Anda di halaman 1dari 36

Manajemen Keuangan Internasional

Manajemen Modal Kerja Multinasional


Ekonomi

Disusun Oleh:
Deni Pratama

1113081000002

Dicky Hermawan
Rifka Indi

1113081000010
1113081000014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Manajemen
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah
Ekonomi

ini

yang

berjudul

kami

buat

Manajemen

untuk

Modal

memenuhi

Kerja

kompetensi

Multinasional
mata

kuliah

Manajemen Keuangan Internasional. Dalam penyusunan makalah ini, kami


telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini tidaklah luput
dari kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Ibu Pudji Astuty, selaku dosen mata kuliah manajemen keuangan
internasional,
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril
maupun materil kepada kami, dan
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 29 Oktober
2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Perusahaan Multinasional......................................................................................................4
2.2 Biaya Modal Perusahaan Multinasional................................................................................6
2.3 Biaya Modal di Berbagai Negara.........................................................................................10
2.3.1 Perbedaan dalam Biaya Utang Antar Negara................................................................11
2.3.2 Perbedaan dalam Biaya Ekuitas....................................................................................13
2.3.3 Menggabungkan Biaya Hutang dan Biaya Ekuitas.......................................................14
2.3.4 Estimasi Biaya Utang dan Ekuitas................................................................................15
2.4 Keputusan Struktur Modal Perusahaan Multinasional.........................................................16
2.4.1 Pengaruh Karakteristik Perusahaan...............................................................................17
2.4.2 Pengaruh Karakteristik Negara.....................................................................................18
2.4.3 Mengubah Sruktur Modal untuk Menanggapi Perubahan Kondisi...............................20
2.5 Manajemen Modal Kerja Multinasional..............................................................................20
2

2.5.1 Manajemen kas..............................................................................................................22


2.5.2 Manajemen piutang.......................................................................................................24
2.5.3 Manajemen Persediaan..................................................................................................27
BAB III..........................................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................................29
3.1 Simpulan..............................................................................................................................29
3.2 Saran.....................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................31

BAB I
PENDAHULAN
1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi internasional yang semakin pesat membuat banyak perusahaan

menerapkan berbagai macam strategi, salah satunya dengan melakukan operasi di beberapa
negara. Keinginan perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar tidak dapat dipenuhi jika
perusahaan hanya beroperasi di negaranya saja. Kejenuhan pasar dalam negeri menjadi
alasan kuat setiap perusahaan untuk memperluas pangsa pasarnya hingga ke luar negeri.
Tidak hanya itu, efisiensi produksi dapat tercapai karena tenaga kerja yang tersedia di
negara lain lebih murah dibandingkan negara asal. Perusahaan juga dapat menangkal
perekonomian yang buruk di beberapa negara. Sehingga arus kas yang dimiliki perusahaan
lebih stabil karena naik turunnya kondisi ekonomi antar negara tidak saling berhubungan
secara sempurna.
Sehingga banyak perusahaan memilih menjadi perusahaan multinasional atau
multinational corporation (MNC). MNC merupakan perusahaan yang beroperasi melintasi
berbagai produk, pasar, bangsa, dan budaya. MNC terdiri dari perusahaan induk dan

sekelompok anak perusahaan. Anak-anak perusahaan tersebut tersebar secara geografis dan
masing-masing mungkin memiliki tujuan, kebijakan dan prosedur sendiri.
Meskipun begitu, keputusan perusahaan untuk go internasional bukanlah keputusan
yang mudah. Sebab terdapat perbedaaan kondisi antar negara yang menyebabkan perbedaan
pada biaya modal perusahaan multinasional.
Salah satu resiko yang dihadapi perusahaan multinasional adalah flukuasi nilai tukar
mata uang suatu negara. Arus kas sebuah perusahaan multinasional mungkin lebih bergejolak
daripada arus kas perusahaan domestik sebab sangat dipengaruhi oleh risiko nilai tukar.
Ketidakpastian nilai tukar bisa mengarah pada pada biaya modal yang lebih tinggi, sebab
kemungkinan kebangkrutan lebih tinggi jika arus kas masa depan lebih tidak pasti.
Sehingga perusahaan harus berupaya menggunakan suatu struktur modal yang tepat
untuk meminimalkan biaya modal mereka. Sebab semakin rendah biaya modal suatu
perusahaan maka semakin rendah tingkat pengembalian yang diinginkan atas suatu usulan
proyek tertentu.
Modal yang berhasil digalang oleh perusahaan sebagian akan dialokasikan untuk
kebutuhkan modal kerja. Modal kerja merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam
operasi perusahaan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, membayar
persekot, dan lain-lain. Sehingga perannya di dalam perusahaan sangat penting karena
berkaitan erat dengan aktivitas usaha sehari-hari.
Perusahaan multinasional harus menghadapi tugas yang lebih berat dibandingkan
perusahaan domestik. Sehingga manajer keuangan dituntut untuk mengelola modal kerja
dengan baik agar meningkatkan efisiensi modal kerja. Dengan efisiensi modal kerja yang
tinggi, perusahaan akan mencapai tujuannya yaitu pencapaian laba maksimal dan
kelangsungan hidup perusahaan.

1.2
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik perusahaan multinasional?
Bagaimana biaya modal pada perusahaan multinasional?
Bagaimana perbedaan biaya modal antar negara?
Bagaimana keputusan struktur modal pada perusahaan multinasional?
Bagaimana manajemen modal kerja pada perusahaan multinasional?

1.3 Tujuan Penulisan


1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui karakteristik perusahaan multinasional.


Mengetahui biaya modal pada perusahaan multinasional.
Mengetahui perbedaan biaya modal antar negara.
Mengetahui keputusan struktur modal pada perusahaan multinasional.
Mengetahui manajemen modal kerja pada perusahaan multinasional.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis, dapat dijadikan sebagai wadah untuk mendapatkan pengetahuan baru
mengenai biaya modal, struktur modal, dan manajemen modal kerja pada perusahaan
multinasional.
2. Bagi perusahaan multinasional, dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan struktur
modal yang tepat untuk meminimalkan biaya modal yang dikeluarkan.
3. Bagi dunia akademis, dapat menjadi referensi mengenai manajemen modal kerja pada
perusahaan multinasional dan dapat digunakan sebagai bahan pembanding bagi peulisan
di waktu mendatang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional adalah suatu perusahaan yang beroperasi secara terintegarasi di


beberapa negara. Perusahaan multinasional awalnya adalah perusahaan domestik, namun karena
tingkat pertumbuhannya yang semakin tinggi dan peluang pasar yang dihadapi semakin besar
maka perusahaan melakukan ekspansi ke negara lain atau go internasional.

Aktivitas ekonomi internasional telah meningkatkan saling ketergantungan ekonomi dan


perdagangan di seluruh dunia. Tidak hanya membeli sumber daya dan menjual barang ke luar
negeri, perusahaan multinasional juga sekarang melakukan investasi langsung dalam operasi
yang terintegrasi seluruhnya dari mulai pengambilan bahan baku setelah melalui proses pabrikasi
sampai distribusi kepada konsumen di seluruh dunia. Dewasa ini, jaringan perusahaanperusahaan multinasional mengendalikan pangsa oasar yang besar dan terus bertumbuh dari
sumber daya teknologi, pemasaran, dan produksi dunia.

Terdapat beberapa alasan perusahaan menjadi perusahaan global antara lain:

1. Mencari pasar baru

Setelah perusahaan merasa jenuh dengan pasar dalam negeri, peluang pertumbuhan
seringkali lebih baik di pasar luar negeri. Sehingga perusahaan yang berkembang di
Amerika Serikat seperti Coca-Cola dan Mc Donalds secara agresif telah memperluas diri
ke pasar luar negeri.1

2. Penggunaan bahan baku dari negara asing

Banyak perusahaan minya Amerika Serikat seperti Exxon mempunyai cabang di seluruh
dunia untuk menjamin akses ke sumber daya utama yang diperlukan untuk menjamin
akses ke sumber daya utama yang diperlukan untuk mempertahankan lini bisnis utama
perusahaan.

3. Penggunaan teknologi asing

Tidak ada satu negara pun yang mempunyai keunggulan mutlak dalam semua teknologi,
sehingga untuk mendapatkan gagasan ilmiah dan rangcangan utama perusahaan harus
mencari di seluruh dunia. Contohnya Xerox meluncurkan lebih dari 80 jenis mesin
fotokopi kantor di Amerika Serikat yang dirancang dan dibuat oleh perusahaan patungan
Jepang, Fuji Xerox.

4. Peningkatan efisiensi produksi

Perusahaan-perusahaan di negara yang berbiaya produksi tinggi mengalihkan


produksinya ke negara yang berbiaya rendah. Kemampuan untuk mengalihkan produksi
dari satu negara ke negara lain mempunyai implikasi penting bagi biaya tenaga kerja.
Contohnya perusahaan pabrikan Jepang mengalihkan beberapa produksinya ke negaranegara berbiaya rendah di Lingkar Pasifik.
1 Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 255.
5

5. Menghindari hambatan politik dan peraturan pemerintah

Alasan utama perusahaan mobil Jepang memindahkan produksinya ke Amerika Serikat


adalah untuk mwndapatkan kuota impor Amerika Serikat. Sekarang Honda, Nissan,
Toyota, Mazda, dan Mitsubishi semuanya merakit mobil dan truk di Amerika Serikat.

6. Diversifikasi international

Dengan membuka fasilitas produksi dan pasar di seluruh dunia, perusahaan dapat
menangkal dampak tren perekonomian yang buruk di suatu negara. Contohnya, General
Motors mengurangi usaha penjualan yang buruk di Amerika Serikat selama resesi tahun
1990-1991 dengan penjualan yang kuat dari anak perusahaannya di Eropa. Secara umum,
diversifikasi geografis berjalan baik karena naik turunnya negara yang berbeda tidak
berhubungan secara sempurna.2

Perbedaan manajemen keuangan multinasional dengan manajemen keuangan domestik


terletak pada lingkup bisnis yang dilaksanakan. Perbedaan tersebut menjadi inti munculnya
kondisi-kondisi yang tidak terdapat pada manajemen keuangan domestik seperti:

1. Perbedaan mata uang

Aliran kas dari anak perusahaan di berbagai negara terdiri atas mata uang yang berbeda.
Dengan demikian analisis nilai tukar dan pengaruh perubahan nilai mata uang harus
diperhatikan.

2. Percabangan ekonomi dan hukum

2 Ibid., hlm. 256


6

Setiap negara dimana perusahan beroperasi mempunyai institusi ekonomi dan politik
yang berbeda, dan perbedaan ini menimbulkan masalah yang penting bagu perusahaan
yang mencoba mengendalikan operasi atas seluruh anak perusahaannya di dunia.
Contohnya perbedaan hukum atas pajak di antara negara mengakibatkan konsekouensiu
sesudah pajak yang sangat berbeda, tergantung di mana transaksi itu terjadi.

3. Perbedaan bahasa.

Kemampuan berkomunikasi sangan penting dalam semua transaksi perusahaan.


Kemampuan berbahasa yang baik memungkinkan perusahaan untuk melakukan penetrasi
pasar dengan mudah.

4. Perbedaan budaya.

Perusahaan multinasional harus mempertimbangkan faktor budaya terutama dalam


penentuan tujuan, ketenaga kerjaan, dan kemampuannya untuk memperoleh profit yang
wajar. Sebab, masing-masing negara memiliki tradisi budaya yang unik dan membentuk
nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku bisnis masyarakat tersebut.

5. Peranan pemerintah

Pemerintah memilki peran dalam menciptakan aturan dasar dan partisipasi yang minim.
Seringkali syarat-syarat untuk bersaing bagi perusahaan, tindakan yang harus diambil
atau dihindarkan, dan syarat-syarat perdagangan pada berbagai transaksi ditentukan oleh
negosiasi pemerintah dan perusahaan multinasional. Kondisi seperti ini mudah dijumpai
di beberapa negara maju, tetapi dibanyak negara berkembang peran pemerintah begitu
besar dalam transaksi international.

6. Risiko politik

Terdapat kemungkinan bahwa perusahaan multinasional diambil alih tanpa diberikan


kompensasi oleh negara dimana perusahaan itu berada.3
2.2 Biaya Modal Perusahaan Multinasional
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas (laba ditahan dan dana yang diperoleh
dari penjualan saham) dan utang (dana pinjaman). Biaya dari laba ditahan merupakan biaya
kesempatan (opprtunity cost), di mana pengembalian yang dapat diperoleh para pemegang saham
jika mereka menerima laba dalam bentuk dividen dan menginvestasikan dana itu sendiri.
Biaya dari saham biasa baru juga menggambarkan suatu biaya oportunitas, sebab
pengembalian yang diperoleh para pemegang modal baru jika mereka menginvestasikan dalam
bentuk lain, bukan dalam saham perusahaan. Biaya ini melebihi biaya dari laba ditahan karena
mengandung beban-beban yang berhubungan dengan penerbitan saham baru.
Biaya dari hutang perusahaan adalah bunga yang harus ditanggung perusahaan.
Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal yang akan meminimalkan biaya modal
mereka. Sebab semakin rendah biaya modal suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat
pengembalian yang diinginkan atas suatu usulan proyek tertentu.4
Biaya modal rata-rata tertimbang (yang disimbolkan dengan kc) dapat diukur dengan
persamaan:

D
E
k d (1 t )
ke
DE
DE

kc

Di mana D adalah jumlah hutang perusahaan, kd adalah biaya hutang sebelum pajak, t
adalah tarif pajak korporasi, E adalah jumlah ekuitas perusahaan, dan ke adalah biaya dari
ekuitas.
Keuntungan menggunakan utang dibandingkan ekuitas karena pembayaran bunga pada
utang bersifat mengurangi pajak. Akan tetapi semakin besar penggunaan hutang meningkatkan
3 Ibid., hlm. 260.
4 Jeff Madura, International Corporate Finance, (Jakarta: Salemba Empat, 2006),
hlm. 239.
8

kemungkinan kebangkrutan. Sehingga, tingkat pengembalian yang diinginkan oleh calon


pemegang saham baru atau kreditor baru akan meningkat sebagai akibat dari tingkat
kemungkinan bangkrut yang tinggi.
Kompensasi antara keunggulan hutang dan kelemahannya diilustrasikan dalam gambar
berikut ini:

Mencari Struktur Modal yang Tepat

Biaya modal

Rasio hutang

Seperti diperlihatkan gambar tersebut, biaya modal perusahaan awalnya turun saat rasio utang
terhadap modal meningkay. Namun, setelah beberapa saat biaya modal kemudian meningkat
ketika rasio utang terhadap total modal meningkat lebih jauh lagi (seperti yang ditunjukkan oleh
titik X). Hal ini berarti perusahaan akan lebih baik meningkatkan penggunaan pendanaan hutang
sampai pada titik dimana kemungkinan kebangkrutan dapat ditutupi oleh keuntungan pajak dari
penggunaan hutang.
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan biaya modal antara MNC dan Perusahaan
Domestik:
9

Ukuran perusahaan
Multi National Corporate (MNC) sering kali meminjam dalam jumlah yang besar
sehingga mereka memperoleh perlakuan istimewa dari para kreditor, sehingga
mengurangi biaya modal mereka. Di samping itu, kapitalisasi dari penerbitan saham atau
obligasi mereka yang relatif besar memungkinkan mereka untuk menurunkan biaya emisi
sebagai persentase dari nilai emisi.5
Harus diingat bahwa hal ini semata-mata diakibatkan oleh ukuran MNC, bukan
oleh tingkat keterlibatan MNC dalam bisnis internasional. perusahaan domestik murni
pun mendapat perlakuan yang sama jika ukurannya besar. Namun pertumbuhan
perusahaan bisa tertahan jika tidak mau berekspansi ke dalam pasar internasional. Karena
perusahaan multinasional bisa meraih pertumbuhan dengan mudah dibanding perusahaan

domestik murni.
Akses ke dalam pasar modal internasional
Perusahaan multinasional bisa mendapatkan dana dari pasar-pasar modal
internasional. Karena biaya pendanaan bervariasi antar pasar, akses MNC ke dalam
pasar-pasar modal internasional memungkinkannya untuk mendapatkan dana dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan perusahaan domestik murni.
Selain itu, perusahaan anak bisa mendapatkan dana lokal dengan biaya lebih
murah daripada perusahaan induknya sendiri, jika suku bunga yang berlaku di negara
tamu relatif rendah. Bentuk pembiayaan semacam itu dapat menurunkan biaya modal,
dan tidak selalu menaikkan exposure MNC terhadap risiko nilai tukar, karena pendapatan
yang dihasilkan oleh anak
perusahaan kemungkinan besar akan didenominasi dalam valuta yang sama
valuta dari pinjaman. Dalam hal ini, anak perusahaan tidak perlu mengandalkan
kebutuhan pembiayaan dari induk, walaupun tetap membutuhkan sejumlah bantuan

manajerial dari induk.


Diversifikasi internasional
Biaya modal sebuah perusahaan berhubungan erat dengan probabilitas
kebangkrutannya. Jika arus kas masuk sebuah perusahaan berasal dari berbagai sumber di
seluruh dunia, arus kas masuk tersebut mungkin lebih stabil. Penalaran ini didasarkan
pada anggapan bahwa penjualan total tidak akan dipengaruhi secara signifikan oleh satu
perekonomian tunggal. Sejauh negara-negara individual independen satu sama lain, arus

5 Ibid., hlm. 241.


10

kas neto dari suatu portofolio yang terdiri dari perusahaan anak akan mengandung
variabilitas yang lebih rendah, yang bisa mengurangi probabilitas kebangkrutan dan
4

dengan demikian menurunkan biaya modal.6


Exposure terhadap risiko nilai tukar
Arus kas sebuah perusahaan multi nasional mungkin lebih bergejolak daripada
arus kas perusahaan domestik yang ada dalam industri yang sama, jika arus kas tersebut
sangat dipengaruhi oleh risiko nilai tukar. Perusahaan yang lebih terekspos terhadap
fluktuasi nilai tukar biasanya akan memiliki distribusi arus kas yang lebih bergejolak di
periode-periode yang akan datang. Karena kemungkinan kebangkrutan lebih tinggi jika
arus kas masa depan lebih tidak pasti, exposure terhadap nilai tukar bisa mengarah pada

biaya modal yang lebih tinggi.


Exposure terhadap risiko negara
Sebuah perusahaan multinasional yang mendirikan anak-anak perusahaan di luar
negeri menghadapi kemungkinan disitanya aset-aset anak perusahaan oleh pemerintah
tamu. Probabilitas terjadinya kejadian tersebut dipengaruhi beberapa faktor, termasuk
sikap pemerintah negara setempat dan industri terkait. Jika aset disita dan kompensasi
yang wajar tidak disediakan, probabilitas kebangkrutan MNC meningkat. Semakin tinggi
aset MNC yang diinvestasikan di luar negeri semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan
(dan semakin tinggi pula biaya modal).
Bentuk risiko negara lainnya, seperti perubahan aturan pajak pemerintah setempat
juga dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan multinasional. Secara umum, ukuran
perusahaan, akses ke dalam pasar modal internasional, dan diversifikasi internasional
memiliki hubungan positif dengan biaya modal perusahaan multinasional, sementara
risiko nilai tukar dan risiko negara memiliki hubungn negatif.

2.3 Biaya Modal di Berbagai Negara

Biaya modal antar negara mungkin bervariasi seperti:

1. Seperti halnya perbedaan dalam teknologi atau sumber daya, biaya modal antar negara
juga berbeda. Hal ini memungkinkan sejumlah perusahaan multinasional untuk
menaikkan pangsa pasar global mereka dengan mudah.
6 Ibid., hlm. 242.
11

2. Perbedaan biaya modal antar negara memungkinkan perusahaan multinasional untuk


menyesuaikan operasi internasional dan sumber dana mereka dalam rangka mengambil
keuntungan dari perbedaan tersebut.

3. Pemahaman mengenai perbedaan-perbedaan dalam biaya dari masing-masing komponen


modal (hutang dan ekuitas) dapat membantu menjelaskan mengapa perusahaan
multinasional yang berbasis di sejumlah negara cenderung memiliki struktur modal yang
lebih padat-hutang daripada perusahaan multinasional yang berbasis di negara-negara
yang lain.7

2.3.1 Perbedaan dalam Biaya Utang Antar Negara


Biaya dari utang (cost of debt) bagi sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh suku bunga
bebas-risiko dari valuta yang dipinjam dan premium risiko yang diminta oleh kreditor. Biaya
utang mungkin lebih tinggi di sejumlah negara dibanding negara-negara lain karena tingginya
suku bunga bebas risiko atau karena premium risiko yang diminta lebih tinggi. Berikut adalah
penjelasan mengenai perbedaan dalam suku bunga bebas-risiko dan premium risiko.

1. Perbedaan dalam Suku Bunga Bebas-Risiko


Suku bunga bebas-risiko ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran dana. Setiap faktor yang mempengaruhi permintaan atau penawaran akan
mempengaruhi suku bunga bebas-risiko. Sejumlah faktor yang memiliki pengaruh
semacam itu (meskipun bervariasi antar negara) adalah ketentuan-ketentuan perpajakan,
aspek-aspek demografis, kebijakan-kebijakan moneter, dan kondisi ekonomi. Ketentuanketentuan perpajakan di sejumlah negara dirancang untuk mendorong orang agar lebih
banyak menabung, yang bisa mempengaruhi penawaran tabungan, dan dengan demikian,
suku bunga. Peraturan-peraturan pajak sebuah negara yang berhubungan dengan
penyusutan dan kredit pajak investasi (investment tax credit) dapat juga mempengaruhi
suku bunga melalui pengaruhnya atas permintaan dana oleh korporasi.8
7 Ibid., hlm. 245.
12

Kondisi demografis (jumlah populasi dan sebagainya) dari sebuah negara


mempengaruhi penawaran tabungan dan permintaan terhadap dana pinjaman. Karena
kondisi-kondisi demografis berbeda antar negara, begitu juga kondisi permintaan dan
penawaran, dan dengan demikian, suku bunga nominal. Negara-negara yang sebagian
besar populasinya berusia muda cenderung memiliki suku bunga yang tinggi karena
rumah tangga berusia muda biasanya menabung sedikit dan banyak meminjam.
Kebijakan moneter yang diimplementasikan tiap bank sentral mempengaruhi
penawaran dana, dan tentu saja, suku bunga. Negara-negara yang menerapkan kebijakan
moneter yang longgar (sehingga pertumbuhan uang beredar menjadi tinggi) bisa meraih
suku bunga nominal yang rendah jika mereka dapat mengendalikan laju inflasi. Namun,
sejumlah pakar menyatakan bahwa kebijakan moneter longgar akan menimbulkan
peningkatan suku bunga dengan menaikkan ekspektasi inflasi dan permintaan dana. Poin
yang relevan di sini adalah bahwa terlepas dari bagaimana suatu kebijakan moneter
mempengaruhi suku bunga, tiap bank sentral mengimplementasikan kebijakan moneter
yang berbeda, dan hasilnya adalah suku bunga yang berbeda di tiap negara.
Karena kondisi ekonomi mempengaruhi suku bunga, suku bunga juga akan
berbeda antar negara. Biaya dari hutang di banyak negara berkembang jauh lebih tinggi
daripada biaya hutang di negara industri, terutama disebabkan oleh kondisi ekonomi.
Ekspektasi inflasi yang tinggi di negara-negara berkembang menyebabkan para kreditor
meminta suku bunga bebas risiko yang tinggi pula.

2. Perbedaan dalam Premium Risiko


Premium risiko dari hutang harus cukup besar demi menyediakan kompensasi
kepada kreditor terhadap risiko ketidakmampuan peminjam melunasi kewajibankewajibannya. Risiko ini bisa bervariasi antar negara karena perbedaan kondisi ekonomi,
hubungan antara korporasi dengan kreditor, intervensi pemerintah, dan tingkat ungkitan
keuangan.

8 Ibid., hlm. 246.


13

Jika kondisi ekonomi dalam suatu negara lebih stabil, risiko munculnya resesi
relatif rendah. Jadi, probabilitas sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibankewajibannya menjadi lebih rendah pula, dan premium risiko yang diminta kreditor juga
akan rendah.9
Hubungan antara korporasi dengan kreditor di sejumlah negara lebih erat daripada
di negara-negara yang lain. Di Jepang, para kreditor selalu siap mengucurkan kredit jika
sebuah korporasi mengalami masalah keuangan sehingga menurunkan risiko illiquidity.
Biaya dari masalah-masalah keuangan pada sebuah perusahaan Jepang ditanggung
dengan beragam cara oleh manajemen perusahaan, kreditor dan pelanggan. Karena
masalah-masalah keuangan tidak ditanggung sepenuhnya oleh kreditor, semua pihak
yang terlibat memiliki lebih banyak motivasi untuk menyelesaikan masalah. Jadi kecil
kemungkinan (untuk suatu jumlah hutang tertentu) perusahaan Jepang akan pailit,
sehingga kreditor di sana juga meminta premium risiko yang lebih rendah.
Pemerintah di sejumlah negara sering melakukan intervensi untuk menyelamatkan
perusahaan yang mau bangkrut. Sebagai contoh, di Inggris banyak perusahaan yang
sebagian sahamnya dimiliki pemerintah. Pemerintah tentu akan menyelamatkan
perusahaan miliknya. Bahkan, sekalipun tidak emiliki saham selembarpun, pemerintah
mungkin menyediakan subsidi langsung atau kredit kepada perusahaan yang pailit. Di
AS, bantuan dari pemerintah tidak se ring terjadi, karena pembayar pajak tidak mau
menanggung biaya dari corporate mismanagement. Walaupun pemerintah telah beberapa
kali

melakukan

intervensi

untuk

melindungi

industri-industri

tertentu,

tetapi

kemungkinan pemerintah AS akan turun tangan menyelamatkan perusahaan yang pailit


lebih rendah dibandingkan pemerintah-pemerintah lain. Dengan demikian, premium
risiko (untuk jumlah hutang tertentu) yang diminta para kreditor di AS lebih tinggi
dibandingkan kreditor-kreditor negara lain.
Perusahaan di sejumlah negara memiliki kapasitas peminjaman yang lebih besar
karena kreditor-kreditor mereka mau mentolerir tingkat ungkitan keuangan yang lebih
tinggi. Sebagai contoh, perusahaan di Jepang dan Jerrnan memiliki tingkat ungkitan
9 Ibid., hlm. 247.
14

keuangan yang lebih tinggi daripada perusahaan AS. Jika semua faktor lain diasumsikan
sama, perusahaan yang memiliki ungkitan keuangan tinggi harus membayar premium
risiko yang lebih tinggi. Tetapi, faktor-faktor lain yang dimaksud tentu saja tidak sama.
Bahkan, perusahaan ini dibolehkan untuk menggunakan tingkat ungkitan keuangan yang
lebih tinggi karena memiliki hubungan unik dengan kreditor dan pemerintah.

2.3.2 Perbedaan dalam Biaya Ekuitas


Biaya dari ekuitas dalam sebuah negara mewakili biaya oportunitas yaitu apa yang
pemegang saham dapat hasilkan melalui investasi dengan tingkat risiko sama jika dana modal
sendiri didistribusikan ke tempat tersebut. Pengembalian dari ekuitas ini dapat disetarakan
dengan suku bunga bebas-risiko yang seharusnya bisa dihasilkan oleh pemegang saham,
ditambah premium yang mencerminkan risiko dari perusahaan. Karena suku bunga bebas-risiko
bervariasi antar negara, biaya dari ekuitas dengan demikian juga bervariasi dari satu negara ke
negara lain.10
Biaya dari ekuitas juga didasarkan pada peluang investasi di negara yang bersangkutan.
Dalam sebuah negara yang menyediakan banyak peluang investasi, pengembalian potensialnya
relatif tinggi, sehingga biaya oportunitas juga tinggi, dan selanjutnya, biaya modal juga akan
tinggi. Menurut McCauley dan Zimmer, biaya ekuitas dalam sebuah negara dapat diestimasikan
memakai rasio harga/laba.
Rasio harga/laba berhubungan dengan biaya modal karena rasio ini mencerminkan
proporsi harga saham perusahaan terhadap kinerja perusahaan yaitu laba. Rasio harga/laba yang
tinggi menyiratkan bahwa perusahaan menerima harga yang tinggi dari penjualan saham baru
untuk tingkat laba tertentu. Artinya, biaya pendanaan ekuitas adalah rendah. Tetapi, rasio
harga/laba harus disesuaikan untuk memperhitungkan dampak dari inflasi, laju pertumbuhan
laba, dan faktor-faktor lain.

10 Ibid., hlm. 248.


15

2.3.3 Menggabungkan Biaya Hutang dan Biaya Ekuitas


Biaya dari hutang dan biaya dari ekuitas dapat digabungkan untuk menghitung biaya
modal. Proporsi hutang dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan dalam tiap negara
menentukan besamya biaya modal ini. Karena biaya hutang dan biaya ekuitas berbeda antar
negara, dapat dimengerti mengapa biaya modal bagi perusahaan yang berbasis di negara-negara
tertentu lebih rendah. Jepang sering disebutkan sebagai negara yang memiliki biaya modal
rendah. Jepang biasanya memiliki suku bunga bebas-risiko rendah, yang tidak hanya
mempengaruhi biaya dari hutang, tetapi secara tidak langsung juga mempengaruhi biaya dari
ekuitas. Di samping itu, rasio harga/laba dari perusahaan Jepang umumnya tinggi, yang
memungkinkan mereka untuk mendapatkan pembiayaan ekuitas dengan biaya yang relatif
murah. Perusahaan multinasional dapat berupaya mengakses modal dari negara-negara yang
biaya modalnya rendah. Tetapi jika modal tersebut kemudian digunakan untuk mendukung
operasi-operasi yang berlokasi di negara yang lain, perusahaan multinasional harus menanggung
risiko nilai tukar. Jadi, biaya dari modal mungkin pada akhirnya ternyata lebih tinggi dari yang
diperkirakan.11

2.3.4 Estimasi Biaya Utang dan Ekuitas


Saat membiayai proyek baru, MNC mengestimasikan biaya utang dan ekuitasnya dari berbagai
sumber. MNC memperhitungkan estimasi ini saat memutuskan struktur modal yang digunakan
untuk membiayai proyek.
Biaya utang setelah pajak dapat diestimasikan secara akurat dengan menggunakan
publikasi informasi mengenai biaya utang saat ini (hasil obligasi) perusahaan lain yang tingkat
risikonya sama dengan proyek tersebut. Biaya ekuitas merupakan biaya kesempatan, apa yang
akan diperoleh investor dari alternatif ekuitas dengan risiko serupa. MNC dapat berusaha
mengukur tingkat pengembalian atas suatu kelompok saham yang memiliki suatu proyek yang
serupa dengan proyeknya.12 Contohnya:

11 Ibid., hlm. 249.


12Ibid., hlm. 250.
16

Lexon Co., MNC AS yang berhasil sedang mempertimbangkan bagaimana untuk memperoleh
pendanaan proyek di Argentina untuk tahun mendatang. Lexon memperoleh informasi sebagai
berikut:

Suku bunga bebas risiko AS= 6%


Suku bunga bebas risiko Argentina= 10%
Premi risiko utang dalam dolar dari kreditor AS= 3%
Premi risiko utang dalam dolar dari kreditor Argentina= 5%
Beta proyek (perkiraan sensitivitas pengembalian proyek terhadap investor AS terkait

dengan bursa AS)= 1,5


Perkiraan pengembalian bursa AS= 14%
Pajak perusahaan AS= 30%
Pajak perusahaan Argentina= 30%
Kreditor umumnya memperkenankan pembiayaan dari utang hingga 50%, yang berarti
bahwa pembiayaan dari ekuitas harus mencapai separuhnya.
Biaya Lexon untuk Tiap Komponen Modal
Biaya utang dalam satuan dolar= (6% + 3%) x (1 - 0,3)= 6,3%
Biaya utang dalam satuan peso= (10% + 5%) x (1 - 0,3)= 10,5%
Biaya ekuitas dalam satuan dolar= 6% + 1,5 (14% + 6%)= 18%
Berdasarkan data di atas, sumber dana yang paling mudah adalah utang dalam satuan

dolar. Namun kreditor telah memberikan batasan atas penggunaan dana dari utang yang dapat
diperoleh Lexon. Sehingga Lexon telah mempertimbangkan empat struktur modal yang berbeda
untuk proyek baru ini.
Perkiraan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) Lexon untuk pembiayaan proyek
Kemungkinan
Struktur Modal

Utang dari AS
(Biaya 6,3%)

Utang dari

Ejuitas
(Biaya= 18%)

Perkiraan WACC

14,49%

30% x 10,5% =
3,15%

70% x 18% =
12,6%
50% x 18% =
9%
50% x 18% =
9%

50% x 10,5% =

50% x 18% =

14,25%

Argentina (Biaya
10,5%)

30% utang AS
70% ekuitas AS
50% utang AS
50% ekuitas
20% utang AS
30% utang
Argentina
50% ekuitas AS
50% utang

30% x 6,3% =
1,89%
50% x 6,3% =
3,15%
20% x 6,3% =
1,26%

12,25%
13,41%

17

Argentina
5,25%
9%
50% ekuitas AS
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, terlihat bahwa perkiraan WACC terendah
berasal dari struktur modal yang terdiri atas 50 % utang AS dan 50% ekuitas.
2.4 Keputusan Struktur Modal Perusahaan Multinasional
Keputusan struktur modal MNC mencakup pemilihan pembiayaan modal atas ekuitas
untuk seluruh anak perusahaan. Oleh karena itu, struktur modal keseluruhan akan merupakan
kombinasi dari struktur modal anak perusahaan. MNC memenuhi adanya kompensasi antara
menggunakan utang dan menggunakan ekuitas untuk membiayai operasinya. Keuntungan
menggunakan utang dibandingkan dengan ekuitas akan berbeda untuk tiap karakteristik
perusahaan MNC dan terkait dengan negara dimana MNC mendirikan anak perusahaan.13

2.4.1 Pengaruh Karakteristik Perusahaan


Karakteristik unik setiap MNC dapat mempengaruhi struktur modalnya, beberapa
karakteristik umum terkait pengaruh perusahaan yang mempengaruhi struktur modal MNC akan
dibahas sebagai berikut:
1. Stabilitas Arus Kas MNC
MNC dengan arus kas yang lebih stabil dapat mengelola uitang lebih banyak karena
memiliki arus kas masuk yang konstan untuk menutupi pembayaran bunga berkala.
Sebaliknya, MNC dengan arus kas yang fluktuatif lebih memilih utang sedikit karena
MNC tidak yakin dapat menghasilkan cukup kas pada tiap periode untuk melunasi
pembayaran bunga dari utang. MNC yang terdiversifikasi di beberapa negara mungkin
memiliki arus kas yang lebih stabil karena kondisi pada satu negara tertentu tidak akan
berdampak besar pada arus kasnya sehingga MNC ini dapat mengelola struktur modal
yang lebih banyak utang.
2. Risiko Kredit MNC
MNC yang meliliki risiko kredit lebih rendah (risiko gagal bayar atas utang dari kreditor)
memiliki lebih banyak akses untuk memperoleh kredit. Factor yang mempengaruhi risiko
kredit dapat menentukan pilihan MNC untuk menggunakan utang atau ekuitas. Misalnya,

13 Ibid., hlm. 257.


18

jika manajemen suatu MNC diperkirakan kuat dan kompeten, risiko kredit MNC tersebut
mungkin rendah, sehingga lebih mudah memperolah utang.14
3. Akses MNC ke Laba Ditahan
MNC dengan profitabilitas tinggi mungkin membiayai sebagian besar investaasinya
dengan laba ditahan dan karenanya memilih struktur modal berbasis ekuitas. Sebaliknya,
MNC dengan tingkat laba ditahan yang lebih kecil mungkin mengandalkan pembiayaan
utang. MNC yang berorientasi pada pertumbuhan, kurang mampu untuk membiayai
pengembangan mereka dengan laba ditahan dan cenderung mengandalkan utang.
4. Jaminan MNC atas Utang
Jika induk perusahaan menjamin utang anak perusahaan, kapasitas pinjaman anak
perusahaan dapat meningkat. Oleh karena itu, anak perusahan mungkin tidak terlalu
membutuhkan pembiayaan ekuitas. Namun, pada saat yang sama kapasitas pinjaman
induk perusahaan mungkin berkurang, karena kreditor tidak lagi bersedia menyediakan
dana untuk induk perusahaan jika dana tersebut digunakan untuk menyelamatkan anak
perusahaan.
5. Masalah Keagenan MNC
Jika anak perusahaan pada negara asing tidak dapat dengan mudah dimonitor dari negara
induk perusahaan, maka biaya keagenan menjadi tinggi. Untuk memaksimalkan harga
saham perusahaan, induk perusahaan dapat meminta anak perusahaan untuk menjual
saham, bukan obligasi, dibursa lokal sehingga manajernya dapat diawasi.

2.4.2 Pengaruh Karakteristik Negara


Selain karakteristik unik setiap MNC, karakteristik unik terkait negara setempat dapat
mempengaruhi pilihan pembiayaan utang atau ekuitas MNC dan karenanya mempengaruhi
struktur modal MNC.
1. Pembatasan Saham di Negara Setempat
Pada beberapa negara, pemerintah hanya memperkenankan para investor dibolehkan
untuk berinvestasi pada saham lokal. Bahkan jika para investor diperbolehkan untuk
berinvestasi di negara lain, mereka tidak memiliki informasi lengkap mengenai saham
perusahaan di luar negara mereka. Rintangan terhadap investasi dunia ini dapat

14 Ibid., hlm. 258.


19

menyebabkan beberapa investor memiliki peluang saham yang lebih kecil sehingga
lebih besar kemungkinan bagi MNC memperoleh dana dengan biaya relatif rendah.
Hal ini akan mendorong MNC untuk menggunakan lebih banyak ekuitas melalui
penjualan saham di negara-negara tersebut untuk membiayai operasinya.

2. Kondisi Bursa Saham


Jika anak perusahaan MNC mempertimbangkan untuk menjual sahamnya sendiri
pada investor lokal sebagai sarana memperoleh ekuitas, maka anak perusahaan harus
menilai kondisi bursa saham di negara tersebut.15
3. Suku Bunga Negara Setempat.
Karena pemerintah mengenakan batasan pada arus modal serta kemungkinan dampak
buruk dari kurs, pajak dan risiko negara, dana pinjaman tidak selalu ada dimana dana
tersebut dibutuhkan. Oleh karena itu, harga dana pinjaman (suku bunga) akan berbeda
antar negara. MNC dapat memperoleh dana pinjaman (utang) dengan biaya relatif
rendah di negara tertentu, meskipun biaya utang dinegara lain mungkin sangat tinggi.
4. Kekuatan Mata Uang Negara Setempat
Jika suatu MNC mengkhawatirkan potensi melemahnya mata uang lokasi anak
perusahaan maka MNC mungkin berupaya untuk membiayai sebagian besar operasi
asingnya dengan pinjaman dalam mata uang tersebut, bukan dengan mengandalkan
dana induk perusahaan. Jika induk perusahaan memperkirakan bahwa mata uang
lokal anak perusahaan akan terapresiasi terhadap mata uang induk perusahaan, maka
induk dapat meminta anak perusahaan untuk menahan dan menginvestasikan kembali
sebagian besar labanya.16
5. Risiko Negara di Negara Setempat
Bentuk risikio negara yang paling kecil adalah kemungkinan pemerintah setempat
akan memblokir sementara pengiriman laba anak perusahaan untuk induk perusahaan.
Jika anak perusahaan MNC terkena eksposur risiko bahwa pemerintah setempat akan
menyita asetnya, maka anak perusahan dapat menggunakan sejumlah besar
pembiayaan utang dinegara setempat. Jika aktivitas operasi MNC di negara asing
dihentikan oleh pemerintah setempat, maka kerugiannya tidak terlalu besar jika
15 Ibid., hlm. 259.
16 Ibid., hlm. 260.
20

operasi tersebut dibiayai pemerintah setempat. Cara lain untuk mengurangi eksposur
dari risiko negara tertinggi namun kurang disukai adalah dengan menjual saham anak
perusahaan di negara setempat. Pemegang saham minoritas akan memperoleh
keuntungan dari anak perusahaan yang menghasilkan laba. Oleh karena itu, mereka
mungkin menekan pemerintahnya untuk tidak mengenakan pajak yang tinggi,
pembatasan lingkungan, atau biaya lain yang akan mengurani laba anak perusahaan.
Keuntungan lain dari anak perusahaan yang dimiliki dari sebagian adalah membuat
peluang tambahan di negara setempat.
6. Peraturan Pajak di Negara Setempat
Anak perusahaan asing MNC akan terkena pajak saat mengirimkan laba. Dengan
menggunakan pembiayaan utang lokal dibandingkan dengan mengandalkan
pembiayaan induk perusahaan, mereka harus membayar bunga atas uang lokal dapat
mengurangi dana yang dikirim secara periodik. Anak perusahaan asing juga dapat
mempertimbangkan utang lockl jika pemerintah mengenakan pajak perusahan yang
tinggi atas laba asing. Dengan cara ini, anak perusahaan memperoleh keuntungan
pajak dari penggunaan utang jika tarif pajak tinggi (kecuali jika pembayaran pajak
tinggi ini dapat menjadi kredit pajak yang diterima oleh induk perusahaan).

2.4.3 Mengubah Sruktur Modal untuk Menanggapi Perubahan Kondisi


Sejalan dengan perubahan kondisi ekonomi dan politik disuatu negara atau perubahan
bisnis MNC, manfaat atau dari biaya tiap komponen biaya modal juga akan berubah. 17 MNC
dapat merevisi struktur modal untuk menggapai perubahan kondisi di sini, contohnya:
1. Perusahaan menghentikan operasinya di Argentina dan mengurangi utang dari Argentina.
Perusahaan tidak lagi memiliki pendapatan dalam peso Argentina yang dapat digunakan
untuk mengompensasi risiko kurs.
2. Pemerintah AS mengurangi pajak dividen, sehingga saham menjadi lebih menarik
investor dibandingkan dengan investasi dalam sekuritas uang. Oleh karena itu, biaya
ekuitas berkurang sehingga membuat beberapa MNC mengubah struktur modal mereka.
3. Suku bunga di Eropa menigkat sehingga beberapa MBC menggunakan utang dalam dolar
untuk mendukung operasi mereka.
17 Ibid., hlm. 261.
21

4. Suku bunga di Singapura turun, menyebabkan beberapa MNC AS yang beroperasi di


Singapura meningkatkan penggunaan utang dalam dolar Singapura.
5. Risiko politik di Peru meningkat, menyebabkan beberapa MNC AS membiayai sebagian
usaha mereka di sana dengan utang lokal sehingga mereka memperoleh dukungan dari
institusi lokal yang memiliki hubungan politik.

2.5 Manajemen Modal Kerja Multinasional


Modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi
perusahaan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, membayar persekot, dan
lain-lain. Oleh karena itu manajer selalu mengelola modal kerja perusahaan agar operasional
perusahaan lebih optimal dan efisien. Setiap manajer harus merencanakan berapa besar aktiva
lancar yang harus dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar
tersebut harus dibiayai.18
Biasanya istilah working capital dihubungkan dengan keputusan belanja jangka pendek. Terdapat
beberapa pendapat mengenai pengertian modal kerja antara lain:
1. James C Van Home (1997: 214) menyatakan bahwa Modal kerja bersih adalah aktiva
lancar dikurangi kewajiban lancar dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan
dalam aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.
2. J. Fred Weston dan Eugne F. Brigham (1991: 157) menyatakan bahwa Modal kerja
adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka
pendek, piutang dan persediaan.
Modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi hutang lancar.
Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang, dan manajemen
persediaan.
Manajemen modal kerja perusahan multinasional pada prinsipnya sama dengan
perusahan domestik, secara umum memiliki tujuan:

18 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 111.
22

1. Mempercepat pengumpulan piutang dan memperlambat pembayaran kewajiban jangka


pendek, sehingga diperoleh net float yang maksimum.
2. Mengalokasikan dana secara optimal dari bagian yang kurang membutuhkan ke bagian
yang membutuhkan.
3. Memperoleh profit yang maksimum untuk investasi kelebihan dana jangka pendek.
Permasalahan manajemen modal kerja perusahaan multinasional meliputi:
1. Manajemen kas yang dihadapi berkaitan dengan adanya pertukaran dari negara
perusahaan subsidiraiesnya tentang batasan dana yang dapat di transfer ke perusahan
induk dan batasan dana yang dipergunakan untuk membeli bahan baku atau peralatan ke
negara dimana perusahaan induk berada.
2. Manajemen piutang dimana adanya risiko nilai tukar terutama berkaitan dengan
melemahnya nilai tukar mata uang yang mendominasi penjualan kredit yang telah
dilakukan.
3. Manajemen persediaan berkaitan tentang lokasi secara geografis berbeda.

2.5.1 Manajemen kas


Tujuan manajemen kas dalam sebuah perusahaan multinasional adalah serupa dengan
yang ada pada perusahaan domestik murni yaitu:
1. Untuk mempercepat

penagihan,

memperlambat pengeluaran,

dengan demikian

memaksimumkan nilai mengambang bersih.


2. Untuk mengurangi kas yang menganggur dan memindahkannya secepat mungkin dari
bagian bisnis yang tidak memerlukan ke bagian yang memerlukan tanpa mengurangi
profit atau memperbesar risiko. Sehingga dapat memperbesar rate of return atas aset-aset
yang diinvestasikan.

3. Untuk memaksimumkan tingkat pengembalian sesudah pajak, yang disesuaikan dengan


risiko, atau saldo kas sementara.19

19 Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 283.
23

Meskipun perusahaan multinasional dan domestic mempunyai tujuan yang sama serta
menggunakan prosedur yang serupa, namun perusahaan multinasional menghadapi tugas yang
jauh lebih rumit. Misalnya pemerintah luar negeri seringkali membuat pembatasan atas transfer
dana keluar dari negara yang bersangkutan. Semua perusahaan baik domestik maupun
multinasional harus melakukan langkah-langkah dasar dalam pengelolaan kas antara lain:
1. Perencanaan kas
Seorang manajer keuangan harus mengantisipasi arus kas yang terjadi selama
beberapa hari, minggu, atau bulan mendatang dengan menyusun anggaran kas yang
komprehensif yang memperlihatkan inflow, outflow, dan net dari keduanya. Anggaran
kas adalah suatu jadwal yang menunjukkan proyeksi arus kas masuk dan arus kas keluar
selama beberapa periode. Anggaran kas digunakan untuk meramalkan surplus dan defisit
kas. Arus kas yang bersih akan meningkatkan atau menurunkan likuiditas yang
diharapkan.20
Dalam melakukan perencanaan kas terdapat variabel yang paling lazim berubah
yaitu volume penjualan yang mengakibatkan perubahan dalam besarnya piutang,
persediaan, dan perubahan dalam rata-rata periode penagihan. Pada Multi Nasional
Ekonomi (MNE) terdapat variabel tambahan yaitu berubah-ubahnya nilai tukar yang
menyebabkan banyaknya dana yang diterima atau dibayarkan dalam salah satu mata
uang akan berubah pada saat diukur dengan mata uang lain. MNE dapat mempersiapkan
tiga anggaran kas: pertama anggaran kas untuk masing-masing entitas nasional, kedua
anggaran kas untuk masing-masing mata uang yang digunakan dalam sistem tersebut,
dan ketiga anggara kas berdasarkan kesepakatan mengenai nilai tukar inkorporat yang
digunakan untuk keperluan anggaran internal. Rate ini secara inheren merupakan suatu
perkiraan.
2. Penagihan
Kas perusahaan harus ditagih secepat mungkin dengan cara merperpendek time lag di
antara tanggal ketika pelanggan mengirimkan pembayaran dan tanggal ketika pelanggan
mengirimkan pembayaran dan tanggal ketika dana itu selesai melalui sistem clearing
perbankan dan siap untuk dibayarkan. Secara internasional, negara tujuan pembayaran

20 David K Eitman dkk, Manajemen Keuangan Multinasional, (Jakarta: PT Indeks,


2003), hlm. 170.
24

dan tersedianya fasilitas cliring dalam suatu sistem perbankan multinasional merupakan
hal yang penting.21
3. Mobilisasi
Ketika kas ada di tangan, kas tersebut harus segera digerakkan di dalam organisasi di
seluruh dunia ke lokasi geografis dan mata uang tertentu yang dibutuhkan.
4. Pembayaran atau pengeluaran
MNE harus merancang rencana pembayaran kas. Terdapat beberapa langkah yang dapat
dilakukan yakni menghindari pembayaran awal yang tidak perlu guna mempertahankan
saldo maksismum dalam bank, memaksimalkan waktu untuk mencairkan cek bank, dan
memilih suatu pembayaran bak yang menyediakan kisaran jasa dan kredit yang luas.
MNE harus menentukan apakan pembayaran dilakukan pada masing-masing anak
perusahaan atau dikelola oleh induk perusahaan melalui suatu bank. Mata uang yang
dibayarkan harus ditentukan sebelumnya melalui negosiasi.
5. Menutupi kekurangan kas
Anak perusahaan di masing-masing negara memiliki kebutuhannya masing-masing yang
ditentukan oleh anggaran individual mereka sendiri. Pada MNE, kekurangan kas di salah
satu perusahaan anak dapat diatasi dengan cara meminjam dana secara lokal atau
meminta perusahaan anak yang berada di negara lain untuk mengirimkan dananya.
Pilihan di antara kedua alternatif ini sering menjadi konsekunsi dari keputusan organisasi
untuk membuat anak perusahaan mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri atau
mengembangkan sistem manajemen kas yang terpadu antar anak perusahaan. Bila
pinjaman jangka pendek yang dipilih maka harus ditentukan mata uang yang dijadikan
patokan, bisa mata uang peminjam atau mata uang yang cash flownya di masa depan
akan diterima. Entitas peminjam juga harus dipilih, karena salah satu anak perusahaan
yang berada di lokasi dengan tingkat suku bunga rendah dapat meminjam atas nama anak
perusahaan lain yang lokasinya memilik tingkat suku bunga tinggi. Kemudian hasil
pinjaman tersebut diberikan secara internal kepada anak perusahaan saudaranya.
6. Menginvestasikan surplus kas
Bila anak perusahaan menghasilkan surplus kas, maka harus diputuskan apakah
kelebihan tersebut akan ditangani sendiri atau dikelola oleh perusahaan induk.22

21 Ibid., hlm. 171.


22 Ibid., hlm. 172.
25

2.5.2 Manajemen piutang


Ketika sebuah perusahaan menjual barang dan jasa, maka terdapat dua kemungkinan
yaitu dibayar dalam bentuk kas atau kredit. Manajemen piutang dimulai dengan keputusan
perusahaan untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan volume penjualan. Namun biaya terkait kredit juga tidak terelakkan seperti adanya
peluang pelanggan untuk tidak mampu membayar kreditnya dan perusahaan harus membatasi
biaya terkait piutangnya. Jadi keputusan pemberian kredit kepada pelanggan merupakan trade-off
antara adanya manfaat peningkatan volume penjualan dan biaya yang berhubungan dengan
kredit tersebut.23
Seperti aspek keuangan lainnya, manajemen piutang dalam perusahaan multinasional
serupa tetapi lebih rumit daripada perusahaan yang murni domestik. Memberikan kredit jauh
lebih berisiko dalam konteks internasional karena selain risiko kegagalan yang normal
perusahaan multinasional juga harus mengkhawatirkan perubahan kurs antara saat penjualan
dilakukan dan saat piutang diterima.
Kebijakan piutang umumnya lebih penting dalam sebuah perusahaan multinasional
daripada perusahaan yang murni domestic karena dua alasan:
1. Banyak perdagangan A.S dilakukan dengan Negara berkembang yang kurang mampu, di
mana pemberian kredit umumnya merupakan kondisi yang diperlukan untuk melakukan
bisnis.
2. Negara-negara maju yang kesehatan ekonominya tergantung pada ekspor seringkali
membantu perusahaan-perusahaan pabrikasi mereka untuk bersaing secara internasional
dengan memberikan kredit kepada Negara asing.

23 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 156.
26

Piutang multinasional tercipta dari dua tipe transaksi terpisah: penjualan ke afiliat-afiliat
terkait dan penjualan ke para pembeli independen yang tidak memiliki hubungan kepemilikan
dengan perusahaan penjual.

Pelanggan Independen
Pengelolaan piutang dari pelanggan independen melibatkan dua tipe keputusan yaitu
dalam mata uang apa transaksi tersebut dilakukan dan bagaimana ketentuan pembayarannya.
Penjualan domestik hampir selalu dilakukan dalam mata uang lokal. Sedangkan pada penjualan
ekspor harus ditentukan transaksi dilakukan dalam mata uang eksportir, mata uang pembeli, atau
mata uang negara ketiga. Penjual biasanya lebih suka menentukan harga dan menagih pada
matauang terkuat. Sedangkan pembeli biasanya lebih suka membayar dalam mata uang terlemah.
Karena kedua belah pihak cenderung memiliki informasi yang sama mengenai risiko yang
terlibat, biasanya hasilnya berupa trade off di mana harga atau konsesi ketentuan pembayaran
diberikan oleh penjual di mana penjualan dilakukan dalam hard currency. Alternatifnya, pembeli
harus membayar lebih banyak dan lebih cepat jika pembayaran dilakukan dalam soft currncy.24
Akan tetapi hal tersebut tidaklah mutlak, misalnya penjual lebih suka menentukan harga
dan menagih dalam mata uang lemah jika penjual itu mempunyai hutang dalam mata uang
tersebut, sebab penerimaan dari penjualan tersebut dapat digunakan untuk melunasi hutang
tanpa kerugian yang tampak jelas. Namun dilihat dari opportunity cost, penjual melewatkan
kesempatan mendapatkan gain valuta asing. Pembeli juga mungkin membayar dalam hard
currency jika ia bermaksud menjual kembali barang dagangan tersebut dalam suatu hard
currency.

Ketentuan Pembayaran
Piutang dari penjualan dalam mata uang lemah harus ditagih secepat mungkin untuk
meminimumkan hilangnya nilai tukar antara tanggal penjualan dan tanggal penagihan.

24 David K Eitman dkk, Manajemen Keuangan Multinasional, (Jakarta: PT Indeks,


2003), hlm. 180.
27

Sedangkan piutang akibat penjualan dalam hard currency dapat diizinkan untuk tidak dilunasi
lebih lama.25
Praktik Pembayaran
Ketentuan periode pembayaran atas barang atau jasa yang diberikan sangat bervariasi di
seluruh dunia tergantung pada kawasan atau negaranya. Hal ini menjadi persoalan yang
substansial bagi perusahaan multinasional yang berusaha mengurangi aktiva lancarnya seperti
kas, piutang, dan persediaan.

Rata-rata Periode Pembayaran di Eropa (rata-rata periode dalam hari)


Negara

Periode Pembayaran

Italia
Spanyol
Yunani
Perancis
Luxembour

pada tahun 1993


90
80
73
70
66

Negara

Periode Pembayaran

Portugal
Belgia
Irlandia
Inggris
Belanda

pada tahun 1993


63
57
56
49
47

Italia memiliki periode pembayaran terlama yaitu sekitar 90 hari dan Belanda yang tercepat
dengan rata-rata pembayaran sekitar 47 hari. Sedangkan rata-rata periode pembayaran di
sebagian besar Amerika Latin berkisar antara 90 dan 180 hari.

2.5.3 Manajemen Persediaan


Persediaan barang sebagai elemen dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam
keadaan berputar, di mana secara terus-menerus mengalami perubahan. Manajemen persediaan
erat dengan pertanyaan berapa unit persediaan yang harus dipesan dan kapan persediaan harus
dipesan pada suatu waktu. Masalah penentuan besarnya alokasi modal terhadap persediaan

25 Ibid., hlm 181.


28

mempunyai efek langsung dengan keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan


besaran persediaan dapat menekan keuntungan perusahaan.26

Secara umum persediaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:


1. Raw material adalah persediaan barang mentah yang digunakan perusahaan sebagai
langkah awal proses produksi. Misalnya, besi digunakan dalam perusahaan sebagai
penghasil baja.
2. Work in process adalah persediaan barang setengah jadi atau barang yang masih dalam
proses menuju barang jadi.
3. Finish goods adalah persediaan barang jadi yang siap untuk dijual.
Terdapat dua jenis biaya yang berhubungan dengan manajemen persediaan yaitu:
1. Carrying Cost adalah biaya penyimpanan persediaan yang terdiri atas biaya simpan,
biaya asuransi, biaya pajak, biaya kerusakan dan penyusutan serta biaya modal. Biasanya
biaya-biaya ini berkisar antara 20-40 persen dari nilai persediaan perusahaan.
2. Ordering Cost adalah biaya pemesanan persediaan yang terdiri atas biaya pesan, biaya
penempatan, dan biaya kerugian penjualan.
Trade off terjadi pada manajemen persediaan karena carrying cost meningkat seiring
dengan naiknya tingkat persediaan sedangkan ordering cost menurun seiring dengan naiknya
tingkat persediaan. Sehingga tujuan utama manajemen persediaan adalah menyediakan
persediaan yang dibutuhkan dalam menjalankan operasi perusahaan secara tepat dan
berkelanjutan dengan biaya yang minimum.
Seperti aspek keuangan lainnya, manajemen persediaan dalam perusahaan multinasional
serupa tetapi lebih rumit daripada perusahaan yang murni domestik. Seperti, ada masalah lokasi
fisik persediaan.
Kurs tukar juga mempengaruhi kebijakan persediaan. Operasi di negara-negara yang
inflatif dan cenderung mengalami depresiasi seringkali memaksa manajemen memodifikasi
manajemen pengelolaan persediaanya. Dalam sejumlah kasus, manajemen mungkin memilih
mempertahankan persediaan dan jumlah pesanan yang lebih tinggi dari apa yang dibutuhkan.

26 Sri Dwi Ari Ambarwati, Manajemen Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 141.
29

Bedasarkan berbagai kondisi di mana depresiasi mata uang lokal cenderung terjadi,
manajemen harus memutuskan apakah mau menumpuk inventor dari barang-barang impor untuk
mengantisipasi terjadinya depresiasi. Setelah depresiasi terjadi, persediaan barang-barang impor
akan lebih tinggu harganya dalam mata uang lokal.27
Contohnya jika mata uang lokal Rupiah Indonesia diperkiran naik nilainya terhadap
dollar, maka perusahaan A.S yang beroperasi di Indonesia mungkin ingin meningkatkan stok
produk lokalnya sebelum terjadi kenaikan Rupiah dan sebaliknya jika Rupiah diperkirakan turun
nilainya perusahaan cenderung mengurangi persediaannya. Akan tetapi, salah satu trade-offnya
adalah biaya penyimpanan yang lebih besar karena membengkaknya tingkat persediaan.
Faktor lainnya yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan kouta atau tarif impor
atau ekspor. Pajak juga harus dipertimbangkan karena mempunyai

dua pengaruh terhadap

manajemen persediaan multinasional. Seperti, negara-negara sering mengenakan pajak kekayaan


atas aktiva, termasuk persediaan, dan bila ini dilakukan maka pajak itu didasarkan pada
penahanan pertanggal tertentu.28

27 David K Eitman dkk, Manajemen Keuangan Multinasional, (Jakarta: PT Indeks,


2003), hlm. 184.
28 Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 286.
30

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas (laba ditahan dan dana yang diperoleh dari
penjualan saham) dan utang (dana pinjaman). Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur
modal yang akan meminimalkan biaya modal. Sebab semakin rendah biaya modal suatu
perusahaan maka semakin rendah tingkat pengembalian yang diinginkan atas suatu usulan
proyek tertentu.
Biaya modal untuk Multinational Corporate (MNC) dapat menjadi lebih rendah karena
ukuran MNC yang cenderung lebih besar, memiliki akses yang tinggi ke pasar modal
internasional, dan memiliki tingkat diversifikasi internasional yang tinggi pula. Akan tetapi,
terdapat beberapa kondisi pada MNC seperti risiko kurs dan risiko negara yang dapat
meningkatkan biaya modal MNC.
Biaya modal yang dibutuhkan MNC berbeda untuk setiap negara. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tingkat suku bunga bebas risiko, premi risiko utang, dan biaya ekuitas antar negara.
Negara dengan suku bunga bebas risiko yang tinggi cenderung memiliki biaya modal yang lebih
tinggi. Perbedaan biaya modal antar negara menjadi dasar pertimbangan bagi MNC untuk
menentukan struktur modalnya.
Keputusan struktur modal suatu MNC juga dipengaruhi oleh karakteristik perubahan
seperti stabilitas arus kas MNC, resiko kredit, dan aksesnya terhadap laba. Struktur modal juga
dipengaruhi oleh karakteristik negara tempat MNC menjalankan usahanya, seperti pembatasan
saham, suku bunga, menguatnya mata uang lokal, risiko negara.
Kemudian dalam melakukan usahanya, MNC harus melakukan manajemen modal kerja.
Sebab tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan
aktivitasnya. Manajemen modal kerja perusahan multinasional pada prinsipnya sama dengan
perusahan domestik. Akan tetapi perusahaan multinasional harus menghadapi risiko nilai tukar,
batasan transfer antar negara dan perbedaan lokasi. Sehingga dibutuhkan peran manajer
keuangan untuk mengelola kas, piutang, dan persediaan guna memaksimalkan laba perusahaan.
31

3.2 Saran
1. Sebelum melakukan proses go international, perusahaan sebaiknya
mengkaji lebih dalam mengenai kesiapan perusahaan menghadapi
kondisi bisnis global.
2. Perusahaan multinasional sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan multinasional, struktur
modal, dan modal kerja.
3. Penulisan berikutnya diharapkan mengkaji lebih dalam mengenai cara
menyusun struktur modal yang tepat dan dapat meminimalkan biaya
modal pada perusahaan multinasional serta upaya untuk mengelola
modal kerja secara lebih efisien.

32

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Brigham, Eugne F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Eitman, David K dkk. 2003. Manajemen Keuangan Multinasional. Jakarta: PT
Indeks
Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Jakarta: Salemba Empat

33

Anda mungkin juga menyukai