Anda di halaman 1dari 7

ESSAI

PENTINGNYA NILAI DAN MORAL PROFESI PERAWAT


SAAT MELAKUKAN PERAWATAN LUKA GANGREN
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Koordinator Mata Kuliah: Ns. Setyoadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom


Mata Kuliah Etika dan Hukum Keperawatan

Oleh:
Zaky Soewandi Ahmad
NIM. 156070300111004

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
PENTINGNYA NILAI DAN MORAL PROFESI PERAWAT SAAT MELAKUKAN
PERAWATAN LUKA GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

By: Zaky Soewandi Ahmad (156070300111004)

Paparan Masalah
Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan. Keberadaan
profesi perawat diatur dalam PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Bahkan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat merupakan tenaga
kesehatan dengan jumlah terbanyak yang berhubungan langsung dengan pasien. Perawat
sebagai tenaga kesehatan terbesar di Indonesia merupakan ujung tombak dalam
mencapai kesejahteraan manusia dalam hal ini yaitu pasien. Perawat sebagai profesi
yang pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar
manusia, terjadi proses interaksi yang saling mempengaruhi dan memberikan dampak
pada pasien tersebut (Range & Rotherham, 2010). Hal ini merupakan tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas yang memerlukan komitmen kuat dengan basis pada nilai
dan moral yang tinggi. Sehingga bagi seorang perawat sangat diperlukan kemampuan
untuk berinterkasi dengan masyarakat luas yang masih menjunjung tinggi nilai dan
moral. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri seorang
perawat yang baik sehingga tercipta peran perawat yang mampu menghargai nilai dan
moral yang dimiliki dari pasien tersebut (Shahriari et al., 2013).
Nilai-nilai adalah suatu aspek yang penting dalam mengambil keputusan karena
nilai-nilai mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang, maka penting bagi perawat
untuk menjadi sadar akan nilai-nilainya dan nilai-nilai orang lain yang terkait dalam
situasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menciptakan suasana dimana
nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan dari individu dihormati. Suasana dalam menciptakan
penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi penghargaan
akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak klien (Naden &
Eriksson, 2005). Asuhan keperawatan yang berkualitas harus terdapat didalamnya sikap
perawat yang menerima dan menghargai moral individu pasien. Dalam praktek
keperawatan harus diperhatikan moral individu baik dari moral pasien maupun moral
perawat sendiri. Sehingga prinsip-prinsip nilai dan moral harus diterapkan dalam asuhan
keperawatan dimana nilai-nilai pasien tersebut menjadi suatu pertimbangan dalam
melakukan asuhan keperawatan (Kim et al., 2002).
Dalam melakukan asuhan keperawatan gangren pada pasien diabetes mellitus
biasanya perawat menggunakan masker untuk melindungi pasien dari bau yang tidak
sedap yang disebabkan penyakit gangren yang membusuk pada pasien diabetes mellitus.
Padahal penyakit gangren pada pasien DM bukan merupakan yang infeksius sehingga
tidak diperlukan masker. Bau pada penyakit gangren tersebut merupakan ciri khas.
Reaksi pada bau terkadang berlebihan yang terlihat pada reaksi non verbal perawat saat
merawat luka gangren (Roberson, Neil & Bryant, 2008). Reaksi non verbal adalah suatu
reaksi yang melputi gerakan wajah, sentuhan, gerakan tubuh, dan kualitas dari suara
(Martin et al., 2010). Memakai masker saat merawat luka gangren maupun reaksi
nonverbal merupakan melanggar nilai dan moral pada pasien. Kesulitan yang sering
dihadapi oleh perawat saat merawat luka gangren yaitu konflik nilai dan moral antara
pasien dan klien. Menurut penelitian Lindhal et al., (2010), mengemukakan bahwa
perawat berbicara tentang rasa untuk mual dan rasa tentang bau yang masih menyengat
di hidung setelah perawatan luka gangren. Perawat melaporkan kekhawatiran pada
pasien tentang sensitivitas pada ekspresi wajah perawat saat merawat luka. Oleh karena
itu perawat harus mengindentifikasi sumber dari bau sambil menjaga hubungan
interpersonal pasien yang selalu terisolasi dan malu akan luka mereka. Perawat harus
ESSAI ZAKY

mengatasi reaksi fisik akan bau yang menyegat dari gangren dengan menunjukkan sikap
profesionalisme (Morris, 2008).
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa pasien dengan penyakit gangren
yang kronis menyebabkan masalah meliputi nyeri, luka merembes, dan bau yang
berdampak besar pada kualitas hidup pasien (Spilsbury et al., 2007). Bau yang menyegat
dari luka gangren dapat memicu reflek rasa ingin muntah yang menyebabkan pasien
stress dan tidak nyaman (Draper, 2005). Bagi perawat, kedekatan fisik dengan pasien
dapat dianalogikan seperti menakutkan dan hampir mengancam karena bau dari luka
gangren tersebut. Menurut penelitian Lindhal et al., (2010) menemukan bahwa merawat
pasien dengan bau yang disertai luka gangren yang merembes tidak hanya bertahan dari
luka pasien namun juga kepasrahan dari perawat tersebut. Oleh karena dari
permasalahan mengenai nilai dan moral tentang pemakaian masker dan reaksi nonverbal
pada saat merawat luka gangren tersebut baik dari perspektif pasien dan perawat belum
dilakukan dengan baik. Di sisi lain pasien sudah malu akan penyakitnya yang berbau
dan merembes sehingga terisolasi dari komunitas sekitar, belum lagi dari reaksi
nonverbal dan pemakaian masker oleh perawat yang membuat pasien lebih tersiksa
sehingga nilai dan moral pasien yang menyebabkan keputusasaan. Sehingga diperlukan
suatu komunikasi untuk menjembatani kesenjangan nilai dan moral antara pasien dan
perawat. Komunikasi tersebut sangat penting bila memang harus memakai masker
sehingga tidak terjadi kesenjangan nilai dan norma pasien dan pasien merasa nyaman
dan tidak perlu malu akan luka berbau yang dideritanya dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dapat dilakukan dengan baik. Dari paparan masalah di atas
bahwa betapa pentingnya nilai dan norma yang harus dihormati dan dihargai dari kedua
belah pihak baik dari pasien dan perawat, maka penulis ingin menganalisis lebih lanjut
tentang pentingnya nilai dan moral bagi profesi perawat sendiri khususnya untuk
menjadi suatu landasan bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
Pembahasan
Nilai (value) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap
suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai
merupakan pandangan dan evaluasi individu atau masyarakat terhadap apa yang baik
dan diinginkan ataukah sesuatu itu tidak baik dan tidak diinginkan (Rich & Butts,
2010). Nilai dalam keperawatan meliputi penilaian apa yang penting dari keduanya baik
dari profesi dan perawat secara personal yang sama pentingnya untuk pasien. Nilai dari
perawat harus menuntun pada penalaran moral dan tindakan walaupun orang lain
melawan keyakinan perawat. Nilai profesional melengkapi penalaran moral.
Sedangkan menurut Shahriari et al., (2013) bahwa nilai terbentuk dari latar
belakang budaya, suku bangsa, tradisi sosial dan nilai yang dipegang oleh keluarga dan
agama. Nilai memimpin prioritas hidup manusia dan bentuk dari dunia yang kita
tinggali. Nilai berperan sebagai salah satu dasar hidup manusia. Oleh karena itu, nilai
merupakan suatu komponen dari komunitas yang hasilnya adalah profesi keperawatan.
Nilai profesi keperawatan tidak diperoleh secara langsung namun melalui sebuah proses
yang diperoleh melalui informasi dan lingkungan sekitar dan budaya. Untuk memahami
perbedaan nilai nilai kehidupan itu tergantung pada situasi dan kondisi dimana meraka
tumbuh dan berkembang.
Menurut Wright dalam Jormsri et al., (2005) bahwa nilai dipengaruhi pilihan etik
menjadi 3 bagian yaitu: (1) kerangka nilai dari masalah dan sudut pandang masyarakat
tentang masalah nilai, (2) alternatif pemecahan nilai bahwa pertimbangan manusia
sebagai sebuah tindakan yang bisa dilakukan, (3) nilai keputusan langsung merupakan
ESSAI ZAKY

pemecahan suatu permasalahan. Sedangkan menurut Shahriari et al., (2013) bahwa


terdapat 10 komponen dalam nilai yaitu; (1) Human dignity (martabat manusia) adalah
menghormati dari individu pasien meliputi kepribadian, keluarganya, dan lingkungan
merupakan hal terpenting dalam nilai keperawatan, (2) Social Justice (keadilan sosial)
merupakan persamaan dalam mendapatkan akses kesehatan dan diperlakukan sama baik
dari status ekonomi, sosial, dan status budaya, (3) Altruism artinya adalah perawat
berperan dalam memberikan bantuan kepada klien, bersedia menghormati dan
menghargai dalam usaha mendapatkan kesehatannya kembali, (4) Autonomi dalam
pengambilan keputusan artinya perawat berperan dalam pengambilan keputusan , baik
dalam menerima ataupun menolak suatu tindakan, intervensi dan perawatan. Sehingga
perawat dapat membantu pasien mendapatkan haknya dalam menerima informasi
tentang diagnosa, pengobatan, dan pencegahan dalam pengambilan keputusan yang
tidak tepat, (5) Precision and accuracy in caring merupakan keahlian klinisi dan
pengetahuan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien, meningkatkan kesehatan
mereka dan meredakan dari rasa nyeri dan penderitaan, (6) Responsibilty berkaitan
dengan komitmen, tanggung jawab pemenuhan hak pasien, dan menghormati keputusan
pasien, (7) Human relationship meliputi asuhan keperawatan termasuk tindakan efektif
dalam suatu hubungan yang berdasar saling menghormati dan memahami, (8) Individual
and profesional competency merupakan erat kaitannya dengan keperawatan sebagai
suatu profesi yang profesional dan berkompeten sehingga keperawatan dapat tumbuh
dan berkembang, (9) Sympathy merupakan erat kaitannya dengan memahami pasien dan
kebutuhan keluarganya dan memberikan perawatan berdasar komunikasi yang adil, (10)
Trust erat kaitannya dengan kejujuran dalam perkataan dan perbuatan.
Bila nilai adalah berpegangan pada sikap atau perilaku seseorang, maka moral
merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Penalaran moral menyinggung
untuk membuat keputusan tentang bagaimana manusia harus bertindak (Rich & Butts,
2010). Penalaran moral dideskripsikan oleh Aristotle dalam Broadie (2002) bahwa
penalaran moral bisa disebut dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan berfokus pada
pencapaian yang baik, dengan cara mengetahui bagaimana harus bertindak dalam situasi
tertentu, melakukan pertimbangan yang mendalam, dan mempunyai watak yang
konsisten dan karakter yang bagus. Sehingga penalaran moral meliputi pengetahuan
what is what namun juga bertransformasi bahwa pengetahuan mengarah kepada
pemilihan keputusan yang tepat. Pertimbangan, penilaian, dan keputusan adalah langkah
menuju perubahan dalam pengetahuan menuju suatu tindakan (Broadie dalam Rich &
Butts, 2010).
Menurut Jormsri et al., (2005) mengatakan bahwa kompetensi moral meliputi 3
moral yaitu moral perception sebagai bentuk dari sifat afektif yang memberikan
kesadaran akan nilai dan ekspresi dari nilai berdasar komunikasi yang sama; moral
judgement merupakan bentuk kognitif yang meminta dari pilihan individu yang
memerlukan alasan yang logis dan berpikir kritis; moral behaviour merupakan tindakan
yang tegas dari pilihan individu tersebut. Pada saat ini dapat dijawab dengan single
kerangka kerja moral itu cukup mewakili morality semua individu di semua budaya.
Indikator dari keranga kerja kompetensi moral dalam praktik keperawatan menurut
Jormsri et al., (2005) meliputi (1) loving kindness adalah ekpresi manusia dari bergbagai
karakater, (2) compassion adalah rasa kasihan/iba terhadap penderitaan oranglain secara
afektif dan membebaskan dari rasa penderitaan dan nyeri, (3) Sympathetic joy adalah
suatu perasaan bahagia saat melihat orang bahagia saat orang lain berhasil memberikan
bantuan dan dukungan kepada meraka yang bertahan dari penderitaan mereka, (4)
equanimity adalah menerima mereka apaadanya dengan segala kebaikan dan keburukan
yang dimiliki, (5) responsibility dalam profesi perawat adalah perawat harus
ESSAI ZAKY

bertanggung jawab kepada pasien sebagai klien, (6) discipline adalah perawat harus
lebih berhati-hati dalam menata kehidupan mereka untuk perkembangan personal.
Mereka dapat mengontrol diri mereka dengan membantu daripada mengeksploitasi
tindakan mereka, (7) honesty berfokus pada menghargai manusia dengan memegang
kebenaran, menghindari penipuan dan berusaha keras berbuat baik kepada oranglain, (8)
respect for human values, dignity and rights, adalah melihat manusia sebagai tetangga
dan penduduk dari dunia dan berpikir mereka bahwa meraka sama dan unik.
Dari teori mendasar tentang nilai dan moral, bahwa dapat ditarik suatu kerangka
kompetensi moral yaitu:

Kompetensi Moral dalam Praktik Keperawatan (Jormsri et al., 2005)


Dari teori nilai dan moral diatas, bahwa perawat harus bekerja secara profesional
dengan berbagai kompeten yang harus dicapai dengan bekerja berdekatan bersama-sama
dan perawat mendapat dukungan dan konfirmasi yang mereka butuhkan untuk mencapai
tujuan yang baik dan menjadi perawat yang baik. Bekerja disektor perawatan luka
dengan bau yang menyengat memang membuat perawat stress namun sikap perawat
yang menunjukka sifat stress itu harus dihindari demi kebaikan pasien tersebut (Lindhal
et al., 2010). Sehingga tidak ada lagi pelanggaran nilai dan moral terhadap pasien
maupun perawat sendiri dengan bekerja secara profesional dengan komunikasi yang
tetap terjaga sehingga perawat dapat memberikan perawatan dengan baik pada pasien
penyakit gangren yang berbau sambil perawat berpikir sebagai perawat yang baik.
Perawat harus menghindari reaksi nonverbal saat melakukan perawatan luka
yang berbau. Reaksi nonverbal tersebut ada 2 macam yaitu pola reaksi fisik meliputi
menyengir, memalingkan muka, bersikap jijik, menyilangkan lengan, dan diam saja dan
yang keduayaitu psikososial nonverbal meliputi perawat tidak mau bertatapan dengan
pasien, tidak senyum atau ramah terhadap pasien (Baker, G. W., 2012). Reaksi fisik dan
psikososial non verbal terhadap pasien dapat melanggar etika perawat kepada pasien.
Bahwa menurut kode etik keperawatan PPNI dalam sub hubungan perawat dan pasien
yaitu bahwa perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta
kedudukan social. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
ESSAI ZAKY

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien. Sehingga apabila perawat memahami dan
melaksanakan tentang kode etik keperawatan maka tidak akan ada lagi penyimpangan
nilai dan moral antara pasien dan perawat.
Kesimpulan
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat rentan pada suatu konflik nilai dan
moral karena perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien daripada tenaga kesahatan
lain. Untuk dapat melakukan perawatan yang terbaik pada pasien, perawat harus bekerja
profesional dengan disertai moral kompeten meliputi yang diutarakan oleh Jormsri et al.,
(2005) yaitu loving kindness, compassion, sympathetic joy, equanimity, responsibility,
discipline, honesty, respect for human dignity, values and rights. Intinya perawat
haruslah menghargai martabat pasiennya dengan memberikan pelayanan keperawatan
yang berkualitas sesuai kode etik keperawatan PPNI sehingga konflik-konflik nilai dan
moral tidak akan terjadi
Saran
Saat ini banyak perawat yang mengabaikan etika kepada pasien. Apalagi perawatperawat muda saat ini sudah hilang rasa kepekaan terhadap nilai dan moral pasien.
Orientasi perawat saat ini hanyalah mencapai materi sebanyak-banyaknya sehingga etika
tersebut terabaikan. Perawat saat ini sudah mulai adanya kemerosotan atau penurunan
kualitas dari segi pelayanan. Padahal perawat justru yang ditonjolkan adalah pelayanan
caring ini yang membedakan dengan profesi lain. Padahal perawat adalah profesi yang
paling banyak dan lama berinterkasi dengan pasien. Perawat sendiri sekarang kurang
meng-update ilmu pengetahuan melalui jurnal-jurnal terbaru tentang keperawatan
sehingga materi-materi konvensional yang masih mereka lakukan sehingga keperawatan
tidak berkembang.

Reference
Baker, G. W. (2012). Nursing students' nonverbal reactions to malodor in wound care
simulation (Order No. 3550191). Available from ProQuest Dissertations & Theses Full
ESSAI ZAKY

Text: The Humanities and Social Sciences Collection. (1285527498). Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1285527498?accountid=25704
Broadie (2002). Comparison of sales people in multiple vs single level direct selling. Journal
of Selling and Management, Volume XXII, number 2, 67-75
Draper C. (2005). The management of malodour and exudate in fungating wounds. Br J
Nurs; 14(11S): S4S12.
Jormsri, P., Kunaviktikul, W., Ketefian, S., & Chaowalit, A. (2005). Moral competence in
nursing practice. Nurs Ethics 14. doi: 10.1191/0969733005ne828oa
Kim, Y. S., Park, J. W., Jung Son, Y., & Suk Han, S. (2002). Nurse managers moral self
concept and ethical sensitivity. Journal of Korean Academy of Nursing, 32, 7.
Lindahl, E., Gilje, F., Norberg, A., & Sderberg, A. (2010). Nurses' ethical reflections on
caring for people with malodorous exuding ulcers. Nursing Ethics, 17(6), 777-90.
doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733010379181
Martin, A., O'Connor-Fenelon, M., & Lyons, R. (2010). Non-verbal communication between
nurses and people with intellectual disability: A review of the literature. Journal of
Intellectual Disabilities, 14(4), 303-314.
Nden, D., & Eriksson, K. (2004). Understanding the importance of values and moral
attitudes in nursing care in preserving human dignity. Nursing Science Quarterly, 17(1),
86-91.
Range, L. M., & Rotherham, A. L. (2010). Moral distress among nursing and non-nursing
students. Nursing
Ethics, 17(2),
225-32.
doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733009352071
Rich and Butts, (2010). Foundation of Ethical Nursing Practice. Joane and Barnett Learning :
LCC
Roberson, D. W., Neil, J. A., & Bryant, E. T. (2008). Improving wound care simulation with
the addition of odor: A descriptive, quasi-experimental study. OstomyWound
Management, 54(8), 36-43.
Shahriari, M., Mohammadi, E., Abbaszadeh, A., & Bahrami, M. (2013). Nursing ethical
values and definitions:A literature review. Iranian Journal of Nursing and Midwifery
Research, 8(1).
Snellman, I., & Gedda, K. M. (2012). The value ground of nursing. Nursing Ethics, 19(6),
714-26. doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733011420195
Spilsbury K., Nelson A., Cullum N., Iglesias C., Nixon J., and Mason S. (2007). Pressure
ulcers and their treatment and effects on quality of life: hospital inpatient perspectives.
J Adv Nurs 57, 494504.

ESSAI ZAKY

Anda mungkin juga menyukai