PEMBAHASAN
3 | Page
Radiografi
4 | Page
5 | Page
3. Tipe 3 : Mahkota berbentuk bulbous dan sudah aus ketika erupsi. Pada tipe tiga ini
tidak ditemukan obliterasi ruang pulpa namun ruang pulpa terlihat lebih lebar dari
normal.
gigi dengan mahkota yang normal baik bentuk, matriks, dan konsistensinya pada
gigi sulung dan gigi permanen.Tetapi dengan akar yang pendek dan biasanya
berbentuk konus, tajam dan adanya kontriksi pada ujung apikal.
B.1 Microdontia
Yaitu gigi dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran normal, atau diluar dari batas
ukuran variasi gigi.
2.
8 | Page
Etiologi
9 | Page
Pada kelainan pituitary gigantism, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya
gangguan keseimbangan hormonal dapa menyebabkan macrodontia yang mengenai
seluruh gigi.
Pada kelainan unilateral facial hyperplasia yang menyebabkan perkembangan benih
gigi yang berlebihan dapat menyebabkan macrodontia yang hanya mengenai gigi
Macam
makrodonsia
mikrodonsia
1.
2.
3.
Single macrodontia
- hanya pada satu gigi
- hasil dari fusi
Gejala
jelas (mahkota gigi >besar dari normal)
Radiografi
10 | P a g e
Gambar 5c. Peningkatan ukuran gigi baik yang erupsi maupn tidak erupsi
C. Kelainan Jumlah Gigi
C.1 Anodonsia
Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali
dan sangat jarang terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen,
walaupun semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap
Penyebab
Anodontia kadang ditemukan sebagai bagian dari suatu sindroma, yaitu kelainan yang
disertai dengan berbagai gejala yang timbul secara bersamaan, misalnya pada sindroma
Ectodermal dysplasia.
Gejala
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi, dan lebih sering mengenai
gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Laki-laki lebih sering daripada perempuan.
Rahang tidak berkembang.
Anodonsia mempunyai dampak terhadap perkembangan psikologis karena adanya
penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan menyebabkan gangguan pada fungsi
pengunyahan dan bicara.
Macam
Ada 2 macam :
1. Anodonsia sebagian
11 | P a g e
- Hipodonsia
- Oligodonsia
2. Anodonsia total
a. Fals anodonsia (Karena impaksi) : bisa terjadi karena gangguan erupsi,
infeksi ataupun pencabutan.
b. True anodonsia : benar-benar tidak ada benih (agenesis) karna herediter.
Radiografi
Pemeriksaan radigrafi sangat di perlukan karna untuk menunjang diagnosis yang ada.
Pada pemeriksaan radiologi terlihat tidak adanya benih gigi.
C.2 Mesiodens
12 | P a g e
Gejala
Bentuknya menyerupai gigi asli yang lebih sering
terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu. Elementnya sering berbentuk kerucut dan
terletak diantara dua incisive lateral.
Radiografi
Pada daerah gigi insisif depan atas terdapat gigi berlebih
Gambar 7. Mesiodens
C.3 Distomolar
Distomolar adalah kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian distal molar ke 3
rahang atas dan atau rahang bawah. Merupakan kelainan supernumerary teeth kedua yang
paling sering terjadi. Distomolar ini tidak menghambat erupsi gigi permanen molar 1 dan
molar 2.
13 | P a g e
Gejala
Apabila dilihat dengan foto rontgen tampak pasien memiliki 4 gigi molar, karena
terdapat gigi tambahan di bagian distal gigi molar ke-3. Bentuk dan ukuran distomolar dapat
menyerupai bentuk dan ukuran normal gigi molar ataupun dapat memiliki bentuk yang belum
sempurna dan ukuran yang lebih kecil.
Radiografi
Gambar 8. Distomolar
Distomolar terlihat pada gigi yang berelasi dengan gigi molar ke 3 rahang bawah.
Distomolar dapat erupsi atau impaksi
C.4 Paramolar
Paramolar adalah kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian mesiobukal m2 dan
m3 rahang atas dan atau rahang bawah.
Gejala
Sama dengan distomolar, bentuk dan ukuran paramolar dapat menyerupai bentuk dan
ukuran normal gigi molar ataupun dapat memiliki bentuk yang belum sempurna dan ukuran
yang lebih kecil.
14 | P a g e
15 | P a g e
Radiografi periapikal
Insisiv permanen rahang
atas
Radiografi panoramik
16 | P a g e
17 | P a g e
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
Radiolografi
periapikal
Gambaran klinis Hutchinson teeth
serta membentuk rongga. Rongga ini terbentuk akibat invaginasi benih gigi yang sedang
Berkembang, keadaan ini dikenal dengan dens in dens. Daerah ini merupakan daerah yang
Sudah terserang karies, perlu dilakukan ronsen foto untuk memastikannya
merupakan gigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk gigi supernumerary atau
gangguan pertumbuhan lainnya. Lokasi paling sering adalah pada gigi insisivus bawah
sedangkan pada rahang atas jarang dijumpai.
Natal teeth menunjukkan perkembangan yang kurang, ukuran kecil, disertai
hipoplasia email dan dentin serta kurangnya atau tidak ada perkembangan akar. Akibat tidak
mempunyai akar atau kurangnya perkembangan akar, maka gigi tersebut hanya melekat pada
leher gingiva, tidak kuat sehingga memungkinkan gigi tersebut dapat bergerak ke segala arah.
22 | P a g e
Dimana gigi M1 permanen erupsi dengan hanya berkontak dengan sisi distal
molar kedua desidui tetapi tidak terkunci sehingga tetap dapat membebaskan diri
dalam erupsi keposisi normal.
24 | P a g e
25 | P a g e
26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Neville BW, Damm D, Allen C, Bouquot J. Oral & Maxillofacial Pathology, 2nd ed. 2002.
Jurnal Asri Arumsari, Alwin kasim, bagian bedah mulut fakultas Kedokteran Gigi
UNPAD
27 | P a g e