Anda di halaman 1dari 107

KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES

DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI


(Kasus : PT. Panca Jaya Raharja)

Oleh :
FRANSISKA EKA DAMAYATI
A14105543

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
FRANSISKA EKA DAMAYATI. Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu Dan
Molases Di Kecamatan Cicurug Sukabumi (Kasus PT Panca Jaya Raharja)
di bawah bimbingan RITA NURMALINA.
Sektor industri dan transportasi merupakan sektor yang menggunakan
energi untuk menjalankan aktivitasnya. Seiring berjalannya waktu, kedua sektor
ini terus mengalami perkembangan. Di sisi lain, perkembangan sektor industri dan
transportasi memberikan dampak yang negatif atau buruk bagi lingkungan. Sisa
pembakaran dari kedua aktivitas tersebut telah membuat sebagian lingkungan
menjadi tercemar oleh polutan yang dihasilkan. Polutan ini timbul karena proses
pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan polutan semakin hari terus
terakumulasi di atmosfer sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia.
Bapedalda Jawa Barat menemukan bahwa konsentrasi hidrokarbon di
atmosfer mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999 : 0,24 ppm), NOx mencapai
0,076 ppm (baku mutu : 0,05 ppm) dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu :
150 mg/m3). Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu
konsekuensi yang terjadi akibat pembakaran yang kurang sempurna dari aktivitas
transportasi. Hal ini dapat diketahui dengan terhentinya pendinginan udara di
belahan bumi bagian Utara sehingga suhu di bumi menjadi meningkat. Fenomena
ini menyebabkan sebagian es di kutub Utara dan kutub Selatan mencair sehingga
menenggelamkan beberapa daratan.
Pemanasan global (global warming) merupakan masalah yang harus
ditanggapi dan diselesaikan karena terkait dengan keberlangsungan hidup generasi
berikutnya. Dengan mengetahui begitu besar dampak yang timbul maka salah satu
upaya yang dapat dilakukan supaya pencemaran udara dapat ditekan adalah
penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Bioetanol merupakan inovasi baru dalam mengurangi emisi gas buang
kendaraan bermotor. Pemerintah melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang
penggunaan bahan bakar nabati, turut ambil bagian dalam usaha mengurangi
emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini memberikan respon yang positif dari
masyarakat yang terlihat dengan adanya peningkatan konsumsi bioetanol sebesar
40.000 kilo liter pada tahun 2007. Hal ini akan meningkat seiring dengan
menipisnya cadangan bahan bakar minyak (BBM) dan dapat menjadi peluang
usaha baru yang dapat dikembangkan.
PT Panca Jaya Raharja adalah salah satu perusahaan agribisnis yang peka
terhadap kondisi ini. Melihat begitu besar peluang usaha bioetanol maka hal ini
mendorong PT PJR untuk mengembangkan usaha bioetanol. Bioetanol yang akan
dihasilkan direncanakan berasal dari ubi kayu dan molases (tetes tebu). Rencana
pengembangan usaha bioetanol memerlukan perencanaan yang matang karena
pengembangan usaha bioetanol membutuhkan modal yang relatif besar sehingga
memerlukan suatu analisis kelayakan usaha.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan aspek pasar,
teknis, manajemen, sosial dan lingkungan dari usaha bioetanol ubi kayu dan
molases. (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha bioetanol ubi kayu
dan molases. (3) Menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan
anilisis switching value dari usaha bioetanol ubi kayu dan molases.

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan


usaha bioetanol ubi kayu dan molases, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen,
sosial, lingkungan dan finansial. Aspek finansial yang dianalisis meliputi : Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period
(PbP) dan analisis switching value.
Berdasarkan analisis aspek pasar, bahwa permintaan dan potensi pasar dari
bioetanol di PT PJR dalam kondisi yang baik dan menguntungkan bagi usaha
bioetanol. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan bioetanol melebihi
kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa letak atau
lokasi dari usaha ini sangat strategis karena didukung dengan sarana dan prasarana
yang menunjang, terutama sarana transportasi yang memadai. Selain itu,
ketersediaan bahan baku yang melimpah dan tenaga kerja yang memadai. PT PJR
memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam
pengorganisasian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis
aspek sosial dan lingkungan, bahwa usaha ini telah membawa dampak yang
positif bagi lingkungan masyarakat, terutama dalam penyerapan tenaga kerja yang
masih menganggur.
Berdasarkan hasil analisis aspek finansial dapat diketahui bahwa usaha
bioetanol ubi kayu dan molasses layak untuk dijalankan. Pada usaha bioetanol ubi
kayu diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.361.603.236,32; IRR sebesar 29 persen;
Net B/C sebesar 1,89 serta Pay back Period sebesar 3,22 tahun. Pada usaha
bioetanol molasses diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.789.625.504,77; IRR
sebesar 79 persen; Net B/C sebesar 4,46 serta Pay Back Period sebesar 1,26
tahun. Jika dilakukan perbandingan maka uasaha bioetanol molasses akan lebih
layak untuk direkomendasi dalam pengembangan usaha karena nilai yang
diperoleh pada usaha tersebut lebih besar dibanding uasaha bioetanol ubi kayu.
Analisis switching value dilakukan dengan menganalisis perubahan dua
variabel, yaitu kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume produksi. Pada
usaha bioetanol ubi kayu layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga ubi
kayu sebesar 53,54 persen serta penurunan produki sebesar 20,88 persen. Pada
usaha bioetanol molasses layak untuk dilaksanakan sampai kenaikan harga
molases sebesar 64,54 persen serta penurunan volume produksi sebesar 33,56
persen. Dari hasil analisis switching value dapat diketahui bahwa usaha bioetanol
ubi kayu lebih peka terhadap variabel perubahan dibandingkan dengan usaha
bioetanol molases..

KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES


DI KECAMATAN CICURUG SUKABUMI
(Kasus : PT Panca Jaya Raharja)

Oleh
FRANSISKA EKA DAMAYATI
A14105543

Skripsi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul Skripsi : Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di


Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja)
Nama

: Fransiska Eka Damayati

NRP

: A14105543

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS


NIP. 131 685 542

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131124019

Tanggal lulus :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL


KELAYAKAN USAHA BIOETANOL UBI KAYU DAN MOLASES DI
KECAMATAN CICURUG (KASUS : PT PANCA JAYA RAHARJA) BENAR
BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, November 2008

FRANSISKA EKA DAMAYATI


A14105543

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 16 Juli 1984 dari pasangan


Leonardo Sumarto dan Martina Sukaryani. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak kanak Xaverius
Pringsewu pada tahun 1988. Pendidikan sekolah dasar di SD Xaverius Pringsewu
pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah
pertama dilalui di SLTP Xaverius Pringsewu pada tahun 1996 sampai dengan
tahun 1999. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU
Xaverius Pringsewu. Pada tahun 2002 penulis diterima di Program Studi
Teknologi Industri Pakan, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi
di program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis selama kuliah menjadi tenaga pengajar (les privat) bidang studi
matematika. Selain itu, penulis aktif pada kelompok Paduan Suara St. Raphael
BMV Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang berjudul Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases
di Kecamatan Cicurug (Kasus : PT Panca Jaya Raharja) berisikan mengenai
kriteria yang mendukung layak atau tidaknya proyek untuk dilaksanakan. Skripsi
ini memuat serangkaian aspek aspek penunjang kelayakan, seperti aspek pasar,
teknis, manajemen, sosial dan finansial.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Bogor, November 2008

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa karena
segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah
memberikan dukungan moril maupun materil, dorongan semangat, bimbingan,
sumbangan pemikiran dan lain lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama yang telah
memberi masukan dan saran.
3. Tintin Sarianti, SP MM sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan
yang telah memberi masukan dan saran.
4. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang
telah memberi masukan dan arahan dalam penulisan proposal penelitian.
5. Bapak Soekaeni, SE yang telah memberikan informasi mengenai kondisi
di lapangan.
6. Siti Ade Fatimah selaku pembahas pada saat seminar hasil penelitian yang
telah memberi saran dan kritik dalam penyempurnaan hasil penelitian.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
8. Teman teman TIP : Cici, Nova, Nde, Wawan, Jaman, Yoga dan Mas
Zayin yang selalu memberi motivasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman teman seperjuangan di Ekstensi MAB : Ubay, Arif, Restu, Heda,


Maria, Mba Wilis, Eva, Frida.
10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..........................................................................................


DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xii
xiv
xv

I. PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................

1
1
7
8
9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................


2.1 Ubi Kayu dan Molases ...........................................................................
2.2 Bioetanol Sebagai Bahan Bakar.............................................................
2.3 Penelitian Terdahulu ..............................................................................
2.4 Evaluasi Penelitian Terdahulu................................................................

10
10
12
15
18

III. KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................


3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................
3.1.1 Studi Kalayakan Proyek .................................................................
3.1.2 Analisis Kelayakan Finansial .........................................................
3.1.3 Biaya dan Manfaat .........................................................................
3.1.4 Analisis Switching Value ...............................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................................

19
19
19
23
25
27
27

IV. METODE PENELITIAN........................................................................


4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................
4.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
4.3.1 Analisis Aspek Pasar.....................................................................
4.3.2 Analisis Aspek Teknis ..................................................................
4.3.3 Analisis Aspek Sosial....................................................................
4.3.4 Analisis Aspek Manajemen...........................................................
4.3.5 Analisis Aspek Finansial...............................................................
4.3.5.1 Net Present Value (NPV) ..................................................
4.3.5.2 Internal Rate of Return (IRR) ...........................................
4.3.5.3 Net B/C..............................................................................
4.3.5.4 Pay Back Period (PbP) .....................................................
4.3.6 Analisis Switching Value...............................................................
4.3.7 Asumsi Dasar ................................................................................

30
30
30
30
31
31
31
32
32
32
33
34
35
35
36

V. GAMBARAN UMUM PT PANCA JAYA RAHARJA .........................

39

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, ASPEK PASAR,


ASPEK MANAJEMEN, ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI .............
Aspek Teknis..............................................................................................
Sumberdaya Produksi ................................................................................
Fasilitas Produksi .......................................................................................
Teknik Produksi .........................................................................................
Aspek Pasar ................................................................................................
Aspek Manajemen......................................................................................
Aspek Sosial dan Lingkungan....................................................................

42
42
42
43
44
46
49
50

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL .............................................


7.1 Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) ...............
7.1.1 Arus Manfaat (Inflow)..................................................................
7.1.2 Arus Biaya (Outflow) ...................................................................
7.1.2.1 Biaya Investasi .................................................................
7.1.2.2 Biaya Operasional ............................................................
7.1.3 Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Ubi Kayu.........................
7.2 Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) ................
7.2.1 Arus Manfaat (Inflow)..................................................................
7.2.2 Arus Biaya (Outflow) ...................................................................
7.2.2.1 Biaya Investasi .................................................................
7.2.2.2 Biaya Operasional ............................................................
7.2.3 Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases ...........................
7.3 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Bioetanol
Kedua Skenario ....................................................................................
7.4 Analisis Switching Value.......................................................................
7.4.1 Analisis Switching Value Pada Usaha Bioetanol Ubi Kayu
(Skenario I)..................................................................................
7.4.2 Analisis Switching Value Pada Usaha Bioetanol Molases
(Skenario II) ................................................................................
7.5 Perbandingan Analisis Switching Value dari Kedua Skenario..............

52
52
52
53
54
55
58
59
59
61
61
62
64

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................


8.1 Kesimpulan ...........................................................................................
8.2 Saran......................................................................................................

70
70
71

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


LAMPIRAN....................................................................................................

72
73

65
66
66
67
68

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Komposisi Gas-gas di Atmosfer (%) .........................................................

2. Jumlah Emisi Gas Buang Kendaraan Buang Kendaraan Bermotor di


Indonesia Menurut Jenis Kendaraan Pada Tahun 2004 2006 (ton
per tahun) ...................................................................................................

3. Dampak Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Manusia ..............................

4. Proyeksi Penggunaan Bioetanol pada Tahun 2006 2010 (juta kilo


liter) ............................................................................................................

5. Potensi Beberapa Biomassa Sebagai Bahan Baku Etanol..........................

6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2000 2006 .......

10

7. Sifat Kimia Ubi Kayu dan Tepung Ubi Kayu (%).....................................

11

8. Perkembangan Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun 2000 2008 .........

12

9. Data Pengujian, Konsumsi, BBM dan Uji Tenaga pada gasohol E-10 .....

47

10. Hasil Uji Emisi Dalam Penggunaan Gasohol E-10 Dibandingkan


Dengan Premium Menggunakan Metode Uji NN-ECE 83-04
(EURO-2) ...................................................................................................

48

11. Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Ubi Kayu ...........................................

53

12. Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Ubi Kayu..................................

54

13. Rincian Biaya Tetap Usaha Bioetanol Ubi Kayu.......................................

55

14. Rincian Biaya Variabel Usaha Bioetanol Ubi Kayu .................................

56

15. Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Dengan Discount Rate


12 Persen ....................................................................................................

59

16. Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Molases .............................................

60

17. Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Molases ....................................

61

18. Rincian Biaya Tetap Pada Usaha Bioetanol Molases Selama Satu
Tahun..........................................................................................................

62

19. Rincian Biaya Variabel Usaha Bioetanol Molases Selama Satu


Tahun..........................................................................................................

63

20. Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases............................

64

21. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Pada


Kedua Skenario ..........................................................................................

65

22. Switching Value Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) .........................

66

23. Switching Value Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) ..........................

67

24. Perbandingan Switching Value Usaha Bioetanol Pada Kedua


Skenario......................................................................................................

68

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Bioetanol, Molases dan Ubi Kayu ............................................................

11

2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................................

29

3. Diagram Alir Proses Pembuatan Bioetanol Dari Bahan Baku Berpati


dan Bergula ...............................................................................................

46

4. Rantai Pemasaran Bioetanol di PT Panca Jaya Raharja ............................

48

5. Struktur Organisasi PT Panca Jaya Raharja...............................................

50

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Ubi Kayu Pada Tahun 2009 ......

73

2. Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Molases Pada Tahun 2009 ........

74

3. Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) ...................

75

4. Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) .....................

76

5. Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I) ....................

77

6. Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II) .....................

79

7. Analisis Switching Value Pada Penurunan Produksi Bioetanol Ubi Kayu


Sebesar 28,55 Persen (Skenario I) .............................................................

81

8. Analisis Switching Value Pada Kenaikan Harga Ubi Kayu


Sebesar 66,04 Persen (Skenario I) .............................................................

83

9. Analisis Switching Value Pada Penurunan Produksi Bioetanol Molases


Sebesar 22,56 Persen (Skenario II) ............................................................

85

10. Analisis Switching Value Pada Kenaikan Harga Molases


Sebesar 39,26 Persen (Skenario II) ............................................................

87

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kaya
akan keanekaragaman sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pada era pembangunan ini,
Indonesia sedang membangun perekonomian yang mapan. Semua sektor
pembangunan difokuskan dan ditata kembali untuk membangun perekonomian
yang lebih baik. Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang lalu membuat kondisi
perekonomian menjadi terpuruk tetapi lambat laun kondisi tersebut dapat
diadaptasi dan dilalui oleh bangsa yang besar ini. Pembangunan di segala bidang
dilaksanakan untuk mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik dan stabil.
Sektor industri merupakan salah satu motor penggerak perekonomian
negara serta peran sarana transportasi yang menunjang. Perkembangan sektor
industri telah memberikan manfaat yang besar bagi negara, yaitu sebagai penyedia
lapangan pekerjaan serta

sarana transportasi yang semakin canggih juga

mengalami kemajuan pesat. Setiap aktivitas dari kedua sektor tersebut bukan
hanya memberi dampak yang positif tapi juga dampak yang negatif. Hampir
semua alat transportasi menggunakan bahan bakar fosil untuk menjalankan mesin.
Alat transportasi berbahan bakar fosil akan menghasilkan sisa pembakaran berupa
gas gas buang yang dapat mencemari udara.
Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari nitrogen, oksigen,
argon, karbondioksida, neon, metan dan hidrogen. Campuran gas tersebut mengisi

atmosfer bumi dengan komposisi yang berbeda beda dan proporsional.


Komposisi gas gas tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Gas- Gas di Atmosfer
Gas
Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbondioksida
Lain lain :
Neon, Helium, Hidrogen

Simbol
N
O2
Ar
CO2

Komposisi (%)
78
20
0,93
0,03

Ne, He, H2

0,04

Sumber : Handoko, 1995

Komposisi pada Tabel 1. merupakan kondisi yang normal. Sisa


pembakaran alat transportasi berbahan bakar fosil yang telah mencemari udara
juga memicu perubahan komposisi tersebut. Perubahan komposisi tersebut dapat
berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen yang terkandung
dalam udara. Hal ini disebut sebagai pencemaran udara atau polusi udara.
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor
sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil
yang besar dalam pencemaran udara secara total terutama di kota kota besar
negara berkembang. Salah satu polutan gas buang kendaraan bermotor yang ikut
berpartisipasi dalam pencemaran udara adalah hidrokarbon. Akumulasi gas gas
buang kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
dapat terlihat pada Tabel 2. Dari berbagai jenis kendaraan yang ada, sepeda motor
memberikan kontribusi yang terbesar di antara yang lainnya.

Tabel 2. Jumlah Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia


Menurut Jenis Kendaraan Pada Tahun 2004-2006 (ton per tahun)
Gas Buang

Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Mobil Bis
Hidrokarbon
Mobil Truk
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Mobil Bis
NOx
Mobil Truk
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Mobil Bis
SOx
Mobil Truk
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Mobil Bis
CO
Mobil Truk
Sepeda Motor

2004
269.578,1
56.343,9
139.726,4
1.398.876,7
149.555,2
31.264,0
77.531,1
776.206
11.504,2
2.404,9
5.963,9
59.708,2
3.076.564,5
643.144,8
1.594.925,8
15.967.665,3

2005
331.078,1
71.163,3
175.268,9
1.711,263,8
183.708,0
39.487,6
97.252,9
953.583,3
14.131,4
3.037,5
7.481,0
73.352,6
3.779.135,6
812.303,1
2.000.630,2
19.533.450,1

2006
391.478,8
89.739,3
210.602,8
1.979.489,0
217.223,0
49.794,4
116.858,9
1.098.375,0
16.702,5
3.830,3
8.989,1
84.490,4
4.468.587,7
1.024.341,3
2.403.954,0
22.595.143,1

Sumber : BPS (2007)

Bensin atau premium yang digunakan sebagai bahan bakar untuk


kendaraan bermotor merupakan campuran komplek antara hidrokarbon sederhana.
Di Indonesia, kurang lebih 70 persen pencemaran udara disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Proses pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan
zat zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap
kesehatan manusia maupun lingkungan. Zat zat berbahaya yang dihasilkan oleh
proses pembakaran kendaraan bermotor adalah timbal atau timah hitam (Pb),
suspended particulate matter (SPM), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC),
karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2 ) dan oksida fotokimia (Ox).
Menurut Bapedalda Jawa Barat, kosentrasi hidrokarbon di atmosfer mencapai
4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999 : 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076 ppm (baku
mutu : 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu : 150 mg/m3)1. Zat

www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara/penc-udara-info-020604 (2 April 2008)

zat berbahaya tersebut memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia.


Hal ini terlihat pada Tabel 2 2.
Tabel 3. Dampak Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Manusia
No.

Bahan Pencemar

Sumber

1.

Karbon Dioksida
(CO2),
Karbon
Monoksida (CO),
Hidrokarbon (HC)

Semua
hasil
pembakaran
kendaraan bermotor
dan proses industri

2.

Nitrogen Oksida
(N2O), Nitrogen
Monoksida (NO),
Nitogen Dioksida
(NO 2)
Sulfur
Dioksida
(SO 2)

3.

Dampak

Menimbulkan efek sistematik,


karena meracuni tubuh dengan
cara pengikatan hemoglobin
yang
sangat
vital
bagi
oksigenasi
jaringan
tubuh
sehingga
apabila
otak
kekurangan oksigen dapat
menimbulkan kematian.
Berbagai
jenis Mengganggu
sistem
pembakaran,
gas
buang
kendaraan pernapasan.
bermotor,
pabrik
pupuk
Bahan bakar yang Menimbulkan efek iritasi pada
mengandung sulfur, saluran pernapasan sehingga
proses
dalam menimbulkan gejala batuk dan
industri
sesak napas.

Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya suhu rata rata


atmosfer, laut dan daratan bumi akibat aktivitas manusia termasuk penggunaan
alat transportasi. Sisa pembakaran dari bahan bakar kendaraan bermotor mampu
meningkatkan gas rumah kaca (greenhouse effect) di atmosfer. Seiring
berjalannya waktu, jumlah gas rumah kaca terakumulasi sehingga memicu
terjadinya pemanasan global. Pada dekade 1960-an sampai 1970-an, fenomena
pemanasan global telah terjadi dan disadari oleh para ahli. Hal ini ditandai dengan
terhentinya pendinginan udara di belahan bumi bagian Utara. Kondisi ini berlanjut
dengan pemanasan global yang menjurus kepada peningkatan suhu udara. Dalam
kurun waktu seabad terakhir peningkatan suhu bumi kira kira 0,60 C. Fenomena
2

http://organisasi.org/pencemaran-udara-padalingkunganhidup-sekitar-kita-gas-beracun-co-co2no-no (2 April 2008)

ini memberikan dampak yang buruk bagi bumi, yaitu pencairan gunung gunung
es di kutub Utara dan kutub Selatan sehingga volume air laut menjadi bertambah
dan mampu menenggelamkan beberapa daratan di bumi3. Dampak pemanasan
global juga telah mengganggu keseimbangan sistem iklim di dunia yang
berpengaruh pada kelangsungan hidup generasi berikutnya.
Pemanasan global bukan lagi menjadi masalah beberapa negara saja tetapi
merupakan masalah semua negara karena berpengaruh pada kelangsungan hidup
makhluk hidup di bumi. Lingkungan sebagai tempat hidup semua makhluk hidup
harus tetap dijaga dari pencemaran dan dilestarikan. Emisi gas yang berasal dari
sisa pembakaran kendaraan bermotor merupakan konsekuensi kehidupan sehari
hari di bumi. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan
pencampuran bahan bakar kendaraan bermotor (bensin atau premium) dengan
bioetanol. Campuran antara bensin dan bioetanol disebut dengan gasohol.
Bioetanol merupakan inovasi baru dalam mengurangi emisi gas buang
kendaraan bermotor. Pemerintah melalui PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang
penggunaan bahan bakar nabati, turut ambil bagian dalam usaha mengurangi
emisi gas buang

kendaraan bermotor. Melalui peraturan tersebut, mampu

mendorong peningkatan konsumsi bioetanol pada tahun 2007 yaitu sebesar 40.000
kilo liter (1,71 juta kilo liter menjadi 1,75 juta kilo liter). Peningkatan konsumsi
tersebut menunjukkan respon positif yang diberikan oleh masyarakat. Hal tersebut
dapat berguna untuk memproyeksi penggunaan bioetanol di tahun berikutnya.
Proyeksi penggunaan bioetanol di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

http://id.wikipedia.org/wiki/Efek-rumah-kaca (2 April 2008)

Tabel 4. Proyeksi Penggunaan Bioetanol Pada Tahun 2006 2010


Tahun
2006
2007
2008
2009
2010

Jumlah Bioetanol (Juta kilo Liter)


1,71
1,75
1,78
1,82
1,85

Sumber : BPS (2007)

Bioetanol merupakan produk rekayasa biomassa (tanaman) yang berpati,


bergula dan berselulosa. Potensi biomassa untuk menghasilkan bioetanol sangat
beragam dikarenakan kandungan pati, gula dan selulosa yang terdapat dalam
biomassapun berbeda beda. Hal ini terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Potensi Beberapa Biomassa Sebagai Bahan Baku Etanol
Biomassa
Jagung
Ubi Kayu
Molasses
Ubi Jalar
Sorgum
Sweet Sorgum
Kentang
Beet

Hasil Panen (Ton/Ha/Tahun)


16
10 50
40 120
10 40
3 12
20 60
10 35
20 - 100

Etanol (L/Ha/Tahun)
400 - 2.500
2.000 7.000
3.000 8.500
1.200 5.000
1.500 5.000
2.000 6.000
1.000 4.500
3.000 8.000

Sumber : Prihandana (2007)

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan molases sebagai penghasil etanol


dengan produktivitas tertinggi dan disusul ubi kayu, karena beet tidak dapat
berproduksi optimal di Indonesia. Melihat kondisi ini maka hal tersebut akan
mendukung adanya usaha bioetanol. Bioetanol bukan hanya digunakan sebagai
campuran bensin atau premium saja tetapi juga digunakan sebagai baham baku di
beberapa kegiatan industri, seperti : industri makanan, industri farmasi dan
industri kosmetika4.

Sardi Daryatmo. Metamorfosis Limbah Tetes Tebu. Trubus. April 2007.

1.2 Perumusan Masalah


Usaha bioetanol merupakan salah satu unit bisnis dari PT Panca Jaya
Raharja yang sedang direncanakan kegiatan usahanya. Pengusahaan bioetanol
dinilai prospektif karena sebagian masyarakat mulai sadar akan pentingnya
penggunaan bahan bakar nabati, seperti bioetanol. PT Panca Jaya Raharja sebagai
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, saat ini menghadapi
kelebihan permintaan bioetanol. Fenomena ini yang mendorong PT Panca Jaya
Raharja untuk melakukan usaha bioetanol.
Usaha ini direncanakan akan berjalan dengan kapasitas 2000 liter per
siklus produksi. Untuk menjalankan usaha ini, PT Panca Jaya Raharja akan
melakukan kerjasama dengan investor sebagai penanam modal. Hal ini dilakukan
karena kebutuhan untuk biaya investasi dan biaya operasional pada usaha
bioetanol adalah cukup besar sehingga PT Panca Jaya Raharja melakukan
kerjasama dengan investor. Modal yang ditanamkan oleh investor akan digunakan
untuk menjalankan kegiatan operasional usaha bioetanol. Dari kerjasama tersebut,
ivestor akan mendapatkan laba bersih sebesar 92 persen sedangkan sisanya, yaitu
delapan persen diperuntukkan bagi PT Panca Jaya Raharja sebagai pihakpelaksana
kegiatan operasional.
Kegiatan

investasi

dalam

pengembangan

bioetanol

diperlukan

perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut dimaksudkan supaya investasi


yang akan ditanamkan dapat memberikan hasil yang baik. Sebelum pelaksanaan
usaha bioetanol maka sangat perlu dilakukan perhitungan dengan cara menghitung
biaya dan manfaat yang akan diperoleh. Melalui perhitungan tersebut maka dapat

diketahui layak atau tidak layak proyek tersebut untuk dikembangkan. Hal lain
yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pengembalian investasi.
Berdasarkan

uraian

di

atas,

maka

dapat

dirumuskan

beberapa

permasalahan diantaranya :
1. Bagaimana kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan
dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases?
2. Bagaimana kelayakan aspek finansial dari pengusahaan bioetanol berbahan
baku ubi kayu dan molases?
3. Bagaimana kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan analisis switching
value dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan

aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan

lingkungan dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases.
2. Menganalisis kelayakan aspek finansial dari pengusahaan bioetanol berbahan
baku ubi kayu dan molases.
3. Menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan analisis switching
value dari pengusahaan bioetanol berbahan baku ubi kayu dan molases.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada saat kuliah serta melatih kemampuan
analisis suatu masalah yang dijadikan sebagai pengalaman belajar guna

menambah pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian. Selain itu, hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi yang berkepentingan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini hanya akan membahas prospek pengembangan bioetanol di
Kecamatan Cicurug, Sukabumi dengan melakukan analisis kelayakan. Analisis
kelayakan yang dilakukan meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, sosial,
lingkungan, finansial dan analisis switching value.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Kayu dan Molases


Ubi kayu (Manihot utilissima pohl) merupakan tanaman pangan dengan
nama lain singkong atau kasape. Banyak kegunaan dari tanaman ini, baik daun
dan ubinya. Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol memiliki kelebihan yaitu
dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Potensi ubi kayu di Indonesia
sangat besar. Pada Tabel 6. dapat dilihat produksi ubi kayu di Indonesia yang
mengalami peningkatan.
Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu Indonesia Tahun 2000 2006
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Luas areal (Ha)


1.284.040
1.317.912
1.276.533
1.244.543
1.255.805
1.213.460
1.241.676

Produksi (Ton)
16.089.020
17.054.648
16.912.901
18.523.810
19.424.707
19.321.183
20.054.634

Sumber : Departmen Pertanian (2006) dalam Hambali (2007)

Ubi kayu sebagai bahan baku energi alternatif hanya memiliki kadar
karbohidrat sekitar 32 35 persen dan kadar pati sekitar 83,8 persen setelah
diproses menjadi tepung. Sifat kimia ubi kayu dan tepung ubi kayu disajikan pada
Tabel 7.

Tabel 7. Sifat Kimia Ubi Kayu dan Tepung Ubi Kayu


Komponen

Jumlah (%)
(a)

Air
Karbohidrat
Protein
Lemak
Serat
Abu

Ubi Kayu
62 65
32 35
0,7 2,6
0,2 0,5
0,8 1,3
0,3 1,3

Tepung Ubi Kayu (b)


11,5
83,8*
1,0
0,9
2,1
0,7

Sumber : (a). Kay (1973), (b). Deprin (1989) dalam Hambali (2007)
Keterangan : * = terukur sebagai pati

Molases adalah hasil sampingan yang berasal dari proses pembuatan gula
tebu (Saccharum officinarum). Molases berupa cairan kental dan diperoleh dari
tahap pemisahan kristal gula yang tidak dapat dibentuk lagi menjadi sukrosa
namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi (50 60 persen), asam amino
dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam bentuk molases sangat potensial
dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Molases dapat juga digunakan secara
langsung atau bahan baku pembuatan produk produk yang bernilai ekonomis,
misalnya kecap, pupuk, pakan ternak ataupun industri fermentasi (Paturau, (1982)
dalam Martanto, (2004)). Ketersediaan molases sebagai bahan baku bioetanol di
Indonsia cukup banyak. Ketersediaan molases berkorelasi dengan luas perkebunan
tebu yang semakin meningkat. Perkebunan tebu di Indonesia banyak ditemukan di
Pulau Jawa baik Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur, Aceh dan
Sulawesi.

Gambar 1. Bioetanol, Molases dan Ubi kayu

Tabel 8. Perkembangan Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun 2000 - 2008


Tahun

Luas

Areal
Produksi
(Ha)
PR
PBN
PBS
Total
PR
PBN
2000
171279
64133
105248
340660
790573
234288
2001
178887
87687
77867
344441
813538
310949
2002
196509
79975
74238
350722
967160
297685
2003
172015
87251
76459
335725
839028
370476
2004
184283
78205
82305
344193
1028681
383892
2005
204336
93440
84307
382083
1188174
453741
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2003 2005 dalam Hambali (2007)
Keterangan :
PR
: Perkebunan Rakyat
PBN
: Perkebunan Besar Negara
PBS
: Perkebunan Besar Swasta

(Ton)
PBS
665143
600980
490509
422414
639071
600396

Total
1690004
1725467
1755354
1631918
2051645
2242311

2.2 Bioetanol Sebagai Bahan Bakar


Alkohol berasal dari bahasa Arab, yakni al-kuhl yang berarti senyawa
yang mudah menguap. Bahan kimia organik ini adalah salah satu senyawa kimia
tertua yang telah dikenal. Alkohol berupa larutan jernih tak berwarna, beraroma
khas yang dapat diterima, berfasa cair pada temperatur kamar dan mudah terbakar.
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroxyl (-OH) dengan dua
atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH3CH2OH
yang disebut metil alkohol (metanol) dan C2H5OH yang diberi nama etil alkohol
(etanol) dan C3 H7OH yang disebut iso propil alkohol (IPA) atau propanol-2.
Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau metil alkohol
atau metil karbonil dengan rumus C2H5OH. Terdapat dua jenis etanol, yaitu ;
etanol sintetis dan etanol rekayasa.
Etanol sintetis merupakan hasil dari proses kimia yang disebut hidrasi dan
terbuat dari etilen (salah satu derivat minyak bumi). Etanol sintetis lazim disebut
metanol atau metil alkohol. Etanol rekayasa merupakan rekayasa biomassa

(tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi) dan hasilnya disebut
sebagai bioetanol.
Bioetanol merupakan produk yang dapat dihasilkan oleh beberapa
tanaman, yaitu :
Bahan berpati, seperti: ubi kayu atau singkong, tepung sagu, biji jagung, biji
shorgum, kentang, ganyong, garut, umbi dahlia.
Bahan bergula, seperti : molases (tetes tebu), nira tebu, nira kelapa, nira
batang sorghum manis, nira aren (enau), nira nipah, gewang, nira lontar.
Bahan berselulosa, seperti : limbah logging, limbah pertanian (jerami padi,
ampas tebu, tongkol jagung, onggok), batang pisang, serbuk gergaji
(Prihandana, 2007).
Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang saat ini sedang marak
digunakan sebagai campuran bahan bakar (premium). Pertama kali penggunaan
alkohol sebagai bahan bakar kendaraan dimulai dari Samuel Morey pada tahun
1826. Samuel Morey telah mengembangkan mesin dengan bahan bakar alkohol.
Pada tahun 1860 Nicholas Otto mempergunakan alkohol sebagai salah satu bahan
bakar mesin serta sangat dikenal dengan pengembangan mesin pembakaran
internal (Otto Cycles) di tahun 1976. Herry Ford memproduksi model T dimana
mobil mempergunakan bahan bakar alkohol atau bensin atau kombinasi keduanya.
Beberapa negara yang telah menggunakan dan mengembangkan program
bioetanol adalah Brazil, Amerika Serikat, Cina dan

Kolumbia.

Penggunaan bioetanol di Brazil dimulai sejak tahun 1980-an selanjutnya


melalui kebijakan pemerintah, mobil mobil baru di Brazil dapat dijalankan
apabila bahan bakarnya merupakan campuran bensin dengan bioetanol atau

bioetanol murni. Kebijakan ini mampu mengurangi ketergantungan negara pada


minyak bumi, memperbaiki kualitas udara dan memberikan hasil samping listrik.
Program bahan bakar alkohol di Kolombia dimulai sejak tahun 2002 ketika
pemerintah menetapkan undang undang peningkatan kadar oksigen (O2) dalam
bahan bakar5. Pada awalnya kebijakan ini untuk mengurangi emisi gas
karbondioksida (CO2) dari kendaraan. Regulasi selanjutnya adalah pengurangan
pajak etanol sehingga lebih murah dari bensin. Hal yang serupa juga telah
dilakukan oleh dua negara besar lainnya, yaitu Amerika Serikat dan Cina.
Beberapa keunggulan bioetanol dibanding dengan bensin adalah sebagai
berikut :
1. Penambahan bioetanol dalam bensin dapat menekan terjadinya pencemaran
udara karena bilangan oktan akan meningkat serta membentuk oxygenated
atau bahan bakar dengan ikatan karbon-hidrogen-oksigen yang mengurangi
pencemaran udara terutama emisi karbon monoksida.
2. Peningkatan bilangan oktan bahan bakar yang membuat bahan bakar semakin
tahan untuk tidak terbakar sehingga terjadi kestabilan proses pembakaran
untuk memperoleh daya yang lebih stabil.
3. Bioetanol mengandung 35 persen oksigen sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari lingkungan.
5. Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat menggantikan
fungsi bahan aditif seperti metil tertiary butyl ether (MTBE) dan tetra ethyl
lead (TEL) pada bensin (Hambali, 2007).

http://www.sentrapolimer.com/index.php?option=com--content&task=view&id=26&Itemed=1

2.3 Penelitian Terdahulu


Nursari (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Proyek
Biodiesel Kelapa Sawit pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengkaji keragaan tingkat kelayakan usaha proyek
biodiesel serta menganalisis kembali kelayakan apabila terjadi perubahan
perubahan pada manfaat

dan biaya. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa

kegiatan pengembangan pabrik biodiesel kelapa sawit dengan kapasitas olah satu
ton per jam dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi
yang digunakan berturut turut adalah sebagai berikut : NPV = Rp 358.940.000;
IRR = 30 persen; Net B/C = 1,57 dan PbP = 3,4 tahun. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa penurunan harga output sebesar 2,2 persen menurut kriteria
investasi dinyatakan layak. Harga pokok terendah yang harus diperoleh Rp
5380/liter biodiesel kelapa sawit (caterius paribus) dan kenaikan harga bahan
baku (CPO+KOH+Methanol) tertinggi yang masih dapat ditanggung adalah
sebesar Rp 28.376.780.250 (cateris paribus).
Wulandari (2007) meneliti tentang Analisis Kelayakan Proyek Instalasi
Biogas dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Perah. Tujuan penelitian tersebut
adalah : (1) mengkaji keragaan pengelolaan limbah ternak dengan instalasi biogas,
(2) menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah
ternak, (3) menganalisis nilai pengganti (switching value) terhadap kelayakan
proyek biogas jika terjadi perubahan dalam komponen biaya dan manfaat.
Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas kapasitas 3,5 m3
dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp
10.797.029,96; Net B/C sebesar 1,41; IRR = 24,17 persen dan PBP = 10,5 tahun.

Hasil tersebut membuktikan proyek instalasi layak untuk dijalankan dengan


tingkat diskonto yang ada. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto
16 persen menunjukkan bahwa proyek tidak layak pada penurunan penjualan
sebesar tiga persen dan peningkatan biaya variabel sebesar lima persen.
Disimpulkan bahwa proyek instalasi biogas dalam mengolah limbah ternak sangat
peka terhadap penurunan harga penjualan dan kenaikan biaya variabel.
Maryanto

(2006)

meneliti

tentang

Analisis

Kelayakan

Investasi

Pengembangan Pabril Biodiesel Berbahan Baku CPO di Desa Pangkalan Baru.


Tujuan penelitian tersebut adalah : (1) menganalisis kelayakan investasi
pembangunan pabrik biodiesel, (2) mengkaji jangka waktu pengembalian
investasi usaha tersebut dan (3) menganalisa sensitivitas kondisi kelayakan
investasi usaha tersebut. Hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp
34.453.254.998 (untuk bahan baku CPO parit) dan Rp 6.432.404.345 (untuk
bahan baku CPO murni); nilai IRR = 110 persen (untuk CPO parit); Net B/C =
5,98 (untuk CPO parit) dan Net B/C = 0,07 (untuk CPO murni); PBP = 1 tahun 1
bulan (untuk CPO parit ) dan PbP = 10 tahun (untuk CPO murni). Secara finansial
investasi pengembangan biodiesel dari CPO parit dinilai layak untuk dilaksanakan
walaupun biaya untuk pembuatan pabrik ini cukup besar (94,6 persen dari total
investasi). Pengembangan biodiesel menggunakan CPO murni dengan harga jual
di pasar (PERTAMINA) tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value
menunjukkan proyek tersebut tidak layak pada penurunan harga output sebesar
38,26 persen (untuk bahan baku CPO parit) dan kenaikan biaya operasional
sebesar 70,77 persen ( untuk CPO parit).

Apriana (1995) meneliti tentang Perencanaan Pendirian Industri AsetonButanol-Etanol di Pabrik Kelapa Sawit Bekri PT Perkebunan X Lampung. Tujuan
penelitian tersebut adalah untuk mengkaji kemungkinan pendirian indusrri asetonbutanol-etanol menggunakan bahan baku TKKS serta industri menganalisa
kelayakannya sebagai dasar pertimbangan bagi pihak pengambil keputusan untuk
melakukan investasi maupun pihak pemberi kredit sebagai acuan untuk menilai
kelayakan investasi industri tersebut. Hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV
sebesar Rp 1.051.501.560 pada tingkat suku bunga pinjaman 18 persen, IRR
sebesar 24,72 persen, Net B/C 1,30, pay back period 4 tahun 2 bulan 28 hari dan
titik impas (BEP) Rp 1.598.131.603 atau 37 persen dari nilai penjualan total pada
tahun yang bersangkutan.
Rinaldy (1997) meneliti tentang Pemanfaatan Onggok Singkong (Manihot
esculenta crantz) Sebagai Bahan Pembuatan Etanol. Tujuan penelitian tersebut
adalah untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan onggok singkong sebagai
bahan pembuatan etanol dengan memakai proses hidrolisis asam dan menjadikan
Schizosaccaromyces sp. sebagai alternatif khamir yang digunakan selain
Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoides dalam fermentasi etanol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa onggok singkong dapat dijadikan sebagai bahan
pembuatan etanol. Proses hidrolisis terbaik dengan HCl 0,2 N, menghasilkan
konsentrasi sirop glukosa 4,2 persen TSS dengan netralisasi Ca(OH) 2.
Schizosaccharomyces sp. bisa merupakan alternatif khamir selain Saccharomyces
cerevisiae var. ellipsoides yang digunakan dalam fermentasi etanol.

2.4 Evaluasi Studi Terdahulu


Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan
dengan penelitian terdahulu (kecuali penelitian Rinaldy tahun 1997) adalah dalam
hal topik yang dikaji serta alat analisis yang digunakan. Persamaan penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian Rinaldy (1997) adalah dalam hal komoditi
yang diteliti yaitu etanol.
Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan kelima penelitian
terdahulu (kecuali penelitian Rinaldy tahun 1997) adalah dalam hal perbedaan
komoditi yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian Rinaldy adalah bahwa
penelitian Rinaldy membahas dari segi teknis pembuatan etanol sedangkan
penelitian yang akan dilakukan adalah membahas kelayakan usahanya.

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis


3.1.1 Studi Kelayakan Proyek
Proyek adalah kegiatan kegiatan yang dapat

direncanakan dan

dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber


sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti
bahwa biaya maupun hasil hasil pokok dari proyek dapat dihitung serta dapat
disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber sumber yang
terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin. Benefit tersebut dapat
berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan tenaga kerja atau
perbaikan mutu sistem (Gray, 1993). Menurut Soeharto (1999), proyek diartikan
sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang
terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan
dengan jelas. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya
suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Menurut Gittinger (1986), proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang
rumit karena menggunakan sumber sumber daya untuk memperoleh
keuntungan. Untuk mendapatkan dan menganalisis proyek yang efektif maka
harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama sama menentukan
bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu.
Aspek aspek tersebut adalah :

1. Aspek Pasar (komersil)


Aspek aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran
output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Dari sudut pandang
output, analisa aspek pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk
meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga
yang menguntungkan. Misalnya, kemana produk akan dijual, apakah pasar
cukup luas untuk menampung produksi baru tanpa mempengaruhi harga,
apakah produk dimaksudkan untuk konsumsi domestik atau untuk ekspor dan
apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar.
Dari sudut pandang input, rencana rencana yang cocok harus dibuat
untuk meyakinkan tersedianya input input yang diperlukan untuk dapat
menggunakan teknologi baru. Aspek pasar dari suatu proyek juga termasuk
masalh pengaturan usaha usaha untuk memperoleh peralatan dan
pembekalan proyek. (Gittinger, 1986).
Aspek pasar mempunyai prioritas utama dari studi kelayakan proyek. Hal
ini dikarenakan banyak perusahaan baru muncul dan memproduksi produk
yang sama. Oleh karena itu analisis pasar mutlak perlu dilakukan supaya tidak
menghasilkan kegagalan apabila akan menjalankan usaha.
2. Aspek Teknis
Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan
output (produksi) berupa barang - barang nyata dan jasa jasa. Hal itu sangat
penting dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisa
secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek aspek lain dari analisa

proyek mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek aspek lain diteliti
secara terperinci. Staf teknis yang baik sangat diperlukan untuk pekerjaan ini,
mereka dapat diperoleh dari perusahaan perusahaan konsultan atau badan
badan bantuan teknis.

Analisa secara teknis akan menguji hubungan

hubungan terknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan,
misalnya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi pembangunan
pertanian, varietas benih tanaman. Atas dasar hal inidan pertimbangan
pertimbangan yang sama, analisia teknis akan dapat menentukan hasil hasil
yang potensial.
Analisa ini dapat mengidentifikasi perbedaan perbedaan yang terdapat
dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau
pada tahap awal pelaksanaan sehingga bila dimungkinkan dapat dilakukan
survei. Bila analisa secara teknis telah dilakukan analisa proyek harus terus menerus dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan secara teknis berjalan
dengan lancar dan tepat.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu
aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau
luas produksi, criteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses
produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan.
3. Aspek Sosial
Analisis aspek sosial proyek dilakukan untuk meneliti secara cermat
mengenai implikasi sosial yang lebih luas dari kegiatan investasi yang

diusulkan. Pertimbangan - pertimbangan sosial lain harus dipikirkan secara


cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap
(responsive) terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang
akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan. Beberapa
pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan
kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi proyek dan dampak
lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.
Daerah proyek harus dipih melalui peninjauan secara langsung adar dapat
menjaga kelestarian daya tarik alam. Oleh karena itu, rancangan proyek perlu
dilakukanguna menghindari penegluaran biaya untuk penggunaan teknologi
yang kurang tepat atau biaya penggantian tanah tetapi proyek tidak
memberikan pengaruh baik terhadap lingkungan (Gittinger, 1986).
4. Aspek Finansial
Aspek aspek finansial dari persiapan dan analisa proyek menerangkan
pengaruh pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para
peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama analisa aspek finansial
terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga
petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian
tersebut. Analisis tersebut perlu untuk memproyeksi anggaran yang akan
mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang
setiap tahun (Gittinger, 1986).
5. Aspek Manajemen
Masalah masalah dalam persiapan proyek berkisar di antara aspek
manajemen yang tumpang tindih (overlapping) yang secara jelas mempunyai

pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan proyek. Untuk dapat


dilaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat dengan stuktur
kelembagaan di suatu daerah. Seringkali suatu organisasi proyek membuat
lembaga lembaga lain menjadi lawannya (oposisi). Stuktur organisasi harus
membuat semua lembaga yang berkepentingan mempunyai kesempatan untuk
memberikan komentar organisasi proyek yang diusulkan dan memastikan
bahwa pendapat mereka telah dipertimbangkan dalam proyek. Masalah
masalah manajemen merupakan hal yang menentukan untuk rancangan dan
pelaksanaan proyek yang baik (Gittinger, 1986).
6. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi diperhatikan dalam rangka menentukan apakah proyek
yang dilaksanakan akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan
yang positif dalam pembangunan ekonomi seluruhnya. Selain itu, apakah
peranannya itu cukup besar untuk men-justify penggunaan sumber sumber
langka yang dibutuhkan. Sudut pandang yang diambil adalah masyarakat
secara keseluruhan (Gittinger, 1986)

3.1.2 Analisis Kelayakan Finansial


Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan
menguntungkan selama umur proyek. Mengingat waktu mempengaruhi nilai
uang, maka untuk membandingkan nilai uang yang berada waktu keluarannya dan
penerimaannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang melalui pemotongan
(discounting). Menurut Gittinger (1986), diskonto merupakan suatu teknik yang

dapat menurunkan manfaat yang diperoleh di masa akan datang dan arus biaya
menjadi nilai biaya pada masa sekarang.
Analisis kelayakan finansial memiliki beberapa kriteria penilaian suatu
investasi, yaitu :
1. Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari arus tambahan
manfaat bagi pelaksanaan proyek yang ditimbulkan oleh penanaman investasi,
dihitung berdasarkan tingkat diskonto (Gittinger, 1986).proyek akan
menguntukan jika NPV bernilai positif. Jika NPV bernilai negatif, maka akan
timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan manfaat
sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus
biaya.
2. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan
manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut
merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi
untuk biaya biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada
tingkat pulang modal (Gittiner, 1986). Kriteria fomal pemilihan ukuran tingkat
pengembalian internal dari manfaat proyek adalah menerima semua proyek
yang bebas yang mempunyai tingkat pengembalian internal sama dengan atau
lebih besar dari biaya oportunitas kapital.
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan nilai
sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria formal
yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C dari dari manfaat proyek
adalah memilih semua proyek yang bebas dengan B/C rasio sebesar satu atau

lebih bila arus biaya dan manfaat didiskonto pada tingkat biaya oportunitas
kapital. Suatu keuntungan dari Net B/C rasio adalah bahwa ukuran tersebut
secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa
mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik (Gittinger, 1986)
4. Pay Back Period

(PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis

kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi


seluruh pengeluaran investasi. Maka pengembalian investasi diartikan sebagai
waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama dengan jumlah investasi
atau biaya.

3.1.3 Biaya dan Manfaat


Analisis proyek pertanian adalah untuk membandingkan biaya biaya dan
manfaat serta menentukan proyek proyek yang mempunyai keuntungan yang
layak. Hal ini diperlukan pendefinisian mengenai biaya biaya dan manfaat
manfaat secara cermat. Dalam analisa proyek, penyusunan arus biaya dan arus
manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya bioay yang diperileh dengan
adanya proyek. Menurut Gittinger (1986), biaya adalah segala sesuatu yang
mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu suatu tujuan. Tujuan dalam hal ini adalah untuk memaksimumkan
pendapatan bersih.
Biaya yang umumnya dimasukkan dalam perhitungan analisis pertanian
adalah biaya biaya yang berpengaruh langsung terhadap suatu investasi, seperti :
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk kepentingan pembangunan yang tahan lama, seperti : pendirian

bangunan, pembelian mesin atu peralatan peralatan lain yang mendukung. Biaya
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proyek,
seperti : pembelian bahan baku, upah tenaga kerja, pemeliharaan, pembayaran
hutang (angsuran pokok dan bunga) serta pajak. Selain biaya biaya tersebut di
atas sering terdapat biaya yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible
cost), seperti : pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran suara (bising).
Menurut Kadariah (2002) manfaat (benefit) proyek terbagi ke dalam tiga
bagian, yaitu :
1. Manfaat langsung (direct benefit), dapat berupa kenaikan dalam nilai hasil
atau output dan penurunan biaya. Kenaikan dalam nilai output dapat
disebabkan oleh adanya kenaikan dalam produk fisik, perbaikan mutu produk,
perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan serta perubahan bentuk fisik
produk. Penurunan biaya dapat berupa keuntungan dari mekanisasi, penurunan
biaya pengangkutan serta penurunan atau penghindaran kerugian.
2. Manfaat tidak langsung (secondary benefit) suatu proyek adalah manfaat yang
timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek.
Ada tiga macam manfaat tidak langsung, yaitu : (1) manfaat yang disebabkan
oleh adanya proyek (efek multiplier), (2) manfaat

yang disebabkan oleh

adanya keunggulan skala besar (economies of scale) serta manfaat yang


ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik.
3. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible benefit) suatu
proyek adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan
lingkungan, perbaikan distribusi
pertahanan nasional.

pendapatan, integrasi national serta

3.1.4 Analisis Switching Value


Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching
value). Dalam analisis sensitivitas secara langsung kita memilih sejumlah nilai
yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan perubahan terhadap
masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian kita dapat
menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya
bila kita ingin menghitung suatu nilai pengganti maka kita harus menanyakan
berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisis proyek yang akan diganti
supaya proyek dapat

memenuhi tingkat minimum

diterimanya proyek

sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu ukuran ukuran kemanfaatan proyek


(Gittinger, 1986).
Switching value merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
tingkat perubahan harga output, produksi dan biaya sehingga keuntungan
mendekati normal, dimana nilai NPV sama dengan nol dan nilai IRR sama dengan
nilai discount rate. Hal ini perlu dilakukan, karena analisa usaha didasarkan pada
proyeksi proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang
akan terjadi di waktu yang akan datang. Perubahan perubahan yang biasanya
terjadi adalah : perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek,
kenaikan biaya dan perubahan volume produksi (Kadariah, 1976).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional


Usaha bioetanol merupakan salah satu unit usaha PT Panca Jaya Raharja.
Usaha ini akan dijalankan dengan kapasitas 2000 liter per siklus produksi.
Bioetanol merupakan produk yang dapat dihasilkan dari bahan yang berpati,

bergula dan berserat.

Saat ini PT PJR memiliki dua alternatif bahan baku

bioetanol, yaitu ubi kayu dan molases. Pemilihan bahan baku dalam menghasilkan
bioetanol perlu dipertimbangkan. Fluktuasi

harga bahan baku serta jaminan

ketersediaan bahan baku (kontinuitas) menjadi

faktor yang berpengaruh.

Perubahan harga yang terjadi tidak dapat dihindari sehingga pemilihan bahan
baku harus benar benar dipertimbangkan dengan cermat. Oleh karena itu, maka
sangat perlu untuk dilakukan suatu studi yang akan menilai apakah proyek yang
dilaksanakan tersebut layak untuk dilakukan sehingga dapat menjadi salah satu
sasaran kegiatan investasi.
Salah satu tujuan kelayakan proyek adalah agar modal yang telah
ditanamkan dapat dimanfaatkan serta menghindari penanaman modal yang terlalu
besar untuk bagian yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek
memerlukan biaya tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dibandingkan
dengan resiko kegagalan suatu proyek menyangkut investasi dalam jumlah yang
besar.
Kegiatan investasi yang dilakukan akan dinilai menurut kriteria investasi
yang ada, yaitu kelayakan finansial investasi. Kriteria yang akan dinilai dan
diperhitungkan adalah : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rateof Return),
Net B/C Ratio serta Pay Back Period (PBP). Hasil analisis finansial yang
diperoleh juga perlu dilakukan penilaian untuk melihat seberapa besar perubahan
yang mempengaruhi kelayakan suatu proyek.

PT. Panca Jaya Raharja

Usaha Bioetanol

Bioetanol Molases

Bioetanol Ubikayu

Studi Kelayakan Usaha


Bioetanol

Layak

Aspek
Aspek
Aspek
Aspek
Aspek

Pasar
Teknis
Sosial
Manajemen
Finansial

Tidak Layak

Studi Kelayakan Usaha


Bioetanol

Aspek
Aspek
Aspek
Aspek
Aspek

Layak

Penilaian dan
Pemilihan

Pelaksanaan
Usaha Bioetanol

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Pasar
Teknis
Sosial
Manajemen
Finansial

Tidak Layak

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di salah satu unit usaha PT PANCA JAYA
RAHARJA di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini disebabkan oleh karena pihak
perusahaan sedang merencanakan pengembangan usaha bioetanol. Pengumpulan
dan pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus
2008.

4.2 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
pemilik usaha dan karyawan karyawan serta melakukan pengamatan langsung
untuk memperoleh informasi tambahan yang bersifat mendukung. Data sekunder
diperoleh dari berbagai literatur, majalah, instansi instansi yang terkait (BPS)
serta penelitian penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif, meliputi tahap pengolahan data, interpretasi data secara objektif.
Data diolah dengan menggunakan program Excel pada komputer serta kalkulator.

Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan aspek pasar, teknis, sosial dan
aspek manajemen.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan arus kas tunai untuk
mengkaji kelayakan investasi. Kriteria investasi yang dikaji adalah NPV, IRR, Net
B/C dan Pay Back Period. Selain itu juga melihat kepekaan kelayakan investasi
digunakan analisis switching value.

4.3.1 Analisis Aspek Pasar


Analisis aspek pasar dilihat dengan menganalisis sisi output dan sisi input.
Sisi output dengan cara menganalisis permintaan yang efektif pada harga yang
telah ditentukan serta bagaimana saluran pemasaran yang terjadi. Sisi input
dengan cara menganalisis ketersediaan bahan baku bioetanol.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis


Aspek teknis dianalisis secara deskriptif

untuk mengetahui gambaran

mengenai lokasi usaha bioetanol, besar atau luas produksi, informasi ketersediaan
tenaga kerja atau sarana produksi yang digunakan serta proses produksi yang
dilakukan.

4.3.3 Analisis Aspek Sosial


Analisis aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis dampak
dampak yang akan ditimbulkan akibat dari berjalannya proyek bioetanol terhadap
lingkungan sekitarnya. Analisis ini meliputi penciptaan kesempatan kerja, kualitas
hidup masyarakat serta kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang dapat
terjadi.

4.3.4 Analisa Aspek Manajemen


Analisis ini akan melihat kemampuan staf proyek untuk menjalankan
administrasi kegiatan. Keahlian manajemen akan dievaluasi secara subjektif jika
hal ini tidak mendapat perhatian khusus maka akan ada kemungkinan terjadi
pengambilan keputusan yang kurang baik dalam proyek yang direncanakan.
Beberapa hal yang diperhatikan adalah bentuk badan usaha, jenis pekerjaan yang
diperlukan agar usaha dapat berjalan lancar serta struktur organisasi.

4.3.5 Analisa Aspek Finansial


Analisis aspek finansial akan mendasarkan pada beberapa kriteria investasi
yang dapat menyatakan apakah layak atau tidak suatu proyek. Kriteria tersebut
adalah : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost
Ratio (B/C) dan Pay Back Period (PBP).

4.3.5.1 Net Present Value (NPV)


NPV merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan
oleh penanaman investasi. Dalam analisis financial, nilai itu merupakan nilai
sekarang dari arus tambahan pendapatan untuk individu atauharta ditilik dari segi
mana analisa dibuat (Gittinger, 1986). Perhitungan nilai sekarang tersebut perlu
ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Pada dasarnya
tingkat bunga tersebut adalah tingkat bunga pada saat kita menganggap keputusan
investasi masih terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita memulai
mengaitkan keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan.

Menurut Gittinger (1986) rumus perhitungan NPV adalah :


t t

NPV =

Bt C t

(1 i)
t0

Keterangan :
NPV

= Nilai bersih sekarang (Rp)

Bt

= Manfaat pada tahun ke-t (Rp)

Ct

= Biaya pada tahun ke-t (Rp)

= Discount rate (%)

= Umur proyek (tahun)

Berdasarkan nilai NPV, terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu :


a. NPV > 0, proyek layak untuk dilaksanakan dan menguntungkan.
b. NPV = 0, proyek tidak menguntungkan dan tidak merugikan (manfaat
pelaksanaan proyek tertentu diambil berdasarkan penilaian
subjektif oleh pengambil keputusan).
c. NPV < 0, proyek tidak layak untuk dilaksanakan dan merugikan.

4.3.5.2 Internal Rate of Return (IRR)


IRR merupakan nilai discount rate yang membuat nilai NPV suatu proyek
sama dengan nol (Gittinger, 1986). Rumus perhitungan IRR adalah sebagai
berikut :
IRR = i1 +

NPV1
(i i )
NPV1 NPV2 2 1

Keterangan :
IRR

= Tingkat pengembalian internal (%)

NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif (Rp)

NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif (Rp)


i1

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)

i2

= Discount rate yang menghasilkan NPV negative (%)

Berdasarkan perhitungan IRR, apabila nilai IRR lebih besar daripada


tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka investasi
dikatakan menguntungkan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil tingkat bunga
relevan maka investasi dikatakan merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan.

4.3.5.3 Net B/C


Net B/C merupakan perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dan
nilai sekarang arus biaya (Gittinger, 1986). Rumus perhitungan Net B/C adalah
sebagai berikut :
t t

Net B/C =

Bt C t

(1 i)
t 0
t t

Bt C t

(1 i)
t 0

, untukBt C t
0
, untukBt C t
0

Berdasarkan nilai Net B/C, terdapat tiga kriteri kelayakan investasi, yaitu :
a. Net B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan dan menguntungkan.
b. Net B/C = 1, proyek tidak menguntungkan dan tidak merugikan (manfaat
pelaksanaan proyek tertentu diambil berdasarkan penilaian
subjektif oleh pengambil keputusan).
c. Net B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan dan merugikan.

4.3.5.4 Pay Back Period (PBP)


Pay Back Period merupakan jangka waktu pengembalian investasi yang
dikeluarkan melalui keuntungan keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek.
Masa pengembalian investasi tercapai saat nilai NPV kumulatif berubah dari
negatif menjadi positif. Pay Back Period dihitung setelah terlebih dahulu
mendiskontokan nilai pendapatan bersih, kemudian perhitungan nilai pendapatan
bersih dilakukan secara kumulatif dari tahun ke tahun. Pada saat pendapatan
bersih bernilai positif maka pada saat itu investasi sudah kembali.
Pay Back Period yang semakin kecil mengidentifikasikan bahwa rencana
investasi tersebut baik dan menguntungkan. Bila terjadi kondisi yang sebaliknya,
maka rencana investasi perlu dipertimbangkan lagi. Sampai saat ini belum ada
pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan Pay Back Period maksimal yang
disyaratkan. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
P=

V
I

Keterangan :
P = Pay Back Period (waktu pengembalian investasi)
V = Jumlah modal investasi (Rp)
I = Keuntungan bersih rata rata tiap tahun (Rp)

4.3.6 Analisis Switching Value


Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan
harga output, produksi dan biaya sehingga NPV sama dengan nol serta nilai IRR
sama dengan nilai discount rate. Pada penelitian ini, analisais switching value
yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh

terjadi akibat peningkatan harga bahan baku utama bioetanol, yaitu ubi kayu dan
molases. Selain itu, hal lain yang akan dilihat adalah penurunan volume produksi.

4.3.7 Asumsi Dasar


Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan
bioetanol antara lain :
1. Pada penelitian ini dilakukan dengan dua skenario, yaitu skenario pertama
pengusahaan bioetanol menggunakan bahan baku singkong atau ubi kayu dan
skenario kedua pengusahaan bioetanol menggunakan bahan baku molases
(tetes tebu).
2. Modal yang digunakan diasumsikan

berasal dari investor. Keuntungan

merupakan bagi hasil antara investor dengan pengelola usaha bioetanol (PT
Panca Jaya Raharja)
3. Umur proyek dari analisis kelayakan bioetanol adalah 10 tahun (berdasarkan
umur ekonomis bangunan pabrik).
4. Kegiatan produksi bioetanol berbahan baku ubi kayu dilakukan sebanyak 91
kali dalam satu tahun. Setiap satu kali proses produksi bioetanol ubi kayu
membutuhkan waktu hingga empat hari. Hal ini dikarenakan proses
fermentasi yang berlangsung selama 72 jam ( tiga hari). Kegiatan produksi
bioetanol berbahan baku molases dilakukan sebanyak 121 kali dalam satu
tahun. Setiap satu kali proses produksi bioetanol molases membutuhkan
waktu hingga tiga hari. Hal ini dikarenakan proses fermentasi yang
berlangsung selama 36 jam (dua hari).

5. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha bioetanol adalah biaya investasi dan
biaya operasional. Biaya investasi secara keseluruhan dikeluarkan pada tahun
ke-0. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini
dikeluarkan pada saat tahun ke-1, dimana pada tahun tersebut kegiatan
produksi dimulai.
6. Penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan dengan metode garis lurus,
dimana nilai beli dibagi umur ekonomis.
7. Tingkat harga input dan harga output diasumsikan sama dari awal proyek
hingga akhir proyek.
8. Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan adalah tingkat suku
bunga pinjaman berjangka waktu satu tahun di Bank Rakyat Indonesia (BRI)
yaitu sebesar 12 persen.
9. Pasar bioetanol diasumsikan dapat menyerap 100 persen dari total output
yang dihasilkan.
10. Diasumsikan konversi bahan baku untuk skenario pertama adalah 6,5 kg
singkong akan menghasilkan satu liter bioetanol sedangkan skenario kedua
adalah 4 kg molasses (tetes tebu) akan menghasilkan satu liter bioetanol
(Prihandana, 2007).
11. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang Undang
No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha . yaitu :
Penghasilan Rp 50 juta, dikenakan pajak sebesar 10 persen.
Penghasilan antara Rp 50 juta Rp 100 juta, Rp 50 juta dikenakan pajak
sebesar 10 persen serta ditambah selisih pendapatan setelah dikurang Rp
50 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen.

Penghasilan Rp 100 juta, Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen,


ditambah Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 15 persen serta ditambah
selisih pendapatan setelah dikurang Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar
30 persen.

BAB V
GAMBARAN UMUM PT PANCA JAYA RAHARJA

PT Panca Jaya Raharja merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di


bidang agribisnis yang berdiri pada tanggal 29 Agustus 2003 serta berbadan
hukum No C-07585 HT 01.01.TH.2004. PT PJR terletak di Kampung Warung
Ceuri Desa Nyangkowek Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
PT PJR ingin menjadi perusahan agribisnis yang terkemuka di Indonesia.
Pendirian PT PJR merupakan hasil prakarsa dari lima orang yang saling berkawan
tapi di kemudian hari personilnya berkurang menjadi tiga orang, yaitu : Bapak
Winandar, SE ; Bapak Soekaeni, SE serta Ibu Tati Tumiarti.
Mengawali usahanya, PT PJR melakukan dua usaha yaitu budidaya ubi
kayu dan produksi pakan ternak. Budidaya ubi kayu yang dilakukan oleh PT PJR
menggunakan bibit ubi kayu asal Cicurug yang mampu berproduksi mencapai 10
kg per pohon. Ubi kayu ini dibudidayakan secara intensif dengan tidak
menggunakan pupuk kimia akan tetapi menggunakan 100 persen pupuk organik.
Hasilnya akan langsung dipasarkan ke konsumen. Kegiatan ini hingga kini masih
terus dijalankan. Bukan saja membudidayakannya tapi PT PJR juga melakukan
penjualan bibit ubi kayu ditanam dengan harga sebesar Rp 300 per stek. Kegiatan
lain yang diusahakan oleh PT PJR adalah produksi pakan ternak, yaitu silase
tanaman jagung berumur 60 hari. Usaha ini dilakukan karena PT PJR telah
melakukan kerjasama dengan konsumen di Korea. Setiap minggunya PT PJR
melakukan pengiriman silase tanaman jagung sebanyak satu hingga dua kontainer
dengan harga sebesar Rp 450 per kg (FOB). Persaingan usaha ini pun terjadi, PT

PJR mendapat persaingan yang ketat dari produsen Cina. Pada akhirnya
persaingan tersebut membuat PT PJR menghentikan pengiriman silase jagung ke
Korea dikarenakan ketidakmampuan menghadapi persaingan harga dengan
produsen Cina. Produsen Cina menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan oleh PT PJR.
Pada akhir tahun 2003 PT PJR menjalin kerjasama kembali dengan Korea,
namun pada kesempatan ini PT PJR tidak lagi memproduksi silase tanaman
jagung tapi serbuk gergaji yang dipres. Harga produk tersebut adalah Rp 450 per
kg.(FOB). Usaha tersebut hanya bertahan hingga awal tahun 2006. Hal tersebut
disebabkan oleh karena terjadi persaingan kembali dengan produsen dari Cina.
Produsen Cina menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah sehingga
membuat PT PJR menjadi tersaingi. Berselang beberapa waktu dari waktu awal
produksi serbuk gergaji, pada pertengahan tahun 2005 PT PJR juga mencoba
membuat etanol dengan bahan baku ubikayu.
Usaha pembuatan bioetanol diawali dari rasa penasaran karena pada akhir
tahun 2004 beberapa orang Korea melakukan survei ubi kayu di Indonesia. Pada
kesempatan ini, ubi kayu PT PJR dijadikan sample-nya. Rasa penasaran itu
berkembang tatkala beberapa orang Korea merencanakan akan mendirikan pabrik
etanol berbahan baku ubi kayu di daerah Garut. Hal ini membuat PT PJR
menggali berbagai informasi dari berbagai media dan pada akhirnya di salah satu
media massa nasional terdapat artikel mengenai bioetanol dari ubi kayu dan cara
pembuatannya. Berbekal informasi yang telah diperoleh maka PT PJR mencoba
untuk membuatnya namun hasilnya adalah nihil. Tanpa patah semangat, PT PJR
menelusuri infomasi hingga ke BPPT. Melalui Pak Arif, diketahui bahwa

pembuatan etanol dari ubi kayu memerlukan enzim yang membantu pada saat
proses pemasakan sehingga ubi kayu tidak menggumpal. Enzim tersebut tidak
mudah ditemukan dan diperoleh di toko toko kimia. Untuk memperolehnya, PT
PJR harus menjalani beberapa wawancara dengan produsennya dan harus
mendapat izin resmi namun pada akhirnya proses tersebut dapat dilaluinya.
Pertama kali PT PJR membuat etanol menggunakan beberapa peralatan
yang sederhana dan merupakan percobaan. Percobaan tersebut hanya membuat
etanol sebanyak lima liter yang berkadar alkohol 40 persen. Kadar alkohol yang
masih rendah itu membuat PT PJR terus melakukan perbaikan perbaikan yang
pada akhirnya membuahkan hasil yang baik. Kini etanol yang diproduksi oleh PT
PJR mampu memiliki kadar alkohol sebesar 90 96 persen dengan kapasitas 100
liter per hari. Bahan baku yang digunakan dalam pembutan etanol bukan saja ubi
kayu tapi juga menggunakan molases (tetes tebu). Saat ini PT PJR sedang
mempersiapkan diri untuk meningkatkan produksi dengan kapasitas 2000 liter per
hari.
PT PJR merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang sangat baik
dalam merespon pihak pihak yang ingin melakukan kerjasama. Salah satunya
adalah memberikan kegiatan pelatihan bioetanol dengan majalah Trubus.
Pelatihan pelatihan yang diberikan hingga saat ini telah mencapai angkatan yang
ke-13.

BAB VI
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, PASAR,
MANAJEMEN DAN SOSIAL

6.1 Aspek Teknis


Aspek teknis dalam usaha bioetanol bermanfaat untuk mengetahui
informasi mengenai sumberdaya produksi, fasilitas produksi serta tahap tahap
produksi bioetanol. Hal tersebut berperan penting dalam keberhasilan kegiatan
atau usaha bioetanol.

6.1.1 Sumberdaya Produksi


Sumberdaya produksi dalam usaha bioetanol meliputi lokasi usaha,
ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja. Lokasi usaha bioetanol PT Panca Jaya
Raharja terletak di Desa Nyangkowek Kecamatan Cicurug. Lokasi ini dipilih
karena memiliki kedekatan dengan jalan raya, yaitu tiga kilo meter.
PT PJR mempunyai dua alternatif dalam penggunaan bahan baku
bioetanol, yaitu ubi kayu dan molases. Ubi kayu yang digunakan adalah ubi kayu
yang memiliki kadar pati yang tinggi, yaitu sekitar 80 persen. Ubi kayu tersebut
adalah ubi kayu Cicurug dan diperoleh dari wilayah sekitar, yaitu Cicurug dan
Cikidang. Ketersediaan ubi kayu di wilayah tersebut mampu memenuhi
kebutuhan PT PJR sehingga dapat menjamin kontinuitas ketersediaan ubi kayu.
Produkrivitas ubi kayu Cicurug adalah 50 ton/ha. Selain itu, ubi kayu varietas
Cicurug memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dibanding dengan ubi kayu
dari daerah lain. Kebutuhan PT PJR akan ubi kayu adalah 13 ton untuk
memproduksi 2000 liter bioetanol.

Molases merupakan limbah pengolahan gula yang tidak dapat dibentuk


menjadi sukrosa. Penggunaan molases sebagai salah satu alternatif bahan baku
bioetanol sangat berpotensi karena molases mempunyai kandungan glukosa yang
masih tinggi, yaitu sekitar 60 persen. Untuk menjamin ketersediaan molases, PT
PJR melakukan kerjasama dengan beberapa pemasok di wilayah Cirebon. Dimana
daerah Cirebon merupakan salah satu produsen gula di Jawa Barat dan letaknya
relatif dekat dengan PT PJR dibandingkan dengan produsen lainnya. Para
pemasok molases di daerah Cirebon merupakan ketua kelompok tani yang akan
mengorganisir suplai molases ke PT PJR. Jumlah pemasok molases yang
melakukan kerjasama dengan PT PJR adalah sebanyak empat orang. Setiap
pemasok mampu menyediakan molases sekitar 32 ton per minggu. Kebutuhan PT
PJR akan molases sebesar delapan ton per untuk menghasilkan bioetanol
sebanyak 2000 liter. Jumlah pasokan yang ditawarkan oleh pemasok mampu
menjamin kontinuitas ketersediaan molases.
Tenaga kerja merupakan hal yang perlu juga diperhatikan kualitasnya. PT
PJR dalam menjalankan usahanya membutuhkan tenaga kerja sebanyak sembilan
orang untuk usaha bioetanol ubi kayu sedangkan jika usaha bioetanol molases
menggunakan enam orang . Jumlah tersebut terdiri dari satu tenaga kerja ahli dan
selebihnya adalah tenaga kerja pelaksana. Tenaga kerja tersebut berasal dari
wilayah sekitar usaha bioetanol.

6.1.2 Fasilitas Produksi


Kegiatan produksi adalah kegiatan utama dalam usaha ini. Kegiatan
produksi yang baik harus ditunjang dengan fasilitas produksi yang memadai

sehingga kegiatan produksi

dapat berjalan dengan lancar. Mesin atau alat

produksi yang digunakan oleh PT PJR berasal dari hasil merakit sendiri dan
membeli. Kegiatan merakit sendiri sebagian peralatan atau mesin produksi
dimaksudkan untuk mendapat kualitas yang baik dan diinginkan. Alasan lain
bahwa kegiatan ini akan membantu salah satu unit usaha PT PJR yang lain, yaitu
unit perbengkelan. Mesin atau alat produksi yang dibuat dengan cara merakit
sendiri bukan berarti tidak memiliki kualitas yang baik. Pembuatan dan perakitan
alat ini melibatkan beberapa ahli di bidang mesin sehingga kemungkinan
kegagalan dapat diminimalisir.
Mesin yang digunakan untuk memproduksi bioetanol berbahan baku ubi
kayu adalah mesin pengupas ubi kayu, mesin parutan ubi kayu, mesin pengukus
ubi kayu, heat exchanger, tangki fermentasi, tangki destilator dan boiler. Mesin
yang digunakan untuk memproduksi bioetanol berbahan baku molases adalah
tangki fermentasi dan tangki destilator. Mesin yang diperoleh dengan cara
membeli adalah tangki fermentasi dan boiler sedangkan mesin atau alat yang lain
diperoleh dengan cara merakit sendiri.

6.1.3 Teknik Produksi


Teknik produksi merupakan proses atau tahapan produksi bioetanol.
Diagram alur produksi bioetanol dapat dilihat Gambar 3. Tahap tahap produksi
bioetanol berbahan baku ubi kayu adalah sebagai berikut :
1. Ubi kayu dikupas dengan mesin pengupas ubi kayu dan dibersihkan dari
kotoran yang ada.

2. Ubi kayu yang telah dikupas lalu diparut dengan mesin parutan ubi kayu. Hal
ini dilakukan untuk memperkecil ukuran ubi kayu.
3. Hasil parutan ubi kayu dimasak hingga menjadi bubur kemudian ditambahkan
enzim -amilase. Proses pemasakan ini berlangsung hingga mencapai suhu
110 0C sehingga bakteri yang mengganggu mati. Penambahan enzim amilase bertujuan untuk memutuskan rantai pati pada bubur ubi kayu sehingga
bubur tersebut tidak menggumpal.
4. Setelah suhu mencapai 110 0C maka suhu diturunkan menjadi 50 0C kemudian
ditambahkan enzim -amilase (glukoamilase) lalu didiamkan selama tiga jam
sambil diaduk secara terus-menerus. Proses ini dinamakan sakarifikasi, yaitu
perubahan pati menjadi gula.
5. Setelah proses sakarifkasi selesai maka suhu diturunkan kembali menjadi 35
0

C dan ditambahkan ragi, urea dan NPK. Proses ini berlangsung selama 72

jam ( tiga hari).


6. Hasil proses fermentasi tersebut maka dilakukan proses destilasi (pemisahan
etanol dan air).
Tahap tahap produksi bioetanol berbahan baku molases :
1. Molases diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2,5.
2. Proses fermentasi dilakukan dengan ditambahkan ragi, urea dan NPK ke
dalam campuran molases dan air. Proses ini berlangsung selama 48 jam.
3. Proses destilasi (pemisahan etanol dengan air).

Gula

Pati
UAP
Liquifikasi dan
Pemasakan

Enzim -amilase

Sakarifikasi

Enzim -amilase

Pati

Sakarafikasi

Bioetanol

Stillage

Keterangan :
: alur proses pembuatan
: perlakuan tambahan

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Bioetanol


Dari Bahan Baku Berpati dan Bergula

6.2 Aspek Pasar


Aspek pasar merupakan aspek yang penting karena memberi gambaran
atau informasi mengenai potensi pasar, permintaan serta keberlangsungan
produksi. Kemampuan pasar yang tinggi dalam menyerap hasil produksi dengan
harga jual yang tepat maka keuntungan dapat diperoleh. Sebaliknya, jika pasar
tidak menyediakan kemungkinan menyerap hasil produksi, maka usaha yang
dilaksanakan dapat mengalami kerugian.
Cadangan minyak bumi yang menipis mendorong permintaan akan
bioetanol. Bioetanol sebagai salah satu bahan bakar nabati, akhir akhir ini
banyak digunakan oleh banyak kalangan. Potensi pasar suatu produk akan

ditunjukkan oleh seberapa besar permintaan akan produk tertentu. Potensi pasar
dari bioetanol juga ditentukan oleh permintaan yang ada. PT Panca Jaya Raharja
sebagai salah satu produsen bioetanol di Jawa Barat mengalami peningkatan
jumlah permintaan sebesar 100 liter bioetanol per hari per pelanggan. Jumlah
pelanggan PT Panca Jaya Raharja saat ini sebanyak 10 orang sehingga setiap
harinya permintaan bioetanol di PT Panca Jaya Raharja berjumlah 1.000 liter per
hari.
Pelanggan yang dimiliki oleh PT Panca Jaya Raharja berasal dari berbagai
latar belakang usaha, seperti pengusaha sarana transportasi, pengusaha katering
dan industri makanan. Semua pelanggan tersebut berada di Jakarta dan sekitarnya.
Bioetanol ini akan digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai
pencampur bahan bakar mereka dalam menjalankan usaha. Para pengusaha sarana
transportasi menggunakan bioetanol sebagai pencampur bensin (campuran
bioetanol dengan bensin biasanya disebut dengan Gasohol E-10, artinya pada
campuran tersebut kandungan bioetanolnya adalah sebanyak 10 persen sedangkan
bensin adalah 90 persen). Hal ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan kinerja
mesin yang lebih baik dan hasil gas emisi yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Pengujian, Konsumsi BBM dan Uji Tenaga Pada Gasohol E-10
No.
Parameter
1.
Akselerasi :
0 100 km/jam
40 80 km/jam
0 402 km/jam
2.
Hasil uji konsumsi BBM
(liter : km)
3.
Hasil uji tenaga

Premium

Gasohol E-10

19,01 detik
8,08 detik
21,02 detik

17,16 detik
7,46 detik
20,49 detik

1 : 12,76
88,1 HP/5.500 rpm

1 : 12,17
92,3 HP/5.500 rpm

Sumber : Reksowardojo (2006) dalam Prihandana (2007)

Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa Gasohol E-10 menghasilkan hasil


yang lebih baik dibandingkan dengan premium. Hal tersebut ditinjau dari segi
akselerasi, uji konsumsi BBM dan uji tenaga pada mesin. Selain itu, penggunaan
Gasohol E-10 juga menghasilkan gas emisi yang lebih kecil dibandingkan dengan
premium. Hal ini terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji Emisi Dalam Penggunaan Gasohol E-10 Dibandingkan
Dengan Premium Menggunakan Metode Uji UN-ECE 83-04 (EURO-2)
Parameter
Premuim
E-10
EURO II Limit
CO
5,53
3,66
2,2
HC
0,14
0,07
Sumber : Reksowardojo (2006) dalam Prihandana (2007)

Strategi pemasaran merupakan usaha usaha yang dilakukan untuk


memasarkan suatu produk. Dalam memasarkan bioetanol, PT Panca Jaya Raharja
tidak mempunyai dan melakukan strategi khusus serta tidak menggunakan jasa
pemasaran. Hal ini membuat rantai pemasaran bioetanol di PT Panca Jaya Raharja
menjadi sangat pendek. Rantai pemasaran bioetanol di PT Panca Jaya Raharja
terlihat pada Gambar 4. Awal pemasaran bioetanol di PT Panca Jaya Raharja
hanya melalui mulut ke mulut dari relasi yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini
membuahkan hasil yang baik sehingga kini permintaan bioetanol di PT Panca
Jaya Raharja mengalami peningkatan.

PT Panca Jaya Raharja

Konsumen

Gambar 4. Rantai Pemasaran Bioetanol di PT Panca Jaya Raharja

PT Panca Jaya Raharja juga melakukan kerjasama dengan majalah


pertanian nasional, yaitu dengan mengadakan pelatihan pelatihan bioetanol. Hal

ini dilakukan untuk menjaring informasi dan secara tidak langsung PT Panca Jaya
Raharja melakukan pemasaran.

6.3 Aspek Manajemen


PT Panca Jaya Raharja merupakan badan usaha yang dipimpin oleh
seorang direktur utama, yaitu Bapak Winandar, SE. Direktur utama akan
menerima tanggung jawab dari tiga bagian, yaitu bagian keuangan, bagian teknik
dan bagian operasional. Bagian keuangan yang dipimpin oleh Ibu Tati Tumiarti
bertugas mengurus kegiatan administrasi perusahaan, terutama dalam hal laporan
keuangan perusahaan. Bagian teknik bertugas dalam produksi peralatan pertanian,
terutama peralatan atau mesin produksi bioetanol serta mengurus budidaya ubi
kayu secara intensif. Bagian operasional bertugas mengawasi kegiatan operasional
produksi pupuk dan bioetanol. Bagian teknik dan operasional dipimpin oleh satu
orang, yaitu Bapak Soekaeni, SE. Secara sederhana struktur organisasi PT PJR
dapat dilihat pada Gambar 5.
Kegiatan operasional bioetanol menggunakan tenaga kerja ahli dan tenaga
kerja pelaksana. Tenaga kerja pelaksana akan terbagi ke dalam dua kelompok
kerja, yaitu shift I dan shift II. Shift I mulai bekerja dari pukul 08.00 WIB sampai
dengan pukul 20.00 WIB sedangkan shift II mulai bekerja dari pukul 20.00 WIB
sampai dengan pukul 08.00 WIB.
Tenaga kerja ahli bertugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan
operasional supaya dapat berjalan dengan lancar. Tenaga kerja pelaksana
merupakan tenaga kerja yang melakukan kegiatan operasional. Selain itu, tenaga
kerja pelaksana harus melakukan recording terhadap perlakuan produksi.
Misalnya melakukan pencatatan ketika melakukan penambahan enzim -amilase.

Direktur Utama

Bagian Keuangan
Administrasi

Bagian Teknik
Bengkel
Budidaya

Bagian Operasional
Produksi

Pupuk

Bioetanol

Gambar 5. Struktur Organisasi PT Panca Jaya Raharja

6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan


Aspek sosial merupakan aspek yang mendukung jalannya suatu proyek.
Hal ini berkaitan dengan dampak yang timbul karena adanya usaha tersebut.
Dukungan dari lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk menciptakan
lingkungan usaha yang aman. Sejak PT PJR mendirikan usaha bioetanol,
masyarakat sekitar memberi tanggapan yang baik. Hal ini karena PT PJR
mengikutsertakan sebagian anggota masyarakat sekitar dalam usahanya, yaitu
sebagai tenaga kerja pelaksana di usaha bioetanol. Selain itu juga, dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Setiap usaha yang dijalankan pasti
bukan dampak positif saja yang timbul tapi juga dampak negatif. Dampak negatif
yang akan muncul dari usaha bioetanol adalah pencemaran suara (bising) yang
dihasilkan dari mesin pengupas ubi kayu dan mesin pemarut ubi kayu. Kebisingan
ini hanya terjadi di lingkungan usaha bioetanol saja karena jarak antara tempat
usaha bioetanol dengan pemukiman penduduk cukup jauh. Dampak ini muncul
jika usaha tersebut menggunakan ubi kayu sebagai bahan bakunya sedangkan
usaha bioetanol molases tidak menimbulkan bising di lingkungan sekitar.

Sisa proses produksi atau limbah yang dihasilkan selama produksi


bioetanol akan diproses lebih lanjut, yaitu digunakan sebagai bahan baku pupuk.
Usaha bioetanol ubi kayu akan menghasilkan limbah padat yaitu sisa parutan ubi
kayu yang selanjutnya akan duproses menjadi pupuk padat sedangkan usaha
bioetanol molases akan menghasilkan limbah cair yang akan diproses menjadi
pupuk cair.

BAB VII
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Analisis kelayakan finansial usaha bioetanol dilakukan dengan tujuan


untuk memproyeksi anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan
pengeluaran pada masa yang akan datang setiap tahun. Hal tersebut dijadikan
sebagai sumber informasi mengenai kelayakan usaha yang akan dijalankan.
Apabila secara finansial usaha tersebut layak maka hal tersebut dapat menjadi
salah satu faktor pendukung dikembangkannya usaha bioetanol.
Analisis finansial usaha bioetanol pada penelitian ini dibagi menjadi dua
skenario. Skenario pertama merupakan usaha bioetanol berbahan baku ubi kayu
sedangkan skenario kedua merupakan usaha bioetanol berbahan baku molases.

7.1 Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi kayu (Skenario I)


7.1.1 Arus Manfaat (Inflow)
Manfaat merupakan sesuatu yang dapat menambah pendapatan bagi usaha
dengan kata lain segala sesuatu yang diperoleh setelah adanya pengorbanan atau
biaya. Pada usaha bioetanol ubi kayu, manfaat yang diperoleh berasal dari
penjualan bioetanol dan limbahnya serta nilai sisa dari barang investasi pada akhir
proyek atau usaha.
Nilai penjualan bioetanol diperoleh dari volume penjualan bioetanol
(kuantitas) dikalikan dengan harga jual bioetanol. Harga jual bioetanol yang
berlaku adalah Rp 10.000 per liter. Nilai produksi bioetanol setiap tahun yaitu
182.000 liter per tahun sehingga penerimaannya sebesar Rp 1.820.000.000.

Nilai produksi limbah bioetanol adalah 3250 kg untuk satu kali produksi
sehingga dalam satu tahun mampu menghasilkan limbah sebanyak 295.750 kg.
Limbah ini mempunyai nilai sebesar Rp 150 per kg sehingga dalam satu tahun
penerimaan yang berasal dari limbah sebesar Rp 44.362.500. Jadi penerimaan
total dari produksi bioetanol selama satu tahun adalah Rp 1.864.362.500.
Nilai sisa merupakan nilai di akhir proyek yang berasal dari barang
barang investasi yang masih memiliki nilai ekonomis. Nilai ini dinyatakan dalam
satuan rupiah. Nilai sisa dari kegiatan investasi usaha bioetanol ubi kayu dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Ubi Kayu
Uraian
Bangunan
Mesin pengupas ubi kayu
Mesin parutan ubi kayu
Mesin pemasak ubi kayu
Heat exchanger
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Boiler
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Wadah plastik
Pisau atau golok
Total Nilai Sisa (Rp)

Umur Ekonomis
(tahun)
10
3
3
5
5
3
10
10
5
20
1
1
2

Nilai Sisa (Rp)


0
23333.333,33
23.333.333,33
0
0
25.000.000
0
0
0
12.500.000
0
0
0
84.166.666,67

7.1.2 Arus Biaya (Outflow)


Arus biaya (outflow) merupakan pengeluaran pengeluaran yang akan
terjadi selama usaha berlangsung.
operasional.

Biaya terdiri dari biaya investasi dan

7.1.2.1 Biaya Investasi


Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal umur proyek
secara keseluruhan. Barang barang investasi akan habis pakai jika umur
ekonomis dari barang tersebut telah habis. Kegiatan investasi juga dapat dilakukan
lagi jika umur ekonomis dari barang tertentu telah habis. Hal ini disebut sebagai
reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha bioetanol ubi kayu
adalah Rp 1.707.500.000. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Ubi Kayu
Uraian
Bangunan
Mesin pengupas ubi kayu
Mesin pemarut ubi kayu
Mesin pemasak ubi kayu
Heat exchanger
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Boiler
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Wadah plastik
Pisau atau golok
Total Investasi (Rp)

Satuan
m
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
paket
buah
pasang
buah
buah

Jumlah
600
1
1
1
1
3
1
1
1
1
8
20
5

Harga/satuan
Total
(Rp)
Investasi (Rp)
375.000
225.000.000
35.000.000
35.000.000
35.000.000
35.000.000
175.000.000
175.000.000
215.000.000
215.000.000
125.00.000
37.500.000
500.000.000
500.000.000
450.000.000
450.000.000
10.000.000
10.000.000
2.500.000
25.000.000
27.000
220.000
75.000
1.500.000
25.000
125.000
1.707.500.000

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa biaya investasi terbesar


adalah alat destilasi, yaitu sebesar Rp 500.000.000. Alat destilasi tersebut
diperoleh dengan cara merakit sendiri sehingga diharapkan alat tersebut memiliki
kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan membeli. Alat ini berfungsi
untuk memisahkan bioetanol yang dihasilkan dengan cairan yang lain, terutama
air.

Kegiatan reinvestasi mulai dilakukan di setiap tahun untuk sepatu boot dan
wadah plastik (tempat menyimpan ubi kayu setelah dikupas dan dibersihkan.
Mesin pengupas ubi kayu, mesin pemarut ubi kayu dan alat fermentasi mengalami
pergantian setiap tiga

tahun.

Pisau atau golok akan dilakukan kegiatan

reinvestasi di setiap dua tahun.

7.1.2.2 Biaya Operasional


Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan operasional (produksi) dari usaha bioetanol ubi kayu. Biaya ini
terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
A. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu pada usaha bioetanol ubi kayu. Dalam hal ini yang tergolong
dalam biaya tetap adalah tenaga kerja ahli, tenaga kerja pelaksana, biaya
perawatan, biaya telepon dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Jumlah biaya tetap
yang dikeluarkan untuk usaha bioetanol ubi kayu setiap tahun adalah Rp
257.700.000. Rincian biaya tetap usaha bioetanol ubi kayu dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Rincian Biaya Tetap Pada Usaha Bioetanol Ubi Kayu
Uraian
Sewa Lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB
Total Biaya Tetap

Total Biaya Tetap (Rp/tahun)


2.500.000
36.000.000
146.000.000
87.125.000
3.000.000
175.000
272.300.000

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk biaya


tetap yang terbesar terdapat pada tenaga kerja pelaksana, yaitu sebesar Rp
272.300.000. Biaya ini akan dikeluarkan setiap bulan. Biaya perawatan
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan perawatan mesin
mesin produksi sehingga diharapkan kinerja dari mesin produksi dapat berjalan
dengan baik. Biaya telepon merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membantu
kelancaran dalam kegiatan produksi. Misalnya untuk melakukan pesanan bahan
baku atau mem-follow up pesanan. Pembayaran PBB merupakan biaya tetap yang
jumlahnya terendah, yaitu Rp 175.000 per tahun.

B. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dimana besar biaya tersebut
sangat tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini besar
biaya variabel tergantung dari jumlah bioetanol yang akan diproduksi. Biaya
variabel yang dikeluarkan untuk usaha bioetanol ubi kayu adalah Rp 882.064.880.
Rincian biaya variabel usaha bioetanol ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rincian Biaya Variabel Pada Usaha Bioetanol Ubi Kayu
Uraian
Ubi kayu
Enzim -amilase
Enzim -amilase
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Batu bara
Jerigen
Total Biaya Variabel

Total Biaya Variabel (Rp/tahun)


709.800.000
1.597.050
958.230
59.150
2.306.850
4.968.600
60.000.000
34.125.000
68.250.000
882.064.880

a. Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan bahan baku utama pembuatan bioetanol ubi kayu.
Pengeluaran untuk melakukan pembelian ubi kayu merupakan biaya yang
terbesar. Kebutuhan ubi kayu untuk menghasilkan bioetanol sebesar 2000 liter per
hari adalah 13.000 kg ubi kayu atau 13 ton ubi kayu (konversi 6,5 kg ubi kayu
akan menghasilkan satu liter bioetanol). Harga ubi kayu saat penelitian adalah Rp
600 per kg sehingga biaya yang harus dikeluarkan setiap tahun untuk pembelian
ubi kayu adalah 13.000 kg x Rp 600/kg x 91 kali produksi = Rp 709.800.000.
b. Enzim -amilase dan Enzim -amilase
Enzim -amilase adalah enzim yang berperan pada saat pemecahan rantai
pati yang ada pada larutan ubi kayu sehingga larutan tersebut tidak menjadi
kental. Enzim -amilase merupakan enzim yang berperan dalam proses
pembentikan glukosa atau sakarifikasi. Keberadaan kedua enzim tersebut
sangatlah penting karena tanpa kedua enzim tersebut maka proses produksi
bioetanol ubi kayu tidak dapat berlangsung.
Kebutuhan

akan

enzim

-amilase

dan

enzim

-amilase

untuk

memproduksi bioetanol sebanyak 2000 liter per siklus produksi adalah 0,39 liter
dan 0,234 liter. Jadi biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian enzim amilase selama satu tahun adalah 0,39 liter x Rp 45.000/liter x 91 kali = Rp
1.597.050. Biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian enzim -amilase selama
satu tahun adalah 0,234 liter x Rp 45.000/liter x 91 kali = Rp 958.230 .
c. Ragi, Urea dan NPK
Ragi, urea dan NPK adalah bahan yang ditambahkan pada saat proses
fermentasi. Hal ini bertujuan supaya proses fermentasi dapat berjalan secara

optimum. Kebutuhan bahan tersebut secara berurutan adalah 0,26 kg ragi; 16,9 kg
urea; dan 3,64 kg NPK. Harga bahan tersebut adalah Rp 2.500/kg untuk ragi, Rp
1.500/kg untuk urea dan Rp 15.000/kg untuk NPK. Biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian ragi selama satu tahun adalah 0,26 kg x Rp 2.500/kg x 91 kali = Rp
59.150. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian urea selama satu tahun adalah
16,9 kg x Rp 1.500/kg x 91 kali = Rp 2.306.850 . Biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian NPK selama satu tahun adalah 3,64 kg x Rp 15.000/kg x 91 kali = Rp
4.968.600.
d. Biaya Listrik , Batu Bara dan Jerigen
Listrik pada usaha bioetanol ubi kayu digunakan untuk menjalankan mesin
dan penerangan. Biaya listrik diperkirakan mencapai Rp 5.000.000 per bulan
sehingga dalam satu tahun pengeluaran untuk biaya listrik adalah Rp 60.000.000.
Batu bara pada penelitian ini digunakan untuk menyalakan boiler (pemanas).
Dalam satu hari kebutuhan akan batu bara sebanyak 250 kg sehingga dalam satu
tahun biaya pembelian batu bara adalah 250 kg x Rp 1.500/kg x 91 kali = Rp
34.125.000. Jerigen yang digunakan adalah berkapasitas 200 liter sehingga untuk
satu kali produksi membutuhkan 10 buah jerigen. Jadi, dalam satu tahun biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian jerigen adalah 10 buah x 91 kali
produksi/tahun x Rp 75.000 = Rp 68.250.000.

7.1.3 Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Ubi Kayu


Kelayakan finansial usaha bioetanol ubi kayu dilihat dari beberapa kriteria,
yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Pay Back Period. Pada Tabel 13. memperlihatkan

hasil analisis finansial kelayakan usaha bioetanol ubi kayu dengan tingkat
discount rate 12 persen.
Tabel 13. Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Ubi Kayu Dengan
Discount Rate 12 Persen
No
Kriteria Kelayakan
Nilai
1
NPV (Rp)
1.136.603.236,32
2
IRR (%)
29
3
Net B/C
1,89
4
Pay Back Period (tahun)
3,22

Berdasarkan Tabel 13. menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh


adalah sebesar Rp 1.136.603.236,32. Nilai ini berarti usaha bioetanol ubi kayu
yang

dilakukan

menurut

nilai

sekarang

adalah

menguntungkan

untuk

dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau keuntungan sebesar


Rp1.136.603.236,32 selama umur proyek (10 tahun).
Nilai IRR usaha bioetanol ubi kayu yang diperoleh adalah 29 persen.
Nilai ini berada di atas nilai discount rate yang berlaku, yaitu 12 persen sehingga
usaha bioetanol ubi kayu telah memenuhi kriteria kelayakan finansial. Nilai Net
B/C pada usaha tersebut adalah 1,89, yang berarti setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan pada usaha bioetanol ubi kayu akan menambah manfaat bersih
sebesar Rp 1,89 . Pay Back Period atau waktu pengembalian investasi pada
usaha ini adalah tiga tahun tiga bulan.

7.2 Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II)


7.2.1 Arus Manfaat (Inflow)
Manfaat atau inflow merupakan segala sesuatu yang dapat menambah
pendapatan bagi usaha dengan kata lain segala sesuatu yang diperoleh setelah
adanya pengorbanan atau biaya. Pada usaha bioetanol molases, manfaat yang

diperoleh berasal dari penjualan bioetanol dan limbahnya serta nilai sisa dari
barang investasi pada akhir umur proyek atau usaha.
Nilai penjualan bioetanol molases diperoleh dari volume produksi
bioetanol dikali dengan harga jualnya. Harga jual yang berlaku adalah Rp 10.000
per liter. Nilai produksi bioetanol setiap tahun diasumsikan sama setiap tahun,
yaitu 242.000 liter sehingga penerimaannya mencapai Rp 2.420.000.000. Jumlah
produksi limbah bioetanol adalah 5.000 liter untuk satu kali proses produksi
dimana nilai dari limbah bioetanol adalah Rp 50 per liter sehingga dalam satu
tahun penerimaannya adalah Rp 91.250.000. Jadi pendapatan total dari bioetanol
selama satu tahun adalah Rp 2.511.250.000.
Nilai sisa merupakan nilai di akhhir proyek yang berasal dari barang
barang investasi yang masih memiliki umur ekonomis. Nilai ini dinyatakan dalam
satuan rupiah. Nilai sisa dari kegiatan investasi usaha bioetanol molases dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Sisa Pada Investasi Bioetanol Molases
Uraian
Bangunan
Bunker penampungan molases
Bak pencampur molases dan air
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Total Nilai Sisa (Rp)

Umur Ekonomis
(tahun)
10
15
15
3
10
5
20
1

Nilai Sisa (Rp)


0
18.125.000
12.083.333,33
333.33.333,33
0
0
12.500.000
0
76.041.666,67

7.2.2 Arus Biaya (Outflow)


Arus biaya atau outflow merupakan pengeluaran pengeluaran yang akan
terjadi pada uasaha bioetanol molases. Biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional.
7.2.2.1 Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal umur proyek
secara keseluruhan. Barang barang investasi akan habis dipakai jika umur
ekonomisnya telah habis sehingga barang barang tersebut harus mengalami
reinvestasi (melakukan investasi lagi). Total biaya investasi yang dikeluarkan
untuk usaha bioetanol molases adalah Rp 900.762.500. Rincian biaya investasi
usaha bioetanol dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Rincian Biaya Investasi Usaha Bioetanol Molases

Uraian
Bangunan
Bunker penampungan molases
Bak pencampur molases dan air
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Total Investasi (Rp)

Satuan
m
m
m
buah
buah
paket
buah
pasang

Jumlah
600
75
50
4
1
1
1
5

Total
Harga/Satuan
Investasi
(Rp)
(Rp)
375.000 225.000.000
725.000 54.375.000
725.000 36.250.000
12.500.000 50.000.000
500.000.000 500.000.000
10.000.000 10.000.000
25.000.000 25.000.000
27.500
137.500
900.762.500

Berdasarkan Tabel 15. bahwa pengeluaran terbesar untuk investasi adalah


terdapat pada alat destilasi, yaitu Rp 500.000.000. Alat ini diperoleh dengan cara
merakit sendiri sehingga diharapkan alat tersebut dapat memiliki kualitas yang
baik dibanding dengan membeli. Dari berbagai jenis barang investasi, ada
beberapa barang yang mengalami reinvestasi seperti sepatu boot yang mengalami

reinvestasi di setiap tahun, instalasi listrik setiap lima tahun dan alat fermentasi
mengalami reinvestasi setiap tiga tahun.
7.2.2.2 Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan operasional (produksi) dari usaha bioetanol molases. Biaya ini
terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
A. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha bioetanol molases
adalah biaya tenaga kerja ahli, biaya tenaga kerja pelaksana, biaya perawatan,
biaya telepon dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Jumlah biaya tetap yang
dikeluarkan dalam satu tahun usaha bioetanol molases adalah Rp 189.963.125.
Rincian biaya yang dikeluarkan selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rincian Biaya Tetap Pada Usaha Bioetanol Molases Selama Satu Tahun
Uraian
Total Biaya Tetap (Rp/tahun)
Sewa lahan
2.500.000
Tenaga kerja ahli
48.000.000
Tenaga kerja pelaksana
91.250.000
Biaya perawatan
47.538.125
Biaya telepon
3.000.000
PBB
175.000
Total Biaya Tetap
189.963.125
Berdasarkan Tabel 16.

bahwa pengeluaran untuk biaya tetap terbesar

terdapat pada tenaga kerja pelaksana, yaitu sebesar Rp 91.250.000. Biaya tetap
terendah terletak pada pembayaran PBB, yaitu sebesar Rp 175.000. Pembayaran
ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun.

B. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dimana besar biaya variabel
sangat tergantung dari jumlah bioetanol yang dihasilkan. Biaya variabel yang
dikeluarkan untuk usaha molases adalah Rp 1.336.401.600 per tahun. Rincian
biaya variabel usaha bioetanol molases dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rincian Biaya Variabel Usaha Bioetanol Molases Selama Satu Tahun
Uraian
Total Biaya Variabel (Rp/tahun)
Molases
1.258.400.000
Ragi
48.400
Urea
1.887.600
NPK
4.065.600
Biaya listrik
72.000.000
Jerigen
9.075.000
Total Biaya Variabel
1.336.401.600
a. Molases
Molases adalah bahan baku utama usaha bioetanol molases. Pengeluaran
untuk pembelian molases selama satu tahun adalah Rp 1.258.400.000. Kebutuhan
molases untuk menghasilkan 2.000 liter per hari bioetanol adalah 8.000 kg
molases (8 ton), dimana konversi 4 kg molases akan menghasilkan satu liter
bioetanol. Harga molases pada saat penelitian adalah Rp 1.300 per kg sehingga
biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk pembelian molases adalah 8.000 kg x
Rp 1.300/kg x 121 kali proses produksi/tahun = Rp 1.258.400.000.
b. Ragi, Urea dan NPK
Ragi, urea dan NPK adalah bahan penolong yang ditambahkan pada saat
proses fermentasi berlangsung. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya proses
fermentasi dapat berjalan secara optimum. Kebutuhan

bahan tersebut secara

berurutan adalah 0,16 kg ragi; 10,4 kg urea dan 2,234 kg NPK. Biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian ragi selama satu tahun adalah 0,16 kg x Rp 2.500/kg

x 121 kali = Rp 48.400. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian urea selama satu
tahun adalah 10,4 kg x Rp 21.500/kg x 121 kali = Rp 1.887.600 . Biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian NPK adalah 2,234 kg x Rp 15.000/kg x 121 kali =
Rp 4.065.600
c. Biaya Listrik
Listrik pada usaha bioetanol molases digunakan untuk membantu
kelancaran proses produksi, yaitu penerangan serta menjalankan mesin sumur bor.
Biaya listrik diperkirakan sebesar Rp 5.000.000 per bulan sehingga selama satu
tahun biaya listrik yang dikeluarkan adalah Rp 60.000.000.

7.2.3 Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases


Kelayakan finansial usaha bioetanol dilihat dari beberapa kriteria
kelayakan, yaitu NPV, IRR, Net B/C serta Pay back Period. Pada Tabel 18.
memperlihatkan kelayakan finansial bioetanol molases.
Tabel 18. Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Molases
No.
1
2
3
4

Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR (%)
Net B/C
Pay Back Period (tahun)

Nilai
2.789.625.504,77
79
4,46
1,26

Berdasarkan Tabel 18. menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh


adalah positif atau lebih dari satu, yaitu Rp 2.789.625.504,77. Nilai ini berarti
bahwa bioetanol molases yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah
menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau
tambahan keuntungan sebesar Rp 2.789.625.504,77 selama umur proyek (10
tahun).

Nilai IRR sebesar 79 persen berarti bahwa usaha bioetanol molases ini
layak untuk dikembangkan atau dijalankan karena nilai IRR berada di atas nilai
discount rate. Nilai Net B/C sebesar 4,46 berarti bahwa setiap satu rupiah yang
dikeluarkan usaha bioetanol molases maka akan mendapatkan atau menghasilkan
manfaat bersih sebesar Rp 4,46. Pay Back Period usaha tersebut adalah satu tahun
tiga bulan.

7.3 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kedua Skenario


Perbandingan hasil analisis kelayakan finansial usaha bioetanol pada
kedua skenario betujuan untuk melihat skenario mana yang paling layak untuk
dijalankan. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan keempat kriteia
kelayakan finansial, seperti NPV, IRR, Net B/C dan Pay back period pada kedua
skenario. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Bioetanol Pada
Kedua Skenario
No.
Kriteria Kelayakan
Skenario I
Skenario II
1
NPV (Rp)
1.136.603.236,32
2.789.625.504,77
2
IRR (%)
29
79
3
Net B/C
1,89
4,46
4
Pay Back Period (tahun)
3,22
1,26

Berdasarkan Tabel 19. dapat diketahui bahwa skenario I dan skenario II


layak untuk dijalankan tetapi jika dilakukan perbandingan hasil di antara kedua
skenario maka skenario II paling layak. Hal ini dikarenakan pada skenario II, nilai
NPV, IRR, Net B/C dan Pay Back Period lebih unggul dibandingkan dengan
skenario I. Selain itu, kelayakan usaha bioetanol molasses juga didukung oleh
suatu fenomena bahwa bioetanol ubi kayu akan berkompetisi dengan sektor
pangan. Telah diketahui bersama bahwa ubi kayu merupakan bahan baku utama

untuk menghasilkan tepung tapioka. Jadi, apabila ubi kayu digunakan sebagai
bahan baku bioetanol maka hal ini akan menimbulkan masalah baru pada sektor
pangan.

7.4 Analisis Switching Value


Analisis switching value merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat perubahan maksimum yang boleh terjadi untuk komponen
komponen manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, analisis switching value yang
akan dilaksanakan atau dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimal
yang boleh terjadi akibat kenaikan bahan baku, yaitu ubi kayu untuk skenario I
serta molases untuk skenario II. Selain itu, faktor yang akan dilihat lagi adalah
penurunan volume produksi per hari.

7.4.1 Analisis Switching Value Pada Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I)
Berdasarkan hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap
kenaikan harga ubi kayu dan penurunan volume produksi bioetanol maka dapat
dilihat hasilnya pada Tabel 20. Rincian hasil analisis switching value dapat dilihat
pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Tabel 20. Switching Value Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I)
No
1
2

Parameter
Kenaikan harga bahan baku (ubi kayu)
Penurunan volume produksi bioetanol

Persentase (%)
53,54
20,88

Persentase perubahan terhadap parameter tersebut merupakan batas


maksimal yang dapat ditolerir oleh PT Panca Jaya Raharja. Diketahui bahwa batas
maksimal kenaikan harga bahan baku bioetanol ubi kayu adalah 53,54 persen. Jika

kenaikan harga ubi kayu melebihi 53,54 persen maka usaha bioetanol ubi kayu
menjadi tidak layak untuk dijalankan. Penurunan volume produksi bioetanol
mempunyai batas maksimal sebesar 20,88 persen. Jika penurunan volume
produksi bioetanol melebihi 20,88 persen maka usaha tersebut juga menjadi tidak
layak untuk dijalankan.
Batas batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi
layak atau tidak layaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase
yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau sensitif
terhadap perubahan persentase yang terjadi.

7.4.2 Analisis Switching Value Usaha Bioetanol Molases (Skenario II)


Faktor yang dilihat atau digunakan dalam analisis switching value pada
penelitian ini adalah kenaikan harga bahan baku bioetanol molases serta
penurunan volume produksi bioetanol. Dari hasil analisis yang dilakukan maka
diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 21. Hasil rincian analisis switching
value dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
Tabel 21. Switching Value Usaha Bioetanol Molases (Skenario II)
No.
1
2

Parameter
Kenaikan harga bahan baku (molases)
Penurunan volume produksi

Persentase (%)
64,54
33,56

Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa kenaikan harga molases


mempunyai batas maksimal sebesar 64,54 persen. Apabila

harga molases

mengalami kenaikan sebesar 64,54 persen maka usaha bioetanol molases masih
layak untuk dijalankan namun bila persentase kenaikannya melebihi batas yang
ada maka usaha tersebut menjadi tidak layak untuk dijalankan.

Penurunan volume produksi bioetanol mempunyai batas maksimum


sebesar 33,56 persen. Apabila persentase penurunan volume produksi melebihi
persentase tersebut maka usaha tersebut tidak lagi layak untuk dijalankan.

7.5 Perbandingan Analisis Switching Value dari Kedua Skenario


Perbandingan analisis switching value terhadap kedua skenario bertujuan
untuk melihat skenario mana yang paling peka terhadap perubahan perubahan
variabel variabel analisis. Perbandingan analisis kedua skenario dapat dilihat
pada Tabel 22.
Tabel 22. Perbandingan Switching Value Usaha Bioetanol Pada Kedua Skenario
No
Parameter
Skenario I
Skenario II
1 Kenaikan harga bahan baku
53,54
64,54
2 Penurunan volume produksi bioetanol
20,88
33,56
Berdasarkan Tabel 22. diketahui bahwa usaha bioetanol ubi kayu
(skenario I) akan lebih sensitif atau peka apabila dibandingkan dengan usaha
bioetanol molases (skenario II). Batas maksimal perubahan variabel

pada

skenario II lebih besar dibandingkan dengan skenario I. Batas maksimal


perubahan perubahan ini sangat mempengaruhi layak atau tidak layaknya usaha
tersebut untuk dilaksanakan. Semakin besar persentase yang diperoleh maka
usaha tersebut dapat dikatakan tidak atau kurang peka terhadap perubahan yang
terjadi.
Perbandingan di antara kedua variabel perubahan pada kedua skenario
menunjukkan bahwa penurunan volume produksi bioetanol adalah variabel yang
lebih peka dibandingkan dengan kenaikan harga barga bahan baku. Hal ini
ditunjukkan dengan besar persentase yang ada. Persentase penurunan volume

produksi bioetanol lebih kecil dibandingkan dengan persentase kenaikan harga


bahan baku.

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis aspek pasar, bahwa permintaan dan potensi pasar dari
bioetanol di PT PJR dalam kondisi yang baik dan menguntungkan bagi usaha
bioetanol. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan bioetanol melebihi
kapasitas produksi yang ada. Berdasarkan analisis aspek teknis, bahwa letak
atau lokasi dari usaha ini sangat strategis karena didukung dengan sarana dan
prasarana yang menunjang, terutama sarana transportasi yang memadai. Selain
itu, ketersediaan bahan baku yang melimpah dan tenaga kerja yang memadai.
PT PJR memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu
dalam pengorganisasian tugas, wewenang dan tanggung jawab. Berdasarkan
analisis aspek sosial dan ekonomi, bahwa usaha ini telah membawa dampak
yang positif bagi lingkungan masyarakat, terutama dalam penyerapan tenaga
kerja yang masih menganggur.
2. Berdasarkan analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario,
yaitu usaha bioetanol ubi kayu dan usaha bioetanol molases layak untuk
dijalankan. Hal ini dikarenakan nilai dari kriteria kelayakan investasi dari
kedua skenario telah memenuhi kriteria kelayakan investasi.
3. Berdasarkan analisis switching value, diketahui bahwa skenario I (usaha
bioetanol ubi kayu) lebih peka terhadap perubahan perubahan yang terjadi
dibanding dengan skenario II (usaha bioetanol molases).

8.2 Saran
1.

PT PJR disarankan untuk mengembangkan usaha bioetanol dengan


menggunakan molases sebagai bahan baku utamanya.

2. Usaha bioetanol sangat tergantung dari sarana dan prasarana yang


mendukung, seperti ketersediaan peralatan produksi, bahan baku, bahan
penolong. Untuk menjaga ketersediaan dan fluktuasi harga maka disarankan
untuk menjaga hubungan baik dengan para pemasok dengan membuat sistem
supaya para pemasok mempunyai loyalitas kepada PT Panca Jaya Raharja.
3. PT PJR dapat menjadi perusahaan agribisnis yang sukses apabila terbuka
terhadap segala informasi yang berkaitan dengan usaha bioetanol, seperti
teknologi produksi sehingga dapat membantu perkembangan usahanya.
4. PT PJR menjaga hubungan baik secara internal maupun eksternal dalam
lingkungan usaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Apriana. 1995. Perencanaan Pendirian Industri Aseton-Butanol-Etanol di Pabrik


Kelapa Sawit Bekri PT Perkebunan X Lampung. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB.
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Lingkungan Hidup. Jakarta.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UIPress. Jakarta.
Gray, C. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hambali, E. 2007. Pengantar Teknologi Bioenergi. Pusat Penelitian Surfaktan dan
Bioenergi. IPB. Bogor.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Edisi Kedua. Pustaka Jaya. Jakarta.
Husnan, S dan Suwarsono, M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.
UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek. Analisa Ekonomi. FE-UI. Jakarta.
Kadariah dan Karlina, L. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. FE-UI.
Jakarta.
Maryanto, B. 2006. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Pabrik Biodiesel
Desa Pangkalan. Baru Kecamatan Siak Hulu. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB.
Nursari, V. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Proyek Biodiesel Kelapa Sawit
pada Pusat Penelitian. Kelapa Sawit Medan. Skripsi. Fakultas Pertanian.
IPB.
Prihandana, R dkk. 2007. Bioetanol Ubikayu Bahan Bakar Masa Depan.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rinaldy. 1997. Pemanfaatan Onggok Singkong (Manihot esculenta crantz)
Sebagai Bahan Pembuatan Etanol. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
IPB.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek. Edisi Kedua. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Wulandari, I. 2007. Analisis Kelayakan Proyek Instalasi Biogas Dalam Mengelola
Limbah Ternak. Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB.

Lampiran 1. Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Ubi Kayu Pada Tahun 2009

Bulan
Jan

1
PF

2
F

3
F

4
D

5
PF

6
F

7
F

8
D

9
PF

10
F

11
F

12
D

13
PF

14
F

Tanggal
15 16 17
F
D
PF

Feb
Mar
Apr
Mei

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

PF
F
PF
F

F
F
F
D

F
D
F
PF

D
PF
D
F

F
PF
F

Jun
Jul
Ags
Sep

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
D
F

F
PF
D
F

D
F
PF
D

PF
F
F
PF

F
D
F
F

Okt
Nov
Des

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

PF
D
F

F
PF
F

F
F
D

D
F
PF

Keterangan :
P:
F:
D:

18
F

19
F

20
D

21
PF

22
F

23
F

24
D

25
PF

26
F

27
F

28
D

29
PF

30
F

31
F
F

Proses persiapan bahan baku ( pengupasan, pemarutan atau penggilingan serta pemasakan ubi kayu)
Proses fermentasi ( proses ini terjadi selama tiga hari sehingga bioetanol yang diproduksi dapat diperoleh tiga hari berikutnya)
Proses destilasi ( proses pemisahan etanol dengan air )

D
PF
D
PF
F

Lampiran 2. Jadwal Perencanaan Produksi Bioetanol Molases Tahun 2009

Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des

1
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

2
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

3
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

4
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

5
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

6
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

7
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

8
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

9
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

10
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

11
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

12
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

13
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

Tanggal
14 15 16 17
F
D PF F
D PF F
D
F
D PF F
D PF F
D
D PF F
D
PF F
D PF
PF F
D PF
F
D PF F
D PF F
D
D PF F
D
PF F
D PF
PF F
D PF

18 19
D PF
PF F
D PF
PF F
PF F
F
D
F
D
D PF
PF F
PF F
F
D
F
D

20
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

21
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

22
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

23
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

Keterangan :
P:
F:
D:

Proses persiapan bahan baku ( pencampuran molases dengan air


)
Proses fermentasi ( proses ini terjadi selama dua hari sehingga bioetanol yang diproduksi dapat diperoleh dua hari
berikutnya)
Proses destilasi ( proses pemisahan etanol dengan air )

24
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

25
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

26
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

27
D
PF
D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

28
PF
F
PF
F
F
D
D
PF
F
F
D
D

29
F
D
F
D
D
PF
PF
F
D
D
PF
PF

30
D

31
PF

D
PF
PF
F
F
D
PF
PF
F
F

PF
F
D
PF
F
D

Lampiran 3. Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I)


Uraian
1. Inflow
Nilai Penjualan Bioetanol
Niai Penjualan Limbah
Total Inflow
2. Outflow
a. Penyusutan Investasi
Bangunan
Mesin Pengupas Ubi Kayu
Mesin Parutan Ubi Kayu
Mesin Pemasak Ubi Kayu
Heat Exchanger
Tangki Fermentasi
Tangki Destilasi
Boiler
Instalasi Listrik
Sumur Bor
Sepatu Boot
Wadah Plastik
Pisau/golok
Jumlah Penyusutan

Tahun
1

10

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

1820000000
44362500
1864362500

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234583333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

22500000
11666666.67
11666666.67
35000000
43000000
12500000
50000000
45000000
2000000
1250000
220000
1500000
62500
234803333.3

Lanjutan Lampiran 3.
b. Biaya Tetap
Sewa Lahan
Tenaga Kerja Ahli
Tenaga Kerja Pelaksana
Biaya Perawatan
Biaya Telepon
PBB
Jumlah Biaya Tetap
c. Biaya Variabel
Ubi Kayu
Enzim -amilase
Enzim -amilase
Ragi
Urea
NPK
Biaya Listrik
Batu Bara
Jerigen
Jumlah Biaya Variabel
Jumlah outflow
Rugi Laba
Pajak

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

2500000
36000000
146000000
87125000
3000000
175000
274800000

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391448213
472914286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
882064880
1391668213
472694286.7
124374286

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
509603333.3
1354759167
124374286

Lampiran 4. Laporan Rugi Laba Usaha Bioetanol Molases (Skenario II)


Tahun
Uraian
1. Inflow
Nilai Penjualan Bioetanol
Nilai Penjualan Limbah
Total Inflow
2. Outflow
a. Penyusutan Investasi
Bangunan
Bunker Penampung Molases
Bak Pencampur Mol dan Air
Tangki Fermentasi
Tangki Destilasi
Instalasi Listrik
Sumur Bor
Sepatu Boot
Jumlah Penyusutan Investasi
b. Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga Kerja Ahli
Tenaga Kerja Pelaksana
Biaya Telepon
PBB
Jumlah Biaya Tetap

10

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

2420000000
91250000
2511250000

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98458333.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.667
16666666.67
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.33

22500000
3625000
2416666.67
16666666.7
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.3

22500000
3625000
2416666.67
16666666.7
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.3

22500000
3625000
2416666.67
16666666.7
50000000
2000000
1250000
137500
98595833.3

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

2500000
48000000
91250000
3000000
175000
144925000

Lanjutan Lampiran 4.
c. Biaya Variabel
Molases
Ragi
Urea
NPK
Biaya Listrik
Jerigen
Jumlah Biaya Variabel
Jumlah outflow
Rugi Laba
Pajak

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588859933
922390066.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252566.7
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252567
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252567
259217020

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
9075000
1345476600
1588997433
922252567
259217020

Lampiran 5. Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu (Skenario I)

Uraian
A. INFLOW
Nilai penjualan bioetanol
Nilai penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Mesin pengupas ubi kayu
Mesin pemarut ubi kayu
Mesin pemasak ubi kayu
Heat exchanger
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Boiler
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Wadah plastik
Pisau atau golok
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan

225000000
35000000
35000000
175000000
215000000
37500000
500000000
450000000
10000000
25000000
220000
1500000
125000
1707500000

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

Tahun
5

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

35000000
35000000

35000000
35000000

35000000
35000000

37500000

37500000

10
1820000000
44362500
84166666.7
1948529167

175000000
215000000
37500000

10000000
220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

2500000

Lanjutan Lampiran 5.
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB
Biaya Variabel
Ubi kayu
Enzim
-amilase
Enzim
-amilase
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Batu bara
Jerigen
Total outflow
Laba sebelum bagi hasil
Bagi hasil untuk PT PJR 8%
Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF=12%
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay Back Periode

1707500000
-1707500000
-1707500000
-1707500000
1
-1707500000
-1707500000
3240341278
1,136,603,236.32
29%
1.897710851
3.228041777

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

36000000
146000000
87125000
3000000
175000

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880
774027620
61922209.6
712105410
124374286
587731124
0.90909091
534301022

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880
773902620
61912209.6
711990410
124374286
587616124
0.82644628
485633161

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197834880
666527620
53322209.6
613205410.4
124374286
488831124.4
0.751314801
367266058.9

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880
773902620
61912209.6
711990410.4
124374286
587616124.4
0.683013455
401349719.5

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1490334880
374027620
29922209.6
344105410
124374286
219731124
0.62092132
136435740

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197959880
666402620
53312209.6
613090410
124374286
488716124
0.56447393
275867511

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880
774027620
61922209.6
712105410.4
124374286
587731124.4
0.513158118
301598997.8

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880
773902620
61912209.6
711990410
124374286
587616124
0.46650738
274127259

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197834880
666527620
53322209.6
613205410
124374286
488831124
0.42409762
207312116

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880
858194287
68655542.9
789538744
124374286
665164458
0.38554329
256449693

Lampiran 6. Analisis Kelayakan Usaha Bioetanol Molases (Skenario II)

Uraian
A. INFLOW
Penjualan bioetanol
Penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Bunker penampungan molases
Bak pencampur molases dan air
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB

225000000
54375000
36250000
50000000
500000000
10000000
25000000
137500
900762500

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

Tahun
5

10

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2420000000
91250000
76041666.67
2587291667

50000000

50000000

50000000

10000000
137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

Lanjutan Lampiran 6.
Biaya Variabel
Molases
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Total Outflow
Laba sebelum bagi hasil
Bagi hasil untuk PT PJR 8%
Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF= 12
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay back Periode

900762500
-900762500
-900762500
-900762500
1
-900762500
-900762500
4025143065
2,789,625,504.77
79%
4.468595290
1.260451278

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
982247775
78579822
903667953
259217020
723030755
0.89285714
645563174

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
982247775
78579822
903667953
259217020
723030755
0.797193878
576395691.2

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
932247775
74579822
857667953
259217020
673030755
0.711780248
479049997.6

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
982247775
78579822
903667953
259217020
723030755
0.635518078
459499116

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1539002225
972247775
77779822
894467953
259217020
713030755
0.56742686
404592799

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
932247775
74579822
857667953
259217020
673030755
0.50663112
340978326

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
982247775
78579822
903667953
259217020
723030755
0.452349215
327062394.7

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
982247775
78579822
903667953
259217020
723030755
0.403883228
292019995.3

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
932247775
74579822
857667953
259217020
673030755
0.360610025
242701637.4

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
1058289442
84663155.33
973626286.3
259217020
799072421.7
0.321973237
257279933.9

Lampiran 7. Analisis Switching Value Pada Penurunan Volume Produksi Sebesar 20,88 Persen (Skenario I)

Uraian
A. INFLOW
Nilai penjualan bioetanol
Nilai penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Mesin pengupas ubi kayu
Mesin pemarut ubi kayu
Mesin pemasak ubi kayu
Heat exchanger
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Boiler
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Wadah plastik
Pisau atau golok
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan

225000000
35000000
35000000
175000000
215000000
37500000
500000000
450000000
10000000
25000000
220000
1500000
125000
1707500000

Tahun
5

10

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1439919182
44362500

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1484281682

1439919182
44362500
84166666.7
1568448349

35000000
35000000

35000000
35000000

35000000
35000000

37500000

37500000

175000000
215000000
37500000

10000000
220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

2500000
36000000
146000000
87125000

Lanjutan lampiran 7
Biaya telepon
PBB
Biaya Variabel
Ubi kayu
Enzim
-amilase
Enzim
-amilase
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Batu bara
Jerigen
Total outflow
Laba sebelum bagi hasil

1707500000
1707500000

Bagi hasil untuk PT PJR 8%


Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF=12%
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay Back Periode

1707500000
1707500000
1
1707500000
1707500000
1855969900
0.00
12%
1.086951625
5.623095063

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

3000000
175000

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197834880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197959880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090459880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1197834880

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1090334880

393946802

393821802

286446801.9

393821801.9

286321802

393946801.9

393821802

286446802

478113469

31515744.2

31505744.2

22915744.15

31505744.15

22905744.2

31515744.15

31505744.2

22915744.2

38249077.5

362431058
0

362316058
0

263531057.8
0

362316057.8
0

263416058
0

362431057.8
0

362316058
0

263531058
0

439864391
0

362431058
0.90909091

362316058
0.82644628

263531057.8
0.751314801

362316057.8
0.683013455

263416058
0.56447393

362431057.8
0.513158118

362316058
0.46650738

263531058
0.42409762

439864391
0.38554329

329482780

299434758

197994784.2

247466742.6

709800000
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1490334880
6053198.07
484255.846
5568942.23
0
5568942.23
0.62092132
3457874.98

148691497

185984439.6

169023115

111762894

169586764

Lampiran 8. Analisis Switching Value Pada Kenaikan harga Ubi Kayu Sebesar 53,54 Persen (Skenario I)

Uraian
A. INFLOW
Nilai penjualan bioetanol
Nilai penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Mesin pengupas ubi kayu
Mesin pemarut ubi kayu
Mesin pemasak ubi kayu
Heat exchanger
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Boiler
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Wadah plastik
Pisau atau golok
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana

225000000
35000000
35000000
175000000
215000000
37500000
500000000
450000000
10000000
25000000
220000
1500000
125000
1707500000

Tahun
5

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

1864362500

35000000
35000000

10

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1820000000
44362500

1864362500

1864362500

1864362500

1820000000
44362500
84166666.7
1948529167

35000000
35000000

35000000
35000000

37500000

37500000

175000000
215000000
37500000

10000000
220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000
125000

220000
1500000

220000
1500000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

2500000
36000000
146000000

Lanjutan Lampiran 8.
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB
Biaya Variabel
Ubi kayu
Enzim
-amilase
Enzim
-amilase
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Batu bara
Jerigen
Total outflow
Laba sebelum bagi hasil
Bagi hasil untuk PT PJR 8%
Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF=12%
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay Back Periode

1707500000
-1707500000
-1707500000
-1707500000
1
-1707500000
-1707500000
1855969900
0.00
12%
1.086951625
5.623095063

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

87125000
3000000
175000

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470415698
393946802
31515744.2
362431058
0
362431058
0.90909091
329482780

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470540698
393821802
31505744.2
362316058
0
362316058
0.82644628
299434758

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1577915698
286446801.9
22915744.15
263531057.8
0
263531057.8
0.751314801
197994784.2

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470540698
393821801.9
31505744.15
362316057.8
0
362316057.8
0.683013455
247466742.6

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1870415698
-6053198.07
-484255.846
-5568942.23
0
-5568942.23
0.62092132
-3457874.98

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1578040698
286321802
22905744.2
263416058
0
263416058
0.56447393
148691497

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470415698
393946801.9
31515744.15
362431057.8
0
362431057.8
0.513158118
185984439.6

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470540698
393821802
31505744.2
362316058
0
362316058
0.46650738
169023115

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1577915698
286446802
22915744.2
263531058
0
263531058
0.42409762
111762894

1089880818
1597050
958230
59150
2306850
4968600
60000000
34125000
68250000
1470415698
478113469
38249077.5
439864391
0
439864391
0.38554329
169586764

Lampiran 9. Analisis Switching Value Pada Penurunan Volume Produksi Sebesar 33,56 Persen (Skenario II)

Uraian
A. INFLOW
Penjualan bioetanol
Penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Bunker penampungan molases
Bak pencampur molases dan air
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB
Biaya Variabel

225000000
54375000
36250000
50000000
500000000
10000000
25000000
137500
900762500

Tahun
5

10

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1607817097
91250000

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1699067097

1607817097
91250000
76041666.67
1775108764

50000000

50000000

50000000

10000000
137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

Lanjutan Lampiran 9.
Molases
Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Total Outflow
Laba sebelum bagi hasil
Bagi hasil untuk PT PJR 8%
Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF= 12
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay back Periode

900762500
-900762500
-900762500
-900762500
1
-900762500
-900762500
900762500
0.00
12%
1.000000000
5.571645052

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
170064872
13605189.8
156459682
0
170064872
0.89285714
151843636

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.797193878
135574674.8

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
120064872.1
9605189.769
110459682.3
0
120064872.1
0.711780248
85459804.43

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.635518078
108079300.7

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1539002225
160064872
12805189.8
147259682
0
160064872
0.56742686
90825107.1

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
120064872
9605189.77
110459682
0
120064872
0.50663112
60828600.8

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.452349215
76928711.46

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.403883228
68686349.51

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1579002225
120064872.1
9605189.769
110459682.3
0
120064872.1
0.360610025
43296596.53

1258400000
48400
1887600
4065600
72000000
1529002225
246106538.8
19688523.1
226418015.7
0
246106538.8
0.321973237
79239718.84

Lampiran 10. Analisis

Uraian
A. INFLOW
Penjualan bioetanol
Penjualan limbah bioetanol
Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Bangunan
Bunker penampungan molases
Bak pencampur molases dan air
Tangki fermentasi
Tangki destilasi
Instalasi listrik
Sumur bor
Sepatu boot
Total Investasi (Rp)
Biaya Tetap
Sewa lahan
Tenaga kerja ahli
Tenaga kerja pelaksana
Biaya perawatan
Biaya telepon
PBB
Biaya Variabel
Molases

Switching Value Pada Kenaikan Harga Molases Sebesar 39,26Persen (Skenario II)

225000000
54375000
36250000
50000000
500000000
10000000
25000000
137500
900762500

Tahun
5

10

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2420000000
91250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2511250000

2420000000
91250000
76041666.67
2587291667

50000000

50000000

50000000

10000000
137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

137500

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2500000
48000000
91250000
47538125
3000000
175000

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

2070582903

Lanjutan lampiran 10.


Ragi
Urea
NPK
Biaya listrik
Total Outflow
Laba sebelum bagi hasil
Bagi hasil untuk PT PJR 8%
Laba setelah bagi hasil
Pajak
Net Benefit
DF= 12
PV
PV Negatif
PV Positif
NPV
IRR
Net B/C
Pay back Periode

900762500
-900762500
-900762500
0
-900762500
1
-900762500
-900762500
900762500
(0.00)
12%
1.000000000
5.571645052

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
170064872
13605189.8
156459682
0
170064872
0.89285714
151843636

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.797193878
135574674.8

48400
1887600
4065600
72000000
2391185128
120064872.1
9605189.769
110459682.3
0
120064872.1
0.711780248
85459804.42

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.635518078
108079300.7

48400
1887600
4065600
72000000
2351185128
160064872
12805189.8
147259682
0
160064872
0.56742686
90825107.1

48400
1887600
4065600
72000000
2391185128
120064872
9605189.77
110459682
0
120064872
0.50663112
60828600.8

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.452349215
76928711.46

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
170064872.1
13605189.77
156459682.3
0
170064872.1
0.403883228
68686349.51

48400
1887600
4065600
72000000
2391185128
120064872.1
9605189.769
110459682.3
0
120064872.1
0.360610025
43296596.53

48400
1887600
4065600
72000000
2341185128
246106538.8
19688523.1
226418015.7
0
246106538.8
0.321973237
79239718.84

Anda mungkin juga menyukai