Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar sepeti tembaga,besi, emas dan
perak. Bagaimana posisi unsure-unsur terseutdalam table periodik? Unsur-unsur
tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami
hanya menjelaskan tentang unsure-unsur transisis periode ke empat.
1. Titanium
Tentunya kalian mempunyai jam tangan bukan? Ada jam yang terbuat dari logam,
tidak berat ketika dipakai, tidak berkarat ketika kena air, dan tetap mengilap
walaupun sudah lama dipakai. Pernahkah kalian perhatikan dari logam apakah jam
itu? Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan jam tangan adalah titanium.
2. Vanadium
Vanadium adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar
0,02 % massa.
3. Kromium
Kromium, terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu
logam yang penting.
4. Mangan
Bijih mangan yang utama adalah pirolusit (MnO2).
5. Besi
Besi bersifat logam dan terletak pada golongan VIII B periode empat dalam tabeln
periodic. Besi di dunia, dengan produksi tahunan mendekati satu miliar ton
merupakan logam penting dalam peradaban modern.
6. Kobalt
Kobalt di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.

7. Nikel
Bijih nikel di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni) 9S8) dan
garnirit [(Ni, Mg)SiO3. nH2O].
8.

Tembaga

Tentunya kalian sering melihat kawat tembaga bukan ? kawat tembaga yang berwarna
kuning dan digunakan untuk kawat listrik.
9. Zink
Zink di alam merupakan senyawa yang tersebar luas sebagai bijih tambang.
Umumnya senyawa tersebut adalah zink blende (ZnS) dan calamine (ZnCO3).
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana kelimpahan dan kandungan jenis mineral ?
2. Bagaimana sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur transisi periode ke empat ?
3. Bagaimana penggunaan unsur-unsur transisi periode ke empat ?
4. Bagaimana manfaat unsur transisi periode ke empat ?
5. Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur transisi periode ke empat ?
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
1.4

Tujuan
Untuk menjelaskan bagaimana kelimpahan dan kandungan jenis mineral ?
Untuk menjelaskan sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
Untuk menjelaskan penggunaan unsur-unsur periode ke empat.
Untuk menjelaskan Bagaimana manfaat unsur transisi periode ke empat ?
Untuk menjelaskan Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur transisi periode ke
empat ?
Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan atau referensi bagi siswa yang akan mempelajari tentang unsurunsur transisi periode ke empat.
2. Sebagai sarana atau referensi bagi pembaca tentang cara pemanfaatan unsurunsur transisi periode ke empat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 kelimpahan dan jenis mineral
Unsur transisi merupakan kelompok unsur yang terletak pada blok ddi dalam
sistem periodik. Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron
valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada
Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki
beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti
sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk
senyawa kompleks.
Unsur- unsur transisi pada perioda 4 terdiri atas 10 unsur, yaitu:
1. Skandium (Sc)
Skandium bernomor atom 21. Skandium adalah unsur yang jarang terdapat di
alam. Walaupun ada, umumnya terdapat dalam bentuk senyawa dengan biloks +3.
Misalnya, ScCl3, Sc2O3, dan Sc2(SO4)3. Sifat-sifat senyawa skandium semuanya
mirip, tidak berwarna dan bersifat diamagnetik. Hal ini disebabkan dalam semua
senyawanya skandium memiliki konfigurasi elektron ion Sc3+, sedangkan sifat warna
dan kemagnetan ditentukan oleh konfigurasi elektron dalam orbital d. Logam
skandium dibuat melalui elektrolisis lelehan ScCl3. Dalam jumlah kecil, scandium
digunakan sebagai filamen lampu yang memiliki intensitas tinggi. Skandium ternyata
lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang lainnya dibandingkan di
bumi.
2.

Titanium (Ti)
Titanium bernomor atom 22. Titanium merupakan unsur yang tersebar luas
dalam kulit bumi (sekitar 0,6% massa kulit bumi). Titanium merupakan logam
transisi yang ringan, kuat, tahan korosi (termasuk tahan terhadap air laut dan
chlorine) dengan warna putih-metalik-keperakan. Kerapatan titanium relatif rendah,
bermassa ringan, keras, tahan terhadap cuaca dan stabil pada suhu tinggi. Umumnya,
senyawa titanium digunakan sebagai pigmen warna putih.

3.

Vanadium (V)
Vanadium bernomor atom 23. Vanadium tersebar di kulit bumi sekitar 0,02%
massa kulit bumi. Vanadium umumnya digunakan untuk paduan dengan logam besi
dan titanium. Vanadium(V) oksida digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam
sulfat. Logam vanadium murni diperoleh melalui reduksi elektrolitik leburan garam
VCl2. Logam vanadium menyerupai baja berwarna abu-abu dan bersifat keras serta
tahan korosi. Untuk membuat paduan tidak perlu logam murninya.

4.

Kromium (Cr)
Kromium bernomor atom 24. Kromium trivalen (Cr (III), atau Cr3+)
diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan
kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan
kromium (chromium deficiency).
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles
menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai
pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada
sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi
oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan Kromium
dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.

5.

Mangan (Mn)
Mangan bernomor atom 25. Mangan relatif melimpah di alam (0,1% kulit
bumi). Salah satu sumber mangan adalah batuan yang terdapat di dasar lautan
dinamakan pirolusit. Suatu batuan yang mengandung campuran mangan dan oksida
besi.

6.

Besi (Fe)
Besi bernombor atom 26. Besi merupakan logam yang cukup melimpah dalam
kulit bumi (4,7%). Besi murni berwarna putih kusam yang tidak begitu keras dan
sangat reaktif terhadap zat oksidator sehingga besi dalam udara lembap teroksidasi
oleh oksigen dengan cepat membentuk karat. Besi adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Untuk mendapatkan unsur
besi, campuran lain mesti disingkir melalui pengurangan kimia.

7.

Kobal (Co)
Kobal bernomor atom 27. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai
penampakan besi dan nikel. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga
daripada besi. Kobal terdapat dalam meteorit.

8.

Nikel (Ni)
Nikel bernomor atom 28. Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada
peringkat ke-24, terdapat dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan
belerang. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat
lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan
gedung, serta komponen industri.

9.

Tembaga (Cu)

Tembaga bernombor atom 29. Tembaga adalah logam kemerahan, dengan


kekonduksian elektrik yang tahan terhadap cuaca dan korosi. Walaupun tembaga
tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi. Warna kemerah-merahan dari
tembaga berubah menjadi kehijau-hijauan akibat terkorosi oleh udara membentuk
patina. Apabila dioksidakan, tembaga adalah besi lemah.
10. Zink (Zn)
Zink atau Seng bernombor atom 30. Zink murni yang dihasilkan secara
komersil dikenali sebagai Special High Grade (SHG) yang mempunyai kemurnian
sebanyak 99.995%. Zink juga dikenali sebagai timah sari. Zink berwarna kelabu
kebiru-biruan dan bersifat sederhana reaktif. Zink terbakar dalam udara dengan
nyalaan hijau kebiru-biruan yang terang, lalu membebaskan asap zink oksida. Logam
zink mudah tertempa pada suhu antara 100C sehingga 210C dan dapat diketuk
menjadi berbagai bentuk. Pada suhu melebihi 210 C, logam ini menjadi rapuh dan
akan pecah jika diketuk. Zink tidak bermagnet.

2.2 . sifat sifat keperiodikan dalam tabel unsur

1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
sehingga jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.

2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada
logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang
fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu
besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s-lah yang
terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit 4s1.
4. afinitas elektron
Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu. Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi,
keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima
elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d
(selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi
elektron (n-1) d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d 5ns2,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan
konfigurasi elektron (n-1) d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3.
Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah
logam transisi penting seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink (Zn)
lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n-1) d dan
ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi
bilangan oksidasi semakin tinggi unsur-unsur pada periode yang lebih besar.

2.2 Sifat-Sifat Fisika


Sifat

Sc

Ti

Nomor atom
Massa atom relatif

21
22
44,96 47,90

Jari-jari atom ()
Titik didih (C)

1,44 1,32
2.831 3.287

Titik leleh (C)

1.541 1.660

V
23
50,9
4
1,22
3.38
0
1.89
0
6,0
650

Cr

Mn

Fe

24
25
26
51,99 54,94 55,85
1,18 1,17 1,17
2.672 1.962 2.750
1.857 1.244 1.535

Co
27
58,9
3
1,16
2.87
0
1.49
5
8,9
758

Ni

Cu

Zn

28
29
30
58,71 63,54 65,38
1,15 1,17
2.732 2.567

1,25
907

1.453 1.083

420

Rapatan (g/cm3)
3,0
4,5
7,2
7,2
7,9
8,9
8,9
Energi ionisasi
631
658
652
717
759
737
745
(kJ/mol)
Keelektronegatifa
1,3
1,5
1,6
1,6
1,5
1,8
1,8
1,8
1,9
n
Kekerasan (skala
9
5
4,5
3
Mohs)
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan
IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa
sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa
kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi
(Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur
hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu,
ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami
perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur
transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini
berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan
yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga
kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali
maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah
teroksidasi (memiliki Ered negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung
mudah tereduksi (ECu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti
HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada
kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi
lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat

7,1
906
1,6
2,5

menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur Kromium.
Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit bereaksi
dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr 2O3) yang inert. Sifat inilah
yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi
periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing).
Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih
besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam
(metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini
berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan
entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur
logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan
oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan
4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron
pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada
subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada
tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan
oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur
Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr 3+,
Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan
pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.

Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat


Orbital
Unsur

Nomor
Atom

Konfigurasi
Elektron
3d

4s

Skandium (Sc)

21

(Ar) 3d1 4s2

Titanium (Ti)

22

(Ar) 3d2 4s2

Vanadium (V)

23

(Ar) 3d3 4s2

Krom (Cr)

24

(Ar) 3d5 4s1

Mangan (Mn)

25

(Ar) 3d5 4s2

Besi (Fe)

26

(Ar) 3d6 4s2

Kobalt (Co)

27

(Ar) 3d7 4s2

Nikel (Ni)

28

(Ar) 3d8 4s2

Tembaga (Cu)

29

(Ar) 3d10 4s1

Seng (Zn)

30

(Ar) 3d10 4s2

Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d 4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian
halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal
ini berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil
jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.

2.2.3 SIFAT KIMIA ( KEREAKTIFAN, REDOKS DAN SIFAT ASAM BASAH)


A. Cara Pembuatan Unsur-Unsur Transisi Periode Ke Empat
1.

Cara Pembuatan Skandium


Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai
hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun
1937 oleh Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis
cairan eutectic kalium, litium dan skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat
Celcius.

2.

Cara Pembuatan Titanium


Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam bidang
militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena
titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja. Aluminium akan kehilangan
kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai kerapatan
yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang
mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada
temperature tinggi yang bebas oksigen.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :


TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g)
=> TiCl4(g) + CO2(g)
TiCl4(g) + 2Mg(s)
=> Ti(s) + 2MgCl2(g)
Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi
Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan
yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum
digunakan.
3.

4.

Cara Pembuatan Vanadium


Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam
penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium
mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi
V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO 2 yang dihasilkan direaksikan
dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.
2 V205(s) + 5Si(s)
=>
{ 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) + CaO(s)
=>
CaSiO3
Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
Cara Pembuatan Kromium
Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari bijih
krom utama yaitu kromit, Fe(CrO 2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe
dan Cr disebut Ferokrom.
Reaksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s)
=>
Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

5.

Cara Pembuatan Mangan


Logam mangan diperoleh dengan
1.
Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium atau dengan
proses elektrolisis
2.
Proses aluminothermy dari senyawa MnO2.
6.

Cara Pembuatan Besi


Ada 2 tahap untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan yang bertujuan
untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan peleburan ulang yang berguna
dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan besi dilakukan dalam suatu tanur tiup
(blast furnance). Tanur tiup adalah suatu bangunan yang tingginya sekitar 30 meter
dan punya diameter sekitar 8 meter yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi

dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip
reaksi: 2FeO3 + 3C 4Fe + 3CO2.
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO 2 dan panas. Gas
CO2 yang naik C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi
(1.5000C)
3. Reaksi pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak
Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di
bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan
kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar
yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 0,2 %
baja medium kadar C : 0,2 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1.
Proses Bessemer
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas.
Setelah beberapa waktu kira-kira jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2.
Open-hearth process

Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi
tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksidaoksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3.
Dengan dapur listrik
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik.
Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang
tertentu.
7.

Cara Pembuatan Kobalt


Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan
sebagai berikut :
Pemanggangan :
CoAs (s)
Co2O3(s) + As2O3(s)
Co2O3(s) + 6HCl
2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)
Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3 H2S(g)
Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)
PbO(s) + H2S(g)
PbS(s) + H2O(l)
Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe
sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci
mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas hydrogen,
menurut reaksi :
Co2O3 (s) + H2(g) => 2 CO(s) + 3 H2O (g)
Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni,
dan Co.

8.

Cara Pembuatan Nikel


Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:
Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit
yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,
mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga
terbentuk fasa lelehan matte dan terak
Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar
27 persen menjadi di atas 75 persen.

Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi
butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
9.

Cara Pembuatan Tembaga


Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan
pemekatan biji tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :
2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)
FeO(s) + SiO2 (s) 14000C
FeSiO3 (l)
Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi
sebagai berikut:
2 Cu2S(l) + 3 O2 (g)
2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2 Cu2O(l) + Cu2S(s)
6 Cu(l) + SO2 (g)
3 Cu2S(l) + 3 O2
6 Cu(l) + 3 SO2(g)
Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister
adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister
dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif
(katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga
blister.

10. Cara Pembuatan Zink


Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan
mereduksi calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan
kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini
dapat dibuat dengan cara mereduksicalamine dengan arang. Bijih-bijih seng yang
utama
adalah sphalerita(sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat)
dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil unsur
ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng untuk membentuk oksida
dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang dilanjutkan dengan proses
distilasi.
2.2.1 jari-jari atom, energi ionisasi, keelektronetivan e

Anda mungkin juga menyukai