Anda di halaman 1dari 2

NAMA KElOMPOK :

Della Febriana
(2013-012)
Meileni Devi Utami (2013-016)
Oky Bon Amarullah (2013-022)
Alfaudina Benazegta(2013-040)
Andri
(2013- )

Perdebatan Program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam sudut pandang


akuntansi dan pajak
CSR (Corporate Social Responsibility ) pada dasarnya adalah kegiatan sosial yang di lakukan
perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Dalam Exposure Draft PSAK no 20 tahun 2005 tentang
Akuntansi Lingkungan bagian Pendahuluan paragraph 01 dinyatakan bahwa :
perusahaan-perusahaan pada masa kini diharapkan atau diwajibkan untuk mengungkapkan
informasi mengenai kebijakan dan sasaran-sasaran lingkungannya, program-program yang
sedang dilakukan dan kos-kos yang terjadi karena mengejar tujuan-tujuan ini dan menyiapkan
serta mengungkapkan risiko-risiko lingkungan. Dalam area akuntansi, inisiatif yang telah
digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan data dan untuk menigkatkan kesadaran perusahaan
dalam hal terdapatnya implikasi keuangan dari masalah-masalah lingkungan.
Perdebatan dalam pajak dan sudut pandang akuntansi;
Dalam sudut pandang akuntansi :
Pada prinsipnya, dalam akuntansi, secara komersial: semua biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan untuk mencari Laba Bersih Sebelum
Pajak. Sehingga, berdasarkan hal ini, berapapun biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk CSR
tidak akan menjadi masalah.
Namun, berbeda dengan sudut pandang akuntansi secara fiskal ;
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya
perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak
Penghasilan; (UU Pajak penghasilan No 17 tahun 2000, Pasal 6)
memang masih terdapat beberapa item yang dapat dibebankan sebagai biaya dari sudut pandang
Pajak, tapi tidak satupun yang mendekati definisi biaya yang keluarkan untuk CSR.
Kembali kepada batasan biaya yang dapat dikurangkan menurut UU PPh yang secara
prinsip..biaya yang boleh dikurangkan hanya biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan.

Bila kita coba 'bentrokkan' dengan biaya yang dikeluarkan untuk CSR maka apakah biaya CSR
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan? Jawabanya sudah pasti tidak.
lalu, jika biaya CSR tidak dapat dibiayakan dalam mencari penghasilan netto sebelum kena
pajak, apa 'insentif' perusahaan sehingga perusahaan tidak terlalu dibebani oleh kewajiban CSR?
Secara ekonomi, jawabannya.... hampir tidak ada keuntungan perusahaan melaksanakan CSR
dengan kepatutan dan kewajaran.
Jika kita mencoba memahami makna CSR, sepertinya, CSR mirip dengan sumbangan namun,
jika sumbangan itu bersifat sukarela, CSR bersifat wajib...
Jika kita sepakat, secara rasional bahwa CSR adalah sumbangan, maka di dalam hukum positif
pajak yang berlaku di Indonesia. Sumbangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya dalam
menghitung Penghasilan Netto adalah sumbangan bagi bencana alam yang dikategorikan sebagai
bencana nasional (Peraturan Menteri Keuangan No 609/PMK.03/2004).
Sehingga, sampai saat ini biaya CSR tidak dapat diperhitungkan secara fiskal dalam mencari
penghasilan neto sebelum pajak.

Anda mungkin juga menyukai