2
2
22
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian Zeitun dan
Tian (2007) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan, karena leverage yang tinggi menimbulkan konflik antara pemegang saham
dan kreditur yang mengakibatkan terjadinya kenaikan suku bunga yang diberikan oleh
kreditur, penambahan biaya pengawasan dan penurunan investasi. Jadi, konflik ini
menunjukkan bahwa leverage yang tinggi menyebabkan kinerja yang buruk (Williams
J, 1987). Memon et al (2010) menyatakan dalam penelitiannya disimpulkan bahwa
pertumbuhan dan resiko menghasilkan pengaruh yang positif terhadap ROA, sementara
utang jangka pendek memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, karena
utang jangka pendek menghadapkan perusahaan dengan risiko.Variabel lain yang
mempengaruhi kinerja perusahaan adalah resiko yang selalu diasumsikan bahwa
perusahaan dengan variasi yang lebih tinggi dalam pendapatan operasional diharapkan
memiliki keuntungan yang lebih tinggi dengan risiko yang terkait tinggi. Besarnya
pajak juga memiliki pengaruh positif dengan kinerja perusahaan, karena ketika
perusahaan berkinerja baik dan menghasilkan rasio return on asset tinggi maka struktur
modal perusahaan akan diarahkan secara optimal dan perusahaan akan membayar
jumlah pajak yang lebih tinggi (Zeitun dan Tian,2007).
Hasil penelitian Kuntluru (2008) menemukan pengaruh positif antara ukuran
perusahaan dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan.
Pertumbuhan aktiva menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke
dalam aktivanya, sehingga pertumbuhan yang cepat bisa menyebabkan profitabilitas
yang lebih besar.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu rasio likuiditas suatu
perusahaan semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan berarti semakin kecil
resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan Almajali (2012) menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan likuiditas
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan harus meningkatkan current asset dan mengurangi current liabilities karena
hubungan positif antara likuiditas dan kinerja keuangan.
Pada penelitian Tariq et al (2013) menunjukkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang harus diingat saat membuat
keputusan keuangan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tariq et al (2013)
menggunakan leverage, pertumbuhan, ukuran, pajak, risiko, aset berwujud, serta
menambahkan likuiditas dan non debt tax shield sebagai variabel independen untuk
melihat pengaruh pada kinerja perusahaan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan, pajak, dan non debt tax Shield memiliki hubungan yang positif dan
signifikan dengan kinerja perusahaan. Non debt tax shield memainkan peran penting
untuk menambah kinerja perusahaan, non debt tax shield berfungsi sebagai pengganti
beban bunga yang merupakan pengurangan dalam perhitungan pajak penghasilan dari
perusahaan dan makin besar non debt tax shield (depresiasi) berarti makin besar
sumber intern dari dana yang dihasilkan didalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini digunakan perusahaan basic industry and chemicals merupakan
perusahaan yang berorientasi pada teknologi, sehingga memiliki prospek yang baik di
masa mendatang. Pentingnya sektor ini bagi perkembangan sektorsektor industri
lainnya juga menjadi alasan mengapa perusahaan basic industry and chemicals
23
memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Sektor basic industry and chemical
yang terdaftar di BEI dikelompokkan ke dalam delapan jenis Subsektor, yaitu
Subsektor Cement, Subsektor Ceramics, Glass, Porcelain, Subsektor Metal and Allied
Products, Subsektor Chemicals, Subsektor Plastics and Packaging, Subsektor Animal
Feed, Subsektor Wood Industries, dan Subsektor Pulp and Paper. Untuk itu ini adalah
alasan dipilihnya basic industry and chemicals dalam penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Fahmi (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Untuk melihat kondisi
kinerja perusahaan ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan
rujukan bagi investor yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.
Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan,
terdapat dua metode yang digunakan dalam perbandingan hasil dari perhitungan pada
laporan keuangan,yaitu :
1.
2.
Riyanto (2013) menyebut istilah ROA dengan net earning power ratio (rate of
return on investment/ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang
dimaksud adalah keuntungan neto sesudah pajak. Memon dan Tahir (2012)
menyatakan bahwa rasio keuangan sangat membantu dan alat yang dapat memudahkan
untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan (kinerja) dari setiap perusahaan
dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Rasio keuangan sangat penting gunanya
untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka
pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan
jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai.
Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam
menganalisis kinerja suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan digunakan
return on assets (Tariq et al, 2013).
Return on asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio
profitabilitas yang ada. Return on assets juga mengukur keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aset yang tersedia, ROA juga disebut ROI (return on
investment) semakin tinggi pengembalian perusahaan atas total aset semakin baik
24
kinerja perusahaan. ROA diukur dengan membagi earning available of common stock
dengan total aset (Gitman dan Zutter, 2012).
Leverage
Secara umum, semakin banyak utang perusahaan yang digunakan terkait total
aset, semakin besar leverage keuangan perusahaan. Financial leverage adalah
peningkatan risiko dan tingkat pengembalian melalui penggunaan pembiayaan tetap,
seperti utang. Hutang jangka panjang memiliki pengaruh yang negatif terhadap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang menggunakan hutang jangka panjang yang lebih tinggi memiliki
profitabilitas yang lebih rendah, leverage dihitung dengan membagi total liabilities
dengan total aset (Gitman dan Zutter, 2012). Margaretha dan Ramadhan (2010)
menyatakan total leverage dapat diukur total liabilities dibagi dengan total aset.
Aivazinia (2005) juga menggunakan pengukuran leverage dengan cara total liabilities
dibagi dengan total aset. Leverage yang tinggi juga menunjukkan kelemahan dari
perusahaan yang mempunyai proporsi jumlah hutang.
Gilbers (2012) menyatakan leverage sebagai trade-off antara utang dan ekuitas.
Ketika perusahaan semata-mata dibiayai dengan ekuitas semua investasi dilakukan
dengan ekuitas. Ini berarti bahwa tidak ada manfaat lain kecuali untuk pemegang
saham yang menerima semua keuntungan. Tapi ini juga berarti bahwa pemegang
saham adalah satu-satunya yang menanggung risiko. Dengan adanya penggunaan
hutang maka debt holder juga menanggung sebagian risiko perusahaan.
Jensen (1976) menyatakan peningkatan leverage juga memiliki biaya.
Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan.
Seperti kenaikan pada leverage biaya agensi dari hutang mengalami kenaikan,
termasuk biaya kebangkrutan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas
kepentingan permegang saham sehingga wewenang diberikan kepada manajer. Biaya
yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manjemen disebut biaya
agensi. Myers (1977) menyatakan leverage yang lebih tinggi berarti biaya keagenan
tinggi karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan debtholders, masalah
ini menunjukkan pengaruh negatif dengan kinerja. Di sisi lain, konflik antara
pemegang saham dan debtholders dapat juga membuat kurangnya investasi. Akibatnya,
biaya agensi yang dihasilkan dari konflik kepentingan pemegang saham dan
debtholders menunjukkan bahwa leverage yang lebih tinggi berkorelasi dengan kinerja
perusahaan yang lebih rendah. Menurut Van Horne (2012) jika semakin tinggi rasio
debt to total asset, maka semakin besar resiko keuangannya. Resiko gagal bayar karena
terlalu banyak pendanaan yang dilakukan dengan utang. Hal tersebut akan mengurangi
profitabilitas karena banyak kas yang digunakan untuk membayar utang.
Menurut Viviani (2008) hutang ditemukan memiliki pengaruh negatif dengan
profitabilitas, maka sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan perusahaan
yang menguntungkan menghasilkan laba yang tinggi disarankan untuk menggunakan
lebih sedikit hutang, karena perusahaan mampu membiayai peluang investasi dengan
25
laba ditahan atau sumber dana internal, yang artinya semakin besar profitabilitas
perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui penggunaan hutang.
Pertumbuhan
Menurut Joni dan Lina, (2010) pertumbuhan aktiva menunjukkan besarnya dana
yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Pertumbuhan aktiva diukur
dengan menghitung proporsi peningkatan total aktiva dari tahun sebelumnya
dibandingkan dengan tahun berjalan. Myers (1977) mengungkapkan perusahaan yang
memiliki pertumbuhan tinggi akan membutuhkan dana yang lebih besar untuk
melakukan investasinya dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan
rendah. Pengukuran tingkat pertumbuhan dapat dilihat dari pertumbuhan total aset
perusahaan. Aset juga merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil
operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan,
membuat pihak investor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan serta semakin
stabil tingkat penjualan mengakibatkan semakin stabil tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan, maka besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi
kewajiban tetapnya. Perhitungan growth dapat dihitung dengan cara total aset sekarang
dikurang dengan total aset tahun sebelumnya dibagi dengan total aset pada tahun
sebelumnya (Margaretha dan Suryaningrum, 2010).
Bhutta dan Hasan (2013) meyatakan pertumbuhan yang lebih baik dapat
meningkatkan profitabilitas. Jika ada peningkatan total aset itu berarti memiliki
pertumbuhan yang tinggi akan lebih menguntungkan. Pertumbuhan aktiva pada
dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang dimiliki
untuk kegiatan operasi dan investasi. MacMillan dan Day (1987) menganggap bahwa
pertumbuhan yang cepat bisa menyebabkan profitabilitas yang lebih besar berdasarkan
bukti bahwa perusahaan yang tumbuh dengan cepat menjadi lebih menguntungkan
ketika perusahaan memasuki pasar dalam skala besar. Jang dan Park (2011)
menemukan hubungan antara profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, keuntungan
yang meningkat juga dapat meningkatkan pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan
(growth) dapat menunjukkan peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan, maka
dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara profitabilitas dan pertumbuhan.
Ukuran
Menurut Rajan dan Zingales (1995) ukuran diharapkan menjadi salah satu faktor
dalam kinerja perusahaan. Ukuran dapat memiliki efek positif pada kinerja perusahaan,
karena perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan ukuran perusahaan untuk
mendapatkan kesepakatan yang lebih baik di bidang keuangan. Perusahaan kecil
memiliki lebih sedikit kemampuan dibandingkan perusahaan besar, sehingga
perusahaan kecil sulit untuk bersaing dengan perusahaan besar terutama di pasar yang
26
sangat kompetitif. Perusahaan yang lebih besar cenderung melakukan diversifikasi dan
kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan yang semakin kecil.
Almajali et al (2012) menyatakan perusahaan kecil rata-rata memiliki
pengembalian aset yang rendah daripada yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar.
Ukuran perusahaan cenderung mencerminkan secara relatif penilaian pemegang saham
atas keseluruhan aspek dari kinerja keuangan di masa lampau dan perkiraan dimasa
yang akan datang. Margaretha (2011) menjelaskan bahwa semakin besarnya aset
perusahaan akan membuat perusahaan semakin lebih mudah dalam memperoleh modal
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih rendah selain itu,
dengan adanya aset yang cukup akan dapat meningkatkan penjualan dan pada akhirnya
akan meningkatkan profit yang di dapat. Dalam penelitiannya Tariq et al (2013)
menyatakan ukuran perusahaan dapat diukur dengan mencari logaritma natural dari
total penjualan perusahaan. Farah dan Suryaningrum (2010) menyatakan size dapat
diukur dengan menggunakan rumus logaritma natural dari total sales.
Resiko
Menurut Riyanto (2013)
risiko merupakan ukuran dari ketidakpastian
pengembalian investasi yang akan diperoleh atau variabilitas dari hasil yang berkaitan
dengan asset tertentu, resiko juga diartikan sebagai peristiwa yang dapat terjadi atau
tidak terjadi dimasa datang dalam bentuk investasi, hal ini diterjemahkan ke dalam
persentase keuntungan yang diharapkan. Apabila suatu perusahaan akan menerima
suatu proyek investasi tertentu yang mengandung risiko besar, para pemberi modal
akan menuntut imbalan yang lebih besar sebagai kompensasinya dalam bentuk
keuntungan yang disyaratkan atau tingkat diskonto yang lebih besar. Pada penilaian
suatu investasi terdapat suatu hubungan yang positif antara risiko dan return. Jika
risiko yang dihadapi tinggi, tentunya keuntungan yang diharapkan juga akan lebih
tinggi. Dalam hal ini, ada dua hal yang akan dihadapi pemodal ketika melakukan
investasi, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dan tingkat
risiko. Pada umumnya investor akan memilih investasi dengan tingkat keuntungan
yang lebih besar dengan tingkat risiko yang ditanggung sama, atau investasi dengan
tingkat keuntungan sama tetapi risiko yang ditanggung lebih kecil.
Margaretha (2011) mengatakan resiko keuangan merupakan resiko tambahan
bagi pemegang saham biasa karena perusahaan menggunakan utang. Syamsuddin
(2011) mengatakan resiko finansial merupakan suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mampu menutup biaya-biaya finansialnya. Di dalam analisa finansial leverage
dikemukakan bahwa apabila beban-beban finansial meningkat maka EBIT pun harus
diperbesar untuk dapat menutup kenaikan biaya tersebut. Jadi dapatlah dikatakan
bahwa dengan meningkatnya leverage akan memperbesar risiko yang ditanggung oleh
perusahaan.
Margaretha dan Sari (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi operating risk
yang dimiliki perusahaan maka akan semakin tinggi pula probability of financial
distress dan bankruptcy cost yang dimiliki perusahaan. DeAngelo dan Masulis (1980)
risiko operasi yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kesulitan keuangan yang lebih
tinggi, dan oleh karena itu dapat meningkatkan biaya kebangkrutan. Hal ini
27
menunjukkan bahwa perusahaan dengan risiko operasi yang tinggi harus memiliki
utang yang lebih rendah. Dalam penelitiannya Khrisnan dan Moyer (1997) tidak
menemukan pengaruh antara resiko dengan kinerja keuangan. Tariq et al (2013)
mengukur resiko dengan cara membagi EBIT dengan EAT. Ashraf dan Safdar (2013)
mengukur resiko juga dengan membagi EBIT dengan EAIT.
Pajak
Fahmi (2012) menyatakan pajak merupakan kewajiban perusahaan yang harus
selalu dibayar kepada pihak yang berkepentingan, yang kemudian pendapatan dari
pembayaran pajak tersebut dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, apabila
perolehan laba (profitabilitas) wajib pajak semakin besar maka pembayaran pajak akan
semakin besar, sehingga kontribusi kepada pendapatan negara juga semakin besar.
Keuntungan dari adanya hutang terhadap pembayaran pajak penghasilan adalah bahwa
pembayaran bunga dapat dikurangkan sebagai beban. Pembayaran bunga ini
mengurangi pajak, sedangkan laba yang ditahan dikaitkan dengan saham tidak dapat
dikurangkan oleh perusahaan dalam perhitungan pajaknya. Bunga adalah beban yang
dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan (deductible expense), dan pengurang pajak
adalah hal yang penting bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Oleh
karena itu semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan maka semakin besar manfaat
yang diperoleh dari penggunaan utang. Besarnya pajak juga memiliki hubungan positif
dengan kinerja perusahaan, karena ketika perusahaan berkinerja baik dan rasio return
on asset tinggi maka struktur modal mereka akan diarahkan secara optimal dan
perusahaan akan membayar jumlah yang lebih tinggi dari pajak, hasil ini menunjukkan
bahwa perusahaan dengan pembayaran pajak yang tinggi memiliki tingkat kinerja yang
lebih tinggi (Zeitun et al, 2007)
Menurut Husnan (2013) dalam keadaan ada pajak, keputusan pendanaan menjadi
relevan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya bunga yang dibayarkan (karena
menggunakan hutang) bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang
dikenakan pajak. Namun, penggunaan hutang yang berlebih dapat mengurangi profit
yang diperoleh perusahaan karena adanya bunga yang harus dibayarkan oleh
perusahaan. Hasil penelitian Krishnan dan Moyer (1997) menemukan pengaruh yang
tidak signifikan taxation terhadap profitabilitas. Dalam penelitiannya Tariq et al (2013)
mengukur pajak dengan cara curret years tax dibagi dengan earning before tax.
Ashraf dan Safdar (2013) mengukur pajak juga dengan cara curret years tax dibagi
dengan earning before tax.
Aset Berwujud (Tangibilitas)
Menurut Rahardjo (2009) aset berwujud atau fixed assets merupakan aktiva tetap
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun. Aset ini berhubungan dengan mesin, bangunan, dan peralatan perusahaan.
Dalam penelitiannya Akintoye (2008) berpendapat bahwa perusahaan yang
mempertahankan investasi besar dalam aset berwujud akan memiliki biaya lebih kecil
28
dari kesulitan keuangan dari pada perusahaan yang bergantung pada aset tidak
berwujud.
Menurut Syamsuddin (2011), mengingat bahwa aktiva tetap menggambarkan
jumlah pengeluaran atau investasi yang terbesar dalam perusahaan-perusahaan industri,
maka harus cukup banyak perhatian yang diberikan sehubungan dengan keputusankeputusan yang akan diambil, tidak hanya berkenaan dengan pembelian suatu aktiva
tetap tetapi juga pengeluaran-pengeluaran selanjutnya yang diperlukan oleh aktiva tetap
tersebut. Aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga demikian,
penanaman modal dalam aktiva tetap adalah merupakan investasi jangka panjang.
Dengan berlalunya waktu maka mungkin aktiva-aktiva tetap tersebut tidak akan dapat
dipakai lagi, atau membutuhkan perbaikan-perbaikan yang cukup besar yang dalam hal
ini tentu saja membutuhkan biaya yang tidak kecil.
Riyanto (2013) menyatakan apabila perusahaan mengadakan investasi dalam
aktiva tetap yaitu mesin, bangunan-bangunan, kendaraan dan lainnya, dana yang
tertanam didalamnya akan diterima kembali pada keseluruhannya oleh perusahaan
dalam waktu beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui
depresiasi. Jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya
selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut. Investasi
dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan diwaktu yang akan
datang. Kesalahan dalam mengadakan forecasting akan dapat mengakibatkan adanya
over atau underinvestment dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap
terlalu besar melebihi daripada yang diperlukan akan memberikan beban tetap yang
besar bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi dalam aktiva tetap terlalu
kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan, yang ini dapat mengakibatkan
perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya
bersaingnya atau kemungkinan lain ialah kehilangan sebagian dari permintaan pasar.
Dalam penelitian Tariq et al (2013) tangibility diukur dengan membandingkan antara
fixed assets dengan total aset.
Hasil penelitian Bhutta dan Hasan (2013) serta Demirgunes dan Sorniloglu
(2008) menemukan bahwa tangibilitas dan profit tidak memiliki pengaruh yang
signifikan. Dalam penelitian Tariq et al (2013) aset berwujud memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan.
Likuiditas
Menurut Fahmi (2012) likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat
waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Aset yang paling
likuid adalah aset yang dapat dijual dengan cepat tanpa harus kehilangan nilai dalam
jumlah yang signifikan. Gitman dan Zutter (2012) menyatakan likuiditas dapat diukur
dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancarnya. Sebuah current ratio yang
lebih tinggi menunjukkan tingkat likuiditas yang lebih besar. Tariq et al (2013)
mengukur likuiditas dengan membagi current assets dengan current liabilities.
Seftianne dan Handayani (2011) menyatakan likuiditas merupakan tingkat kemampuan
29
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya yang diukur dengan rumus aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.
Menurut Kashmir (2010) tujuan dan manfaat rasio likuiditas adalah :
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek.
2. Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas.
3. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang.
4. Sebagai alat perencanaan masa depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan hutang.
5. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.
6. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan
dalam menilai kemampuan perusahaan agar dapat meningkatkan kepercayaan.
Likuiditas mengacu pada current asset terhadap current liabilities menunjukkan
kemampuan untuk mengkonversi aset ke kas dengan cepat dan mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk mengelola modal pada tingkat normal (Liargovas dan
Skandalis, 2007). Likuiditas menurut Riyanto (2013) berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera
harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang
bersangkutan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil
resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya
resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil, nilai current ratio
yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor.
Semakin tinggi current ratio maka semakin baik posisi para kreditor, karena terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan akan dapat dibayar pada
waktunya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang
tinggi tak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang
kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar. Menurut Barbosa
dan Louri (2003) kemampuan relatif perusahaan untuk mengkonversi aset menjadi
uang tunai yang juga dapat berdampak pada kinerja sebagai sumber dana yang cepat
dan dapat digunakan untuk merespon peluang keuntungan Pada umumnya suatu
current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current
ratio yang tinggi, tetapi terkadang suatu current ratio yang rendah menunjukkan
pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo
disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan
ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum jumlah kas yang diperlukan.
Non Debt Tax Shield
Dalam penelitian Tariq et al (2013) non debt tax shield juga disebut sebagai
depresiasi. Rahardjo (2009) menyatakan depresiasi merupakan penyusutan nilai
penggunaan aktiva tetap yang disebabkan karena pemakaian dan waktu. Penyusutan
mempengaruhi pajak yang harus dibayar, semakin tinggi penyusutan maka pajak yang
dibayarpun semakin kecil.
30
31
32
(2007) pada perusahaan yang terdaftar di Pakistan, ditemukan hubungan negatif dan
signifikan antara tingkat leverage dan kinerja. Dari penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H1: Terdapat pengaruh negatif antara leverage terhadap kinerja perusahaan.
Bhutta dan Hasan (2013) menyatakan pertumbuhan yang lebih baik dapat
meningkatkan profitabilitas. Jika ada peningkatan total aset berarti pertumbuhan
perusahaan memiliki yang tinggi akan lebih menguntungkan. Kuntluru et al (2008)
menyatakan bahwa pada hasil penelitiannya ditemukan bahwa terdapat pengaruh
positif antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian Chen (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
antara growth dan kinerja keuangan di Cina. MacMillan dan Day (1987) menganggap
bahwa pertumbuhan yang cepat bisa menyebabkan profitabilitas yang lebih tinggi
berdasarkan bukti bahwa perusahaan yang tumuh dengan cepat menjadi lebih
menguntungkan ketika perusahaan memasuki pasar dalam skala besar. Dari penelitian
terdahulu yang telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H2: Terdapat pengaruh positif antara pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan.
Tariq et al (2013) menemukan pengaruh positif antara ukuran terhadap kinerja
keungan perusahaan. Ukuran perusahaan yang dihipotesiskan secara positif terkait
dengan kinerja perusahaan, seperti biaya kebangkrutan yang menurun dengan
meningkatnya ukuran perusahaan. Dalam hasil penelitiannya Gleason et al (2000)
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Mudambi et al (1998) telah menemukan pengaruh signifikan
ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitiannya, menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan secara positif berhubungan dengan kinerja keuangan.
Kuntluru (2008) menemukan hubungan positif yang signifikan antara ukuran
perusahaan dan profitabilitas dari perusahaan India. Shergill dan Sarkaria (1999)
menemukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan India.
Sebagai perusahaan yang lebih besar memiliki peningkatan diversifikasi perusahaan
dapat memperoleh dana dengan biaya rendah.
Miyajima et al (2003) menunjukkan pengaruh dari ukuran (size) terhadap kinerja
perusahaan (ROA) sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik
mempunyai aktivitas operasional yang lebih luas sehingga mempunyai kemungkinan
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar yang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, sehingga antara ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan memiliki
pengaruh yang positif. Dari penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas dapat
dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H3: Terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan
Tariq et al (2013) menemukan pengaruh positif antara resiko terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Resiko selalu diasumsikan bahwa perusahaan dengan variasi
yang lebih tinggi dalam pendapatan operasional diharapkan memiliki keuntungan yang
lebih tinggi dengan risiko yang terkait tinggi (Memon et al, 2010). Risiko keuangan
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Risiko tinggi mengarah kepada
33
tingkat pengembalian yang tinggi sampai titik tertentu, hasil ini sejalan dengan studi
(Reddy, 2010). Dari penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan
hipotesa sebagai berikut :
H4 : Terdapat pengaruh positif antara risiko terhadap kinerja perusahaan.
Tariq et al (2013) menemukan pengaruh positif antara pajak terhadap kinerja
keungan perusahaan. Besarnya pajak juga memiliki hubungan positif dengan kinerja
perusahaan, karena ketika perusahaan berkinerja baik dan rasio return on asset tinggi
maka struktur modal mereka akan diarahkan secara optimal dan perusahaan akan
membayar jumlah yang lebih tinggi dari pajak, hasil ini menunjukkan bahwa
perusahaan dengan pembayaran pajak yang tinggi memiliki tingkat kinerja yang lebih
tinggi (Zeitun et al, 2007).
Dari penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa
sebagai berikut :
H5 : Terdapat pengaruh yang positif antara pajak terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitiannya Memon et al (2010) aset berwujud diukur sebagai total
aktiva tetap dibagi dengan total aset dan aset berwujud yang digunakan sebagai
jaminan perusahaan yang memiliki aset lebih nyata dengan biaya pinjaman terendah.
Dalam hasil penelitian ditemukan pengaruh positif antara aset berwujud dan kinerja
perusahaan. Aset berwujud merupakan aset yang dianggap salah satu penentu utama
kinerja perusahaan. Dimitris dan Maria (2010) mengatakan bahwa aset tetap yang
mudah dikontrol, dapat mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemilik
serta memiliki efek positif pada kinerja perusahaan. Dari penelitian terdahulu yang
telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H6 : Terdapat pengaruh positif antara Aset berwujud terhadap kinerja perusahaan.
Dalam hasil penelitiannya Barbosa dan Louri (2003) kemampuan relatif
perusahaan untuk mengkonversi aset menjadi uang tunai yang juga dapat berdampak
pada kinerja sebagai sumber daya yang cepat dapat digunakan untuk merespon peluang
keuntungan. Almajali (2012) menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
likuiditas pada kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan harus meningkatkan current asset dan mengurangi current liabilities karena
hubungan positif antara likuiditas dan kinerja keuangan. Dari penelitian terdahulu yang
telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H7 : Terdapat pengaruh positif antara Likuiditas terhadap kinerja perusahaan.
Pada hasil penelitian Tariq et al (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif
antara non debt tax Shield dengan kinerja perusahaan. Ini berarti bahwa non debt tax
shield memainkan peran penting untuk menambah kinerja perusahaan. Riyanto (2013)
menjelaskan makin besar non debt tax Shield (depresiasi) berarti makin besar sumber
intern dari dana yang dihasilkan didalam perusahaan yang bersangkutan. Dari
penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas dapat dirumuskan hipotesa sebagai
berikut :
34
H8 : Terdapat pengaruh positif antara non debt tax shield terhadap kinerja perusahaan.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, karena dalam penelitian ini pengambilan sampling memiliki tujuan
mengambil sampling yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1.
Perusahaan Basic Industry and Chemicals yang menjadi sampel dalam
penelitianini adalah yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan basic industry and chemicals
yang mempublikasikan laporan tahunannya secara lengkap sesuai data yang
dibutuhkan dari 2009 sampai 2012.
Variabel dan Pengukuran
1.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan perusahaan, yang di ukur dengan menggunakan Return On Assets :
ROA =
2.
Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.
Leverage
Leverage =
b. Pertumbuhan
Pertumbuhan =
c. Ukuran
35
Pajak =
f. Aset Berwujud ( Tangibilitas )
Aset Berwujud =
g. Likuiditas
Likuiditas =
h. Non debt tax shield
Non debt tax shield =
METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan regresi linear
berganda (Multiple Linear Regression) yang menggunakan perkiraan persamaan
regresi. Bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen pada perusahaan yang bergerak disektor basic industry and
chemicals yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Diolah dengan program Statistical
Package For Social Science (SPSS). Perkiraan persamaan regresi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
ROA = - 1LV + 2GR + 3SZ + 4RK + 5TX + 6TN + 7LQ + 8ND +
Dimana :
ROA = Return on assets (Kinerja Perusahaan)
= Konstanta
1 8 = Koefisien Regresi untuk mengukur variabel Independen
LV = Leverage
GR = Pertumbuhan
SZ = Ukuran
RK = Resiko
TX = Pajak
TN = Aset Berwujud
LQ = Likuiditas
36
Variabel
37
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Minimum Maksimum
Return On Assets
144
-0.1858
Leverage
144
0.0739
Pertumbuhan
144
-0.5361
Ukuran
144
10.9698
Resiko
144
-14.6883
Pajak
144
-1.0459
Aset Berwujud
144
0.0005
Likuiditas
144
0.1416
Non debt Tax Shield
144
0.0355
Sumber : Data Sekunder yang diolah
0.3406
1.3939
0.6237
13.3286
24.7965
4.3305
0.9626
13.6545
1.0507
Mean
0.067449
0.481540
0.093556
11.946371
2.181581
0.288410
0.406293
2.246339
0.457694
Standar
Deviasi
0.0822264
0.2311942
0.1769788
0.5740962
3.4368562
0.5222646
0.2493218
2.0944731
0.1996087
Leverage
Pengujian terhadap variabel leverage menunjukkan adanya pengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on assets (tabel 3). Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Tariq et al (2013), Kuntluru et al (2008).
Namun penelitian ini sesuai dengan penelitian Viviani (2008), Shah dan Khan (2007),
Onaolapo dan Kajola (2010), Zeitun (2009) yang menemukan adanya pengaruh negatif
signifikan antara leverage terhadap kinerja keuangan. Besarnya hutang yang diambil
mengakibatkan perusahaan menanggung beban bunga yang semakin besar pula pada
akhirnya beban bunga tersebut akan mengurangi profit dari perusahaan, kesimpulannya
dengan hutang yang lebih besar mengakibatkan profit perusahaan akan berkurang atau
tidak maksimal. Hal tersebut mengurangi profitabilitas karena banyak kas yang
digunakan untuk membayar utang. Peningkatan leverage juga memiliki biaya, seperti
kenaikan pada biaya agensi atau biaya pengawasan. Oleh karena itu, peningkatan
leverage dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan.
Pertumbuhan
Pengujian terhadap variabel pertumbuhan berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan (tabel 3). Tanda positif koefisien regresi pertumbuhan terhadap
kinerja keuangan menunjukkan bahwa setiap pertumbuhan dari total aset yang dimiliki
perusahaan cenderung akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian dari Bhutta dan Hasan (2013), Jang dan Park (2011),
MacMillan dan Day (1987), Chen (2003) yang menunjukkan kuat lemahnya nilai
pertumbuhan dapat mempengaruhi besarnya aset perusahaan dan pada akhirnya
perusahaan dapat mengalokasikannya pada aset yang dimiliki akan semakin banyak.
Jadi, bisa dilihat perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi setiap
tahunnya akan mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan yang baik. Aset
menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.
38
Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah
kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak
luar terhadap perusahaan, membuat pihak investor tertarik menanamkan dananya ke
perusahaan serta semakin stabil tingkat penjualan mengakibatkan semakin stabil
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka besar kemungkinan perusahaan
mampu memenuhi kewajiban tetapnya, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Ukuran
Pengujian terhadap variabel ukuran berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan (tabel 3). Tanda positif koefisien regresi ukuran terhadap kinerja
keuangan menunjukkan bahwa setiap ukuran dari total penjualan perusahaan cenderung
akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian dari Tariq et al (2013), Rajan dan Zingales (1995), Gleason et al (2000),
Kuntluru (2008), Shergill dan Sarkaria (1999), Miyajima et al (2003) yang
menunjukkan melalui kemampuan perusahaan besar dapat memiliki efek positif pada
kinerja perusahaan, karena perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan ukuran
perusahaan tersebut untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik di bidang
keuangan. Organisasi besar sering mendapatkan akses ke sumber daya keuangan yang
lebih murah. Perusahaan besar memiliki fleksibilitas lebih besar untuk memperoleh
dana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan kesempatan investasi yang
menguntungkan. Dengan demikian, kesempatan untuk meningkatkan profitabilitas
pada perusahaan besar lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Resiko
Pengujian terhadap variabel resiko menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan antara variabel resiko terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return
on assets (tabel 3). Hasil ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Tariq et al
(2013), yang menemukan adanya pengaruh signifikan antara resiko terhadap kinerja
keuangan. Namun, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Krishnan dan Moyer (1997).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan resiko yang lebih besar tidak
membuat perusahaan bisa mendapatkan tingkat pengembalian yang besar juga, karena
resiko finansial perusahaan yang dihadapkan pada besarnya resiko karena penggunaan
hutang mengakibatkan resiko kebangkrutan perusahaan meningkat dan membuat
turunnya harga saham perusahaan, sehingga dapat disimpulkan resiko tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Pajak
Pengujian terhadap variabel pajak menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan variabel pajak terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on
assets (tabel 3). Hasil ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Tariq et al
39
(2013). Namun sesuai dengan hasil penelitian Krishnan dan Moyer (1997),
menemukkan pengaruh yang tidak signifikan taxation terhadap profitabilitas. Hasil ini
menunjukkan bahwa peningkatan pajak belum tentu mempengaruhi tingkat kinerja
keuangan perusahaan, karena peningkatan pajak dari tahun ke tahun tidak terlalu
mengalami perubahan yang signifikan, serta belum maksimalnya perluasan basis pajak
yang ada di Indonesia, dapat menjadi penyebab tidak berpengaruhnya pajak terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Aset berwujud
Pengujian terhadap variabel aset berwujud menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh signifikan variabel aset berwujud terhadap kinerja keuangan yang diukur
dengan return on assets (tabel 3). Hasil ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan
Tariq et al (2013). Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Bhutta
dan Hasan (2013) serta Demirgunes dan Sorniloglu (2008) menemukan bahwa
tangibilitas dan profit tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Menurut Syamsuddin
(2011), mengingat bahwa aktiva tetap menggambarkan jumlah pengeluaran atau
investasi yang terbesar dalam perusahaan-perusahaan industri, maka harus cukup
banyak perhatian yang diberikan sehubungan dengan keputusan-keputusan yang akan
diambil, namun tidak hanya berkenaan dengan pembelian suatu aktiva tetap tetapi juga
pengeluaran-pengeluaran selanjutnya yang diperlukan oleh aktiva tetap tersebut.
Dengan berlalunya waktu maka aktiva mungkin aktiva-aktiva tetap tersebut tidak akan
dapat dipakai lagi, ataupun mungkin aktiva tetap tersebut tidak akan dapat dipakai lagi,
atau membutuhkan perbaikan-perbaikan yang cukup besar yang dalam hal ini tentu saja
membutuhkan biaya yang tidak kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap
dan kinerja perusahaan tidak memiliki pengaruh.
Likuiditas
Pengujian terhadap variabel likuiditas menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on assets (tabel 3).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Tariq et al (2013). Namun, hasil
ini sesuai dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Barbosa dan Lauri (2003).
Kemampuan relatif perusahaan untuk mengkonversi aset menjadi uang tunai yang juga
dapat berdampak pada kinerja sebagai sumber daya yang cepat dapat digunakan untuk
merespon peluang keuntungan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti
semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin
kecil, nilai current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi
ketidakpastian bagi investor. Semakin tinggi current ratio maka semakin baik posisi
para kreditor, karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan
akan dapat dibayar pada waktunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat likuiditas semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan.
40
Variabel
Leverage
Pertumbuhan
Ukuran
Resiko
Pajak
Aset Berwujud
Likuiditas
Non debt tax shield
Tabel 3
Hasil Uji t
Koefisien Regresi
Sig
-0.094
0.0005
0.129
0.000
0.046
0.000
-0.002
0.085
0.004
0.365
-0.043
0.057
0.007
0.029
0.060
0.032
Kesimpulan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di dapat bahwa leverage, pertumbuhan, ukuran, likuiditas,
dan non debt tax shield memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Sedangkan resiko, pajak, dan aset berwujud tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan oleh :
IMPLIKASI MANAJERIAL
Hail peneitian ini diharapkan dapat digunakan secara nyata dalam pengelolaan
perusahaan, implikasi manajerialnya adalah sebagai berikut:
41
1. Bagi Perusahaan
Untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan, manajer perusahaan
disarankan untuk mengurangi penggunaan sumber dana eksternal yang berasal dari
hutang dan menambah sumber dana yang berasal dari saham, perusahaan dapat
meningkatkan pertumbuhan perusahaan melalui peningkatan total aset yang
dimiliki perusahaan, meningkatkan penjualan perusahaan agar membuat ukuran
perusahaan semakin besar, meningkatkan likuiditas perusahaan agar perusahaan
dapat membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu, selain itu perusahaan
juga harus dapat memanfaatkan peningkatan non debt tax shield atau depresiasi
sebagai pengganti dari beban bunga yang juga dapat digunakan sebagai sumber
dana intern perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi Investor
Bagi investor yang ingin berinvestasi harus melihat tingkat leverage,
pertumbuhan total aset yang dimiliki oleh perusahaan, total penjualan perusahaan,
tingkat likuiditas perusahaan dan tingkat depresiasi atau non debt tax shield untuk
mendapatkan perolehan investasi yang menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Almajali, Yassin., Sameer Ahmed., Yahya Zakarea. 2012. Factors Affecting the
Financial Performance of Jordanian Insurance Companies Listed at Amman
Stock Exchange. Journal of Management Research, Vol. 4, No. 2,266-289
Barbosa, N., & Louri, H.2005. Corporate Performance : Does Ownership Matter? A
Comparison of Foreign- and Domestic-Owned Firms in Greece and Portugal.
Review of Industrial Organization , 27(1),73-102
Bhutta,Tariq. N, Arshad Hasan. 2013. Impact of Firm Specific Factors on Profitability
of Firms in Food Sector . Journal of Accounting,Vol.2, 19-25.
Chen, J.J.2003.Determinant of Capital Structure of Chinese Listed Companies.Journal
of Business Research,57 : 1341-1351.
Demirgunes,K dan F.Samiloglu.2008. The Effect of Working Capital Management on
Firm Profitability : Evidence From Turkey. The International Journal of Applied
Economics and Finance 2 (1) : 44-50
Dimitris, M. and P. Maria, 2010. Capital Structure, Equity Ownership and Firm
Performance. J. Bank. Finan., 34: 621-632
Gitman, L.J. dan Zutter, C.J. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth
Edition.United States: Prentice Hall
Gleason,Kimberly C., Mathur, Laynette., Mathur, Ike.2000. The Interrelationship
Between Culture,Capital Structure, and Performance:Evidence from European
Retailers. Journal of Business Research 50, 185191
Jang, S. dan Park, K.2011. Inter-relationship Between Firm Growth and Profitability.
International Journal of Hospitality Management 30, 1027-1035.
42
43