Shellfish toxin:
Diarrheic shellfish poisoning (DSP); menyebabkan diare;
Neurotoxic sheilfish poisoning (NSP); meyebabkan gangguan syaraf.
Residu Obat-obatan; menyebabkan keracunan;
Bahan-bahan kimia yang tidak sengaja ditambahkan ;
pestisida,fungisida,herbisida,pupuk,
antibiotika,pelumas,cat,pembersih,air raksa, dan lain-lain; dapat
menyebabkan keracunan,gangguan fungi organ tubuh, krematian.
3. Bahaya fisika, berasal dari adanya benda-benda seperti pecahan
gelas/kaca,logam (peniti, klip, stapler,dll), potongan kayu,
rambut,serpihan plastic,tulang duri,potongan kuku,dan sebagainya.
WHOLESOMENESS (Keutuhan)
Kondisi produk yang berkualitas secara professional tentunya sangat
diharapkan.kualitas produk pengolahan yang tidak memenuhi standar
mutu hasil perikanan,disebabkan:
a. Dekomposisi.
Proses penyesuaian atau perubahan komponen pada produk perikanan
akan diikuti oleh tingkat kemunduran mutu kearah. Banyak factor-faktor
yang mengakibatkan perubahan komponen pada produk perikanan akan
diikuti oleh tingkat kemunduran mutu kearah rendah. Banyak factorfaktor yang mengakibatkan perubahan komponen pada produk
prikanan. Secara garis besar dapat disebutkan factor lingkungan, sarana,
Kurang berat
Jenis tidak sesuai label
Ukuran tidak sesuai
Bahan tambahan yang salah
Keamanan Makanan Secara Biologis, Kimia dan Fisika
Didalam upaya pencegahan agar dapat terpenuhinya mutu yang
diharapkan, maka tindakan-tindakan yang perlu diambil, antara lain :
Aspek Biologis
Pengendalian suhu/waktu
Pemanasan dan pemasakan
Pendinginan dan pembekuan
Pengendalian pH
Penambahan garam atau bahan pengawet
Pengeringan
Pengemasan
Pengendalian sumber
Pembersih dan sanitasi
Aspek Kimiawi
Pengendalian sumber
Pengendalian produksi
Pengendalian pelabelan
Aspek Fisika
Pengendalian sumber
Pengendalian produksi
Pengendalian lingkungan
Penerapan HACCP
Salah satu alat manajemen mutu yang dapat digunakan adalah Hazard
Analysis and critical control point (HACCP) yang telah banyak dilakukan
di berbagai negara dan telah menjadi salah satu alat pengawasan yang
berdasarkan prinsip pencegahan. Konsep ini telah banyak diterapkan
pada industri pangan. Konsep ini didasarkan atas kesadaran dan
pengertian bahwa bahaya akan timbul pada berbagai titik/tahapan
produksi, namun upaya pengendalian dapat dilakukan untuk
mengontrol bahaya tersebut. Melalui Badan Standarisasi Nasional (BSN)
pemerintah Indonesia juga telah mengadaptasi konsep HACCP menjadi
SNI 01-4852-1998 beserta pedoman penerapannya untuk diaplikasikan
pada berbagai industri pangan di Indonesia.
Menurut SNI 01-4852-1998, HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Points) adalah piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada
mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir (end product
testing) atau suatu sistem pencegahan untuk keamanan pangan. HACCP
dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai
pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipandu oleh bukti secara
ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia. Sistem HACCP bukan
waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orang
yang melakukan pemantauan.
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap
batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi
penyimpangan, sangat tergantung pada tingkat risiko produk pangan.
Pada produk pangan berisiko tinggi misalnya, tindakan koreksi dapat
berupa penghentian proses produksi sebelum semua penyimpangan
dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan diuji
keamanannya. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan selain
menghentikan proses produksi antara lain mengeliminasi produk dan
kerja ulang produk, serta tindakan pencegahan seperti memverifikasi
setiap Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk
menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP
yang ditetapkan. Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian
program HACCP dapat diperiksa dan efektifitas pelaksanaan HACCP
dapat dijamin.
Beberapa kegiatan verifikasi misalnya:
Penetapan jadwal inspeksi verifikasi yang tepat
Pemeriksaan kembali rencana HACCP
Pemeriksaan catatan CCP
Pemeriksaan catatan penyimpangan dan disposisi inspeksi visual
terhadap kegiatan untuk mengamati jika CCP tidak terkendalikan
Pengambilan contoh secara acak