PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar sepeti tembaga,besi, emas dan
perak. Bagaimana posisi unsure-unsur terseutdalam table periodik? Unsur-unsur
tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami
hanya menjelaskan tentang unsure-unsur transisis periode ke empat.
1. Titanium
Tentunya kalian mempunyai jam tangan bukan? Ada jam yang terbuat dari logam,
tidak berat ketika dipakai, tidak berkarat ketika kena air, dan tetap mengilap
walaupun sudah lama dipakai. Pernahkah kalian perhatikan dari logam apakah jam
itu? Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan jam tangan adalah titanium.
2. Vanadium
Vanadium adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar
0,02 % massa.
3. Kromium
Kromium, terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu
logam yang penting.
4. Mangan
Bijih mangan yang utama adalah pirolusit (MnO2).
5. Besi
Besi bersifat logam dan terletak pada golongan VIII B periode empat dalam tabeln
periodic. Besi di dunia, dengan produksi tahunan mendekati satu miliar ton
merupakan logam penting dalam peradaban modern.
6. Kobalt
Kobalt di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
7. Nikel
Bijih nikel di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni) 9S8) dan
garnirit [(Ni, Mg)SiO3. nH2O].
8.
Tembaga
Tentunya kalian sering melihat kawat tembaga bukan ? kawat tembaga yang berwarna
kuning dan digunakan untuk kawat listrik.
9. Zink
Zink di alam merupakan senyawa yang tersebar luas sebagai bijih tambang.
Umumnya senyawa tersebut adalah zink blende (ZnS) dan calamine (ZnCO3).
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana kelimpahan dan kandungan jenis mineral ?
2. Bagaimana sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur transisi periode ke empat ?
3. Bagaimana penggunaan unsur-unsur transisi periode ke empat ?
4. Bagaimana manfaat unsur transisi periode ke empat ?
5. Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur transisi periode ke empat ?
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
1.4
Tujuan
Untuk menjelaskan bagaimana kelimpahan dan kandungan jenis mineral ?
Untuk menjelaskan sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
Untuk menjelaskan penggunaan unsur-unsur periode ke empat.
Untuk menjelaskan Bagaimana manfaat unsur transisi periode ke empat ?
Untuk menjelaskan Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur transisi periode ke
empat ?
Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan atau referensi bagi siswa yang akan mempelajari tentang unsurunsur transisi periode ke empat.
2. Sebagai sarana atau referensi bagi pembaca tentang cara pemanfaatan unsurunsur transisi periode ke empat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 kelimpahan dan jenis mineral
Unsur transisi merupakan kelompok unsur yang terletak pada blok ddi dalam
sistem periodik. Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron
valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada
Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki
beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti
sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk
senyawa kompleks.
Unsur- unsur transisi pada perioda 4 terdiri atas 10 unsur, yaitu:
1. Skandium (Sc)
Skandium bernomor atom 21. Skandium adalah unsur yang jarang terdapat di
alam. Walaupun ada, umumnya terdapat dalam bentuk senyawa dengan biloks +3.
Misalnya, ScCl3, Sc2O3, dan Sc2(SO4)3. Sifat-sifat senyawa skandium semuanya
mirip, tidak berwarna dan bersifat diamagnetik. Hal ini disebabkan dalam semua
senyawanya skandium memiliki konfigurasi elektron ion Sc3+, sedangkan sifat warna
dan kemagnetan ditentukan oleh konfigurasi elektron dalam orbital d. Logam
skandium dibuat melalui elektrolisis lelehan ScCl3. Dalam jumlah kecil, scandium
digunakan sebagai filamen lampu yang memiliki intensitas tinggi. Skandium ternyata
lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang lainnya dibandingkan di
bumi.
2.
Titanium (Ti)
Titanium bernomor atom 22. Titanium merupakan unsur yang tersebar luas
dalam kulit bumi (sekitar 0,6% massa kulit bumi). Titanium merupakan logam
transisi yang ringan, kuat, tahan korosi (termasuk tahan terhadap air laut dan
chlorine) dengan warna putih-metalik-keperakan. Kerapatan titanium relatif rendah,
bermassa ringan, keras, tahan terhadap cuaca dan stabil pada suhu tinggi. Umumnya,
senyawa titanium digunakan sebagai pigmen warna putih.
3.
Vanadium (V)
Vanadium bernomor atom 23. Vanadium tersebar di kulit bumi sekitar 0,02%
massa kulit bumi. Vanadium umumnya digunakan untuk paduan dengan logam besi
dan titanium. Vanadium(V) oksida digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam
sulfat. Logam vanadium murni diperoleh melalui reduksi elektrolitik leburan garam
VCl2. Logam vanadium menyerupai baja berwarna abu-abu dan bersifat keras serta
tahan korosi. Untuk membuat paduan tidak perlu logam murninya.
4.
Kromium (Cr)
Kromium bernomor atom 24. Kromium trivalen (Cr (III), atau Cr3+)
diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan
kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan
kromium (chromium deficiency).
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles
menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai
pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada
sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi
oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan Kromium
dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
5.
Mangan (Mn)
Mangan bernomor atom 25. Mangan relatif melimpah di alam (0,1% kulit
bumi). Salah satu sumber mangan adalah batuan yang terdapat di dasar lautan
dinamakan pirolusit. Suatu batuan yang mengandung campuran mangan dan oksida
besi.
6.
Besi (Fe)
Besi bernombor atom 26. Besi merupakan logam yang cukup melimpah dalam
kulit bumi (4,7%). Besi murni berwarna putih kusam yang tidak begitu keras dan
sangat reaktif terhadap zat oksidator sehingga besi dalam udara lembap teroksidasi
oleh oksigen dengan cepat membentuk karat. Besi adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Untuk mendapatkan unsur
besi, campuran lain mesti disingkir melalui pengurangan kimia.
7.
Kobal (Co)
Kobal bernomor atom 27. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai
penampakan besi dan nikel. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga
daripada besi. Kobal terdapat dalam meteorit.
8.
Nikel (Ni)
Nikel bernomor atom 28. Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada
peringkat ke-24, terdapat dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan
belerang. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat
lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan
gedung, serta komponen industri.
9.
Tembaga (Cu)
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
sehingga jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada
logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang
fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu
besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s-lah yang
terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit 4s1.
4. afinitas elektron
Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu. Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi,
keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima
elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d
(selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi
elektron (n-1) d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d 5ns2,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan
konfigurasi elektron (n-1) d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3.
Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah
logam transisi penting seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink (Zn)
lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n-1) d dan
ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi
bilangan oksidasi semakin tinggi unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
Sc
Ti
Nomor atom
Massa atom relatif
21
22
44,96 47,90
Jari-jari atom ()
Titik didih (C)
1,44 1,32
2.831 3.287
1.541 1.660
V
23
50,9
4
1,22
3.38
0
1.89
0
6,0
650
Cr
Mn
Fe
24
25
26
51,99 54,94 55,85
1,18 1,17 1,17
2.672 1.962 2.750
1.857 1.244 1.535
Co
27
58,9
3
1,16
2.87
0
1.49
5
8,9
758
Ni
Cu
Zn
28
29
30
58,71 63,54 65,38
1,15 1,17
2.732 2.567
1,25
907
1.453 1.083
420
Rapatan (g/cm3)
3,0
4,5
7,2
7,2
7,9
8,9
8,9
Energi ionisasi
631
658
652
717
759
737
745
(kJ/mol)
Keelektronegatifa
1,3
1,5
1,6
1,6
1,5
1,8
1,8
1,8
1,9
n
Kekerasan (skala
9
5
4,5
3
Mohs)
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan
IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa
sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa
kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi
(Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur
hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu,
ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami
perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur
transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini
berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan
yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga
kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali
maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah
teroksidasi (memiliki Ered negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung
mudah tereduksi (ECu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti
HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada
kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi
lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat
7,1
906
1,6
2,5
menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur Kromium.
Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit bereaksi
dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr 2O3) yang inert. Sifat inilah
yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi
periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing).
Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih
besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam
(metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini
berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan
entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur
logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan
oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan
4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron
pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada
subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada
tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan
oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur
Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr 3+,
Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan
pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Nomor
Atom
Konfigurasi
Elektron
3d
4s
Skandium (Sc)
21
Titanium (Ti)
22
Vanadium (V)
23
Krom (Cr)
24
Mangan (Mn)
25
Besi (Fe)
26
Kobalt (Co)
27
Nikel (Ni)
28
Tembaga (Cu)
29
Seng (Zn)
30
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d 4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian
halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal
ini berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil
jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.
2.
4.
5.
dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip
reaksi: 2FeO3 + 3C 4Fe + 3CO2.
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO 2 dan panas. Gas
CO2 yang naik C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi
(1.5000C)
3. Reaksi pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak
Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di
bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan
kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar
yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 0,2 %
baja medium kadar C : 0,2 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1.
Proses Bessemer
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas.
Setelah beberapa waktu kira-kira jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2.
Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi
tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksidaoksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3.
Dengan dapur listrik
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik.
Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang
tertentu.
7.
8.
Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi
butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
9.