Tanda
dan
gejala
pada
kelainan endokrin tergantung pada
kelenjar endokrin yang mengalami
kelainan.
Bentuk-bentuk
kelainan
endokrin,
antara
lain
:
hiperpituitarisme, hipopituitarisme,
diabetes insipidus, diabetes mellitus,
hipotiroidisme, tiroiditis, karsinoma
tiroid,
hipoparatiroidisme,
pseusoparatiroidisme,
hiperparatiroidisme,
insufisiensi
adrenokorteks,
sindrom
adenogenital,
sindrom
cushing,
hipogonadisme
hipergonadotropik,
hipogonadisme hipogonadotropik.
1. Gangguan kelenjar paratiroid
Fungsi:
kelenjar paratiroid terletak di
sebelah kelenjar tiroid; mensekresi
hormon
paratiroid
(parathyroid
hormone, PTH) yang merupakan
regulator primer kalsium serum; PTH
meningkatkan kalsium serum dengan
memobilisasi kalsium dari tulang,
meningkatkan reabsorpsi kalsium di
ginjal, dan secara tak langsung
berperan pada pembentukan vitamin
D.
a. Hipoparatiroidisme
1. Pengertian
Hipoparatiroid adalah gabungan
gejala
dari
produksi
hormon
paratiroid
yang
tidak
adekuat.
Keadaan ini jarang sekali ditemukan
dan
umumnya
sering
sering
disebabkan oleh kerusakan atau
pengangkatan kelenjar paratiroid
pada saat operasi paratiroid atau
tiroid, dan yang lebih jarang lagi
ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital). Kadang-kadang
penyebab
spesifik
tidak
dapat
diketahui. (www.endocrine.com)
2. Etiologi
Jarang
sekali
terjadi
hipoparatiroidisme primer, dan jika
ada biasanya terdapat pada anakanak dibawah umur 16 tahun. Ada
tiga kategori dari hipoparatiroidisme:
Defisiensi
sekresi
hormon
paratiroid, ada dua penyebab
utama:
1) Post operasi pengangkatan
kelenjar partiroid dan total
tiroidektomi.
2) Idiopatik, penyakit ini jarang
dan dapat kongenital atau
didapat (acquired).
Hipomagnesemia.
Sekresi
hormon
paratiroid
yang tidak aktif.
Resistensi terhadap hormon
paratiroid
(pseudohipoparatiroidisme)
3. Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat
gangguan dari metabolisme kalsium
dan fosfat, yakni kalsium serum
menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan
fosfat serum meninggi (bisa sampai
9,5-12,5 mgr%).
Pada
yang
post
operasi
disebabkan tidak adekuat produksi
hormon
paratiroid
karena
pengangkatan kelenjar paratiroid
pada saat operasi. Operasi yang
pertama adalah untuk mengatasi
keadaan
hiperparatiroid
dengan
mengangkat
kelenjar
paratiroid.
Tujuannya adalah untuk mengatasi
sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu
banyak jaringan yang diangkat.
Operasi kedua berhubungan dengan
operasi total tiroidektomi. Hal ini
disebabkan karena letak anatomi
kelenjar tiroid dan paratiroid yang
dekat (diperdarahi oleh pembuluh
darah yang sama) sehingga kelenjar
paratiroid dapat terkena sayatan
atau terangkat. Hal ini sangat jarang
dan biasanya kurang dari 1 % pada
operasi tiroid. Pada banyak pasien
tidak adekuatnya produksi sekresi
hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau
kelenjar paratiroid, jadi diagnosis
tidak dapat dibuat segera sesudah
operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme
timbul
gejala
dan
tanda
hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH
dalam darah normal atau meningkat.
Hiperparatiroidisme
adalah
berlebihnya produksi hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid
ditandai
dengan
dekalsifikasi
tulang dan terbentuknya batu
ginjal yang mengandung kalsium.
2. Etiologi:
Kira-kira 85% dari kasus
hiperparatiroid
primer
disebabkan
oleh
adenoma
tunggal.
Sedangkan
15%
lainnya
melibatkan berbagai kelenjar
(contoh berbagai adenoma
atau hyperplasia). Biasanya
herediter dan frekuensinya
berhubungan dengan kelainan
endokrin lainny
Sedikit
kasus
hiperparatiroidisme
utama
disebabkan oleh paratiroid
karsinoma.
Etiologi
dari
adenoma
dan
hyperplasia
pada kebanyakan kasus tidak
diketahui.
Kasus
keluarga
dapat terjadi baik sebagai
bagian dari berbagai sindrom
endrokin neoplasia, syndrome
hiperparatiroid tumor atau
hiperparatiroidisme
turunan.
Familial
hypocalcuric
dan
hypercalcemia dan neonatal
severe
hyperparathyroidism
juga
termasuk
kedalam
kategori ini.
Beberapa ahli bedah dan ahli
patologis melaporkan bahwa
pembesaran dari kelenjar yang
multiple
umumnya
jenis
adenoma yang ganda. Pada
15 % pasien semua kelenjar
hiperfungsi;
chief
cell
parathyroid hyperplasia.
jarang
tetapi
mengancam
jiwa;
hiperparatiroidisme
primer
ditandai dengan hipeiplasia ke
semua empat kelenjar dan
dapat
diturunkan,
hiperparatiroidisme sekunder
biasanya
akibat
hipoparatiroidisme maternal.
3. Patofisiologi :
Hiperparatiroidisme
dapat
bersifat
primer
(yaitu
yang
disebabkan oleh hiperplasia atau
neoplasma paratiroid) atau sekunder,
dimana kasus biasanya berhubungan
dengan gagal ginjal kronis.
Pada
80%
kasus,
hiperparatiroidisme
primer
disebabkan oleh adenoma paratiroid
jinak; 18% kasus diakibatkan oleh
hiperplasia kelenjar paratiroid: dan
2% kasus disebabkan oleh karsinoma
paratiroid
(damjanov,1996).
Normalnya terdapat empat kelenjar
paratiroid. Adenoma atau karsinoma
paratiroid ditandai oleh pembesaran
satu
kelenjar,
dengan
kelenjar
lainnya
tetap
normal.
Pada
hiperplasia
paratiroid,
keempat
kelenja membesar. Karena diagnosa
adenoma atau hiperplasia tidak
dapat ditegakan preoperatif, jadi
penting bagi ahli bedah untuk
meneliti keempat kelenjar tersebut.
Jika teridentifikasi salah satu kelenjar
tersebut mengalami pembesaran
adenomatosa,
biasanya
kelenjar
tersebut diangkat dan laninnya
dibiarkan
utuh.
Jika
ternyata
keempat
kelenjar
tersebut
mengalami pembesaran ahli bedah
akan mengangkat ketiga kelelanjar
dan meninggalkan satu kelenjar saja
yang seharusnya mencukupi untuk
mempertahankan
homeostasis
kalsium-fosfat.
Hiperplasia paratiroid sekunder
dapat dibedakan dengan hiperplasia
primer, karena keempat kelenjar
membesar
secara
simetris.
Pembesaran kelanjar paratiroid dan
hiperfungsinya adalah mekanisme
kompensasi yang dicetuskan oleh
retensi format dan hiperkalsemia
yang berkaitan dengan penyakit
ginjal kronis. Osteomalasia yang
disebabkan oleh hipovitaminosis D,
seperti
pada
riketsia,
dapat
mengakibatkan dampak yang sama.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh
kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH
terutama bekerja pada tulang dan
ginjal.
Dalam
tulang,
PTH
kartilago
krikoidea;
membantu
termogenesis,
curah
jantung,
eritropoiesis, gerakan pernapasan,
motilitas usus, serta metabolisme
karbohidrat,
protein,
dan
lipid;
pertumbuhan organ, jaringan, dan
SSP, terutama otak; serta aksi
katekolamin
dengan
cara
meningkatkan ikatan reseptor adrenergik.
a. Hipotiroidisme
1. Hipotiroidisme kongenital
Etiologi
disgenesis
tiroid
(absen,
hipoplastik, atau ektopik [paling
sering]; tiroid atau organ akhir tidak
berespons
terhadap
hormon;
dishormonogenesis familial; pajanan
maternal
terhadap
radioiodin,
prophylthiouracil
(PTU)
atau
methimazole
selama
kehamilan;
defek pada glandula pituitari; dan
defisiensi TBG.
Manifestasi klinis
1) Biasanya gejala tak terlihat,
kecuali bayi sakit sangat
berat.
2) Fontanel terbuka lebar; berat
badan lahir besar (>4 kg) atau
gestasi lebih dari 42 n;inggu.
3) Hipotermia; hipotonia; letargi.
4) Susah makan,
distensi
abdomen, dan ikterus yang
berlangsung lebih dari 3 hari.
5) Goiter.
6) Tanda akhir: kulit kering,
makroglosia, rambut kasar,
kelopak
mata
bengkak,
menangis parau, miksedema,
dun konstipasi
Pemeriksaan diagnostic
1) Biasanya terdiagnosis dengan
penapisan bayi baru lahir: T4
rendah (Ian "fSH tinggi; jaaang
T4 rendah dan TSH rendah; T4
rendah dan TSH normal dapat
dilihat pada tiroid ektopik atau
hipoplastik
2) Fungsi tiroid meningkat pada
periode baru lahir : periksa T4.
T4 bebas, TSH,T3, dan TBG;
Scull tyroid,
Penanganan
1) Konsultasi endokrinologis.
b. Hipertiroidisme
1. Etiologi: jarang pada neonatus;
biasanya lahir dari ibu dengan
penyakit Grave atau lahir dari ibu
dengan tiroiditis Hashimoto.
2. Manifestasi klinis (awitan gejala
biasanya pada usia 2 minggu
pertama): iritabilitas, tremor, dan
hiperaktivitas,
hipertermia,
berkeringat,
serta
kemerahmerahan; muntah dan diare; GJK,
takikardia,
dan
hipertensi;
hepatosplenomegali dan ikterus;
serta eksoftalmos, melotot, dan
retraksi kelopak mata.
3. Pemeriksaan diagnostik: T4 total
dan bebas meningkat; TSH
rendah; kadar antibodi dapat
diukur.
4. lntervensi:
pertahankan
kepatenan jalan napas (tiroid
dapat menekan trakea); gunakan
penghambat (3-adrenergik atau
digoksin;
pertahankan
curah
jantung; sedatif; agens untvk
menekan fungsi tiroid (10%
larutan kalium iodida atau iodin
Lugol); dan pantau fungsi tiroid.
5. Hasil akhir: kebanyakan kasus
sembuh
dalam
9
bulan
mengalami pertumbuhan tulang
cepat
dan
kraniosinostosis
prematur.
3. Gangguan Glandula pituitary
Fungsi:
Hipotalamus
mengatur
hipotisis anterior dengan mensekrcsi
stimulating hormone dan inhibiting
hormone;
hipofisis
anterior
mensekresi honnon perhlmbuhan,
TSH,
ACTH,
prolaktin
(PR),
Icrteini=ing hormone (LH), dan
follicle-.stimulating hormone (FSH);
1lipofisis
posterior
mensekresi
vasopresin dan oksitosin.
a. Gangguan hipofisis anterior
1. Etiologi malformasi (mungkin
berhubungan dengan celah
bibir
dan
palahim,
atrofi
nervus
optikus,
displasia
septooptik,
ensefalokcl
transfenoidal,
holoprosensefali,
dan
3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
tampak
kakeksia,
dan
hipernatremik; haluaran urine
terus-menenus lebih dari 60%
asupan cairan dan/atau sekali
kencing
lebih
dari
6
mL/kg/jam.
Pemeriksaan diagmostik
elektrolit urine, berat jenis,
dan osmolaritas.
Elektrolit
dan
osmolaritas
serum.
Diagnosis: urine yang sangat
encer
sementara
serum
hiperosmolar dan haluaran
urine yang tepat setelah
pemberian vasopresin.
Intervensi
Tangani
syok
dengan
resusitasi
cairan;
berikan
beberapa kali rumatan air
bebas.
Dehidrasi
berat:
berikan
vasopresin aqueous karena
kerjanya pendek.
Pengobatan jangka panjang:
berikan
analog
vasopresin
kerja lama.
Hindari
pergeseran
cepat
natrium
serum
sekunder
akibat kelebihan asupan atau
haluaran
pertimbangkan
formula dengan pengenceram
sepertiga untuk menyediakan
air
bebas
sementara
mempertahankan kandungan
kalori untuk pertumbuhan.
Pertimbangkan
formula
dengan
pengenceran
sepertiga untuk menyediakan
air
bebas
sementara
mempertahankn
kandungan
kalori untuk pertumbuhan.
Pantau elektrolit serum dan
curah urine ketat.
b. Sindrom
sekresi
hormon
antidinretik tak tepat (SIADH)
1. Etiologi: kadar ADH meningkat
pada bayi prematur; neonahis
sakit
(asliksia
kelahiran,
pneumotoraks,
enntisema
interstisial
paru,
ventilasi
artifisial,
hemoragi,
pcmbedahan,
nyeri,
dan
hemoragi periventrikular).
2.
Manifestasi klinis: riwayat
sakit atau prematur; haluaran
urine rendah dengan berat
jenis tinggi; mungkin edema,
berat bertambah, takikardia,
peningkatan tekanan nadi, dan
peningkatan usaha bernapas.
3. Pemeriksaan diagnostic
Natrium urine, berat jenfs, dan
osmolaritas: natrivm
urine
bisa
>20-30
mhq/L;
osmolaritas
urine
>
osmolaritas serum.
Elektl-olit
dan
osmolaritas
serum:
natrium
serum
(rendah); csmolaritas serum <
osmolaritas urine.
Haluaran
urine
rendah.
natrium dan osniohii-flaa urine
tinggi
sementara
natrium
serum renclah dan osmolaritas
serum rendah.
4. Pengobatan: restriksi cairan
(40-CO mL/kg/hari); pamtau
natrium
dan
osmolaritas
serum,
natrium
dan
osmalaTitas urine, haluaran
urine-, tentukan penyebab
SIADH
4.
Gangguan
glandula
suprarenalis (kelenjar adrenal)
Fungsi:
glandula suprarenalis terletak
di atas, belakang, dan medial
terhadap ginjal. Ada dua kelenjar
tepisah: medula ad-renal mensekresi
epinefrin dan norepinefrin sebagai
respons
stimulasi
simpatis.
Gangguan ini jarang ditemukan pada
periode neonatal; korteks adrenal
mensekresi glukokortikoid (kortisol
atau hidrokortison), mineralokortikoid
(aldosteron
dan
desoksikortikosteron), dan hormon
androgenik melalui umpan balik
negatif dari aksis hipotalamushipofisis.
a. Hiperplasia adrenal kongenital
(congenital
adrenal
hyperplasia, CAH)
1. Etiologi
Defek diturunkan pada enzim
sintesis kortisol: defisie isi 21Hidroksilase (paling sering);
defisiensi
11--hidroksilase;
defisiensi
17-hidroksilase;
defisiensi 3- hidroksisteroid
dehidrogenase; dan defisiensi
20,22-desmolase.
Gangguan
sekresi
kortisol
yang berakibat hipersekresi
ACTH dan hiperplasia korteks
adrenal
sehingga
menyebabkan
kelebihan
produksi androgen adrenal.
2. Manifestasi klinis:
Bergantung pada tempat dan
beratnya blok enzim simple
virilizing formn (kehilangan
garam
ringan;
insufisiensi
adrenal terjadi hanya ketika
stres);
bentuk
kehilangun
garam
(biasanya
mengakibatkan krisis adrenal
selania periode neonatal).
Curigai CAH pada tiap anak
dengan
ambigus
genitalia
(termasuk
kriptorkidismus
bilateral tersendiri), bayi baru
lahir yang datang dengan syok
dan
dehidrasi,
atau
pria/wanita
dengan
tanda
maskulinisasi tak tepat.
Gejala krisis adrenal biasanya
terjadi dalam 5 sampai 30 hari
kehidupan
dan
meliputi
muntah,
susah
makan,
dehidrasi,
gagal
tumbuh,
hiponatremia,
hiperkalemia,
hipoglikemia, dan asidosis.
Hipertensi bisa terjadi pada
defisiensi 11-hidroksilase dan
defek 17 a-hidroksilase.
3. Pemeriksaan diagnostic
Penapisan bayi baru lahir
(beberapa negara bagian dan
negara
mengukur
17-OH
progesteron).
Pemeriksaan fisik
1) Wanita mungkin memiliki sinus
urogenital, skrotalisasi labia
mayora,
f-usi
labia,
klitoromegali,
atau
2)
3)
c.
1.
2.
3.
4.
5.
d. Hemoragi adrenal
1. Etiologi:
biasanya
karena
trauma
mekanis
selama
proses kelahiran.
2. Manifestasi klinis
Bisa asimtomatik.
Biasanya
datang
dengan
pucat,
apnea,
hipotermia
dengan penurunan hematokrit
(Hct), dan ikterus. Bisa datang
dengan syok hipovolemik bila
cukup berat.
Massa latus
(biasanya
sisi
kanan).
Tanda
insufisiensi
adrenal
tidak
selalu
ada, kecuali
terdapat perdarahan bilateral
dengan kerusakan jaringan
adrenokortikal 90%
3. Pemeriksaan
diagnostik:
ultrasonogl-ati adrenal.
4. Intervensi:
tak ada intervensi bila tak
bergejala;
tangani
syok
dengan penggantian volume.
Penggantian
steroid
direkomendasikan
bila
terdapat hcmoragi bilateral
dan gejala insutisiensi adrenal.
Uji stimulasi ACTH dilakukan
setelah fase akut.
5. Hasil
akhir:
pembentukan
kalsitikasi;
fungsi
adrenal
umumnya membaik.
DIABETES MELITUS
Diabetes
Mellitus
adalah
penyakit
gangguan
metabolisme
tubuh dimana hormon insulin tidak
bekerja sebagai mana mestinya.
Insulin
adalah
hormon
yang
diproduksi oleh kelenjar pankreas
dan berfungsi untuk mengontrol
kadar gula dalam darah dengan
mengubah karbohidrat,
lemak dan protein menjadi energi.
Diabetes Melitus (DM) atau
penyakit kencing manis merupakan
suatu
penyakit
menahun
yang
ditandai dengan kadar gula glukosa
darah (gula darah) melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah darah
sewaktu sama atau lebih dari 200
Ada
banyak
faktor
yang
menjadi
pencetus
atau
yang
memperberat
periodontitis,
diantaranya akumulasi plak, kalkulus
(karang gigi), dan faktor sistemik
atau kondisi tubuh secara
umum.
Rusaknya jaringan Periodontal
membuat gusi tidak lagi melekat ke
gigi, tulang menjadi rusak, dan lama
kelamaan gigi menjadi goyang.
Angka kasus penyakit periodontal di
masyarakat cukup tinggi meski
banyak yang tidak menyadarinya,
dan
penyakit
ini
merupakan
penyebab
utama hilangnya gigi pada orang
dewasa.
Dari seluruh komplikasi Diabetes
Melitus,
Periodontitis
merupakan
komplikasi nomor enam terbesar di
antara berbagai macam penyakit
dan
Diabetes
Melitus
adalah
komplikasi nomor satu terbesar
khusus di rongga mulut. Hampir
sekitar 80% pasien Diabetes Melitus
gusinya bermasalah.
Tanda-tanda
periodontitis
antara lain pasien mengeluh gusinya
mudah berdarah,
warna gusi menjadi mengkilat,
tekstur kulit jeruknya (stippling)
hilang, kantong gusi menjadi dalam,
dan ada kerusakan tulang di sekitar
gigi, pasien mengeluh giginya goyah
sehingga mudah lepas.
Menurut teori yang saya
dapatkan hal tersebut diakibatkan
berkurangnya
jumlah
air
liur,
sehingga terjadi penumpukan sisa
makanan
yang
melekat
pada
permukaan gigi dan mengakibatkan
gusi menjadi infeksi dan mudah
berdarah.
3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Meski sariawan biasa dialami
oleh banyak orang, namun penyakit
ini bisa menyebabkan
komplikasi parah jika dialami oleh
penderita
diabetes.
Penderita
Diabetes sangat rentan terkena
infeksi jamur dalam mulut dan lidah
yang
kemudian
menimbulkan
penyakit sejenis sariawan.
Sariawan ini disebabkan oleh
jamur yang berkembang seiring
naiknya tingkat gula dalam darah
dan air liur penderita diabetes.
4. Rasa mulut terbakar
Penderita diabetes biasanya
mengeluh tentang terasa terbakar
atau mati rasa pada mulutnya.
Biasanya, penderita diabetes juga
dapat mengalami mati rasa pada
bagian wajah.
5. Oral thrush
Penderita diabetes yang sering
mengkonsumsi
antibiotik
untuk
memerangi infeksi sangat rentan
mengalami infeksi jamur pada mulut
dan lidah. Apalagi penderita diabetes
yang merokok, risiko terjadinya
infeksi jamur jauh lebih besar.
Oral thrush atau oral candida
adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah
kecil jamur candida ada di dalam
mulut. Pada penderita Diabetes
Melitus kronis dimana tubuh rentan
terhadap infeksi sehingga sering
menggunakan
antibiotik
dapat
mengganggu keseimbangan kuman
di dalam mulut yang mengakibatkan
jamur candida berkembang tidak
terkontrol sehingga menyebabkant
thrush.
6. Dental Caries (Karies Gigi)
Diabetes
Mellitus
bisa
merupakan faktor predisposisi bagi
kenaikan terjadinya dan jumlah dari
karies.
Keadaan
tersebut
diperkirakan karena pada diabetes
aliran cairan darah mengandung
banyak glukosa yang berperan
sebagai substrat kariogenik.
Karies
gigi
dapat
terjadi
karena interaksi dari 4 faktor yaitu
gigi, substrat , kuman dan waktu.
Pada penderita Diabetes Melitus
telah diketahui bahwa jumlah air liur
berkurang
sehingga
makanan
melekat pada permukaan gigi, dan
bila yang melekat adalah makanan
Jangan
lupa
informasikan
mengenai kondisi diabetes bila
berkunjung ke dokter gigi, terutama
bila hendak mencabut gigi.
Kecuali
sangat
mendesak,
sebaiknya hindari perawatan gigi bila
kadar gula darah sedang tinggi.
Turunkan dahulu kadar gula darah,
baru kunjungi dokter gigi kembali.
Pemakaian alat-alat seperti gigi
tiruan atau kawat orthodontik perlu
mendapat
perhatian
khusus.
Pemakai gigi tiruan harus melepas
gigi tiruan sebelum tidur dan
dibersihkan dengan
seksama
agar
meminimalkan
kemungkinan
terjadinya
infeksi
jamur karena kebersihan yang tidak
terjaga.
KESIMPULAN
Jadi faktor fakrot yang harus
diperhatikan mengenai kesehatan
gigi dan mulut pada
penderita diabetes adalah :
1. Jaga kadar gula darah sedekat
mungkin dengan kadar gula darah
normal, terutama dengan
cara
menerapkan gaya hidup sehat.
2. Jaga kebersihan gigi dan mulut
sebaik mungkin, agar memperkecil
resiko terjadinya karies, gingivitis,
ataupun periodontitis.Masalah yang
terjadi di rongga mulut penderita
diabetes
dapat
penyakit lain.
mengarah
ke
3.
Jangan
lupa
informasikan
mengenai kondisi diabetes bila
berkunjung ke dokter gigi, terutama
bila hendak mencabut gigi. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, luka
pada
penderita
diabetes
sukar
sembuh. Ini termasuk juga luka
setelah pencabutan gigi.
Selain itu juga ada resiko
terjadinya infeksi sekunder dan
pendarahan yang cukup banyak
setelah
tindakan
oleh
dokter
gigi.Oleh karena itu dokter gigi akan
memberikan tindakan pramedikasi
bila
dipandang
perlu,
sebelum
melakukan tindakan perawatan pada
penderita diabetes.
4.
Kecuali
sangat
mendesak,
sebaiknya hindari perawatan gigi bila
kadar gula darah sedang tinggi.
Normalkan dahulu kadar gula darah,
baru kunjungi dokter gigi kembali.
5. Pemakaian alat-alat seperti gigi
tiruan atau kawat orthodontic perlu
mendapat perhatian
khusus. Pemakai gigi tiruan harus
melepas gigi tiruan sebelum tidur
dan dibersihkan dengan seksama
agar meminimalkan kemungkinan
terjadinya infeksi jamur karena
kebersihan yang tidak terjaga