Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang paling banyak bagi
perempuan di seluruh dunia dengan perkiraan 529.409 kasus baru dan sekitar 89%
di negara berkembang (WHO, 2011). Di Indonesia kanker serviks menempati
urutan kedua dari semua jenis kanker pada wanita. Angka estimasi insiden rate
kanker serviks di beberapa kota antara lain: Sidoarjo 49/100.000, Jakarta
100/100.000,

Bali

152/100.000,

Tasikmalaya

360/100.000,

(Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Penanganan penyakit kanker serviks di


Indonesia mengalami beberapa hambatan yang menimbulkan sekitar 70%
penderita dideteksi pada stadium berat (Suwiyoga, 2010). Di Bali tahun 2011
diperkirakan insiden kanker serviks sekitar 150 per 100.000 penduduk atau sekitar
5000 orang. Sementara angka kematiannya berkisar antara 82 orang per 100.000
penduduk, diduga pernikahan usia dini, paparan asap rokok, kontrasepsi hormonal
serta paritas menjadi faktor risiko yang utama (Dinkes Provinsi Bali, 2013).
Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian di antara perempuan di
seluruh dunia. Diperkirakan bahwa 274.000 kematian terjadi setiap tahun akibat
penyakit yang dapat dicegah ini. Para wanita dai masyarakat miskin sebagian
besar dipengaruhi oleh kondisi ini. Hal ini dibuktikan bahwa sekitar 85% dari
semua kematian akibat kanker serviks dilaporkan berdasarkan dari negara-negara
berkembang. Kondisi ini mempengaruhi tidak hanya kesehatan dan kehidupan

perempuan tetapi juga anak-anak dan keluarga mereka dan masyarakat pada
umumnya (Arumaniez, 2010).
Menurut (Dinkes Kota Denpasar, 2013). Pada tahun 2012 tercatat
sebanyak 1691 orang dari 101.999 wanita WUS (1,66%) dengan lesi pra-kanker
serviks (IVA positif), dan 1703 orang dari 96.260 WUS (1,77%) pada tahun 2013.
Data menunjukkan peningkatan kejadian kanker serviks yang merupakan masalah
kesehatan bagi perempuan. Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa angka kejadian kanker serviks sebanyak
25 kasus, sedangkan tahun 2010 hanya 14 kasus, sehingga terjadi peningkatan 11
kasus tahun 2011.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan (2015) jumlah
WUS yang ada di Kabupaten Tabanan sebanyak 80.273 orang. Pada tahun 2008
sampai 2015 jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 35.933
orang (82,9%), dengan hasil IVA positif sebanyak 4.744 orang (18,29%). Pada
tahun 2015 yang positif kanker serviks sebanyak 249 orang (0,32%).
Menurut Angkasawati (2009) Kajian literatur menyebutkan, adanya
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diderita dalam jangka waktu lama dan tanpa
pengobatan yang adekuat menjadi faktor yang mempercepat berkembangnya
Human Papilloma Virus (HPV), penyebab penyakit keganasan pada leher rahim.
HPV menjadi inisiator pertumbuhan abnormal sel pada leher rahim yaitu mulai
dari tahap lesi pra-kanker, kemudian berlanjut kearah kanker leher rahim. Infeksi
menular seksual dikatakan sebagai pintu masuk HPV dan berbagai IMS

meningkatkan risiko penularan HPV. Jenis terbanyak diderita di kalangan wanita


usia subur seperi: Herpes simplex genitalis dan gonore yang dapat disembuhkan.
Tingginya kasus di negara berkembang disebabkan oleh terbatasnya
skrining dan pengobatan. Masih banyak wanita di negara berkembang termasuk
Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker
leher rahim. Kanker leher rahim ditandai dengan adanya perubahan sel sel pada
leher rahim yang tidak normal. Sebelum sel-sel tersebut menjadi sel kanker,
pengobatan yang tepat akan segera menghentikan sel sel yang tidak normal
sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel sel yang tidak normal tersebut dapat
dideteksi dengan salah satu pemeriksaan yang disebut Pap Smear, sehingga
semakin dini sel sel abnormal terdeteksi, semakin rendah resiko seseorang
menderita kanker leher rahim ( Diananda, 2007 ).
Keterbatasan yang ada pada Pap smear, menjadikan metode IVA sebagai
pemeriksaan alternatif dengan hasil segera diketahui dan dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan terlatih. Walaupun pemeriksaan IVA sangat sensitif namun
spesivisitas IVA lebih rendah dibanding Pap smear, antara 64-98%. IVA
merupakan metode baru diteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan
asam asetat atau cuka ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan
terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang di periksa
(Aminati,2012). Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan
dengan pap smear yang selama ini lebih popular. Karena itu pemeriksaan IVA
memberikan harapan yang besar untuk terlindungi dari ganasnya efek kanker
rahim. IVA test dapat menjadi metode alternatif skrining karena mudah dan
3

praktis di laksanakan, dapat dilakukan oleh ginekologi, dokter umum, bidan


praktek swasta, tenaga kesehatan lain yang terlatih, alat-alat yang dibutuhkan
sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi dasar, biaya murah sesuai
untuk pusat pelayanan sederhana, hasil langsung diketahui, dapat langsung terapi
(Rasjidi, 2010).
Pengetahuan adalah hasil pengindaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga
dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindaraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap (attitude) merupakan
reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Menurt Newcomb (salah seorang ahli psikologi social) menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk menindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi terjadi apabila seseorang
mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau
tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (Uno, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Ninik Artiningsih (2011) dengan judul
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker servik.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang
(cross sectional) sampel sebesar 100 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Blooto

Kota Mojokerto yang memenuhi criteria inklusi, diambil dengan teknik cluster
radom sampling. Hasil analisis statistik menunjukan ada hubungan yang
bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan prilaku pemeriksaan IVA
(p=0,000 dan r=0,535). Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap
WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381). Secara simultan
pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada
WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar
49,3%.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 5
Maret 2016 di UPTD. Puskesmas Kediri 1, pada tahun 2012 terdapat 935 orang
WUS yang ada diwilayah desa Abiantuwung. Di tahun yang sama jumlah WUS
yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 199 orang (21,28%). Di tahun 2014
sampai 2015 terdapat 244 orang (38,31%) WUS yang melakukan pemeriksaan
IVA. Diantaranya terdapat IVA positif sebanyak 72 orang. Peneliti hanya
melakukan penelitian di satu banjar yaitu di Banjar Dakdakan. WUS di Br.
Dakdakan sebanyak 192 orang sedangkan WUS yang telah melakukan
pemeriksaan IVA pada tahun 2015 hanya 5 orang (0,54%) dengan hasil negatif.
Program pemeriksaan IVA yang dilaksanakan di UPTD. Puskesmas Kediri 1
yaitu 2 kali dalam sebulan yang di lakukan dengan cara masal. Untuk pemeriksaan
IVA dengan cara regular dapat dilakukan setiap hari.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti


tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang IVA dengan Motivasi
melakukan pemeriksaan IVA pada wanita usia subur di Br. Dakdakan
Abiantuwung Kediri Tabanan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang IVA dengan
Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Br. Dakdakan
Abiantuwung Kediri Tabanan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum dari Penelitian ini adalah : untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Tentang IVA dengan Motivasi melakukan Pemeriksaan
IVA pada Wanita Usia Subur di Br. Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan.
1.3.2

Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap tentang IVA pada Wanita Usia


Subur.
2. Mengidentifikasi Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia
Subur.
3. Menganalisis Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang IVA dengan
Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari Penelitian ini adalah:


1. Ilmu pengetahuan
Sebagai wacana atau acuan bagi mahasiswa berikutnya dalam penyusunan
proposal sehingga ditahun yang akan datang proposal yang dibuat lebih baik.
2. Peneliti selanjutnya
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dimasa
mendatang bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sumber
data atau wacana untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pemeriksaan
IVA.
1.4.2

Manfaat Praktis
Manfaat Praktis dari Penelitian ini untuk :
1. Untuk masyarakat atau perempuan usia subur
Setelah diadakan penelitian diharapkan masyarakat khususnya wanita usia
subur menjadi tahu dan mau melakukan pemeriksaan IVA.
2. Untuk tenaga kesehatan
Sebagai masukan dalam pengambil kebijakan mengenai penyuluhan
kesehatan tentang pemeriksaan IVA pada wanita usia subur agar wanita usia subur
dapat memahami pemeriksaan IVA.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian dengan Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang IVA dengan
Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Br. Dakdakan
Abiantuwung Kediri Tabanan belum pernah diteliti, namun penelitian sejenis
telah dilakukan oleh peneliti lain seperti:
1.5.1

Nurma Ika Zuliyanti (2015), meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Kanker Serviks dengan Motivasi Pemeriksaan IVA Di Puskesmas Rowokele

Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat


pengetahuan ibu tentang kanker serviks. Metode penelitian kuantitatif cross
sectional dengan desain survey analitik. Populasi seluruh Wanita Usia Subur di
Puskesmas Rowokele dan penarikan sampel menggunakan consecutive sampling
sebesar 75 orang. Hasil penelitian didapatkan sebagaian besar WUS yang
memiliki motivasi tinggi melakukan pemeriksaan IVA yaitu sebanyak 39 orang
(52,0%). Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama
meneliti tentang pemeriksaan IVA. Perbedaan dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, jumlah
1.5.2

responden.
Fritria Dwi Anggraini (2010), meneliti tentang Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat) Di Puskesmas Wilayah Kota Surabaya. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi implementasi
program IVA di puskesmas wilayah kota Surabaya. Penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subjek penelitian penanggung jawab program IVA di
seluruh Puskesmas induk yang melaksanakan program IVA sebanyak 52 orang.
Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur. Analisis data dengan analisis
jalur uji T pada program VPLS (Visual Partial Least Square). Hasil penelitian
menunjukkan pelaksanaan IVA oleh Puskesmas induk di wilayah Kota Surabaya
57,7% kurang baik dalam pemetaan sasaran, penyuluhan dan cakupan
pemeriksaan. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama
meneliti tentang pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu jenis penelitian, lokasi
penelitian, waktu penelitian, jumlah responden.
1.5.3 Ninik Artiningsih (2011), meneliti tentang Hubungan antara tingkat
pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual
asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker servik. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) sampel
sebesar 100 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Blooto Kota Mojokerto yang
memenuhi criteria inklusi, diambil dengan teknik cluster radom sampling. Hasil
analisis statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna dan positif antara
pengetahuan WUS dengan prilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535). Ada
hubungan yang bermakna dan positif anatar sikap WUS dengan perilaku
pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381). Secara simultan pengetahuan dan sikap
berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto,
Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3%. Persamaan dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang pemeriksaan
IVA pada Wanita Usia Subur. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, jumlah responden.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Wanita Usia Subur
2.1.1.1 Pengertian wanita usia subur
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur diantara 18-40 tahun.
Masa ini sering dihubungkan dengan masa subur/reproduksi, karena pada usia ini
kehamilan sehat terjadi. Selain itu, wanita harus menjaga dan merawat personal
hygiene yaitu pemeliharaan alat kelaminya agar terhindar dari berbagai gangguan
reproduksi (Marmi, 2013). sedangkan menurut WHO (2012) Wanita usia subur
adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara
umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat daripada
pria. Puncak kesuburan ada pada rentan usia 20-29 tahun, pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Usia 30 tahun persentasenya menurun
hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun, kesempatan hamil berkurang
menjadi 40%. Setelah 40 tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan
untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat
penting untuk diketahui.
2.1.1.2 Tanda- tanda Wanita Usia Subur (WUS)
Suparyanto (2011), menyatakan bahwa untuk mengetahui tanda- tanda
wanita subur antara lain :

1. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur.
Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum

10

haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hati. Oleh
karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk memadai seorang
wanita subur atau tidak.
2. Alat pencatat kesuburan
Kemajuan teknologi seperti ovaluation thermometer juga dapat dijadikan
sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita. Thermometer ini akan
mencatat perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur.
Bila benih keluar, biasanya thermometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak
0,20 celcius selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak mengalami
perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wnaita tersebut tidak subur.
3. Tes Darah
Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan
sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti ini ,
beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak
lancarnya siklus haid.
4. Pemeriksaan fisik
Seorang wanita subur atau tidak dapat diketahui dari organ tubuh seorang
wanita. Beberapa organ tubuh, seprti buah dada, kelenjar tiroid pada leher, dan
organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang menegluarkan hormone tiroksin berlebihan
akan mengganggu proses pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada
ditunjukan untuk mengetahui hormon prolaktin di mana kandungan hormon
prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses pengeluaran sel telur.
5. Track record

11

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak,


peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan
menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.
2.1.1.3 Penyakit yang sering terjadi pada Wanita Usia Subur
1. Keputihan
Keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan keluar dari vagina,
baik fisiologis maupun patologis. Hal ini terjadi karena adanya banyak faktor baik
faktor dari dalam (endogen) maupun dari luar (eksogen) (Mariana, 2012).
2. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan yang semestinya terletak di dalam (endo)
rahim (metrium), bertumbuh di tempat lain seperti pada lapisan otot rahim,
saluran telur, ovarium, usus, kulit bahkan otak. Penyakit ini biasa ditandai dengan
rasa nyeri yang sangat hebat saat haid dan jumlah darah menstruasi lebih banyak
dari biasanya.
3. Kista
Kista ovarium merupakan suatu pengumpalan cairan pada indung telur
yang dibungkus oleh semacam selaput dari lapisan terlur ovarium. Cairan dalam
kista berupa darah yang keluar akibat luka yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Banyak perempuan tidak menyadari bila dirinya mederita kista. Rasa
nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul biasanya keluhan yang sering
dirasakan penderita kista. Pada usia subur kista akan menghilang dengan
sendirinya. Jika kista tumbuh membesar maka perlu dilakukan operasi
pengangkatan dan biasanya berpotensi menjadi kanker.

12

4. Kanker Servik
Penyakit ini disebabkan karena insfeksi menetap sehingga terjadi
pertumbuhan sel abnormal yang akhirnya mengarah pada perkembangan kanker.
Perkembangan ini membutuhkan waktu 5-20 tahun. Banyak faktor penyebabnya
terutama hubungan seksual dengan banyak pasangan. Pemeriksaan yang teratur
snagat diperlukan untuk mengetahui adanya perubahan awal sel-sel kanker.
Pemeriksaan dianjurkan untuk dilakukan 2 tahun sekali dan waktu yang baik
unyuk melakukan tes ini seminggu atau 2 minggu setelah haid.
2.1.1.4 Faktor yang mendorong WUS melakukan IVA
Faktor-faktor yang mendorong wanita usia subur melakukan IVA menurut
(Sumarno, 2009) meliputi :
1. Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA dan tempat pelayanan IVA
2. Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan IVA
3. Faktor aksebilitas yang mendorong pemeriksaan IVA dan tempat pelayanan
IVA adalah faktor kemudahan sarana transportasi
4. Faktor dari keunggulan IVA yang murah sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat
5. Pelayanan IVA didukung pemberian informasi yang memadai
6. Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan WUS

2.1.1.5 Faktor yang mempengaruhi WUS melakukan IVA


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan

13

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior).
Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004).
2. Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun,
T.R, 2009).
3.

Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau


kelompok.
4. Dukungan Keluarga
Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi ikatan sosial segi
fungsional mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan
perasaan, memberi nasehat atau informasi, member bantuan material.

3.1.2

Motivasi
3.1.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang

14

untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam mencapai tujuan
tertentu (Uno, 2007).
3.1.2.2 Jenis jenis motivasi
Motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif yang aktif atau tidak perlu di rangsang
dari luar karena setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran.
Menurut Taufik (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu
:
1) Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor- faktor
kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

2) Harapan (expentancy)
Sesorang dimotivasi karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasaan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat
kearah pencapaian tujuan.
3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada
yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain)
2. Motivasi Ekstrinsik

15

Motivasi ekstrinsik adal motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu.
Taufik, 2007).
Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :
1) Dukungan keluarga
Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi
ibu untuk memberikan yang terbaik.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah tempat di mana seseornag tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan
sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam
memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah
lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan
yang tinggi.
3) Media
Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam
berhadapan dengan media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika
(TV, radio, komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah
yang positif terhadap kesehatan.
2.1.2.3 Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang
agar timbul kemauan dan keinginan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan
dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan maka makin jelas pula bagaimana

16

tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat


berhasil apabaila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena
itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal
dan memahami benar- benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta
kepribadian orang akan dimotivasi (Taufik, 2007).
2.1.2.4 Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 fungsi yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah
ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi
karena sudah melakukan proses penyeleksian.
2.1.2.5 Karakteristik Motivasi
Menurut McClelland (dalam Thoha, 2005:236) adapun karakteristik dari
orang- orang yang mempunyai motivasi tinggi antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mempunyai tanggung jawab


Menetapkan nilai yang akan dicapai
Berusaha bekerja kreatif
Berusaha mencapai cita-cita
Memiliki tugas yang moderat
Melakukan kegiatan sebaik- baiknya
Mengadakan antisipasi

17

2.1.2.6 Skala pengukuran motivasi


Skala pengukuran motivasi disusun berdasarkan skala Likert. Skala yang
digunakan merupakan pengembangan penulis berdasarkan karakteristik orang
yang memiliki motivasi. Penentuan nilai skala dilakukan dengan cara satu
pernyataan yang bersifat favourable dan Unfavourable dengan jumlah yang
berimbang dengan klasifikasi ya dan tidak.
Rentang skor untuk motivasi melakukan pemeriksaan IVA yaitu :
1. Tinggi : 76-100 %
2. Sedang : 56-75 %
3. Rendah : <55%
2.1.3 Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
2.1.3.1 Pengertian IVA
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim
dengan larutan asam asetat 3-5% untuk deteksi dini kanker serviks (Marmi, 2013).
Sedangkan menurut (Sukaca E. Bertiani,2009) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin.
Begitu juga halnya menurut (Suparyanto,2011) IVA adalah cara yang mudah,
murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis lainnya. Prinsip kerja
pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat.
2.1.3.2 Tujuan IVA
Tujuan dari pemeriksaan IVA yaitu untuk mengetahui kelainan yang
terjadi pada leher rahim dan mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan (Marni, 2013).

18

2.1.3.3 Syarat IVA


Syarat melakukan IVA
1. Dilakukan di luar siklus haid
2. Pada masa kehamilan, nifas dan pasca keguguran
3. Sebelum menopause. Pada pasien menopause sudah tidak kelihatan,deteksi bisa
dilakukan dengan pap smear (Depkes RI, 2007)
2.1.3.4 Faktor risiko penilaian IVA
1. Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah
2. Pemakaian KB
3. Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
4. Riwayat insfeksi menulr seksual (termasuk HIV)
5. Merokok
6. Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal
7. Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim
8. Penggunaan steroid atau obat-obat alergi yang lama (kronis) (Depkes RI,
2007).
2.1.3.5 Fungsi pemeriksaan IVA
Fungsi pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker mulut rahim atau
kanker serviks (Nugroho, 2012).
2.1.3.6 Keuntungan IVA
Keuntungan dari pemeriksaan IVA yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Mudah, praktis
Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Kinerja tes sama dengan tes lain
Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai

6.
7.

penatalaksanaannya (Marni, 2013).


Murah
Sensivitas dan spesifikasi cukup tinggi

19

8.

Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,


dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau
dilakukan oleh semua tangga medis terlatih (Pudiastuti, 2012).
2.1.3.7 Waktu pemeriksaan IVA
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia
25-60 tahun (Nugroho, 2012).
2.1.3.8 Indikasi Pemeriksaan IVA
Indikasi pemeriksaan IVA adalah :
1. Wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan atau haid
3. Tidak sedang hamil
4. Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelumnya (Marni, 2013).
2.1.3.9 Komplikasi Atau Efek Samping
Pemeriksaan IVA tidak ada efek samping atau cendrung aman
(Pudiastuti, 2011).
2.1.3.10

Interprestasi Pemeriksaan IVA / Kategori IVA

1. IVA negatif berarti menunjukan leher rahim normal berwarna merah muda
2. IVA radang berarti serviks dengan radang (servisitas), atau kelainan jinak
lainnya (polip serviks)
3. IVA positif berarti ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok
ini yang menjadi sasaran temuan ini mengarah pada diagnosis serviks-pra
kanker (displasia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in-situ).
4. IVA kanker serviks berarti pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian
akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini (stadium
Ib-IIa) (Marmi, 2013).

20

2.1.3.11 Tempat Pemeriksaan IVA


Tes IVA bisa dilakukan di puskesmas, klinik dokter, dan faslitas
kesehatan lainnya (Pudiastuti, 2011).
2.1.4

Pengetahuan

2.1.4.1 Pengertian Pengetahuan


Pengetahuan adalah hasil pengindaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindaraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera yang di miliki manusia Dari
pengalaman dan penelitian pngetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku yang
didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004).
Berdasarkan beberapa definisi diatas yang dimaksud dengan pengetahuan
dalam penelitian ini adalah hasil dari tahu yang di dapat melalui suatu proses
pengalaman khusus setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
dan mencakup ingatan dan dapat digali kembali pada saat dibutuhkan.

21

2.1.4.2 Tingkat pengetahuan


Notoatmodjo (2007) , Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan meliputi :
1.

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat


kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan , mendefinisikan, dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui materi tersebut secaar benar. Orang yang telah
paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis ( Syntesis)
Menunjukan

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

22

atau

6. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiriatau berdasarkan kriteria yang sudah ada.
2.1.4.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Mubarak ( 2007 ) Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka
dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan di Indonesia mengenal
tiga jenjang pendidikan, yaitu :
1) Pendidikan Dasar ( SD, SMP, MI/Madrasah Ibtidayah )
2) Sekolah Menengah (SMA, SMK )
3) Perguruan Tinggi (Diploma, Sarjana )
2. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich dalam
Mubarak, 2006). Banyaknya tantangan akan menambah pengetahuan seseorang
mengenai suatu masalah yang telah dihadapinya.
3. Umur

23

Menurut Notoatmodjo ( 2010 ) Umur adalah lamanya hidup seseorang


dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan
periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru. Semakin berumur seseorang,
semakin banyak informasi diperoleh melalui komunikasi. Dengan memperoleh
komunikasi akan menguatkan keyakinan untuk mencapai tujuan. Isi komunikasi
yang relevan dengan sikap akan mungkin diterima individu apabila tercakup
dalam batas penerimaan yang berada disekitar sikap seseorang.
Menurut Manuaba ( 2008 ) usia reproduksi dapat digolongkan menjadi :
1) Umur reproduksi muda yaitu < 20 tahun
2) Umur reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun
3) Umur reproduksi tua > 35 tahun

4. Minat
Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu, minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkugannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha melupakan , namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat
pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Mubarak, 2007).

24

6. Kebudayaan lingkungan sekitar


Kebudayaan di tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitar
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap atau pribadi seseorang.
7. Informasi
Kemudahan

untuk

memperoleh

suatu

informasi

dapat

membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh informasi yang baru. Informasi dapat


diperoleh melalui media cetak dan elektronik, buku, hasil penelitian , diskusi dan
lain sebagainya.
2.1.4.4 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan seperti tingkat tahu, memahami,
analisis , sintesis dan evaluasi. Pada tahap evaluasi kedalaman pengetahuan
keluarga akhir diukur dengan menggunakan kuisioner (tes) sampai pada tingkat
tahu dan memahami.
Menurut Arikunto (2005), untuk melakukan penelitian terhadap suatu objek
atau materi, tingkatan pengetahuan dapat digolongkan menjadi :
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

: 76-100%
: 56-75%
: <55%

25

2.1.4.5 Cara memperoleh pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003) menyebutkan pengetahuan dapat diperoleh
dengan dua cara yaitu:
1. Cara Tradisional atau non ilmiah
1) Coba- coba (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut
tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lainnya. Apabila kemungkinan kedua ini
gagal dicoba kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial (coba) and error
(gagal/salah).
2) Kekuasaan atau Otoritas
Pada cara ini prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan emperis atau penalaran sendiri. Hal
ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap
bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
3) Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik demikianlah bunyi pepatah, ini
mengandung maksud bahwa pengalaamn ini seperti cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengetahuan pribadinya dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran

26

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir


manusia pun ikut berkembang. Dalam memperloh pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih estimates, logis dan ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah atau popular
disebut metode penelitian.
2.1.5 Sikap
2.1.5.1 Pengertian sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurt Newcomb (salah seorang ahli
psikologi social) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian
untuk menindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun,
T.R, 2009).
2.1.5.2 Komponen sikap
Komponen komponen sikap menurut Niven (2010) yaitu :
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2. Komponen Afektif

27

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah


emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen Perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukakn
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.1.5.3 Tingkatan sikap


Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010).
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut .
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

28

2.1.5.4 Karakteristik sikap


Ciri atau karakteristik dasar dari sikap menurut Brigham. yaitu (Dayakisni
dan Hudiah, 2009):
1. Sikap disimpulkan dari car-cara individu bertingkah laku
2. Sikap ditunjukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal
ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu
mengkategorikan objek target dimana sikap diarahkan.
3. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah
pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada
objek itu dengan suatu cara tertentu.
4. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubunganya dengan
objeknya.
2.1.5.5 Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri
individu (Azwar, 2009).
1.

Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian
dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang- ulang dan terus menerus, lama
kelamaan secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi

2.

terbentuknya sikap.
Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

29

Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, missal


dalam kehidupan masyarakat yang hidup dipedesaan, mereka akan mengikuti apa
yang diberikan oleh tokoh masyarakat.

3.

Pengaruh Kebudayaan
Dimana

kita

hidup

mempunyai

pengaruh

yang

besar

terhadap

pembentukan sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai


dengan kebudayaan yang ada didaerahnya.
4.

Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah
dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang.

5.

Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama


Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenkan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagaman serta ajar- ajarannya.

6.

Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentul mekanisme pertahanan ego.

30

Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih dan
bertahan lama.
2.1.5.6 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu
(Bimo Walgito, 2000; Dayakisni & Hudiah, 2009) :
1. Faktor internal (Individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi
dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau
ditolak.
2. Faktor eksternal yaitu keadaan- keadaan yang ada di luar individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
2.1.5.7 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu obyek. Skala Likert merupakan metode sederhana dibandingkan
dengan skala Thurstone. Cara pengukuran sikap menurut Hidayat (2007) :
1.
2.
3.
4.

Sangat tidak setuju : 0 25 %


Tidak setuju : 26 50 %
Setuju : 51 -75 %
Sangat setuju :76 100%
2.1.6 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang IVA dengan Motivasi
melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur
Pengetahuan adalah sesuat yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

31

melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Penginderan terjadi melalui


panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan sikap merupakan
respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).
Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi masih berupa persepi dan
kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya.
Sikap dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap
merupakan pendapat diungkapan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo,
2007).
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam mencapai tujuan
tertentu (Uno, 2007).
Pemeriksaan IVA merupakan salah satu metode deteksi dini kanker servik
yang aman, murah dan mampu laksana. Menurut Marmi (2013) IVA merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan melihat langsung (degan mata
telanjang) dengan larutan asam asetat 3-5% untuk deteksi dini kanker serviks.
Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi WUS untuk melakukan
pemeriksaan IVA karena dari tingkat pengetahuan seorang WUS tersebut kita bisa
menilai , apakah mereka tahu apa itu pemeriksaan IVA tapi mereka tidak mau

32

melaksanakan pemeriksaan tersebut karena mereka takut dengan hasil atau karena
mereka memang tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA sehingga mereka
tidak pernah ikut serta dalam pemeriksaan IVA. Maka dari itu pengetahuan dan
sikap WUS dapat mempengaruhi pemeriksaan IVA. Selain pengetahuan dan sikap
dapat mempengaruhi pemeriksaan IVA motivasi juga dapat mempengaruhi WUS
dalam melakukan pemeriksaan IVA, jika pengetahuan dan sikapnya baik tatapi
tidak ada dorongan atau motivasi dari diri sendiri maka pemeriksaan IVA juga
tidak akan dilakukan oleh WUS tersebut. Maka pengetahuan,sikap dan motivasi
sangat mempengaruhi WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA tersebut.

33

2.2

Kerangka Konsep
Dari tinjauan pustaka dapat dirumuskan kerangka konsep seperti gambar

dibawah ini :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
IVA pada WUS

Faktor Internal :
1. Pengetahuan
2. Sikap
`

Faktor Eksternal :
1. Dorongan keluarga
2. Lingkungan

Pemeriksaan IVA pada


WUS

Faktor- faktor yang mendorong WUS dalam


pemeriksaan IVA:
1. Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA
dan tempat pelayanan IVA
2. Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan
IVA
3. Faktor aksebilitas yang mendorong pemeriksaan
IVA dan tempat pelayanan IVA adalah faktor
kemudahan sarana transportasi
4. Faktor dan keunggulan IVA yang murah
sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
5. Pelayanan IVA di dukung pemberian informasi
yang memadai
6. Hubungan interpersonal yang baik antara
petugas dengan WUS
34

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1
Kerangka konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang IVA
dengan Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di Br.
Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan
2.3

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka
hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Sugiyono, 2009).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan sikap
tentang IVA dengan Motivasi melakukan pemeriksaan IVA pada wanita usia subur
di Br. Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah korelasional. Ciri penelitian
korelasional bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Peneliti dapat
mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori
yang ada (Nursalam, 2013).
Model pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu
pendekatan yang menggunakan cara observasi atau pengumpulan data sekali saja
35

dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subyek pada saat penelitian


(Nursalam, 2013). Data pada penelitian ini dikumpulkan sekali saja dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada responden.
Desain penelitian dapat digambarkan seperti gambar 2

Independent Variabel
Pengetahuan dan Sikap

Uji Hubungan

Interpretasi
makna / arti

Dependent Variabel
Pemeriksaan IVA

Gambar 2
Desain penelitian Korelasional

3.1.1 Kerangka kerja


Kerangka kerja penelitian dapat dilihat pada gambar 3
Populasi
Seluruh wanita usia subur yang ada di Banjar Dakdakan Abiantuwung Kediri
Tabanan sebanyak 192 orang
Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi

Sampling
Non Probability Sampling dengan teknik Purposive Sampling

Sampel
Menggunakan sampel sebanyak 67 sampel

36

Teknik pengumpulan data


Variabel bebas:
Pengetahuan dan
sikap

Variabel terikat: Motivasi


melakukan pemeriksaan
IVA menggunakan kuisioner
yang telah dilakukan uji
validitas

Deskripsi hasil

Deskripsi hasil

Analisa data menggunakan uji statistik


Spearman Rank dengan tingkat kesalahan
() sebesar 5%

Penyajian data

Gambar 3. Kerangka Kerja Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang IVA dengan
Motivasi melakukan Pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan di Banjar Dakdakan
Abiantuwung. Penelitian ini akan diadakan pada bulan Mei sampai Juli 2016.
Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal bulan Mei sampai Juni
2016.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS yang tinggal
di Br. Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan sebanyak 192 orang.
3.3.2 Teknik pengambilan sampel

37

Teknik sampling

adalah

proses menyeleksi populasi untuk dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2011). Teknik sampling dalam penelitian
ini adalah non probability sampling dengan jenis Purposive Sampling yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2013).
1. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk bisa mewakili
populasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah WUS
yang ada di Br. Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan yang memenuhi kriteria
inklusi. kriteria sampel sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam 2011). Dalam
penelitian ini yang termasuk kriterian inklusi adalah:
a. Wanita yang masih mengalami siklus menstruasi
b. Wanita yang bisa membaca dan menulis
c. Wanita yang berusia 18-50 tahun
d. Tinggal di Br. Dakdakan Abiantuwung
e. Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi

38

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang


tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2011). yang termasuk kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah :
a. Wanita yang tidak sedang berada di tempat penelitian
b. Wanita yang belum pernah berhubungan seksual
2. Besar sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Setiadi (2007) sebagai berikut :
n=

N. P (1 P)
(N 1) D2 + P(1 P)

192 . 0,5 (1 0,5)


(192 1) 0,052 + 0,5(1 0,5)

96 . 0, 5
0,47 + 0,25

48
0,72

= 66,6 = 67 orang
Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 67 sampel.
Keterangan :
n = besar sampel
N = Jumlah populasi
D = derajat ketepatan yang digunakan (0,05)
P = Probabilitas menjadi sampel (0,5)

39

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


3.4.1 Variabel
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009).
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel independent adalah suatu kegiatan yang dimanipulasi oleh
peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2008).
Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008). Pada
penelitian ini variabel terikatnya adalah Moivasi melakukan pemeriksaan IVA
pada WUS.
3.4.2 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Nursalam, 2008). Definisi
operasional penelitian sebagai berikut :

Tabel 1
Hubungan pengetahuan dan sikap tentang IVA dengan Motivasi melakukan
pemeriksaan IVA pada wanita usia subur di Br. Dakdakan Abiantuwung Kediri
Tabanan

40

Variabel

Definisi

Alat pengumpulan

Skala

Skor

1
Variabel bebas :

Operasional
2
Pengetahuan ibu-

data
3
Angket

4
Ordinal

5
1.

Pengetahuan

ibu atau wanita

B= 1

(76-100%)

usia subur tentang

S= 0

2.

deteksi

dini

kanker

servik

Baik

Cukup

(56-75%)
3.

melalui

Kurang

(<55%)

pemeriksaan IVA,
meliputi:
pengertian,
tujuan,

manfaat,

keuntungan,
Sikap

sasaran, dan hasil


Sikap:
keadaan
dan

mental

saraf

Ordinal

1.

Sangat setuju

(76-100%)

dari

kesiapan
diatur

Angket

2.

yang

Setuju

(51-75%)

melalui

3.

Kurang setuju

pengalaman yang

(26-50%)

memberikan

4.

pengaruh dinamik

(0-25%)

atau

terarah

terhadap

respon

individu

pada

semua objek dan


situasi

dengan

pemeriksaan IVA

41

Tidak Setuju

yang

dinilai

dengan angket
Variabel Terikat:

Dorongan

baik

Angket

Nominal

Motivasi

yang berasal dari

(76-100%)

dalam

2.

diri

1.

Tinggi

Sedang

individu

(56-75%)

(Instrinsik)

3.

maupun dari luar

(<55%)

Rendah

(Ekstrinsik) yang
menggerakan dan
mengarahkan
sikap

untuk

melakukan
Pemeriksaan IVA

pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA

Angket

merupakan
pemeriksaan leher
rahim

(serviks)

dengan

melihat

langsung (dengan
mata

telanjang)

leher

rahim

setelah
leher
dengan

memulas
rahim
larutan

asam asetat 3-5%.

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

42

Nominal

1.
2.

Periksa
Tidak Periksa

3.5.1 Jenis data yang dikumpulkan


Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun
angka-angka. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer data
yang didapat langsung dari responden yaitu tentang pengetahuan dan sikap
tentang IVA dengan pemeriksaan IVA pada WUS dan data sekunder data yang
didapat dari dokumen yaitu jumlah wanita usia subur.

3.5.2 Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data
dalam penelitian (Hidayat, 2010). Pengumpulan data adalah suatu proses
pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2008).
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.

Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian yg dipersiapkan oleh institusi


Stikes Wira Medika PPNI Bali yang diajukan ke Dinas Perijinan dan

Penanaman Modal Provinsi Bali


2. Setelah surat ijin keluar dilanjutkan membawa surat injin ke Kesbag Pol
Linmas Kota Tabanan
3. Setelah surat ijin keluar dilanjutkan membawa surat ijin ke Dinas Kesehatan
4.

Kabupaten Tabanan
Setelah surat ijin keluar dilanjutkan membawa surat ijin kepada kepala
UPTD. Puskesmas Kediri 1 dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
serta memohon ijin untuk mencari sampel penelitian.

43

5. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti mengajukan surat ke kelian banjar


Dakdakan untuk mencari data jumlah WUS yang ada di banjar Dakdakan.
6. Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan 2 orang peneliti pendamping
untuk membantu menyebarkan lembar angket pada wanita usia subur yang ada
di br. Dakdakan Abiantuwung Kediri Tabanan, sebelumnya peneliti melakukan
penyamaan persepsi tentang teknik penelitian.
7. Dari data kelian banjar Dakdakan peneliti mengujungi rumah calon responden
untuk menjelaskan tujuan dan proses penelitian.
8. Memberikan lembar persetujuan, jika subjek bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan (informed concent) namun jika subjek
menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
haknya.
9. Membagikan kuesioner Hubungan Pengetahuan tentang IVA dengan
Hubungan Sikap tentang IVA, namun terlebih dahulu responden diberikan
penjelasan tentang pengisian kuesioner.
10. Pengumpulan dan menganalisa data
11. Penyajian Data
3.5.3 Instrumen pengumpulan data
Instrument adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk
memperoleh data ( Notoatmodjo, 2007 ). Instrumen atau alat pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan angket. Angket adalah pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket yang digunakan
dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
pemeriksaan IVA dan hubungan sikap dengan pemeriksaan IVA. Untuk mengukur
pengetahuan menggunakan skala Guttman, untuk mengukur sikap dan motivasi
melakukan pemeriksaan IVA menggunakan skala Likerts. Untuk pernyataan
hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan IVA sebanyak 12 pernyataan, pilihan

44

jawaban yang tersedia untuk pernyataan hubungan pengetahuan dengan


pemeriksaan IVA yaitu ya, dan tidak. dimana rentang skor yang ada pada
hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan IVA yaitu baik (76-100%), cukup
(56-75%), dan kurang (<55%), pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif
sebanyak 10 dengan no pernyataan (1,3,4,5,6,7,8,9,10 dan 12) dan pernyataan
negatif sebanyak 2 dengan no pernyataan (2 dan 11), jika pernyataan tersebut
positif maka jawaban iya mendapatkan skor satu dan jawaban tidak mendapatkan
skor nol sedangkan jika pernyataan tersebut negatif maka untuk jawaban ya
mendapatkan skor nol dan jawaban tidak mendapatkan skor satu.
Untuk pernyataan hubungan sikap dengan pemeriksaan IVA sebanyak 7
pernyataan, pilihan jawaban yang tersedia untuk pernyataan hubungan sikap
dengan pemeriksaan IVA yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak
setuju. Pernyataan hubungan sikap dengan pemeriksaan IVA

terdiri dari

pernyataan positif dan negatif, pernyataan positif sebanyak 5 dengan no


pernyataan (1,2,3,4 dan 5) untuk pernyataan negatif sebanyak 2 dengan no
pernyataan (6 dan 7), jika pernyataan tersebut positif maka jawaban sangat setuju
mendapatkan skor empat, jawaban setuju mendapatkan skor tiga, jawaban kurang
setuju mendapatkan skor dua dan jawaban tidak setuju mendapatkan skor satu,
begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif jika jawaban sangat setuju
mendapatkan skor satu, jawaban setuju mendapatkan skor dua, jawaban kurang
setuju mendapatkan skor tiga dan jawaban tidak setuju mendapatkan skor satu.
Dimana rentang skor yang ada pada pernyataan hubungan sikap dengan

45

pemeriksaan IVA yaitu sangat setuju (80-100%), setuju (79-60%), kurang setuju
(59-40%) dan tidak setuju (<40%).
Untuk pernyataan motivasi melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 8
pernyataan. Pilihan jawaban yang tersedia untuk pernyataan motivasi melakukan
pemeriksaan IVA yaitu ya dan tidak. Semua pernyataan di motivasi melakukan
pemeriksaan IVA adalah penyataan positif dengan no pernyataan (1,2,3,4,5,6,7
dan 8). Jika jawaban ya mendapatkan skor 1 dan jika jawaban tidak mendapatkan
skor 0 dimana rentang skor yang ada pada motivasi melakukan pemeriksaan IVA
yaitu tinggi (
Angket yang digunakan untuk mengukur hubungan pengetahuan dengan
pemeriksaan IVA, hubungan sikap dengan pemeriksaan IVA dan motivasi
melakukan pemeriksaan IVA peneliti mengambil dari angket yang sebelumnya
digunakan oleh Conny Putrie Novitasari (2009), dimana angket tersebut sudah
dilakukan uji validitas dan rehabilitas dengan hasil valid dan reliable. Pada
penelitian ini peneliti melakukan modifikasi / percobaan beberapa kalimat dari
angket yang peneliti ambil sehingga dahulu ketepannya sebagai alat ukur dengan
cara uji validitas dan rehabilitas. Uji coba instrument dilakukan pada 30 orang
yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel yaitu wanita usia
subur di banjar Abiantuwung Kediri Tabanan. Uji validitas instrumen dilakukan
uji korelasi dengan metode pearson produck moment (r) antara skor masing
masing pernyataan dengan skor totalnya. pernyataan dikatakan valid jika skor
pernyataan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Apabila r
hitung > r tabel, maka pernyataan dikatakan valid. Pernyataan yang tidak valid

46

dibuang dan pernyataan yang valid selanjutnya diuji reliabilitasnya (Hastono,


2007). Cara paling mudah dalam membaca hasil uji berdasarkan nilai signifikan
(p) yang dibandingkan dengan nilai =5%, nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa
item tersebut valid karena memiliki hubungan yang signifikan antara item dengan
jumlah skor total item. Uji coba validitas kuesioner dilakukan pada beberapa
responden. Uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang (Riwidikdo, 2009). Uji
reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Pengujian
secara eksternal dapat dilakukan dengan test retest (stability), equivalent dan
gabungan keduanya. Pengujian reliabilitas instrumen secara internal dapat
dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu (Riwidikdo, 2009). Djemari Mardapi (dalam Riwidikdo,
2009). Menyebutkan angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai
alpha minimal 0,7, sehingga untuk mengetahui sebuah angket dikatakan reliabel
atau tidak dapat dilihat dari besarnya nilai alpha instrumen.
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data merupakan suatu cara untuk memprediksi data dan
menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisa lebih lanjut dan
mendapatkan data yang siap untuk disajikan (Hidayat, 2010)
3.6.1 Teknik pengolahan data
Menurut Hidayat (2010), teknik pengolahan data terdiri dari berbagai
tahapan anatara lain :
1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.

47

2. Coding yaitu pengklasifikasi hasil kuesioner yang sudah ada menurut


jenisnya, dengan cara member tanda pada masing masing kolom dengan
kode berupa angka/huruf/symbol lainnya. Peneliti membuat daftar kode dan
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti kode tersebut.
3. Skoring merupakan kegiatan yang dilakukan dengan member skor berdasrkan
jawaban responden.
4. Tabulasi yaitu data yang diperoleh dikelompokkan dan diproses dengan
menggunakan master tabel menurut sifat dan katagorinya.
5. Entry yaitu upaya untuk memasukkan data kedalam media agar peneliti
mudah mencari bila diperlukan lagi. Data tersebut dimasukkan kedalam
flashdisk yang telah diolah dengan menggunakan computer.
3.6.2 Analisa data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Pada penelitian ini
untuk analisa data yang digunakan adalah :
1. Analisa univariat
Analisa

ini

bertujuan

untuk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan

karakteristik hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan IVA dan hubungan sikap


dengan pemeriksaan IVA di setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari variabel
variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel
(Prayitno, 2010).

48

2. Analisa bivariat
Uji analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa korelasi.
Analisis ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yaitu
keertan hubungan dua variabel, arah hubungan dan signifikan atau tidaknya
hubungan. Mengetahui keeratan hubungan antar variabel dapat dilihat pada
besarnya koefisiensi kolerasi, untuk mengetahui arah hubungan maka dapat dilihat
pada tanda koefisiensi korelasi yaitu positif dan negatif, jika postif berarti terdapat
hubungan yang positif atar variabel, jika negatif berarti hubungan antar variabel
hubungnya negative. Sedangkan untuk mengetahui hubungan kedua variabel
berarti atau tidak maka dilakukan pengujian signifikansi (Prayitno, 2009). Uji
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kolerasi Rank Spearman dengan
tingkat kesalahan () sebesar 5%.
3.7 Etika Penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut Hidayat (2009),
masalah etika yang harus diperhatikan anatara lain adalah sebagai berikut :
1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan dengan
tujuan agar responden menegrti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya.

Jika

responden

bersedia

49

diteliti

maka

responden

harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti


harus menghormati hak klien.
2. Anonymity (tanpa nama)
Memberikan jaminan mengenai kerahasian identitas responden penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil riset.

50

Anda mungkin juga menyukai