Anda di halaman 1dari 11

RESUME EKSTIRPASI JARINGAN LUNAK

6. Lesi yang memengaruhi fungsi lokal misalnya fibroma

2.1

Ekstirpasi Tumor Jinak Pada Jaringan Lunak

7. Lesi yang mempunyai karakteristik sebagai keganasan

2.1.1

Biopsi

Kontraindikasi biopsi : (Pederson, 1996)

Biopsi adalah menghilangkan jaringan dari individu untuk

1. Variasi anatomi yang normal (misalnya linea alba dan

pemeriksaan diagnostik (Peterson, 2003). Biopsi merupakan salah satu cara

pigmentasi rasial fisiologis),

pemeriksaan patologi anatomi yang dapat digunakan untuk menegakkan


diagnosis pasti suatu lesi, khususnya yang dicurigai sebagai suatu
keganasan (Sudiono, Janti, 2008).

2. Lesi yang disebabkan trauma yang belum lama terjadi,


3. Lesi inflamatorik akut ataupun subakut,

Indikasi biopsi : (Sudiono, Janti, 2008)


1. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui
penyebabnya
2. Lesi yang membesar dan tidak memberikan reaksi pada perawatan
lokal setelah 10 sampai 12 hari
3. Lesi hiperkeratotik yang menetap
4. Tumor yang menetap, baik yang nampak atau terdeteksi pada
palpasi

4. Lesi radiolusen tanpa aspirasi inisial.


Empat tipe biopsi yang biasa digunakan pada kavitas oral
diantaranya : (Peterson, 2003).
1. Biopsi Oral Cytology
Terdapat dua bentuk utama sitologi oral yang dibedakan
berdasarkan metode pengumpulan seluler dan diagnosisnya, yaitu:
1) Exfoliative cytologic untuk pemeriksaan sel-sel tumor.
Pemeriksaan dengan cara ini sebagai alat bantu untuk biopsi

5. Pembesaran yang tidak diketahui penyebabnya dan menetap untuk


waktu yang lama

insisi dan eksisi.

6) Positif terbukti adanya epitel dysplasia dan karsinoma. Jika

2) Oral brush cytology (oral brush biopsy).


Pemeriksaan dengan cara ini menggunakan sikat khusus untuk
mengumpulkan sel-sel epitel. Teknik ini lebih baik daripada teknik
exfoliative cytologic karena hasilnya yang sangat akurat dalam
mendeteksi sel-sel prakanker dan kanker.

hasilnya positif pasien akan dirujuk untuk dilakukan biopsi


dan histologi scalpel untuk menentukan derajat lesi.
7) Atipikal telah terjadi perubahan epitel yang abnormal. Selsel abnormal tersebut seringkali berasal dari lesi prakanker
dan kanker, namun sel-se tersebut juga mungkin berasal dari

Teknik oral brush cytology : (Peterson, 2003)

lesi inflamasi benign seperti lichen planus. Karena itu hasil

1) Sikat disapukan pada epitel mulut dan diputar dengan tekanan

atipikal memerlukan rujukan biopsi dan histologi scalpel.

sedang 5-10 kali.


2) Sel-sel yang telah terkumpul dipindahkan ke slide mikroskop
lalu diaplikasikan bahan fiksasi.

Indikasi : (Peterson, 2003)


1) Sebagai alat yang baik untuk memonitor pasien

3) Setelah slide kering, slide dikirim ke laboratorium khusus

dengan

perubahan

mukosa

kronis,

seperti

dimana slide itu akan dievaluasi oleh ahli patologis dan sistem

leukoplakia, lichen planus, postirradiation, dan

komputer untuk pertama ditentukan apakah sikat telah berhasil

pasien

mengumpulkan sel-sel dari ketiga lapisan epitel mulut.

membutuhkan

4) Bila sampel telah cukup, sampel akan dianalisa oleh sistem


komputer

dan

ahli

patologis

akan

mengklasifikasikan

spesimen brush cytology dalam tiga kategori yaitu, negatif,


positif, dan atipikal.
5) Negatif tidak ada abnormalitas epitel mulut yang terdeteksi.

dengan

riwayat

pengawasan

kanker
jangka

yang
panjang

terhadap perubahan mukosanya.


2) Keuntungan terbesar oral cytology adalah tes ini
tidak membutuhkan anestesi topikal atau lokal
dan hanya menyebabkan ketidaknyamanan dan
perdarahan yang minimal. Dapat dilakukan hanya
dalam beberapa detik dengan frekuensi yang

sering bila dibandingkan dengan biopsi insisi dan

Pasien yang menjalani FNA umumnya dideteksi memiliki

eksisi.
3) Oral cytology bersifat sebagai pemicu bagi biopsi

massa jaringan lunak di bawah permukaan kulit atau mukosa

dan histologi scalpel karena spesimen dari oral


bruch cytology tidak dapat menentukan derajat

selama pemeriksaan klinis. Massa leher dapat dideteksi


dengan teknik ini. Karena massa yang dalam sulit dibiopsi,
FNA biopsi dapat sangat membantu.

lesi. Derajat lesi hanya dapat ditentukan oleh


biopsi dan histologi scalpel. Karena itu pulalah,
hasil oral brush cytology yang positif dan atipikal
memerlukan pemeriksaan biopsi dan histologi
scalpel lanjutan untuk mengevaluasi karakteristik
lesi.

Ketidakmampuan

aspirasi

cairan

atau

udara

mungkin

mengindikasikan bahwa lesi berisi massa padat. Aspirasi lesi


memberikan informasi yang sangat penting mengenai asal lesi
tersebut. Lesi radiolusen rahang yang mengandung cairan
berwarna kekuningan umumnya merupakan lesi cystis. Jika
aspirasinya berisi pus maka lesi tersebut merupakan abses.
Aspirasi udara menunjukkan adanya trauma rongga tulang.

2. Biopsi Aspirasi
Biopsi aspirasi adalah penggunaan jarum dan syringe dalam
mempenetrasi lesi untuk mengaspirasi isi lesinya (Peterson, 2003).
Terdapat dua macam biopsi aspirasi utama, yaitu: (Peterson, 2003)
1) Biopsi aspirasi untuk menentukan apakah lesi
berisi cairan atau udara
2) Biopsi aspirasi untuk mengangkat materi seluler
untuk pemeriksaan diagnosis bagi ahli patologis
(teknik fine needle aspiration = FNA)

Aspirasi darah menunjukkan beberapa lesi, yang paling penting


adalah adanya malformasi vaskular dalam rahang. Aneurysmal
bone cysts, central giant cell granuloma, dan lesi lain juga dapat
menunjukkan aspirasi darah. Massa fluktuan juga perlu untuk
diaspirasi untuk mendeteksi isinya sebelum dilakukan perawatan.
Material yang didapatkan dari aspirasi dapat dikirim untuk
pemeriksaan patologis, analisis kimia, atau kultur mikroba
(Peterson, 2003).

Indikasi dari biopsi aspirasi adalah dapat dilakukan pada

Biopsi insisi adalah biopsi yang hanya mewakili bagian tertentu

semua lesi yang dicurigai berisi cairan (kecuali mucocele) ataupun

dari lesi. Jika lesinya besar atau memiliki karakteristik berbeda pada

lesi intraosseous sebelum dilakukan tindakan bedah (Peterson,

lokasi yang berbeda, maka perlu diambil sampel dari beberapa area

2003).

yang berbeda (Peterson, 2003).


Indikasi biopsi insisional adalah untuk area yang sulit dieksisi

Teknik : (Peterson, 2003)

karena ukurannya yang besar (diameternya lebih dari 1 cm), lokasinya

1) Sebuah 18-gauge needle dihubungkan dengan 5-10

berbahaya atau pada area yang dicurigai klinisi sebagai malignancy

ml syringe.
2) Area lesi dianestesi dan 18-gauge needle dimasukkan

(Peterson, 2003).

ke dalam massa selama aspirasi.


3) Ujung jarum seringkali harus direposisi untuk
menentukan lokasi pusat cairan.
4) Untuk lesi intraosseous, jika telah terjadi ekspansi dan
penipisan tulang kortikal, jarum harus diaplikasikan
melewati mucoperiosteum tulang lalu dibelokkan
(twisted) ketika telah menembus tulang kortikal. Jika
hal tersebut gagal, maka sebuah flap mucoperiosteal
kecil

dan

bur

digunakan

1) Area biopsi adalah area yang paling menunjukkan


perubahan jaringan (lesinya meluas ke jaringan
normal pada dasar dan atau tepi lesi).
2) Jaringan nekrosis harus dihindari karena jaringan
tersebut tidak berguna dalam diagnosis.
3) Materinya diambil dari tepi lesi untuk mendapatkan
juga jaringan normalnya.
4) Lebih baik mendapatkan sampel biopsi yang kecil

untuk

tetapi dalam daripada sampel yang lebar tetapi

mempenetrasi tulang kortikal. Jarum lalu dimasukkan

dangkal karena perubahan superfisial dapat berbeda

melalui lubang-lubang kortikal.

dengan yang terjadi pada jaringan bagian dalam.

3. Biopsi Insisional

dielevasi

Prinsip-prinsip : (Peterson, 2003)

4. Biopsi Eksisional

Biopsi eksisi adalah pembuangan seluruh lesi pada saat dilakukan

Dalam melakukan biopsi, teknik anestesi yang biasa dilakukan

prosedur diagnosis bedah. Jaringan normal di sekitar lesi juga sedikit

adalah teknik blok anestesi lokal. Larutan anestetik jangan disuntikkan ke

ikut diangkat untuk memastikan bahwa seluruh jaringan abnormal

dalam jaringan yang akan dibuang, karena hal tersebut akan mengakibatkan

telah terangkat (Peterson, 2003).

distorsi artifaktual pada spesimen. Ketika anestesi blok tidak mungkin

Indikasi biopsi eksisional diantaranya adalah harus digunakan


untuk lesi yang kecil (diameter kurang dari 1 cm) yang dalam
pemeriksaan klinis didiagnosis berupa benign, lesi yang dapat diangkat
seluruhnya tanpa memutilasi pasien, lesi vascular yang kecil dan
berpigmen (Peterson, 2003).
Prinsip: Seluruh lesi dengan 2-3 mm jaringan normal disekitarnya
dieksisi (Peterson, 2003)

untuk dilakukan maka anestesi infiltrasi boleh digunakan, tetapi larutan


harus disuntikkan kira-kira berjarak sekitar 1 cm dari lesi untuk mencegah
distorsi dari jaringan.
2.1.2.2 Stabilisasi Jaringan
Biopsi jaringan lunak pada kavitas oral sering dilakukan pada
struktur yang dapat bergerak, seperti pada bibir, palatum lunak dan lidah.
Insisi bedah yang akurat mudah untuk dilakukan pada jaringan yang
distabilisasi dengan baik.

2.1.2. Teknik Biopsi Jaringan Lunak dan Prinsip Pembedahannya


Biopsi jaringan lunak pada mulut adalah teknik yang harus bisa
dilakukan oleh semua dokter gigi. Biopsi adalah prosedur yang sederhana
yang dapat dilakukan dengan cepat di ruang praktek dokter gigi umum
dengan instrumen yang sederhana pula.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menstabilisasi jaringan


lunak, diantaranya adalah dengan:
1) Jari asisten mencubit bibir pada kedua sisi area
yang akan dibiopsi.
2) Heavy retraction suture atau towel clips dapat
digunakan untuk membantu menstabilisasi lidah

2.1.2.1 Anestesi

dan palatum lunak.

Gambar. Stabilisasi Jaringan. (F) Stabilisasi jaringan dengan alat


mekanis. (G) Stabilisasi jaringan dengan traksi suture. (H) Dua suture silk
digunakan untuk menstabilisasi lidah sebelum biopsi eksisi. (I) Lesi
diangkat setelah insisi elips dibuat disekelilingnya. (J) Mukosa ditutup
kembali dengan resorbable suture.
(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition)
2.1.2.3 Hemostasis
Penggunaan alat penghisap untuk aspirasi pada perdarahan bedah
Gambar. Stabilisasi jaringan. Jari asisten digunakan untuk

selama biopsy harus dihindari. Terutama pada evakuator volume tinggi

menstabilisasi jaringan sebelum dilakukan biopsi eksisi mucocele. Insisi

yang tersedia pada kebanyakan tempat praktek dokter gigi. Spesimen bedah

elips dibuat disekitar lesi. Ahli bedah membuat eksisi submukosa pada

yang kecil dapat diaspirasi dengan mudah ke dalam alat ini. Gauze

kelenjar saliva minor yang terlibat. Mukosa kembali ditutup.

membalut sekeliling ujung penghisap volume rendah atau simple gauze

(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition.)

ditekan cukup adekuat pada beberapa kasus, kecuali jika hemorhage yang
parah dijumpai.
2.1.2.4 Insisi
Scalpel yang tajam digunakan untuk menginsisi jaringan yang
akan dibiopsi. Dua insisi yang membentuk elips pada permukaan, dan
bertemu untuk membentuk huruf V pada dasar lesi menyediakan spesimen
yang baik dan meninggalkan luka yang mudah menutup kembali.
Modifikasi ukuran elips dan porsi V tergantung pada kedalaman lesi.

2.1.2.5 Pemeriksaan Jaringan


Spesimen jaringan harus dalam keadaan siap saat pemeriksaan
histopatologis. Specimen yang rusak tidak akan terdiagnosis serta hanya
akan menghambat diagnosis dan terapi karena harus dilakukan biopsi
ulang. Penggunaan tang jarigan pada jaringan akan menyebabkan
kerusakan arsitektur seluler terutama pada biopsi kecil. Traction Suture
Gambar. (A) Tampak permukaan. Insisi elips dibuat disekitar lesi.

dilakukan pada specimen untuk menghindari trauma spesimen.

(B) Tampak samping, insisi dibuat dengan kedalaman tertentu untuk


mengangkat lesi dengan sempurna.
(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition)
Palpasi akan membantu menentukan kedalaman lesi di bawah
mukosa. Insisi harus sedemikian rupa paralel terhadap struktur saraf, arteri,
dan vena normal. Hal ini dilakukan untuk menghindari trauma pada
struktur-struktur tersebut. Insisi yang kecil tetapi dalam lebih baik daripada
yang lebar tetapi dangkal.

Gambar. Saat lesi di insisi, traksi suture digunakan untuk


mengangkat specimen dari dasar luka.
(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition)

Jaringan periferal yang terlihat normal harus ikut dieksisi. Jika lesi
terlihat benign, 2-3 mm jaringan periferal ikut dieksisi. Jika lesi terlihat

2.1.2.6 Identifikasi Margin Pembedahan

malignant, berpigmen, vaskular, dan berbatas difus maka dibutuhkan eksisi

Spesimen jinak yang telah diambil, harus diberi tanda dengan

jaringan periferal sebanyak 5 mm.

benang sutera pada marginnya untuk memberi orientasi specimen kepada

pathologist. Jika lesi didiagnosis memerlukan perawatan tambahan,

specimen tersebut. Jaringan harus terendam dalam larutan dan perlu

pathologist dapat menentukan margin mana yang memiliki residual tumor

diperhatikan. Spesimen tidak boleh menyentuh dinding wadah. Setelah itu

sehingga perawatan bedah berikutnya dispesifikkan pada area margin yang

baru dilakukan penutupan bekas luka.

memiliki residual tumor. Orientasi lesi dan penjelasannya harus ditulis pada
pathology data sheet.

2.1.2.8 Penutupan Luka


Mukosa diundermined dengan meletakkan gunting yang ujungnya
tertutup pada area submucosal, lalu ujung gunting dibuka untuk
melebarkan jaringan. Lalu lakukan ekstensi undermine mukosa, mengikuti
bentuk margin dan ukuran luka. Pada bibir, pipi, dasar mulut, dan palatum
lunak undermining dilakukan mengikuti margin berbentuk ellips, sehingga
diperkirakan dalam penutupan jaringan hanya terdapat sedikit tegangan.
Insisi kemudian ditutup dengan jahitan secukupnya.

Gambar. (a) Tempat pembedahan setelah dilakukan eksisi dari


lesinya. (b) Spesimen yang didapat setelah di eksisi
(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition)

2.1.2.7 Penanganan Spesimen


Setelah pembuangan kemudian jaringan segera ditempatkan pada
10% larutan formalin (4% formaldehid) selama 20 kali volume dari

Gambar. Penutupan luka setelah dilakukan insisi.


(Oral and Maxillofacial Surgery 5th edition)

report bisa saja terjadi kesalahan/error. Spesimen berikutnya dikirim


Insisi pada permukaan mukosa cekat (palatum dan gingival) tidak

kepada pathologist yang lebih ahli dalam oral pathology.

ditutup namun penyembuhan dilakukan dengan periodontal dressing dan

Hasil diagnosis berupa kanker harus ditangani secara hati-hati.

selanjutnya diberi acrylic splint. Luka biopsy pada dorsum dan lateral lidah

Dokter harus berhati-hati dalam merujuk pasien ke dokter ahli/pusat terapi.

memerlukan jahitan yang dalam dan jumlah jahitan yang banyak. Hal ini

Dalam penyampaian hasil biopsy juga harus berhati-hati, pasien bias saja

dilakukan dikarenakan pergerakan lidah yang menyulitkan retensi jahitan.

menjadi panic dan akhirnya menjadi depresi. Hal ini akan memperburuk
prognosis.

2.1.2.9 Biopsy Data Sheet


Riwayat dan deskripsi klinis (margin dan lokasi) lesi ditulis dalam
biopsy data sheet. Kadang juga dilampirkan foto radiografik lesi. Spesimen

2.2 Ekstirpasi Lesi Patologis pada Jaringan

harus diletakkan pada wadah dengan label yang tepat sesuai lesinya.

Lunak dan Keras


2.2.1 Enukleasi
Enukleasi merupakan suatu proses untuk mengangkat lesi

Informasi harus jelas diberikan pada pathologist untuk mendapatkan


diagnosis yang tepat.
Dokter gigi selanjutnya membuat follow up appointment pada

pasien 10-14 hari setelah bedah untuk mengontrol bekas luka dan

terangkat dalam satu bagian tanpa disertai fragmentasi

memberitahu hasil biopsy. Diagnosis final dibuat sebelum dan setelah


biopsi.
Jika hasil biopsy tidak menguatkan diagnosis dokter gigi, biopsy
ulang dapat dilakukan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan specimen
biopsy tidak merepresentasikan seluruh lesi atau pathologist tidak familiar
dengan penampakan oral lesi tersebut. Perlu diingat bahwa pathologist

kista secara keseluruhan.


Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, agar kista

sehingga dapat mengurangi kemungkinan adanya rekurensi


Indikasi enuklasi yaitu pengangkatan seluruh kista pada

rahang tanpa merusak gigi atau jaringan disekitarnya.


Pada keadaan yang diindikasikan untuk marsupialisasi tetap
dirawat dengan enukleasi, maka hal ini dapat mengakibatkan
berbagai macam kerugian, seperti dapat membahayakan

jarigan normal, dapat menyebabkan fraktur rahang dan

devitalisasi gigi.
Prosedur bedah pada enukleasi meliputi mukoperiosteal flap,

alat kedalam kavitas, tekan dengan lembut diantara dinding

kista dan tulang, lalu ambil kista menggunakan forcep.


Setelah kista dibuang, gunakan kuret untuk memeriksa sisa

membuang tulang dan mengekspos kista, enukleasi kista,

kista yang masih tertinggal,kemudian irigasi dengan larutan

perawatan luka dan penjahitan.


Sebelum dilakukan bedah sebaiknya dilakukan pemeriksaan

salin. Setelah itu jahit flap.

radiografi untuk menentukan lokasi, bentuk dan ukuran kista.


Setelah itu, baru dilakukan pembedahan dengan membuat
trapezoidal flap, untuk memperoleh akses dan penglihatan

2.2.2 Marsupialisasi
Marsupialisasi biasanya digunakan untuk membuang kista
yang besar dan membutuhkan pembukaan akses bedah yang

yang baik selama pembedahan.


Setelah mukoperiosteum terbuka, evaluasi tulang yang
menutupi lesi dalam keadaan normal atau rusak keseluruhan.
Pada tulang normal, bur bundar dapat digunakan untuk

sirkular, termasuk mukoperiosteum, dasar tulang yang

membuang bagian kortikal plate pada bukal yang menutupi


kista, kemudian diperluas. Pengambilan tulang (osseous

memudahkan akses agar kista dapat diambil secara utuh


Pada tulang tipis atau perforasi,biasanya dibuang dengan

menggunakan rongeur.
Alat yang digunakan pada enukleasi kista kecil dapat
digunakan kuret, sedangkan periosteal elevator dapat
digunakan untuk kista yang besar, yaitu dengan cara masukan

biasanya perforasi, dan dinding kista.


Setelah itu, isi kista diambil, kemudian penjahitan dengan
teknik

window)juga dapat diperluas dengan menggunakan rongeur.


Osseous window harus dibuat sebesar ukuran kista untuk

tepat di atas lesi kista.


Tahapan pembedahan marsupialisasi dengan membuat insisi

interuptted

di

sekeliling

kista,

lalu

jahit

mukoperiosteum dan dinding kista bersamaan.


Kemudian, kavitas kista diirigasi dengan larutan salin dan

pack dengan iodoform gauze.


setelah satu minggu, lepas jahitan dan dan buang iodoform

gauze.
Proses penyembuhan luka pada marsupialisasi yaitu epitel
pada kista akan bertransformasi menjadi mukosa oral dalam
waktu beberapa minggu

Anda mungkin juga menyukai