OLEH :
RYAN FIRMANSYAH SAPUTRA
1643057181
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Mikrobiologi ini tepat waktu.
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan Laporan Mikrobiologi ini. Tanpa dukungan dari berbagai pihak mungkin laporan ini
tidak bisa selesai tepat waktu.
Kami menyadari laporan yang dibuat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami mengharapkan laporan
mikrobiologi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Untuk Mengetahui bentuk atau morfologi bakteri dengan metode pewarnaan
sederhana dan pewarnaan gram.
B. Dasar Teori
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari
bakteri, fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata selnya
berukuran 0,5-1 x 2-5 m, berbentuk elips, bola, batang atau spiral. Selain berinteraksi
intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi secara interspesies dengan manusia,
tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang
bersifat menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri patogen Escherichia coli dan
kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan diare, kolera dan penyakit saluran
pencernaan lainnya. Kapang dan khamir menyebabkan penyakit karena menghasilkan
racun (mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut
(mikosis superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran darah
(mikosis sistemik) (Waluyo, 2009).
Sterilisasi adalah proses destruksi atau proses mematikan mikroorganiseme yang
mungkin ada pada suatu benda. Pemilihan teknik sterilisaasi didasarkan pada bahan atau
material yang akan digunakan dan jenis mikroba yang terlibat (Gunasekaran, 2005).
Sterilisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi tanpa panas dan sterilisasi
dengan menggunakan panas.
1. Sterilisasi tanpa panas
a. Filtrasi
Ditujukan untuk bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Dikerjakan dalam suhu ruang menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
b. Sterilisasi Kimia
Digunakan pada alat atau bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi
aseptis (sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah
Alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.
2. Sterilisasi Dengan Panas
a. Api Langsung
Cara yang paling sederhana untuk sterilisasi panas
langsung, yaitu dengan membakar obyek yang akan disterilkan pada nyala api. Cara
ini dapat mencegah adanya kontaminasi mikroba dari udara pada saat pemindahan
kultur karena panas dan gas yang ditimbulkan oleh api Bunsen dapat membunuh
mikroba pada permukaan alat sehingga tidak bisa masuk ke dalam
alat dan
mencegah kontaminasi. Nyala api dengan suhu tinggi ini akan membunuh seluruh
mikroba yang ada pada obyek. Metode api langsung ini biasanya digunakan untuk
sterilisasi ose, forceps, mulut tabung reaksi saat memindahkan kultur secara aseptis
(Wheelis, 2008).
kandungan detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum
dari total volumenya.
Media tumbuh adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme.
Komposisi media tumbuh bervariasi tergantung pada jenis mikroorganisme yang akan
ditumbuhkan, namum semua mikroorganisme mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dalam media tumbunya, yaitu air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Derajat
keasaman (pH) media sangat menentukan pertumbuhan mikroorganisme, pada umumnya
mikroorganisme hidup pada kisarah pH netral (7), tetapi mikroorganisme patogen biasanya
hidup pada pH basa.
Media dapat diklasifikasikan berdasarkan atas susunan kimia, konsistensi, dan
fungsinya. Berdasarkan susunan kimianya, ada medium organic (tersusun atas bahan
organik), medium anorganik (tersusun dari bahan anorganik), medium sintesis (media yang
dibuat dari campuran bahan kimia dengan kemurnian tinggi dan jumlahnya diketahui
dengan pasti), dan medium non sintetis (media yang susunan kimianya tidak dapat
ditentukan dengan pasti). Media kultur berdasarkan konsistensinya dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
1. Media cair (liquid medium) adalah media berbetuk cair yang dapat digunakan untuk
tujuan menumbuhkan atau membiakan mikroba, penelaah fermentasi, uji-uji lain.
Contohnya : Nutrient Broth (NB), lactose broth (LB) dan kaldu sapi
2. Media semi padat (semi solid medium), biasanya digunakan untuk uji mortalitas
(pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan fermentasi, contohnya : agar dengan
konsentrasi rendah 0,5%
3. Media padat (solid medium) adalah medium yang berbetuk padat yang dapat digunakan
untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan sehingga membentuk koloni yang dapat
dilihat, dihitung dan diisolasi. Contohnya : Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar
(PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), gelatin, silika gel dan beberapa limbah pertanian
yang berbentuk padat.
Sedangkan media berdasarkan komposisi atau susunan bahannya, yaitu :
1. Media sintesis adalah media yang mempunyai kandungan dari isi bahan yang telah
diketahui secara terperinci.
2. Media non sintesis adalah media yang mengandung bahan-bahan yang tidak diketahui
secara pasti baik kadar maupun susunannya.
3. Media semi sintesis misalnya cairan hanks yang ditambah serum.
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan
(Jimmo, 2008).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)
dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah pewarna sederhana
dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna
saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri
yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan
asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan
terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini
merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi,
dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan
diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga
dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah
pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.(waluyo,2010)
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan
granula fosfat (Entjang, 2003)
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas
dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat warna tunggal yang
bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini, zat warna
yang digunakan salah satunya adalah gentiana violet ( Pelczar, 2007)
Pada pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Prosedur pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat
bentuk ukuran dan penataan pada mikroorganisme bakteri. Pada bakteri dikenal bentuk
yang bulat ( coccus), batang (basil), dan spiral (Lay, 1994).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh
karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri
tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial
(berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif
tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak
terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Alat
1. Mikroskop
2. Ose
3. Objek glass
4. Lampu Spiritus/Bunsen
B. Bahan
1. Media bakteri
2. Oil imersi
3. Larutan gram A (Kristal Violet)
4. Larutan gram B (Lugol)
5. Larutan Gram C (Alkohol)
6. Larutan Gram D (Safranin)
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan preparat untuk pengecatan:
a. Ambil glass objek yang bersih dan steril.
b. Bebaskan dari lemak dengan memanaskannya diatas api spiritus.
c. Dengan ose steril. Ambil sedikit satu koloni bakteri, diratakan pada glass objek dan
ditipiskan.
d. Ose sesudah dipakai mengambil kuman harus disterilkan kembali dengan cara
dibakar pada nyala api sampai membara dan sterilkan kembali sebelum dipakai
kembali.
e. Preparat kemudian dikeringkan diatas nyala api spiritus sambil digoyangkan (jarak
preparat sampai api spiritus kira kira 20 cm). Setelah kering, preparat siap dicat.
2. Cara melakukan pengecatan Gram:
a. Preparat yang siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 3 menit. Kemudian
cat dibuang dan tanpa dicuci.
b. Preparat digenangi dengan cat Gram B selama 2 menit. Akibat pemberian cat Gram
B maka pengikatan warna oleh bakteri menjadi lebih baik. Setelah itu cat dibuang
tanpa dicuci.
c. Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dihilangkan atau
dilunturkan (1 menit). Setelah pemberian cat Gram C preparat di bilas dengan
aquadest selama 5 detik.
d. Digenangi denngan cat Gram D selama 1 menit. Gram D bertindak sebagai warna
kontras.
e. Setelah itu preparat dicuci dan dikeringkan dalam udara kamar dan setelah itu
diperiksa dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran kuat.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Bacillus Subtilis
Kingdom:
Bacteria
Phylum:
Firmicutes
Class:
Bacilli
Order:
Bacillales
Family:
Bacillaceae
Genus:
Bacillus
Species:
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,dan secara
alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis juga telah berevolusi
sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan
perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali,
osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini hanya memilikin satu
molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom. DNAnya berukuran BP 4214814
(4,2 Mbp) (TIGR CMR). 4,100 kode gen protein. Beberapa keunggulan dari bakteri ini
adalah mampu mensekresikan antibiotik dalam jumlah besar ke luar dari sel (Scetzer,
2006).
Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan
untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut
mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus
subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak benar.
Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang
sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya
bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua
membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis merupakan jenis
kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55 C dan
mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 C 80 .
B. Bacillus Cereus
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus cereus
Bacillus
cereus
mempertahankan zat
merupakan
warna kristal
golongan
bakteri
violet sewaktu
Gram-positif
proses pewarnaan
(bakteri yang
Gram),
aerob
C. Staphylococcus aureus
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Bacteria
Eubacteria
Firmicutes
Bacilli
Bacillales
Staphylococcaceae
Staphylococcus
S. aureus
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil,
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m.
S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.
aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit
pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan
sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat
lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
D. Streptococcus Pneumoniae
Domain
: Bactery
Phylum
: Firmicutecocous
Class
: Cocci
Order
: Lactobacillales
Family
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Species
: S.Pneumoniae
E. Candida Albicans
Kingdom
: Fungi
Divisio
: Eumycophyta
Class
: Deuteromycetes
Ordo
: Melaneoniales
Family
: Moniliaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans
F. Escherichia Coli
Domain
Bacteria
Filum
Proteobacteria
Kelas
Gammaproteobacteria
Ordo
Enterobacteriales
Famili
Enterobacteriaceae
Genus
Escherichia
Spesies
Escherichia coli
: Bacteria (Eubacteria)
Class
: Prateobacteria
Ordo
: Eubacteriales
Family
: Enterobacteriae
Genus
: Salmonella
Spesies
: Salmonella sp.
Salmonella sp adalah jenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,
motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat
fakultatif anaerob.Termasuk kelompok bakteri Enterobacteriacea. Ukurannya 2 - 4
mikrometer x 0,5 0,8 mikrometer. Sifat Salmonella antara lain : dapat bergerak, tumbuh
pada suasana aerob dan anerob fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi
manitol dan sorbitol dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse , fenilalanin
deaminase, urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa.
Perkembangan bakteri Salmonella sp terbilang sangat cepat dan menakjubkan, setiap
selnya mampu membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat dan pada media
tumbuh yang mengandung protein tinggi. Bisa dibayangkan, satu sel bakteri bisa
berkembang menjadi 90.000 hanya dalam waktu 6 jam.
H. Pseudomonas
Kingdom
Bacteria
Phylum
Proteobacteria
Class
Gamma Proteobacteria
Order
Family
Pseudomonadaceae
Genus
Pseudomonas
Species
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonadales
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Shigella
Spesies
: Shigella dysenteriae
Shigella boydii
Shigella flexneri
Shigella sonnei
Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram
negatif. Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah fakultatif
anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan
dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dalam 24 jam. Kuman ini
sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan
laktosa. Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang
tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai
antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella
adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat
lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan
antigenic.
J. Klebsiella sp
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma proteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Klebsiella
Spesies
: - Klebsiella pneumonia
-Klebsiella oxytoca
-Klebsiella ozaena
-Klebsiella rhinoscleromatis
Merupakan bakteri gram (-) , berbentuk batang pendek, memiliki ukuran 0,5-1,5 x
1,2. Bakteri ini memiliki kapsul, tetapi tidak membentuk spora. Klebsiella tidak mampu
bergerak karena tidak memiliki flagel tetapi mampu memfermentasikan karbohidrat
membentuk asam dan gas.
Spesies klebsiella menunjukan pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida yang besar
dan tidak motil. Mereka biasanya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin
dekarboksilase dan sitrat. Klebsiella memberikan reaksi Voges-Proskauer yang positif
Sifat Biakan atau Kultur dari Klebsiella sp tersebut pada media EMB dan Mac
Conkey koloni menjadi merah. Kemudian pada media padat tumbuh koloni mucoid (24
jam). Mudah dibiakan di media sederhana (bouillon agar) dengan koloni putih keabuan dan
permukaan mengkilap.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pemeriksaan yang dilakukan adalah pewarnaan gram terhadap
spesies bakteri, dimana tujuan dari pewarnaan gram adalah untuk mengetahui bentuk dan
morfologi bakteri. Dalam pelaksanaan praktikum, seluruh kegiatan dilakukan secara aseptis yaitu
agar setiap pemeriksaan yang dilakukan memang benar-benar steril sehingga tidak ada terjadi
kontaminasi terhadap mikroorganisme lain.
Bakteri yang diamati dalam pemeriksaan kali ini adalah 10 jenis bakteri yang sudah
tersedia dalam beberapa media cawan yaitu bakteri Bacillus subtilis, Bacillus cereus,
Staphyllococcus aureus, Streptococcus, Candida albican, Escherichia coli, Salmonella typhi,
Pseudomonas, Shigella, dan Klebsiella.
Bahan yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah 4 jenis larutan pewarnaan antara lain
larutan gram A (Kristal Violet), larutan gram B (Lugol), larutan gram C (Alkohol), larutan gram
D (Safranin). Dengan melakukan pewarnaan gram maka bakteri yang diidentifikasi dapat
diketahui apakah bakteri tersebut masuk kedalam bakteri gram positif atau bakteri gram negatif
dimana bakteri gram positif akan terlihat berwarna ungu dan bakteri gram negatif akan terlihat
berwarna merah muda.
Untuk melakukan pewarnaan gram, hal pertama yang dilakukan adalah membuat preparat
bakteri yang akan diamati jenis morfologinya, yaitu dengan menggunakan glass objek. Bakteri
yang ada di dalam media cawan diambil dengan menggunakan ose yang sudah disterilkan diatas
api bunsen, kemudian koloni bakteri yang diambil dioleskan di atas kaca glass objek secara
merata. Saat melakukan pengambilan bakteri pada media cawan harus diperhatikan bahwa
pengambilan hanya dilakukan sedikit saja karena bakteri merupakan mikroorganisme dan juga
saat pengolesan pada kaca glass objek harus rata dan tipis karena jika bakteri dioleskan dengan
tebal maka akan mempersulit pengamatan setelah pewarnaan gram. Setelah itu preparat yang
telah dibuat siap untuk dilakukan pewarnaan. Dimulai dengan menggunakan larutan gram A atau
Kristal violet, preparat digenangi dengan larutan gram A selama 3 menit, lalu preparat digenangi
dengan larutan gram B atau lugol selama 2 menit, selanjutnya warna pada preparat dilunturkan
dengan menggunakan larutan gram C atau alkohol, dan terakhir preparat digenangi dengan
larutan gram D atau safranin selama 3 menit lalu dibilas dengan aquades. Fungsi dari larutan
gram A adalah pewarna primer yang akan memberi warna pada bakteri. Kristal violet bersifat
basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan
perlakuan itu, sel yang transparan akan terlihat berwarna ungu dan pemberian terhadap bakteri
gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Fungsi dari larutan gram B adalah
meningkatkan aktifitas peningkatan zat warna oleh bakteri sehingga akan memperjelas zat
warna. Fungsi larutan gram C adalah sebagai peluntur dari warna sebelumnya, sehingga dapat
dilanjutkan dengan larutan gram D sebagai zat penutup, jika bakteri termasuk kedalam golongan
bakteri gram positif maka akan mengikat warna kristal violet sehingga berwarna ungu dan jika
bakteri termasuk kedalam golongan bakteri gram negatif maka akan mengikat warna safranin
sehingga berwarna merah muda. Setelah melakukan empat pewarnaan gram tersebut preparat
siap diamati pada mikroskop dengan perbesaran kuat. Saat pengamatan setiap bakteri memiliki
bentuk masing-masing, ada yang berbentuk batang dan ada yang berbentuk bulat. Setiap bentuk
juga terbagi lagi ada yang membentuk rantai dan ada juga yang berkumpul membentuk seperti
anggur.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pewarnaan gram merupakan cara untuk mengidentifikasi sebuah mikroorganisme
agar diketahui bentuk morfologi dan jenis dari mikroorganisme tersebut apakah termasuk
kedalam gram positif atau gram negatif.
B. Saran
Pemeriksaan pada praktikum ini akan lebih baik lagi jika alat dan bahan tersedia
untuk tiap kelompok mengingat praktikum ini merupakan praktikum mikrobiologi yang
dalam pengerjaannya sangat rentan untuk terkontaminasi jika tidak dilakukan dengan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R.M dan Moss, O.M. 2008. Food Microbiology 3rd Edition. Cambridge: RSC Pub.
Dalam Marzuki, Ahmad. 2013. Studi Karakterisasi Bakteri Escherichia coli Di
Laboratorium Kesehatan Lumajang. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Dalam Uli, Yunita. 2012. Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta
Kaitannya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat. Medan : Universitas
Sumatra Utara.
Berg, H.C. 2004. Eschericia coli in Motion. New York : Springer. Dalam Marzuki, Ahmad.
2013. Studi Karakterisasi Bakteri Escherichia coli Di Laboratorium Kesehatan
Lumajang. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
BPOM RI. 2015. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Tentang Listeria Monocytogenes Sebagai Agen Penyebab Keracunan Pangan. Jakarta :
Kepala BPOM.
Carter, G.R dan Wise, D. 2004. Veterinary Bacteriology and Micology. USA:Iowa State Press.
Lowa. Dalam Marzuki, Ahmad. 2013. Studi Karakterisasi Bakteri Escherichia coli Di
Laboratorium Kesehatan Lumajang. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Dalam Rahayu, Sri. 2012.
Pemeriksaan Kolifekal Dan Colyform Pada Air Bersih Di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit (Btkl Pp) Kota Medan. Medan : Universitas
Sumatra Utara.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Ditjennak. 2001. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam Marzuki, Ahmad. 2013. Studi Karakterisasi
Bakteri Escherichia coli Di Laboratorium Kesehatan Lumajang. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh November.
Elliot, T. W, Tony. Osman, H, dan Gill, M. 2009. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi. Jakarta
: Kedokteran EGC.
LAMPIRAN
Bacillus subtilis
Bacillus cereus
Staphyllococcus aureus
Streptococcus
Candida albican
Escherichia coli
Salmonella typhi
Pseudomonas
Shigella
Klebsiella