Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN ABORTUS INCOMPLIT

Konsep Dasar Materi


Pengertian
Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan dengan berat janin kurang dari 500 gram atau pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 4001000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut
Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. Menurut Holmer, abortus terjadi
sebelum kehamilan minggu ke-16. Kesimpulan dari beda pendapat di atas adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan\
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
(Sarwono, 2002)
Abortus inkomplit adalah sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi
biasanya plasenta masih tertinggal didalam uterus. (Rustam Mochtar, 1998)
Abortus inkomplit adalah ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus sehingga sisanya memberikan gejala klinis (Manuaba, 1998)

Etiologi
Penyebab abortus sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut :
1

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan.Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:
Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
(Sarwono, 1991:303)
Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. (Sarwono,
1991:303)
b. Kelainan pada placenta.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenasi placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. (Sarwono,
1991:303)
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak

seperti

pneumonia,

tifus

abdominalis,

pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxin,


virus dan plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin,
sehingga

menyebabkan

kematian

janin

kemudian

terjadilah

abortus.Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonis umum dan


penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis, toksoplasmosis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. (Sarwono,
1991:303)
d. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri

gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan


penting.Sebab lain abortus dalam trimester II ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi
berlebihan, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
(Sarwono, 1991:303)
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya
menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan
ektopik terganggu:
a. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum
yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang

menyebabkan

aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran


atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia
mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca
nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan
tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan
adanya benjolan pada adneksia
Penggunaan IUD
b. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron

c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang


dibuahi.
d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
Penyebab abortus inkomplit antara lain :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor.kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom termasuk
kromosom seks
b. Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi
Gizi ibu berkurang karena anemi atau terlalu pendek jarak

kehamilan

c. Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium belum siap menerima hasil

konsepsi
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan

pertumbuhan konsepsi terganggu


2. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi
b. Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran pada DM
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke plasenta
sehingga terjadi abortus
3. Penyakit ibu.
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta
a. Penyakit infeksi seperti pnemonio, tifus abdominalis, malaria, sifilis
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi uterus plasenta
4

c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit


hati, penyakit diabetes militus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim.. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri bekas operasi pada serviks
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang
mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose,
dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia
menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
5

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama.(Prawirohardjo,2005).
Manifestasi Klinis
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
c. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
d. Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vagina
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau
busuk dari ostium
Vaginal toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
d. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
e. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea
f. Psiko analisa
g. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
h. Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan


hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol
dan tidak nyeri
Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,

Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,


sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
Penatalaksanaan
a. Tirah baring yang bertujuan agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang. Mengurangi aktivitas berat yang dapat
menimbulkan kelelahan maupun tekanan pada bagian abdominal.
b. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan tinggi protein dan tambahan
vitamin c.
c. Menjaga higine terutama vulva higine untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Menghindari hal-hal yang dapat memperburuk keadaan pasien dan hal yang
dapat menyebabkan pasien jatuh kepada keadaan komplikasi (syok, infeksi)
e. Ajarkan pasien tanda dan gejala terjadinya perburukan kondisi maupun
komplikasi dan kapan pasien perlu untuk datang ke pelayanan kesehatan.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.

Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi:
a. Lama kehamilan

b. Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya dan aktivitas yang

mempengaruhi
c. Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah

dan lender
d. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau
tajam, mulas serta pusing
e. Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop
(Mityani, 2009)
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan yaitu :
a. PK : Pendarahan
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya kontraksi
uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada abdomennya.
c. Risiko gangguan hubungan antara ibu dan janin berhubungan dengan

abortus

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep Dasar Fraktur Costae
    Konsep Dasar Fraktur Costae
    Dokumen6 halaman
    Konsep Dasar Fraktur Costae
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Poli Di Rs 12 Mei 2016
    Jadwal Poli Di Rs 12 Mei 2016
    Dokumen28 halaman
    Jadwal Poli Di Rs 12 Mei 2016
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Abortus Incomplit
    Abortus Incomplit
    Dokumen9 halaman
    Abortus Incomplit
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Maternitas1b
    Jadwal Maternitas1b
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Maternitas1b
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Askep Dan Pathway
    Askep Dan Pathway
    Dokumen5 halaman
    Askep Dan Pathway
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi Triage
    Deskripsi Triage
    Dokumen10 halaman
    Deskripsi Triage
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Askep BBLR New BGT
    Askep BBLR New BGT
    Dokumen8 halaman
    Askep BBLR New BGT
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen9 halaman
    Analisis Jurnal
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Askep Dan Pathway
    Askep Dan Pathway
    Dokumen5 halaman
    Askep Dan Pathway
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Materi Psik
    Lampiran Materi Psik
    Dokumen7 halaman
    Lampiran Materi Psik
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi Simpulan Saran
    Bab Vi Simpulan Saran
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi Simpulan Saran
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen1 halaman
    Diabetes Melitus
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen13 halaman
    Analisa Data
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kegiatan Harian Psik
    Daftar Kegiatan Harian Psik
    Dokumen1 halaman
    Daftar Kegiatan Harian Psik
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • DETEKSI DINI CA CERVIX
    DETEKSI DINI CA CERVIX
    Dokumen33 halaman
    DETEKSI DINI CA CERVIX
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen13 halaman
    Analisa Data
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • DETEKSI DINI CA CERVIX
    DETEKSI DINI CA CERVIX
    Dokumen33 halaman
    DETEKSI DINI CA CERVIX
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen34 halaman
    LP HDR
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • LP Gout
    LP Gout
    Dokumen12 halaman
    LP Gout
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi Simpulan Saran
    Bab Vi Simpulan Saran
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi Simpulan Saran
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Clavicula
    LP Fraktur Clavicula
    Dokumen6 halaman
    LP Fraktur Clavicula
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar IUFD
    Konsep Dasar IUFD
    Dokumen6 halaman
    Konsep Dasar IUFD
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Baru
    Baru
    Dokumen6 halaman
    Baru
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen27 halaman
    Case
    Elliza Icha
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • LP Gout
    LP Gout
    Dokumen12 halaman
    LP Gout
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Form Pengkajian Gerontik
    Form Pengkajian Gerontik
    Dokumen12 halaman
    Form Pengkajian Gerontik
    Kinta D'kurchachi
    Belum ada peringkat
  • Aborsi Makalah 2 Kls Sore
    Aborsi Makalah 2 Kls Sore
    Dokumen14 halaman
    Aborsi Makalah 2 Kls Sore
    Aprila C. Dara
    Belum ada peringkat