CIMAHI
Nama Penderita : Ny. Lia Yuliani
Ruangan : X
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
Pekerjaan
: Karyawan Pabrik
Bangsa : Indonesia
: 29 tahun Agama
: Islam
Jabatan/pekerjaan
: Karyawan Pabrik
Dikirim oleh
: Keluarga
:-
Jam : -
Jam : -
Diagnosa/Diagnosa Kerja :
Dokter : Efusi pleura dextra e.c. tuberkulosis paru
Co-Ass : Efusi pleura dextra e.c suspek tuberkulosis paru
A. ANAMNESA (Auto/Hetero)
KELUHAN UTAMA : Sesak napas
ANAMNESA KHUSUS :
Sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit penderita mengeluh sesak napas yang
dirasakan terus menerus sepanjang hari dan semakin lama semakin bertambah berat.
Sesak napas timbul disertai dengan nyeri dada yang terasa seperti ditusuk-tusuk terutama
jika penderita batuk. Keluhan sesak napas akan berkurang jika penderita tidur miring ke
arah kanan, namun karena penderita mengalami nyeri pada punggung kanannya, maka
penderita lebih memilih tidur miring ke arah kiri untuk mengurangi rasa nyeri pada
punggungnya.
1
Keluhan sesak napas disertai dengan batuk, panas badan, penurunan berat badan,
dan keringat malam. Batuk yang dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit ini
tidak disertai dengan dahak. Panas badan yang dirasakan tidak terlalu tinggi terutama
pada siang hingga sore hari. Penderita juga mengeluh adanya lemah badan dan napsu
makan yang berkurang sehingga terjadi penurunan berat badan sebanyak 5 kg (53 kg
menjadi 48 kg) selama 1 bulan terakhir. Selain itu, penderita juga mengeluh berkeringat
banyak pada malah hari dibanding dengan siang hari walaupun penderita tidak
melakukan aktivitas.
Keluhan sesak napas tidak dipengaruhi oleh cuaca dan tidak disertai bunyi mengi
saat penderita menarik napas maupun mengeluarkan napas.
Keluhan sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari yang biasa
dilakukan penderita. Penderita juga tidak terbangun pada malam hari karena sesak napas
yang tiba-tiba.
Keluhan sesak napas tidak disertai bengkak pada kedua kelopak mata yang timbul
pada pagi hari dan berkurang pada siang dan sore hari. Keluhan sesak napas juga tidak
diikuti bengkak pada kedua tungkai dan perut.
Penderita mengaku baru pertama kali mengalami keluhan seperti saat ini.
Penderita tidak mempunyai riwayat mengkonsumsi obat selama 6 bulan. Riwayat
keluarga atau orang-orang sekitar penderita yang mempunyai penyakit TB paru tidak
diketahui.
Riwayat sakit kuning pada 3 minggu yang lalu.
Keluhan buang air besar dan buang air kecil tidak ada.
Riwayat sering kencing dimalam hari,cepat terasa haus,dan cepat terasa lapar
disangkal.
a.
Nyeri lokal
: Tidak ada
Panas badan
: Ada
Nyeri tekan
: Ada
Tidur
: Ada, berkurang
Edema
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak ada
Makanan
: Tidak ada
Haus
: Tidak ada
BAB
: Tidak ada
Nafsu makan
: Ada, berkurang
Haid
: Tidak ada
Berat badan
: Ada, menurun
: Tidak ada
Penglihatan
: Tidak ada
Diare
: Tidak ada
Hidung
: Tidak ada
Obstipasi
: Tidak ada
Lidah
: Tidak ada
Tenesmi ad ani
: Tidak ada
Pendengaran
: Tidak ada
Mulut
: Tidak ada
Gigi
: Tidak ada
Rasa kaku
: Tidak ada
Suara
: Tidak ada
Rasa lelah
: Ada
Nyeri otot/sendi
: Tidak ada
Kesemutan/baal
: Tidak ada
: Tidak ada
Patah tulang
: Tidak ada
: Tidak ada
Nyeri tekan
: Tidak ada
Luka/bekas luka
: Tidak ada
Bengkak
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
Sesak nafas
: Ada
Sakit dada
: Ada
Kulit
: Tidak ada
Nafas berbunyi
: Tidak ada
Ketiak
: Tidak ada
Batuk
: Ada
g. Keluhan-keluhan lain :
: Tidak ada
2. DM
: Tidak ada
3. Tiroid
: Tidak ada
4. Lain-lain
: Tidak ada
ANAMNESA TAMBAHAN
a. Gizi : kualitas
kuantitas
: Kurang
: Kurang
: Tidak ada
d. Ketagihan
: Tidak ada
e. Penyakit venerik
: Tidak ada
B. STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM :
a. Keadaan Umum
Kesadarannya
: Composmentis
Watak
: Kooperatif
Kesan sakit
Pergerakan
: Terbatas
Tidur
Tinggi badan
: 149 cm
Berat badan
: 48 kg
Keadaan gizi
- Gizi kulit
: Baik
- Gizi otot
: Baik
Bentuk badan
: Atletikus
b. Keadaan Sirkulasi
Tekanan darah kanan : 110/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37,1 0C
Keringat dingin
: Tidak ada
Sianosis
: Tidak ada
c. Keadaan Pernafasan :
Tipe
: Thoracoabdominal
Frekwensi
: 24 x/menit
Corak
: Normal
: Tidak ada
: Simetris
- Palpasi
2. Muka
- Inspeksi
: Simetris
- Palpasi
3. Mata
Letak
: Simetris
Kelopak mata
Kornea
Refleks kornea
: +/+
Pupil
: Ikterik -/-
Konjungtiva
: Anemis -/-
Iris
Pergerakan
Reaksi cahaya
Visus
Funduskopi
4. Telinga
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Pendengaran
5. Hidung
Inspeksi
Sumbatan
: Tidak ada
Ingus
: Tidak ada
6. Bibir
Sianosis
: Tidak ada
Kheilitis
: Tidak ada
: Tidak ada
Perleche
: Tidak ada
87654321
12345678
x: karies
87654321
12345678
o: tanggal
8. Lidah
Besar
: Normal
Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Normal
Permukaan
: Basah bersih
9. Rongga mulut
Hiperemis
: Tidak ada
Lichen
: Tidak ada
Aphtea
: Tidak ada
Bercak
: Tidak ada
: T1- T1 tenang
b. Leher
1. Inspeksi
Trakea
Kel.tiroid
Pembesaran vena
: Tidak ada
: Tidak ada
2. Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba membesar
- Kel. Tiroid
- Tumor
: Tidak ada
- Otot leher
- Kaku kuduk
: Tidak ada
Inspeksi
- Rambut ketiak
- Tumor
: Tidak ada
Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba membesar
- Tumor
: Tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk umum : Asimetris, thorax kanan terlihat lebih cembung
dibanding thorax kiri
Sela iga
Sudut epigastrium
: < 90
Muskulatur
Kulit
: Sianosis (-)
Tumor
: Tidak ada
Ictus cordis
: Tidak terlihat
Pulsasi lain
: Tidak ada
Pelebaran vena
: Tidak ada
2. Palpasi
Kulit
Muskulatur
Mammae
Sela iga
Paru-paru :
-
Pergerakan
: Asimetris
Vocal Fremitus :
Kanan
Kiri
Tertinggal
Normal
Normal
Ictus Cordis
: Teraba
Lokalisasi
Intensitas
: Cukup
Pelebaran
: tidak ada
Thrill
: tidak ada
3. Perkusi
Paru-paru :
Kanan
Suara perkusi
Batas paru-hepar
: Sulit dinilai
Peranjakan
: Sulit dinilai
Kiri
Normal
Jantung :
Batas kanan
: Sulit dinilai
Batas kiri
Batas atas
4. Auskultasi
Paru-paru :
Kanan
Kiri
Vokal Resonansi
Normal
Jantung :
Irama
: reguler
: M1 > M2
P1 < P2
T1 > T2
A1< A2
A2 < P2
: Tidak ada
: Tidak ada
Thorax belakang
1. Inspeksi :
Bentuk
: Simetris
Pergerakan
: Simetris
Kulit
Muskulator
2. Palpasi :
Kanan
Kiri
Sela iga
Muskulatur
Vocal Fremitus :
3. Perkusi :
Normal
Kanan
Sulit dinilai
Peranjakan
Sulit dinilai
4. Auskultasi :
Kiri
Sonor
Vertebra Th XI
Kanan
Normal
Kiri
Vesikuler
Vokal resonance :
Normal
e. Abdomen
1. Inspeksi :
Bentuk
: Datar
10
Kulit
: Tidak terlihat
Pulsasi
: Tidak ada
Venektasi
: Tidak ada
2. Auskultasi
Bising usus
: (+) Normal
Bruit
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
3. Perkusi :
-
Suara perkusi
Ascites
: Tympani
Pekak pindah
: Tidak ada
Fluid Wave
:-
3. Palpasi :
Dinding perut
: Lembut
: Tidak ada
Nyeri lepas
: Tidak ada
Defence Musculair
: Tidak ada
Hepar
: Tidak teraba
Besar
:-
Konsistensi
:-
Permukaan
:-
Tepi
:-
Nyeri tekan
:-
Lien
: Tidak teraba
Pembesaran
:-
Konsistensi
:-
Permukaan
:-
11
Incissura
:-
Nyeri tekan
:-
Tumor/massa
: Tidak ada
Ginjal
: Tidak teraba
Palpasi :
: Tidak ada
Kel.getah bening
Hernia
: Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Hernia
: Tidak ada
h. Genitalia
i. Sakrum
atas
bawah
Tidak ada
kelainan
Pergerakan
: Tidak terbatas
Tidak terbatas
Kulit
Tidak ada
kelainan
Otot
Edema
: Tidak ada
Clubbing finger
: Tidak ada
Palmar eritem
: Tidak ada
: Tidak ada
Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Tidak ada
Pulsasi arteri
: Ada, a. brachial
12
l. Sendi-sendi :
Inspeksi : Kelainan bentuk
: Tidak ada
Tanda radang
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
: Tidak ada
Fluktuasi
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
m. Neurologik :
Refleks fisiologik : - KPR : +/+
- APR : +/+
Refleks patologik
-/-
Rangsangan meningen
: Tidak ada
Sensorik
: +/+
13
Hb
: 15,6 gr/dL
Lekosit : 10.800/mm3
Eritrosit : Hitung jenis :
-
Basofil
Eosinofil : 2 %
Batang
:1%
Segmen
: 70 %
Limfosit
: 26 %
Monosit
:1%
LED : I = 70
:0%
mm/jam
: 77 mg/dl
Fungsi Hati
SGOT
: 13 U/L
SGPT
: 30 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum
: 18 mg/dl
Kreatinin
: 0,6 mg/dl
Asam Urat
: 3,5 mg/dl
14
V. RESUME
Seorang wanita, umur 29 tahun. Pekerjaan karyawan pabrik, sudah
menikah. Datang dengan keluhan utama sesak napas. Pada anamnesa lebih lanjut
didapatkan :
Sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit penderita mengeluh sesak
napas yang dirasakan terus menerus sepanjang hari dan semakin lama semakin
bertambah berat. Sesak napas timbul disertai dengan nyeri dada yang terasa
15
seperti ditusuk-tusuk terutama jika penderita batuk. Keluhan sesak napas akan
berkurang jika penderita tidur miring ke arah kanan, namun karena penderita
mengalami nyeri pada punggung kanannya, maka penderita lebih memilih tidur
miring ke arah kiri untuk mengurangi rasa nyeri pada punggungnya.
Keluhan sesak napas disertai dengan batuk, panas badan, penurunan berat
badan, dan keringat malam. Batuk yang dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk
Rumah Sakit ini tidak disertai dengan dahak. Panas badan yang dirasakan tidak
terlalu tinggi terutama pada siang hingga sore hari. Penderita juga mengeluh
adanya lemah badan dan napsu makan yang berkurang sehingga terjadi penurunan
berat badan sebanyak 5 kg (53 kg menjadi 48 kg) selama 1 bulan terakhir. Selain
itu, penderita juga mengeluh berkeringat banyak pada malah hari dibanding
dengan siang hari walaupun penderita tidak melakukan aktivitas.
Penderita mengaku baru pertama kali mengalami keluhan seperti saat ini.
Penderita tidak mempunyai riwayat mengkonsumsi obat selama 6 bulan. Riwayat
keluarga atau orang-orang sekitar penderita yang mempunyai penyakit TB paru
tidak tahu.
Riwayat sakit kuning pada 3 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan
: 24 X/menit
Sianosis
: Tidak ada
Pucat
: Tidak ada
Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut,
1. Kepala
Muka : Simetris
Mata : Sklera ikterik -/Konjungtiva anemis -/Hidung : t.a.k
Mulut : Lidah : mukosa basah bersih
Tonsil : T1-T1 tenang
Pharing : tidak hiperemis
2. Leher
: KGB tidak membesar
16
3.
: Thorax depan
Bentuk umum : Asimetris
Sela iga : Sela iga kanan menyempit mulai ICS IV ke bawah
Pergerakan : Asimetris (hemithorax kanan tertinggal)
Vocal Fremitus : Hemithorax dextra melemah mulai ICS IV ke bawah
Batas Paru Hepar : Sulit dinilai
Peranjakan : Sulit dinilai
Suara Perkusi :
Paru kanan
Paru kiri
Redup mulai ICS IV
Normal
Suara Pernapasan Pokok :Vesikuler melemah
Vesikuler
Mulai ICS IV
Suara tambahan :
tidak ada
tidak ada
Vocal resonansi : Menurun mulai ICS IV
Normal
Thorak belakang
Bentuk : Simetris
Sela iga : ICS kanan melebar mulai vert. Thoracal IV ke bawah
Vocal fremitus :
Paru kanan
Paru kiri
Menurun mulai Vert. Th IV
Normal
Batas bawah :
Sulit dinilai
Vert. Th XI
Suara pernapasan : Vesikuler,Menurun mulai vert.
Vesikuler
Th VI ke bawah
Suara tambahan : Ronkhi -/- Wheezing -/Vocal Resonansi : Menurun mulai Vert. Th. IV
Normal
17
V. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
1. Efusi pleura e.c. suspek tuberkulosis paru
2. Efusi pleura e.c non-tuberkulosis
VI. DIAGNOSA KERJA
Efusi pleura e.c suspek tuberkulosis paru
VII. USUL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
2. Uji tuberkulin
3. Punksi pleura + analisa cairan pleura
Makroskopis : Warna, kekeruhan
Mikroskopis : Jumlah sel,hitung jenis sel
Biokimiawi : BJ,PH,Protein,glukosa,rivalta
VIII. PENGOBATAN
1. Non farmakologis :
- Istirahat
- Pungsi cairan pleura
- Diet tinggi kalori, tinggi protein
2. Farmakologis
:
Rencana terapi kategori I (2HRZE/4R3H3)
o
Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamid
Ethambutol
1 x 450 mg 3 x seminggu
Isoniazid
2 x 300 mg 3 x seminggu
IX. PROGNOSIS
18
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: ad bonam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis
dan parietalis. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan
yang menghambat pengembangan paru-paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi
ini dapat diakibatkan penekanan pada paru-paru akibat penimbunan udara, cairan
darah atau nanah dalam rongga pleura. Nyeri akibat peradangan atau fibrosis
pleura juga dapat menyebabkan pembatasan pengembangan dada.
Salah satu gangguan pada pleura yaitu berupa efusi pleura dimana terjadi
peningkatan jumlah cairan dalam rongga pleura yang normalnya berisi sekitar 10-
19
200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam, yaitu : tuberkulosis
paru (merupakan penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer pada
pleura, penyakit penyakit sistemik dan keganasan baik pada pleura maupun diluar
pleura.
ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA
Thorax adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan
abdomen. Cavitas thoracis terbagi menjadi dua kompartemen lateral yang berisi
pleura dan paru-paru, dan satu kompartemen tengah yang disebut mediastinum.
Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri
dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni pleura parietalis melapisi
dinding thorax dan pleura visceralis melapisi paru-paru.
20
21
22
peningkatan
permeabilitas
kapiler
23
DIAGNOSIS
Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, foto thoraks, torakosintesis, biokimia, sitologi, bakteriologi,
dan biopsi pleura.
Pada anamnesis, gejala yang sering ditemukan pada efusi pleura adalah
dispnea, nyeri dada, dan batuk. Untuk pemeriksaan fisik pada efusi pleura dengan
jumlah cairan lebih dari 300 cc dapat ditemukan:
a. Inspeksi
- Thorax asimetris, bagian sakit terlihat cembung
- Pergerakan thorax pada sisi yang sakit tertinggal
- Sela iga melebar
- Pergerakan napas terbatas
b. Palpasi
- Deviasi trakea ke sisi yang sehat
- Sela iga melebar
- Vokal fremitus melemah
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi : Suara melemah sampai dengan tidak terdengar vesikuler
Pemeriksaan foto thoraks pada efusi pleura, tidak dapat membedakan jenis
cairan. Mungkin dengan tambahan keterangan-keterangan klinis atau kelainan lain
yang ikut serta terlihat dapat diperkirakan jenis cairan tersebut. Pada pemeriksaan
foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan homogen
menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative radio-opak dengan
permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena
cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah
sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Torakosintesis atau aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis
aksilaris posterior dengan menggunakan jarum abbocath nomor 14 atau 16.
24
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali
aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi
sekaligus karena dapat menyebabkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru
akut.
Secara biokimia, efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat. Dilakukan
pemeriksaan kadar protein dalam efusi, kadar protein dalam serum, kadar LDH
dalam serum, kadah pH dan glukosa, serta kadar amilase.
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel
tertentu.
Pada pemeriksaan bakteriologi, dapat ditemukan efusi yang purulen dapat
mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering
ditemukan adalah Pneumokokus, E. coli, pseudomonas, dan enterobacter.
Pemeriksaaan histopatologi satu atau beberapa contoh jariangan pleura
dapat menunjukkan 50-70% diagnosis pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura. Bila
ternyata hasil biopsi tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan.
Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau
tumor pada dinding dada.
ETIOLOGI
A. Berdasarkan jenis cairan
Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura.
Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura
jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi jika faktor
sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura
mengalami perubahan. Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang
25
TRANSUDAT
Jernih
EKSUDAT
Jernih,keruh,berdarah
BJ
< 1,016
> 1,016
Jumlah set
Sedikit
Jenis set
PMN < 50 %
PMN < 50 %
Rivalta
Negatif
Positif
Glukosa
>
Protein
plasma)
Rasio
protein
T-E
60
mg/dl
plasma
<0,5
>200 IU/dl
LDH
<200 IU/dl
>0,6
<0,6
26
hillus
atau
mediastinum,
menyebabkan
27
28
transudat. Pengobatan
adalah dengan
29
4. Meigs Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita
dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan
sindrom serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor
ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya metastasis. Asites
timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya dimana efusi
pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di
diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi
unilateral ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga
peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti
dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
c. Darah
Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada
hemothoraks slalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak
yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena
faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukn pleura.
Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari
trauma dinding dada.
B. Berdasarkan kuman penyebab
I. Mycobacterium Tuberculosis
a. Bakteriologi
Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal
03-0,6 m. Kuman ini tahan terhadap asam dikarenakan kandungan asam
lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini dapat hidup pada udara kering
maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam sifat dormant yang
suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali.
Kuman ini hidup sebagai parasit intraseluler didalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenaginya
30
karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat
ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal
inibmerupakan predileksi penyakt tuberkulosis.
b. Patogenesis
- Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang
di jaringan paru akan berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi
di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah
efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan
limfe, orofaring, dah kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk
ke dalam vena menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila
31
32
TB pasca primer sering juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia
muda menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi sembuh tanpa
meninggalkan cacat atau sembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Sarang dini yang sembuh dengan serbukan jaringan fibrosis disebabkan
sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi
lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan
terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya
menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar sehingga
menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah
karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkijuan
lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi
dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak.
Kavitas dapat meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi
kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier.
Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan
selanjutnya ke usus menjadi TB usus. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB
endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura. Selain itu, kavitas juga dapat
memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini
dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi
kavitas lagi. Namun, kavitas juga dapat bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity.
33
c. Terapi
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif) diberikan pada pasien setiap hari dan vperlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi)
persister
sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Jenis obat yang digunakan adalah :
34
Rifampisin (R)
Bakterisida,membunuh kuman semi dorman yang tidak daat dibunuh oleh
Isoniazid. Dosis harian maupun dosis intermitten 3 kali seminggu = 10
mg/kgBB
Pirazinamid (Z)
Bakterisida, membunuh kuman di dalam sl dengan suasana asam. Dosis
Penderita
berumur
sampai
60
tahun,
dosisnya
0,75
Isoniazid
Rifampsin
Pirazinamid
Ethambutol
Isoniazid
2 x 300 mg 3 x seminggu
Rifmpisin
1 x 450 mg 3 x seminggu
DAFTAR PUSTAKA
35
1. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F. Clinically oriented anatomy. 5th edition.
Lippincott Williams & Wilkins, 2006.
2. Halim, Hadi. Penyakit-penyakit pleura. In : Aru W. Sudoyo, Bambang
Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, Eds. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: FKUI, 2006: 1056-59.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penanggulangan
tuberkulosis. Edisi 2 cetakan pertama. Jakarta: Depkes RI, 2007.
4. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis paru. In: Aru W. Sudoyo,
Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati,
Eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: FKUI, 2006: 988-93.
5. Rubins, Jeffrey. Pleural Effusion. eMedicine Journal 2011. Didapatkan
dari : http://www.eMedicine.com.
6. Kusumawidjaja, Kahar. Pleura dan mediastinum. In : Sjahriar Rasad, Eds.
Radiologi Diagnostik. Ed 2. Jakarta : FK UI, 2005: 116-19.
36