Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PEMBAHASAN

A. Kelainan Struktur Jaringan Gigi


A.1 Amelogenesis Imperfekta
Merupakan kelainan herediter yang tampak sebagai perubahan pengaturan atau
struktur gen yang berhubungan dengan email.
Perkembangan enamel sendiri terbagi dalam 3 fase :
1. Fase pembentukan yaitu terjadinya pembentukan matriks organik.
2. Fase kalsifikasi yaitu terjadinya mineralisasi matriks organik.
3. Fase maturasi yaitu terjadinya pematangan mineralisasi.
Apabila dalam pembentukan dan perkembangannya terjadi gangguan ataupun
kerusakan yang disebabkan oleh berbagai faktor, maka dapat terjadi kelainan pada enamel
gigi. Terdapat 3 tipe amelogenesis imperfekta berdasarkan waktu terjadinya gangguan atau
kerusakan pada fase pembentukannya :
1. Hipoplastik
Terjadi akibat kerusakan pada pembentukan matriks enamel. Tipe hipoplastik
yaitu kurangnya enamel yang normal, menyebabkan mahkota gigi tampak pucat,
coklat kekuningan dan membentuk cekungan-cekungan pada permukaan gigi.
Bentuk hipoplastik mencerminkan kerusakan matriks enamel yang disebabkan
oleh hancurnya ameloblas secara dini dalam pembentukan cekungan-cekungan.
Tidak terbentuknya enamel mungkin membuktikan tidak adanya diferensiasi
epitel enamel yang sebelah dalam. Secara radiografis biasanya terlihat seluruh gigi
lengkap, tetapi mahkota gigi terlihat tipis atau tidak ada enamel. Gigi-gigi mirip
preparasi mahkota dengan tanda khas ruang interdental yang lebar.
2. Hipokalsifikasi
Terjadi akibat kerusakan pada mineralisasi deposit matriks enamel. Tipe
hipokalsifikasi, seperti tipe hipomaturasi, mempunyai enamel yang lunak, tetapi
hilangnya jauh lebih cepat dan mengakibatkan terbukanya dentin segera sesudah
1 | Page

erupsi. Pasien dengan amelogenesis imperfekta biasanya mempunyai gigi-gigi


berwarna madu dengan corak permukaan yang kasar.
3. Hipomaturasi
Terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan atau pematangan enamel.
Tipe hipomaturasi mempunyai tebal enamel yang normal, tetapi enamelnya lunak
dan kurang mineral sehingga sonde dapat menembus enamel tersebut. Ameloblas
terbukti dapat memproduksi matriks enamel, tetapi tidak mampu meresorbsi
matriks ini dalam ukuran yang cukup. Mineralisasinya juga tidak dapat sempurna.
Enamel cenderung untuk patah. Elemen-elemen berbintik coklat-kuning.
Banyak pola herediter yang ditemui, diantaranya adalah autosomal dominan, resesif,
X-linked, sehingga jumlah individu yang terkena dalam satu keluarga dapat bervariasi.
Bentuk yang paling sering adalah X linked dan menarik karena gen X mengatur ukuran dan
bentuk gigi manusia. Kelainan ini mempunyai riwayat keluarga. Oleh karena itu, beberapa
anggota keluarga dapat mempunyai penyakit ini dalam beberapa generasi.
Gambaran klinis
Secara klinis, amelogenesis imperfekta dapat tampak bervariasi antara lain berupa
ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertikal dan tidak ada hubungan dengan kronologis
perkembangannya. Gigi hanya terbungkus lapisan tipis enamel yang terbentuk secara tidak
normal hingga lapisan dentin yang berwarna kuning di bawahnya terlihat sehingga
menimbulkan warna gelap pada gigi. Kerentanan terhadap karies rendah dan seringkali gigi
terlihat abrasi.

Gambar 1a. Hipoplastik amelogenesis imperfekta


Tipe yang paling umum adalah hipokalsifikasi yang bervariasi dan ketebalan gigi
normal, berwarna cokelat, rapuh serta lunak.
2 | Page

Gambar 1b. Amelogenesis imperfekta (hipokalsifikasi)


Gambaran Radiografis
Pada amelogenesis imperfekta terlihat radiodensitas enamel berkurang, sehingga
gambarannya sedikit buram dan tidak terlalu radiopak.

3 | Page

Gambar 1c. Radiografi dari amelogenesis imperfekta


A.2 Dentinogenesis Imperfekta
Dentinogenesis Imperfecta ( DI) merupakan salah satu gangguan pada perkembangan
gigi terutama yang mengenai dentin. Kelainan ini bisa menurun . Sebenanrnya email
terbentuk normal tetapi dentin mengalami gangguan pada mineralisasinya sehingga
menyebabkan bisa menyebabkan perubahan warna gigi ,biasanya bisa berwarna kebirubiruan atau merah. Selain itu nampak akar yang pendek berliku-liku, email dapat pecah
karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi ,erosi dan akar dan rongga pulpa
terlihat transparan.
Dibedakan menjadi tiga tipe menurut Shields (1937) , yaitu :
1. TIPE I ( Dentinogenesis Imperfecta / osteogenesis imperfecta)
Biasa dijumpai pada osteogenesis imperfecta. Nampak akar gigi dan ruang
pulpa yang tidak berkembang. Mungkin gigi sulung bisa terkena lebih parah
daripada gigi permanen
2. TIPE II ( tipe Dentin Opalescent Herediter)
Hampir mirip dengan Tipe I namun hanya memengaruhi dentine tanpa adanya
kelainan pada tulang.
3. TIPE III ( tipe brandyway)
Nampak kamar pulpa yang membesar dan membuat pulpa gigi lebih rentan
terpapar.

Radiografi

4 | Page

1. Tipe 1 : Mahkota gigi berbentuk bulbous dengan penyempitan kearah servikal,


dengan akar yang pendek dan tumpul. Meskipun begitu, ligament periodontal, tulang
alveolar dan sementum terlihat normal. Ruang pulpa dan saluran akar menyempit
sehingga akan terjadi obliterasi ruang pulpa dan saluran akar sebagian atau
seluruhnya.

Gambar 2a. Dentinogenesis imperfekta (tipe 1)


2. Tipe 2 : Gambar radiologi tipe dua sama dengan gambaran radiologi pada tipe satu.

Gambar 2b. Dentinogenesis imperfekta (tipe 2)

5 | Page

3. Tipe 3 : Mahkota berbentuk bulbous dan sudah aus ketika erupsi. Pada tipe tiga ini
tidak ditemukan obliterasi ruang pulpa namun ruang pulpa terlihat lebih lebar dari
normal.

Gambar 2c. Dentinogenesis imperfekta (tipe 3)


A.3 Dentin Displasia
Dentin dysplasia adalah penyakit kelainan dentin herediter. Penyakit kelainan
dentin herediter tidak hanya dijumpai pada dentin dysplasia tetapi juga dijumpai pada
dentinogenesis imperfecta sebagai diagnosa banding. Dentin dysplasia merupakan
kelainan dalam pembentukan dari dentin. Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai
suatu sifat gen autosomal yang dominan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen
dan merupakan kelainan genetik.
Shields mengklasifikasikan dentin dysplasia ke dalam tipe I dan tipe II.
Dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik
dari bentuk, matriks dan konsistennya tapi memiliki akar yang pendek, konus dan
konstriksi pada ujung apikalnya, bisa mengenai gigi sulung dan permanen. Dentin
dysplasia tipe II hanya mengenai gigi permanen dengan akar gigi yang terlihat normal
tetapi terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya
tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.
Gambaran Radiografi
1. Dentin Displasia Tipe 1
Dentin dysplasia dikenal juga sebagai rootless teeth karena panjang akar
pendek. Shields menggambarkan dentin dysplasia tipe I sebagai perkembangan
6 | Page

gigi dengan mahkota yang normal baik bentuk, matriks, dan konsistensinya pada
gigi sulung dan gigi permanen.Tetapi dengan akar yang pendek dan biasanya
berbentuk konus, tajam dan adanya kontriksi pada ujung apikal.

Gambar 3a. Dentin displasia (tipe 1)


2. Dentin Displasia Tipe 2
Dentin dysplasia tipe II memiliki tampilan klinis dan radiografi yang berbeda.
Pada gigi sulung terlihat tampilan yang kekuning-kuningan yang translusen. Pada
gigi permanen memiliki warna coklat keabu-abuan. Ciri khas pada tipe ini adalah
akar gigi terlihat normal.
Gambar 3b. Dentin displasia (tipe 2)

B. Kelainan Ukuran Gigi


7 | Page

B.1 Microdontia
Yaitu gigi dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran normal, atau diluar dari batas
ukuran variasi gigi.

Gambar 4a. Microdontia


Etiologi
1. Microdontia yang mengenai seluruh gigi jarang terjadi dan bisa ditemukan pada
kelainan yang diturunkan dari orangtua (congenital hypopituitarism). Radiasi atau
perawatan kemoterapi saat pembentukan gigi
2. Adanya mutasi pada gen tertentu pada microdontia lokal
3. Bagian dari sindroma tertentu (penyakit yang terdiri dari beberapa gejala yang timbul
bersama-sama), seperti sindroma trisomy 21 atau sindroma ectodermal dysplasia.
Selain itu microdontia juga sering ditemui pada kelainan cleft lip and palate (bibir
sumbing dan celah pada langit-langit rongga mulut).
Macam
Ada 3 tipe :
1. True generalized mirodontia
- ukuran rahang normal
- semua gigi kecil, crown pendek, bentuk seperti palu (insisal lebih
kecil dari bagian servikal)
- diastema

2.
8 | Page

Relatif generalized microdontia

- ukuran gigi normal/sedikit lebih kecil, ukuran rahang lebih besar


terdapat diastema
3. Single microdontia
- hanya pada satu gigi, sering pada gigi I-2 dan M-3

Gambar 4b. Radiografi panoramik microdontia pada semua premolar RB


Gejala
Jelas (mahkota gigi >kecil dari normal), dapat berbentuk kerucut atau peg shaped
Radiografi
Akar gigi umumnya lebih kecil dan relatif lebih pendek dari gigi yang normal
B.2 Macrodontia
Yaitu kondisi dimana ukuran gigi lebih besar dari ukuran normal

Gambar 5a. Macrodontia

Etiologi
9 | Page

Pada kelainan pituitary gigantism, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya
gangguan keseimbangan hormonal dapa menyebabkan macrodontia yang mengenai

seluruh gigi.
Pada kelainan unilateral facial hyperplasia yang menyebabkan perkembangan benih
gigi yang berlebihan dapat menyebabkan macrodontia yang hanya mengenai gigi

tertentu saja (macrodontia lokal).


Macrodontia juga dapat berhubungan dengan beberapa penyakit yang diturunkan.
gambar 5b. Perbedaan macrodontia dengan microdontia

Macam

makrodonsia
mikrodonsia
1.

True generalized macrodontia


- semua gigi lebih besar dari normal
- rahang normal berjejal
- macrognathic tidak berjejal

2.

Relatif generalized microdontia


- ukuran gigi normal/sedikit lebih besar
- ukuran rahang lebih kecil
- terdapat gigi berjejal

3.

Single macrodontia
- hanya pada satu gigi
- hasil dari fusi

Gejala
jelas (mahkota gigi >besar dari normal)
Radiografi
10 | P a g e

Akar gigi umumnya lebih besar

Gambar 5c. Peningkatan ukuran gigi baik yang erupsi maupn tidak erupsi
C. Kelainan Jumlah Gigi
C.1 Anodonsia
Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali
dan sangat jarang terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen,
walaupun semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap
Penyebab
Anodontia kadang ditemukan sebagai bagian dari suatu sindroma, yaitu kelainan yang
disertai dengan berbagai gejala yang timbul secara bersamaan, misalnya pada sindroma
Ectodermal dysplasia.
Gejala
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi, dan lebih sering mengenai
gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Laki-laki lebih sering daripada perempuan.
Rahang tidak berkembang.
Anodonsia mempunyai dampak terhadap perkembangan psikologis karena adanya
penyimpangan estetis yang ditimbulkannya dan menyebabkan gangguan pada fungsi
pengunyahan dan bicara.
Macam
Ada 2 macam :
1. Anodonsia sebagian
11 | P a g e

- Hipodonsia
- Oligodonsia
2. Anodonsia total
a. Fals anodonsia (Karena impaksi) : bisa terjadi karena gangguan erupsi,
infeksi ataupun pencabutan.
b. True anodonsia : benar-benar tidak ada benih (agenesis) karna herediter.
Radiografi
Pemeriksaan radigrafi sangat di perlukan karna untuk menunjang diagnosis yang ada.
Pada pemeriksaan radiologi terlihat tidak adanya benih gigi.

Gambar 6. Anodonsia ( tidak ada benih gigi )

C.2 Mesiodens

12 | P a g e

Gigi berlebih ini juga dapat terbentuk pada daerah


gigi insisif depan atas

Gejala
Bentuknya menyerupai gigi asli yang lebih sering
terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu. Elementnya sering berbentuk kerucut dan
terletak diantara dua incisive lateral.
Radiografi
Pada daerah gigi insisif depan atas terdapat gigi berlebih

Gambar 7. Mesiodens

C.3 Distomolar
Distomolar adalah kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian distal molar ke 3
rahang atas dan atau rahang bawah. Merupakan kelainan supernumerary teeth kedua yang
paling sering terjadi. Distomolar ini tidak menghambat erupsi gigi permanen molar 1 dan
molar 2.

13 | P a g e

Gejala
Apabila dilihat dengan foto rontgen tampak pasien memiliki 4 gigi molar, karena
terdapat gigi tambahan di bagian distal gigi molar ke-3. Bentuk dan ukuran distomolar dapat
menyerupai bentuk dan ukuran normal gigi molar ataupun dapat memiliki bentuk yang belum
sempurna dan ukuran yang lebih kecil.
Radiografi

Gambar 8. Distomolar
Distomolar terlihat pada gigi yang berelasi dengan gigi molar ke 3 rahang bawah.
Distomolar dapat erupsi atau impaksi
C.4 Paramolar
Paramolar adalah kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian mesiobukal m2 dan
m3 rahang atas dan atau rahang bawah.
Gejala
Sama dengan distomolar, bentuk dan ukuran paramolar dapat menyerupai bentuk dan
ukuran normal gigi molar ataupun dapat memiliki bentuk yang belum sempurna dan ukuran
yang lebih kecil.
14 | P a g e

Gambar 9a. Paramolar


Radiografi

Gambar 9b. Radiografi paramolar

15 | P a g e

D. Kelainan Bentuk Gigi


D.1 Talon cusp
Talon Cusp merupakan tonjolan kecil dari email gigi di daerah
singulum gigi anterior atas danbawah. Seringkali cuspnya memiliki tanduk
pulpa sehingga hampir sama dengan supernumeraryteeth yang bersatu
dengan gigi anterior atau disebut dens in dente.
Etiologi dari talon cusp belum diketahui (idiopatik). Tetapi beberapa
penelitian menunjukkan genetik dan lingkungan mempengaruhi terjadinya
kelainan ini. Hal ini diyakini adanya talon cusp berasal selama tahap
morfodiferensiasi perkembangan gigi sebagai akibat adanya lipatan luar
sel inner enamel epitelium dan hyperplasia fokal sel mesencymal perifer
papilla gigi.

Gambaran klinis talon


cusp

Radiografi periapikal
Insisiv permanen rahang
atas

Ukuran Talon cusp bervariasi mulai dari sebesar tonjolan singulum


sampai seperti pelebaran cusp sampai dengan tepi insisal

Radiografi panoramik

16 | P a g e

Gambar 10. Talon cusp


Pada pemeriksaan radigrafi seperti contoh di atas, tampak radiopak
pada daerah mahkota gigi, terdapat pada singulum gigi anterior.
Gambaran radiopak pada talon cusp merupakan gambaran superimpose
(berlapis) pada mahkota pada insisal yang terlibat.
D.2 Taurodontia
Taurodontism disebabkan oleh kegagalan epitel Hertwig untuk
invaginasi pada tingkat horisontal yang tepat, hal ini disebabkan karena
adanya gangguan dalam induksi epitelium esensimatosa.
Secara klinis, taurodontia muncul sebagai gigi normal. Hal ini
disebabkan karena ketidak normalan pada gigi terdapat pada alveolar
ridge, sehinga untuk mengetahui kelainan ini diperlukan pemeriksaan
dengan foto rontgen.
Pada pemeriksaan radiografi dengan teknik periapikal, maka akan
tampak badan gigi yang mengalami elongasi, kamar pulpa yang sangat
luas, akar yang lebih pendek, bifurkasi yang letaknya lebih ke apikal dari
normal.

Gambar 11. Taurodontia


D.3 Geminasi
Gemination (geminasi) adalah suatu keadaan di mana satu benih
gigi mengalami proses pemisahan yang tidak sempurna pada saat

17 | P a g e

perkembangannya, sehingga mahkotanya tampak terbelah tapi memiliki


satu akar. Kelainan ini disebabkan karena faktor herediter.
Gambaran klinis dari geminasi adalah mahkota gigi yang mengalami
geminasi terlihat lebih lebar daripada gigi normal, dengan cekungan pada
tengah-tengah mahkota, membujur dari puncak mahkota sampai leher
mahkota gigi. Jumlah gigi normal. Kelainan ini dapat terjadi pada gigi susu
maupun gigi tetap.
Pada pemeriksaan radiografi, tampak bahwa pada gigi yang
mengalami geminasi terdapat outline yang radiopak pada daerah yang
mengalami invaginasi.

Gambar 12. Geminasi (fused tooth)


D.5 Fusion Teeth
Fusion adalah di mana dua gigi berkembang bergabung menjadi satu gigi. Sedangkan
geminasi adalah suatu kelainan dimana gigi berkembang terbagi menjadi dua gigi terpisah.
Penampilan antara keduanya biasanya terlihat serupa. Geminasi atau Fusion dapat total atau
parsial. Untuk fusion mungkin melibatkan supernumary teeth.

18 | P a g e

Gambar 13. Fusion teeth

19 | P a g e

D.6 Enamel Pearls


Enamel pearls adalah 'gumpalan' ekstra enamel dekat daerah furkasi pada gigi molar.
Mereka akan tmapak sebagai gambaran bulat radiopak pada daerah dekat furkasi. Suatu
endapan email kecil di sekitar apikal dentin ini terbentuk akibat pertautan sementum dan
email seperti mutiara.

Gambar 14. Enamel pearls

20 | P a g e

D.7 Hutchinson Teeth


Hutchinson teeth merupakan bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital, yaitu
bentuk seperti obeng/sekrup pada insisivus.
.

Gambaran klinis Hutchinson teeth

Radiolografi
periapikal
Gambaran klinis Hutchinson teeth

Gambaran klinis dan radiografis diatas menunjukkan bentuk obeng/sekrup dengan


permukaan mesial dan distal meruncing dari bentuk bagian mahkota menuju ke tepi insisal
dan bagian tepi lebih sempit daripada bagian servikal.
D.8 Peg Shaped
Insisivus dua atas sering mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak normal yang
disebut dengan Peg Shaped
Gambaran Klinis :
Adanya lekukan yang dalam pada bagian palatal, mahkota bentuknya kecil, konus dan
mirip gigi berlebih. Lekukan pada bagian palatal kadang-kadang terbentuk sedemikian dalam
21 | P a g e

serta membentuk rongga. Rongga ini terbentuk akibat invaginasi benih gigi yang sedang
Berkembang, keadaan ini dikenal dengan dens in dens. Daerah ini merupakan daerah yang
Sudah terserang karies, perlu dilakukan ronsen foto untuk memastikannya

Gambar 15. Peg shaped


E. Kelainan Waktu Erupsi
E.1 Natal Teeth
Terdapat banyak istilah yang digunakan untuk menerangkan gangguan waktu erupsi
gigi sulung yang erupsi sebelum waktunya, seperti istilah gigi kongenital, gigi fetal, gigi
predesidui atau gigi precoks. Massler dan Savara (1950) menggunakan istilah gigi natal dan
neonatal. Definisi Gigi Natal adalah gigi yang telah erupsi atau telah ada dalam mulut pada
waktu bayi dilahirkan. Sedangkan definisi Gigi Neonatal adalah gigi yang erupsi selama
masa neonatal yaitu dari lahir sampai bayi berusia 30 hari.
Sebagai contoh erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai padausia 6 bulan,
jika gigi sulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi

predesidui. Gigi ini

merupakan gigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk gigi supernumerary atau
gangguan pertumbuhan lainnya. Lokasi paling sering adalah pada gigi insisivus bawah
sedangkan pada rahang atas jarang dijumpai.
Natal teeth menunjukkan perkembangan yang kurang, ukuran kecil, disertai
hipoplasia email dan dentin serta kurangnya atau tidak ada perkembangan akar. Akibat tidak
mempunyai akar atau kurangnya perkembangan akar, maka gigi tersebut hanya melekat pada
leher gingiva, tidak kuat sehingga memungkinkan gigi tersebut dapat bergerak ke segala arah.

22 | P a g e

E.2 Kista Erupsi


Kista adalah rongga patologis yang biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan
kental atau semilikuid, dapat berada dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang.
Radiologi
Rongga kista di dalam ronggamulut selalu dibatasi jaringan epitel.Sehingga pada
gambaran radiografi ia akan nampak radiolusen dimana tidak ada kepadatan yang terjadi pada
kista sehingga sinar X mampu menembusnya dan diproyeksikan ke film ,namun karena kista
dilapisi jaringan epitel maka beberapa sinar X mampu diredam oleh jaringan epitel tersebut
walaupun sangat sedikit sinar X yang mampu diredam oleh jaringan epitel ini sehingga
disekitar kista nampak gambaran radiopak tipis yang mengelilinginya.

Gambar 16. Kista erupsi


E.3 Erupsi Ektopik Pada Molar 1
Erupsi ektopik pada molar 1adalahke abnormalan erupsi gigi permanen lebih kearah
mesial sehingga akan terjadi resorpsi awal pada gigi sulung molar ke 2.
Ada 2 tipe erupsi ektopik yaitu irreversibel dan reversibel.
1. Erupsi ektopik irreversibel
Dimana erupsi gigi molar 1 permanen pola erupsinya berkontak dengan bagian
distal gigi molar dua desidui pada daerah servikal sehingga gigi molar pertama
permanen tidak dapat membebaskan diri (terkunci) atau tidak dapat erupsi ke posisi
normal di lengkung rahang.Tampak pada gambaran radiografi bahwa gigi molar
permanen pertama erupsi lebih ke mesial dan berkontak dengan gigi molar ke 2
desidui dibagian servikal sehingga terjadi resorpsi didaerah tersebut dan gigi molar
terkunci pada daerah tersebut.
2. Ektopik reversibel
23 | P a g e

Dimana gigi M1 permanen erupsi dengan hanya berkontak dengan sisi distal
molar kedua desidui tetapi tidak terkunci sehingga tetap dapat membebaskan diri
dalam erupsi keposisi normal.

Gambar 17. Erupsi Ektopik Pada Molar 1


E.4 Cleft Lip
Merupakan kelainan kongenital yang biasa dikenal dengan bibir sumbing. Kelainan
ini disebabkan oleh factor herditer.
Gambaran Radiologi

24 | P a g e

Gambar 18. Cleft lip


Beberapa teknik radiografi dapat digunakan untuk pemeriksaan cleft lip, diantaranya
adalah proyeksi oklusal, tomografi dengan kepala di posisi postero-anterior, teknik periapikal
juga dapat digunakan untuk cleft lip. Hanya saja sulit untuk melihatnya, film harus
ditempatkan di posisi yang benar.
Terlihat gambaran radiologi pada cleft lip, bagian anterior adanya perpanjangan
radiolusen dengan batas yang jelas. Pada tomografi, terlihat pisahnya kontinuitas dasar
hidung. Insisiv lateral bisa saja hilang atau malformasiatau mungkin adanya supernumary
teeth.
E.5 Cleft Palate
Merupakan suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langitlangit lunak dan langit-langit keras mulut. Kelainan ini adalah suatu ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung.
Gangguan ini dapat terjadi bersama celah bibir dan langit-langit. Kelainan ini adalah
jenis cacat bawaan yang disebabkan oleh gangguan pembentukan oragan tubuh wajah
selama kehamilan.
Gambaran Radiologi
Tampak daerah radiolusen pada region yang mengalami cleft palate karena tidak
terjadi pembentukan tulang (Osseous Deformity). Beberapa teknik radiograf juga dilakukan
untuk menunjang diagnosa dan rencana perawatan. Selain itu juga tampak terjadi cleft palate
dimana nampak rongga hidung serta septum nasi pada foto proyeksi oklusal.

25 | P a g e

Gambar 19. Cleft palate

26 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Neville BW, Damm D, Allen C, Bouquot J. Oral & Maxillofacial Pathology, 2nd ed. 2002.

Page 20. ISBN0-7216-9003-3


Prijatmoko, dkk. 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Kompleks Kranio-Fasial. Jember:

Fakultas Kedokteran Gigi Press Universitas Jember.


Shafer, William G. 1983. A Textbook of Oral Pathology. Toronto : W.B. Saunders Company
Sperber, G.H. 1991. Embriologi Kraniofasial. Jakarta : Hipokrates
Sudiono, Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta : EGC

Jurnal Asri Arumsari, Alwin kasim, bagian bedah mulut fakultas Kedokteran Gigi
UNPAD

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai