga berencana (KB) dan
kesehatan reproduksi.
3) Rendahnya akses masyarakat miskin kepada layanan air minum.
4) Masih lemahnya kelembagaan gender dan anak terutama di tingkat kabupaten/kota.
5) Masih biasnya peraturan perundang-undangan mengenai gender dan/atau diskriminatif terhadap
perempuan dan kepedulian terhadap anak sehingga mengakibatkan rendahnya angka genderrelated development index (GDI).

B. PENJELASAN MASALAH
Banyaknya program-program bantuan dan pembangunan yang berorientasi ke pedesaan
ikut mendorong penurunan kemiskinan ini. Konsekuensinya, proporsi penduduk miskin di desa
perlahan turun. Sebaliknya, porsi penduduk miskin perkotaan sedikit meningkat dalam sepuluh tahun
terakhir. Jika kecenderungan ini terus terjadi, implikasinya adalah di masa mendatang problem
kemiskinan perkotaan akan makin dominan. Ini membuat tantangan pengurangan kemiskinan akan
makin kompleks karena kemiskinan perkotaan punya karakteristik sendiri yang jauh berbeda dengan
kemiskinan pedesaan. Penduduk miskin kota umumnya hidup di kantong-kantong kemiskinan kota,
berdampingan dengan simbol-simbol kemajuan ekonomi seperti gedung bertingkat atau pusat
industri. Ini membuat penduduk miskin kota hidup dalam tekanan dan potensi gesekan sosial yang
lebih besar dibanding penduduk miskin di desa, sehingga pendekatan yang diperlukan juga berbeda.
Karakteristik lain terkait kemiskinan di Indonesia adalah tingginya dinamika penduduk keluar dari dan
masuk ke dalam kemiskinan.
Pemenuhan hak dasar atas pekerja yang layak bagi masyarakat miskin ditentukan oleh
ketersediaan lapangan kerja yang dapat mereka akses, kemampuan untuk mempertahankan dan
mengembangkan usaha, dan melindungi pekerja dari eksploitasi dan ketidakpastian kerja. Upaya
perluasan kesempatan kerja dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
produktivitas usaha. Tujuannya adalah untuk :
1. Memberdayakan dan menempatkan tenaga kerja pemuda mandiri profesional, tenaga kerja
sukarela, tenaga kerja mandiri, pendayagunaan teknologi tepat guna/padat karya serta
memberdayakan pelaku usaha ekonomi produktif,
2. Memberdayakan wirausaha baru,
3. Memperluas kesempatan kerja dengan sistem padat karya produktif,
4. Mengembangkan kredit mikro pada masyarakat miskin dengan model Grameen Bank,
5. Mengembangkan kewirausahaan di lokasi transmigrasi dengan membentuk lembaga
keuangan usaha mikro dengan model balai usaha mandiri terpadu.

C. ALTERNATIF KEBIJAKAN
Kebijakan publik merupakan fokus pembicaraan yang menarik untuk dicermati. Daya tarik ini
minimal didasarkan pada tiga hal penting. Pertama, konteks desentralisasi pemerintahan yang
mewarnai wacana penyelenggaraan pemerintah di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Kedua,
studi tentang dampak kebijakan yang senantiasa dikritisi oleh berbagai pihak (kalangan akademisi
dan praktiksi). Ketiga, esensi dan urgensi evaluasi kebijakan publik, karena kemanfaatan kebijakan
yang dievaluasi terlihat melalui dampaknya terhadap sasaran (target) yang dituju. Berkaitan dengan
hal tersebut, perlu dicapai alternatif-alternatif dalam penanggulangan kemiskinan.

1. Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga


Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga bertujuan untuk memenuhi hak dasar,
pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Bantuan sosial
terpadu berbasis keluarga memiliki karakteristik bantuan langsung tunai bersyarat bagi keluarga
miskin dan dekat miskin. Cakupan program pada kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga, meliputi:
a. Bantuan langsung kepada keluarga sasaran, bantuan langsung dapat berupa bantuan tunai
bersyarat (Program Keluarga Harapan/PKH), Bantuan Langsung Bersyarat (conditional cash
transfer), bantuan langsung dalam bentuk barang, misalnya pemberian beras bagi
masyarakat miskin (Raskin), serta bantuan bagi kelompok masyarakat rentan seperti mereka
yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya.
b. Bantuan pendidikan berupa beasiswa dan pendidikan anak usia dini
c. Bantuan kesehatan termasuk pendidikan bagi orang tua bekaitan dengan kesehatan dan gizi
(parenting education) melalui pemberian pelayanan kesehatan yang ditunjuk Penerima
manfaat pada kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga adalah kelompok
masyarakat yang berasal dari Keluarga Sangat Miskin (KSM).
2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat.

Program

pada

kelompok

program

penanggulangan

kemiskinan

berbasis

pemberdayaan masyarakat memiliki ciri sebagai berikut:


a. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan, dari mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan serta pemeliharaan/pelestarian
b. Pengelolaan

program

dilaksanakan

melalui

kelembagaan

masyarakat

di

tingkat

desa/kelurahan secara transparan dan akuntabilitas


c. Pemerintah menyediakan tenaga pendampingan (technical assistance) secara berjenjang
dari mulai tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan tingkat pusat.
3. Program Penangulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan kecil
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro
dan kecil adalah program yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi
masyarakat dengan berbasis sumberdaya lokal. Karakteristik program pada kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil adalah
dengan pemberian kredit Usaha Rakyat untuk memberikan akses modal bagi masyarakat kecil.
Kebijakan ini diatur oleh pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Kementerian Sosial dan
bekerja sama dengan masyarakat serta instansi-instansi atau lembaga-lembaga pemerintah lain
yang berada di daerah baik itu pemerintah provinsi, kabupaten dan kota. Pencapaian kebijakan
penanggulangan kemiskinan melalui beberapa program seperti tersebut diatas, telah menguatkan
fondasi ekonomi kerakyatan dan kemandirian masyarakat miskin khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

E. Kesimpulan
Adanya kebijakan publik pemerintah akan memberikan pengaruh penguatan dalam rangka
melaksanakan tata kelola program pemerintah, perbaikan tata kelola program pemerintah sangat
diperlukan dalam menciptakan lapangan kerja. Untuk itu, koordinasi Kementerian Sosial dengan
lembaga-lembaga atau instansi-instansi lain yang terkait sangat diperlukan guna mengadakan tata
kelola pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang baik seperti pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan, penciptaan lapangan kerja sehingga terjadi proses penyerapan tenaga kerja guna
mengurangi jumlah pengangguran.
Disamping itu, dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan juga harus ditujukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan publik seperti pendidikan dan
kesehatan. Oleh karena itu, sangat perlu peningkatan koordinasi dan sinkronisasi program dengan
sektor-sektor yang terkait dalam penanggulangan kemiskinan seperti berkoordinasi dengan Badan
Urusan Logistik, Departemen Pertanian yang terkait dengan revitalisasi pertanian

untuk

meningkatkan produk pertanian dan pangan yang meliputi sektor pertanian tanaman pangan,
perikanan dan peternakan. Revitalisasi juga harus dilaksanakan melalui strategi untuk membantu
masyarakat miskin di bidang penerapan teknologi tepat guna dalam rangka pengembangan sumber
daya alam dan sumber daya manusia bekerja sama dengan stakeholder sehingga terjadi
peningkatan produksi pertanian dan pangan yang akan dijadikan sebagai makanan atau kebutuhan
pokok masyarakat. Adanya peningkatan daya beli masyarakat tentunya disesuaikan dengan
kemampuan masyarakat itu sendiri sebagai wujud dari pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Dalam memperbaiki tata kelola program, sangat perlu juga dilakukan pencegahan korupsi,
karena hal ini sangat terkait dengan moralitas aparatur. Pencegahan korupsi harus banar-benar
dilaksanakan untuk peningkatan moralitas aparatur, pemberantasan korupsi ditujukan untuk
menekan atau menghilangkan ekonomi biaya tinggi tinggi sehingga investasi meningkat, maka
terjadilah peningkatan produksi yang kesemuanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
miskin yang pada akhirnya dapat menanggulangi masalah kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai