Disusun Oleh:
Deni Pratama
1113081000002
Dicky Hermawan
Rifka Indi
1113081000010
1113081000014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah
Ekonomi
ini
yang
berjudul
kami
buat
Manajemen
untuk
Modal
memenuhi
Kerja
kompetensi
Multinasional
mata
kuliah
Jakarta, 29 Oktober
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Perusahaan Multinasional......................................................................................................4
2.2 Biaya Modal Perusahaan Multinasional................................................................................6
2.3 Biaya Modal di Berbagai Negara.........................................................................................10
2.3.1 Perbedaan dalam Biaya Utang Antar Negara................................................................11
2.3.2 Perbedaan dalam Biaya Ekuitas....................................................................................13
2.3.3 Menggabungkan Biaya Hutang dan Biaya Ekuitas.......................................................14
2.3.4 Estimasi Biaya Utang dan Ekuitas................................................................................15
2.4 Keputusan Struktur Modal Perusahaan Multinasional.........................................................16
2.4.1 Pengaruh Karakteristik Perusahaan...............................................................................17
2.4.2 Pengaruh Karakteristik Negara.....................................................................................18
2.4.3 Mengubah Sruktur Modal untuk Menanggapi Perubahan Kondisi...............................20
2.5 Manajemen Modal Kerja Multinasional..............................................................................20
2
BAB I
PENDAHULAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi internasional yang semakin pesat membuat banyak perusahaan
menerapkan berbagai macam strategi, salah satunya dengan melakukan operasi di beberapa
negara. Keinginan perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar tidak dapat dipenuhi jika
perusahaan hanya beroperasi di negaranya saja. Kejenuhan pasar dalam negeri menjadi
alasan kuat setiap perusahaan untuk memperluas pangsa pasarnya hingga ke luar negeri.
Tidak hanya itu, efisiensi produksi dapat tercapai karena tenaga kerja yang tersedia di
negara lain lebih murah dibandingkan negara asal. Perusahaan juga dapat menangkal
perekonomian yang buruk di beberapa negara. Sehingga arus kas yang dimiliki perusahaan
lebih stabil karena naik turunnya kondisi ekonomi antar negara tidak saling berhubungan
secara sempurna.
Sehingga banyak perusahaan memilih menjadi perusahaan multinasional atau
multinational corporation (MNC). MNC merupakan perusahaan yang beroperasi melintasi
berbagai produk, pasar, bangsa, dan budaya. MNC terdiri dari perusahaan induk dan
sekelompok anak perusahaan. Anak-anak perusahaan tersebut tersebar secara geografis dan
masing-masing mungkin memiliki tujuan, kebijakan dan prosedur sendiri.
Meskipun begitu, keputusan perusahaan untuk go internasional bukanlah keputusan
yang mudah. Sebab terdapat perbedaaan kondisi antar negara yang menyebabkan perbedaan
pada biaya modal perusahaan multinasional.
Salah satu resiko yang dihadapi perusahaan multinasional adalah flukuasi nilai tukar
mata uang suatu negara. Arus kas sebuah perusahaan multinasional mungkin lebih bergejolak
daripada arus kas perusahaan domestik sebab sangat dipengaruhi oleh risiko nilai tukar.
Ketidakpastian nilai tukar bisa mengarah pada pada biaya modal yang lebih tinggi, sebab
kemungkinan kebangkrutan lebih tinggi jika arus kas masa depan lebih tidak pasti.
Sehingga perusahaan harus berupaya menggunakan suatu struktur modal yang tepat
untuk meminimalkan biaya modal mereka. Sebab semakin rendah biaya modal suatu
perusahaan maka semakin rendah tingkat pengembalian yang diinginkan atas suatu usulan
proyek tertentu.
Modal yang berhasil digalang oleh perusahaan sebagian akan dialokasikan untuk
kebutuhkan modal kerja. Modal kerja merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam
operasi perusahaan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, membayar
persekot, dan lain-lain. Sehingga perannya di dalam perusahaan sangat penting karena
berkaitan erat dengan aktivitas usaha sehari-hari.
Perusahaan multinasional harus menghadapi tugas yang lebih berat dibandingkan
perusahaan domestik. Sehingga manajer keuangan dituntut untuk mengelola modal kerja
dengan baik agar meningkatkan efisiensi modal kerja. Dengan efisiensi modal kerja yang
tinggi, perusahaan akan mencapai tujuannya yaitu pencapaian laba maksimal dan
kelangsungan hidup perusahaan.
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik perusahaan multinasional?
Bagaimana biaya modal pada perusahaan multinasional?
Bagaimana perbedaan biaya modal antar negara?
Bagaimana keputusan struktur modal pada perusahaan multinasional?
Bagaimana manajemen modal kerja pada perusahaan multinasional?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perusahaan Multinasional
Setelah perusahaan merasa jenuh dengan pasar dalam negeri, peluang pertumbuhan
seringkali lebih baik di pasar luar negeri. Sehingga perusahaan yang berkembang di
Amerika Serikat seperti Coca-Cola dan Mc Donalds secara agresif telah memperluas diri
ke pasar luar negeri.1
Banyak perusahaan minya Amerika Serikat seperti Exxon mempunyai cabang di seluruh
dunia untuk menjamin akses ke sumber daya utama yang diperlukan untuk menjamin
akses ke sumber daya utama yang diperlukan untuk mempertahankan lini bisnis utama
perusahaan.
Tidak ada satu negara pun yang mempunyai keunggulan mutlak dalam semua teknologi,
sehingga untuk mendapatkan gagasan ilmiah dan rangcangan utama perusahaan harus
mencari di seluruh dunia. Contohnya Xerox meluncurkan lebih dari 80 jenis mesin
fotokopi kantor di Amerika Serikat yang dirancang dan dibuat oleh perusahaan patungan
Jepang, Fuji Xerox.
6. Diversifikasi international
Dengan membuka fasilitas produksi dan pasar di seluruh dunia, perusahaan dapat
menangkal dampak tren perekonomian yang buruk di suatu negara. Contohnya, General
Motors mengurangi usaha penjualan yang buruk di Amerika Serikat selama resesi tahun
1990-1991 dengan penjualan yang kuat dari anak perusahaannya di Eropa. Secara umum,
diversifikasi geografis berjalan baik karena naik turunnya negara yang berbeda tidak
berhubungan secara sempurna.2
Aliran kas dari anak perusahaan di berbagai negara terdiri atas mata uang yang berbeda.
Dengan demikian analisis nilai tukar dan pengaruh perubahan nilai mata uang harus
diperhatikan.
Setiap negara dimana perusahan beroperasi mempunyai institusi ekonomi dan politik
yang berbeda, dan perbedaan ini menimbulkan masalah yang penting bagu perusahaan
yang mencoba mengendalikan operasi atas seluruh anak perusahaannya di dunia.
Contohnya perbedaan hukum atas pajak di antara negara mengakibatkan konsekouensiu
sesudah pajak yang sangat berbeda, tergantung di mana transaksi itu terjadi.
3. Perbedaan bahasa.
4. Perbedaan budaya.
5. Peranan pemerintah
Pemerintah memilki peran dalam menciptakan aturan dasar dan partisipasi yang minim.
Seringkali syarat-syarat untuk bersaing bagi perusahaan, tindakan yang harus diambil
atau dihindarkan, dan syarat-syarat perdagangan pada berbagai transaksi ditentukan oleh
negosiasi pemerintah dan perusahaan multinasional. Kondisi seperti ini mudah dijumpai
di beberapa negara maju, tetapi dibanyak negara berkembang peran pemerintah begitu
besar dalam transaksi international.
6. Risiko politik
D
E
k d (1 t )
ke
DE
DE
kc
Di mana D adalah jumlah hutang perusahaan, kd adalah biaya hutang sebelum pajak, t
adalah tarif pajak korporasi, E adalah jumlah ekuitas perusahaan, dan ke adalah biaya dari
ekuitas.
Keuntungan menggunakan utang dibandingkan ekuitas karena pembayaran bunga pada
utang bersifat mengurangi pajak. Akan tetapi semakin besar penggunaan hutang meningkatkan
3 Ibid., hlm. 260.
4 Jeff Madura, International Corporate Finance, (Jakarta: Salemba Empat, 2006),
hlm. 239.
8
Biaya modal
Rasio hutang
Seperti diperlihatkan gambar tersebut, biaya modal perusahaan awalnya turun saat rasio utang
terhadap modal meningkay. Namun, setelah beberapa saat biaya modal kemudian meningkat
ketika rasio utang terhadap total modal meningkat lebih jauh lagi (seperti yang ditunjukkan oleh
titik X). Hal ini berarti perusahaan akan lebih baik meningkatkan penggunaan pendanaan hutang
sampai pada titik dimana kemungkinan kebangkrutan dapat ditutupi oleh keuntungan pajak dari
penggunaan hutang.
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan biaya modal antara MNC dan Perusahaan
Domestik:
9
Ukuran perusahaan
Multi National Corporate (MNC) sering kali meminjam dalam jumlah yang besar
sehingga mereka memperoleh perlakuan istimewa dari para kreditor, sehingga
mengurangi biaya modal mereka. Di samping itu, kapitalisasi dari penerbitan saham atau
obligasi mereka yang relatif besar memungkinkan mereka untuk menurunkan biaya emisi
sebagai persentase dari nilai emisi.5
Harus diingat bahwa hal ini semata-mata diakibatkan oleh ukuran MNC, bukan
oleh tingkat keterlibatan MNC dalam bisnis internasional. perusahaan domestik murni
pun mendapat perlakuan yang sama jika ukurannya besar. Namun pertumbuhan
perusahaan bisa tertahan jika tidak mau berekspansi ke dalam pasar internasional. Karena
perusahaan multinasional bisa meraih pertumbuhan dengan mudah dibanding perusahaan
domestik murni.
Akses ke dalam pasar modal internasional
Perusahaan multinasional bisa mendapatkan dana dari pasar-pasar modal
internasional. Karena biaya pendanaan bervariasi antar pasar, akses MNC ke dalam
pasar-pasar modal internasional memungkinkannya untuk mendapatkan dana dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan perusahaan domestik murni.
Selain itu, perusahaan anak bisa mendapatkan dana lokal dengan biaya lebih
murah daripada perusahaan induknya sendiri, jika suku bunga yang berlaku di negara
tamu relatif rendah. Bentuk pembiayaan semacam itu dapat menurunkan biaya modal,
dan tidak selalu menaikkan exposure MNC terhadap risiko nilai tukar, karena pendapatan
yang dihasilkan oleh anak
perusahaan kemungkinan besar akan didenominasi dalam valuta yang sama
valuta dari pinjaman. Dalam hal ini, anak perusahaan tidak perlu mengandalkan
kebutuhan pembiayaan dari induk, walaupun tetap membutuhkan sejumlah bantuan
kas neto dari suatu portofolio yang terdiri dari perusahaan anak akan mengandung
variabilitas yang lebih rendah, yang bisa mengurangi probabilitas kebangkrutan dan
4
1. Seperti halnya perbedaan dalam teknologi atau sumber daya, biaya modal antar negara
juga berbeda. Hal ini memungkinkan sejumlah perusahaan multinasional untuk
menaikkan pangsa pasar global mereka dengan mudah.
6 Ibid., hlm. 242.
11
Jika kondisi ekonomi dalam suatu negara lebih stabil, risiko munculnya resesi
relatif rendah. Jadi, probabilitas sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibankewajibannya menjadi lebih rendah pula, dan premium risiko yang diminta kreditor juga
akan rendah.9
Hubungan antara korporasi dengan kreditor di sejumlah negara lebih erat daripada
di negara-negara yang lain. Di Jepang, para kreditor selalu siap mengucurkan kredit jika
sebuah korporasi mengalami masalah keuangan sehingga menurunkan risiko illiquidity.
Biaya dari masalah-masalah keuangan pada sebuah perusahaan Jepang ditanggung
dengan beragam cara oleh manajemen perusahaan, kreditor dan pelanggan. Karena
masalah-masalah keuangan tidak ditanggung sepenuhnya oleh kreditor, semua pihak
yang terlibat memiliki lebih banyak motivasi untuk menyelesaikan masalah. Jadi kecil
kemungkinan (untuk suatu jumlah hutang tertentu) perusahaan Jepang akan pailit,
sehingga kreditor di sana juga meminta premium risiko yang lebih rendah.
Pemerintah di sejumlah negara sering melakukan intervensi untuk menyelamatkan
perusahaan yang mau bangkrut. Sebagai contoh, di Inggris banyak perusahaan yang
sebagian sahamnya dimiliki pemerintah. Pemerintah tentu akan menyelamatkan
perusahaan miliknya. Bahkan, sekalipun tidak emiliki saham selembarpun, pemerintah
mungkin menyediakan subsidi langsung atau kredit kepada perusahaan yang pailit. Di
AS, bantuan dari pemerintah tidak se ring terjadi, karena pembayar pajak tidak mau
menanggung biaya dari corporate mismanagement. Walaupun pemerintah telah beberapa
kali
melakukan
intervensi
untuk
melindungi
industri-industri
tertentu,
tetapi
keuangan yang lebih tinggi daripada perusahaan AS. Jika semua faktor lain diasumsikan
sama, perusahaan yang memiliki ungkitan keuangan tinggi harus membayar premium
risiko yang lebih tinggi. Tetapi, faktor-faktor lain yang dimaksud tentu saja tidak sama.
Bahkan, perusahaan ini dibolehkan untuk menggunakan tingkat ungkitan keuangan yang
lebih tinggi karena memiliki hubungan unik dengan kreditor dan pemerintah.
Lexon Co., MNC AS yang berhasil sedang mempertimbangkan bagaimana untuk memperoleh
pendanaan proyek di Argentina untuk tahun mendatang. Lexon memperoleh informasi sebagai
berikut:
dolar. Namun kreditor telah memberikan batasan atas penggunaan dana dari utang yang dapat
diperoleh Lexon. Sehingga Lexon telah mempertimbangkan empat struktur modal yang berbeda
untuk proyek baru ini.
Perkiraan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) Lexon untuk pembiayaan proyek
Kemungkinan
Struktur Modal
Utang dari AS
(Biaya 6,3%)
Utang dari
Ejuitas
(Biaya= 18%)
Perkiraan WACC
14,49%
30% x 10,5% =
3,15%
70% x 18% =
12,6%
50% x 18% =
9%
50% x 18% =
9%
50% x 10,5% =
50% x 18% =
14,25%
Argentina (Biaya
10,5%)
30% utang AS
70% ekuitas AS
50% utang AS
50% ekuitas
20% utang AS
30% utang
Argentina
50% ekuitas AS
50% utang
30% x 6,3% =
1,89%
50% x 6,3% =
3,15%
20% x 6,3% =
1,26%
12,25%
13,41%
17
Argentina
5,25%
9%
50% ekuitas AS
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, terlihat bahwa perkiraan WACC terendah
berasal dari struktur modal yang terdiri atas 50 % utang AS dan 50% ekuitas.
2.4 Keputusan Struktur Modal Perusahaan Multinasional
Keputusan struktur modal MNC mencakup pemilihan pembiayaan modal atas ekuitas
untuk seluruh anak perusahaan. Oleh karena itu, struktur modal keseluruhan akan merupakan
kombinasi dari struktur modal anak perusahaan. MNC memenuhi adanya kompensasi antara
menggunakan utang dan menggunakan ekuitas untuk membiayai operasinya. Keuntungan
menggunakan utang dibandingkan dengan ekuitas akan berbeda untuk tiap karakteristik
perusahaan MNC dan terkait dengan negara dimana MNC mendirikan anak perusahaan.13
jika manajemen suatu MNC diperkirakan kuat dan kompeten, risiko kredit MNC tersebut
mungkin rendah, sehingga lebih mudah memperolah utang.14
3. Akses MNC ke Laba Ditahan
MNC dengan profitabilitas tinggi mungkin membiayai sebagian besar investaasinya
dengan laba ditahan dan karenanya memilih struktur modal berbasis ekuitas. Sebaliknya,
MNC dengan tingkat laba ditahan yang lebih kecil mungkin mengandalkan pembiayaan
utang. MNC yang berorientasi pada pertumbuhan, kurang mampu untuk membiayai
pengembangan mereka dengan laba ditahan dan cenderung mengandalkan utang.
4. Jaminan MNC atas Utang
Jika induk perusahaan menjamin utang anak perusahaan, kapasitas pinjaman anak
perusahaan dapat meningkat. Oleh karena itu, anak perusahan mungkin tidak terlalu
membutuhkan pembiayaan ekuitas. Namun, pada saat yang sama kapasitas pinjaman
induk perusahaan mungkin berkurang, karena kreditor tidak lagi bersedia menyediakan
dana untuk induk perusahaan jika dana tersebut digunakan untuk menyelamatkan anak
perusahaan.
5. Masalah Keagenan MNC
Jika anak perusahaan pada negara asing tidak dapat dengan mudah dimonitor dari negara
induk perusahaan, maka biaya keagenan menjadi tinggi. Untuk memaksimalkan harga
saham perusahaan, induk perusahaan dapat meminta anak perusahaan untuk menjual
saham, bukan obligasi, dibursa lokal sehingga manajernya dapat diawasi.
menyebabkan beberapa investor memiliki peluang saham yang lebih kecil sehingga
lebih besar kemungkinan bagi MNC memperoleh dana dengan biaya relatif rendah.
Hal ini akan mendorong MNC untuk menggunakan lebih banyak ekuitas melalui
penjualan saham di negara-negara tersebut untuk membiayai operasinya.
operasi tersebut dibiayai pemerintah setempat. Cara lain untuk mengurangi eksposur
dari risiko negara tertinggi namun kurang disukai adalah dengan menjual saham anak
perusahaan di negara setempat. Pemegang saham minoritas akan memperoleh
keuntungan dari anak perusahaan yang menghasilkan laba. Oleh karena itu, mereka
mungkin menekan pemerintahnya untuk tidak mengenakan pajak yang tinggi,
pembatasan lingkungan, atau biaya lain yang akan mengurani laba anak perusahaan.
Keuntungan lain dari anak perusahaan yang dimiliki dari sebagian adalah membuat
peluang tambahan di negara setempat.
6. Peraturan Pajak di Negara Setempat
Anak perusahaan asing MNC akan terkena pajak saat mengirimkan laba. Dengan
menggunakan pembiayaan utang lokal dibandingkan dengan mengandalkan
pembiayaan induk perusahaan, mereka harus membayar bunga atas uang lokal dapat
mengurangi dana yang dikirim secara periodik. Anak perusahaan asing juga dapat
mempertimbangkan utang lockl jika pemerintah mengenakan pajak perusahan yang
tinggi atas laba asing. Dengan cara ini, anak perusahaan memperoleh keuntungan
pajak dari penggunaan utang jika tarif pajak tinggi (kecuali jika pembayaran pajak
tinggi ini dapat menjadi kredit pajak yang diterima oleh induk perusahaan).
18 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 111.
22
penagihan,
memperlambat pengeluaran,
dengan demikian
19 Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 283.
23
Meskipun perusahaan multinasional dan domestic mempunyai tujuan yang sama serta
menggunakan prosedur yang serupa, namun perusahaan multinasional menghadapi tugas yang
jauh lebih rumit. Misalnya pemerintah luar negeri seringkali membuat pembatasan atas transfer
dana keluar dari negara yang bersangkutan. Semua perusahaan baik domestik maupun
multinasional harus melakukan langkah-langkah dasar dalam pengelolaan kas antara lain:
1. Perencanaan kas
Seorang manajer keuangan harus mengantisipasi arus kas yang terjadi selama
beberapa hari, minggu, atau bulan mendatang dengan menyusun anggaran kas yang
komprehensif yang memperlihatkan inflow, outflow, dan net dari keduanya. Anggaran
kas adalah suatu jadwal yang menunjukkan proyeksi arus kas masuk dan arus kas keluar
selama beberapa periode. Anggaran kas digunakan untuk meramalkan surplus dan defisit
kas. Arus kas yang bersih akan meningkatkan atau menurunkan likuiditas yang
diharapkan.20
Dalam melakukan perencanaan kas terdapat variabel yang paling lazim berubah
yaitu volume penjualan yang mengakibatkan perubahan dalam besarnya piutang,
persediaan, dan perubahan dalam rata-rata periode penagihan. Pada Multi Nasional
Ekonomi (MNE) terdapat variabel tambahan yaitu berubah-ubahnya nilai tukar yang
menyebabkan banyaknya dana yang diterima atau dibayarkan dalam salah satu mata
uang akan berubah pada saat diukur dengan mata uang lain. MNE dapat mempersiapkan
tiga anggaran kas: pertama anggaran kas untuk masing-masing entitas nasional, kedua
anggaran kas untuk masing-masing mata uang yang digunakan dalam sistem tersebut,
dan ketiga anggara kas berdasarkan kesepakatan mengenai nilai tukar inkorporat yang
digunakan untuk keperluan anggaran internal. Rate ini secara inheren merupakan suatu
perkiraan.
2. Penagihan
Kas perusahaan harus ditagih secepat mungkin dengan cara merperpendek time lag di
antara tanggal ketika pelanggan mengirimkan pembayaran dan tanggal ketika pelanggan
mengirimkan pembayaran dan tanggal ketika dana itu selesai melalui sistem clearing
perbankan dan siap untuk dibayarkan. Secara internasional, negara tujuan pembayaran
dan tersedianya fasilitas cliring dalam suatu sistem perbankan multinasional merupakan
hal yang penting.21
3. Mobilisasi
Ketika kas ada di tangan, kas tersebut harus segera digerakkan di dalam organisasi di
seluruh dunia ke lokasi geografis dan mata uang tertentu yang dibutuhkan.
4. Pembayaran atau pengeluaran
MNE harus merancang rencana pembayaran kas. Terdapat beberapa langkah yang dapat
dilakukan yakni menghindari pembayaran awal yang tidak perlu guna mempertahankan
saldo maksismum dalam bank, memaksimalkan waktu untuk mencairkan cek bank, dan
memilih suatu pembayaran bak yang menyediakan kisaran jasa dan kredit yang luas.
MNE harus menentukan apakan pembayaran dilakukan pada masing-masing anak
perusahaan atau dikelola oleh induk perusahaan melalui suatu bank. Mata uang yang
dibayarkan harus ditentukan sebelumnya melalui negosiasi.
5. Menutupi kekurangan kas
Anak perusahaan di masing-masing negara memiliki kebutuhannya masing-masing yang
ditentukan oleh anggaran individual mereka sendiri. Pada MNE, kekurangan kas di salah
satu perusahaan anak dapat diatasi dengan cara meminjam dana secara lokal atau
meminta perusahaan anak yang berada di negara lain untuk mengirimkan dananya.
Pilihan di antara kedua alternatif ini sering menjadi konsekunsi dari keputusan organisasi
untuk membuat anak perusahaan mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri atau
mengembangkan sistem manajemen kas yang terpadu antar anak perusahaan. Bila
pinjaman jangka pendek yang dipilih maka harus ditentukan mata uang yang dijadikan
patokan, bisa mata uang peminjam atau mata uang yang cash flownya di masa depan
akan diterima. Entitas peminjam juga harus dipilih, karena salah satu anak perusahaan
yang berada di lokasi dengan tingkat suku bunga rendah dapat meminjam atas nama anak
perusahaan lain yang lokasinya memilik tingkat suku bunga tinggi. Kemudian hasil
pinjaman tersebut diberikan secara internal kepada anak perusahaan saudaranya.
6. Menginvestasikan surplus kas
Bila anak perusahaan menghasilkan surplus kas, maka harus diputuskan apakah
kelebihan tersebut akan ditangani sendiri atau dikelola oleh perusahaan induk.22
23 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 156.
26
Piutang multinasional tercipta dari dua tipe transaksi terpisah: penjualan ke afiliat-afiliat
terkait dan penjualan ke para pembeli independen yang tidak memiliki hubungan kepemilikan
dengan perusahaan penjual.
Pelanggan Independen
Pengelolaan piutang dari pelanggan independen melibatkan dua tipe keputusan yaitu
dalam mata uang apa transaksi tersebut dilakukan dan bagaimana ketentuan pembayarannya.
Penjualan domestik hampir selalu dilakukan dalam mata uang lokal. Sedangkan pada penjualan
ekspor harus ditentukan transaksi dilakukan dalam mata uang eksportir, mata uang pembeli, atau
mata uang negara ketiga. Penjual biasanya lebih suka menentukan harga dan menagih pada
matauang terkuat. Sedangkan pembeli biasanya lebih suka membayar dalam mata uang terlemah.
Karena kedua belah pihak cenderung memiliki informasi yang sama mengenai risiko yang
terlibat, biasanya hasilnya berupa trade off di mana harga atau konsesi ketentuan pembayaran
diberikan oleh penjual di mana penjualan dilakukan dalam hard currency. Alternatifnya, pembeli
harus membayar lebih banyak dan lebih cepat jika pembayaran dilakukan dalam soft currncy.24
Akan tetapi hal tersebut tidaklah mutlak, misalnya penjual lebih suka menentukan harga
dan menagih dalam mata uang lemah jika penjual itu mempunyai hutang dalam mata uang
tersebut, sebab penerimaan dari penjualan tersebut dapat digunakan untuk melunasi hutang
tanpa kerugian yang tampak jelas. Namun dilihat dari opportunity cost, penjual melewatkan
kesempatan mendapatkan gain valuta asing. Pembeli juga mungkin membayar dalam hard
currency jika ia bermaksud menjual kembali barang dagangan tersebut dalam suatu hard
currency.
Ketentuan Pembayaran
Piutang dari penjualan dalam mata uang lemah harus ditagih secepat mungkin untuk
meminimumkan hilangnya nilai tukar antara tanggal penjualan dan tanggal penagihan.
Sedangkan piutang akibat penjualan dalam hard currency dapat diizinkan untuk tidak dilunasi
lebih lama.25
Praktik Pembayaran
Ketentuan periode pembayaran atas barang atau jasa yang diberikan sangat bervariasi di
seluruh dunia tergantung pada kawasan atau negaranya. Hal ini menjadi persoalan yang
substansial bagi perusahaan multinasional yang berusaha mengurangi aktiva lancarnya seperti
kas, piutang, dan persediaan.
Periode Pembayaran
Italia
Spanyol
Yunani
Perancis
Luxembour
Negara
Periode Pembayaran
Portugal
Belgia
Irlandia
Inggris
Belanda
Italia memiliki periode pembayaran terlama yaitu sekitar 90 hari dan Belanda yang tercepat
dengan rata-rata pembayaran sekitar 47 hari. Sedangkan rata-rata periode pembayaran di
sebagian besar Amerika Latin berkisar antara 90 dan 180 hari.
26 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 141.
29
Bedasarkan berbagai kondisi di mana depresiasi mata uang lokal cenderung terjadi,
manajemen harus memutuskan apakah mau menumpuk inventor dari barang-barang impor untuk
mengantisipasi terjadinya depresiasi. Setelah depresiasi terjadi, persediaan barang-barang impor
akan lebih tinggu harganya dalam mata uang lokal.27
Contohnya jika mata uang lokal Rupiah Indonesia diperkiran naik nilainya terhadap
dollar, maka perusahaan A.S yang beroperasi di Indonesia mungkin ingin meningkatkan stok
produk lokalnya sebelum terjadi kenaikan Rupiah dan sebaliknya jika Rupiah diperkirakan turun
nilainya perusahaan cenderung mengurangi persediaannya. Akan tetapi, salah satu trade-offnya
adalah biaya penyimpanan yang lebih besar karena membengkaknya tingkat persediaan.
Faktor lainnya yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan kouta atau tarif impor
atau ekspor. Pajak juga harus dipertimbangkan karena mempunyai
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas (laba ditahan dan dana yang diperoleh dari
penjualan saham) dan utang (dana pinjaman). Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur
modal yang akan meminimalkan biaya modal. Sebab semakin rendah biaya modal suatu
perusahaan maka semakin rendah tingkat pengembalian yang diinginkan atas suatu usulan
proyek tertentu.
Biaya modal untuk Multinational Corporate (MNC) dapat menjadi lebih rendah karena
ukuran MNC yang cenderung lebih besar, memiliki akses yang tinggi ke pasar modal
internasional, dan memiliki tingkat diversifikasi internasional yang tinggi pula. Akan tetapi,
terdapat beberapa kondisi pada MNC seperti risiko kurs dan risiko negara yang dapat
meningkatkan biaya modal MNC.
Biaya modal yang dibutuhkan MNC berbeda untuk setiap negara. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tingkat suku bunga bebas risiko, premi risiko utang, dan biaya ekuitas antar negara.
Negara dengan suku bunga bebas risiko yang tinggi cenderung memiliki biaya modal yang lebih
tinggi. Perbedaan biaya modal antar negara menjadi dasar pertimbangan bagi MNC untuk
menentukan struktur modalnya.
Keputusan struktur modal suatu MNC juga dipengaruhi oleh karakteristik perubahan
seperti stabilitas arus kas MNC, resiko kredit, dan aksesnya terhadap laba. Struktur modal juga
dipengaruhi oleh karakteristik negara tempat MNC menjalankan usahanya, seperti pembatasan
saham, suku bunga, menguatnya mata uang lokal, risiko negara.
Kemudian dalam melakukan usahanya, MNC harus melakukan manajemen modal kerja.
Sebab tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan
aktivitasnya. Manajemen modal kerja perusahan multinasional pada prinsipnya sama dengan
perusahan domestik. Akan tetapi perusahaan multinasional harus menghadapi risiko nilai tukar,
batasan transfer antar negara dan perbedaan lokasi. Sehingga dibutuhkan peran manajer
keuangan untuk mengelola kas, piutang, dan persediaan guna memaksimalkan laba perusahaan.
31
3.2 Saran
1. Sebelum melakukan proses go international, perusahaan sebaiknya
mengkaji lebih dalam mengenai kesiapan perusahaan menghadapi
kondisi bisnis global.
2. Perusahaan multinasional sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan multinasional, struktur
modal, dan modal kerja.
3. Penulisan berikutnya diharapkan mengkaji lebih dalam mengenai cara
menyusun struktur modal yang tepat dan dapat meminimalkan biaya
modal pada perusahaan multinasional serta upaya untuk mengelola
modal kerja secara lebih efisien.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Brigham, Eugne F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Eitman, David K dkk. 2003. Manajemen Keuangan Multinasional. Jakarta: PT
Indeks
Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Jakarta: Salemba Empat
33