Anda di halaman 1dari 36

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

1.1 Pengertian Standard Akuntansi Keungan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan
keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994
menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tahun 1984. Standar Akuntansi di Indonesia
merupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti:

IAS (International Accounting Standards)


IFRS ( International Financial Reporting Standards)
SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik )
PSAK syariah dan juga
SAP ( Standar Akuntansi Pemerintahan)

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan
penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan
untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. PSAK-IFRS,
SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK
Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah.
1.2 Jenis SAK yang dijalankan di Indonesia
1.2.1 SAK IFRS
1.2.1.1 Over View
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC),
merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki
tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas
tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Dari penjelasan di atas, tentunya muncul
pertanyaan yang sangat mendasar yaitu, apa perbedaan dari kedua standar laporan keungan
tersebut. Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012. Pasca Konvergensi PSAK 2012 =
IFRS (kecuali IFRS terbaru). Secara gradual, IFRS sudah diterapkan mengikuti pemberlakuan
PSAK yang bersangkutan. Setelah konvergensi IFRS, PSAK akan berkembang dinamis
mengikuti IFRS dan wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti: Emiten,
perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Dapat diterapkan oleh ETAP atau entitas
Page
1

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

lainya. Berbasis transaksi, bukan basis industri.


relevan bagi user laporan keuangan.

Bertujuan: memberikan informasi yang

1.2.1.2 Tujuan Penerapan IFRS


Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang :
Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
1.2.1.3 Penerapan IFRS DiIndonesia
Sebenarnya penerapan IFRS di indonesia telah di mulai secara bertahap sejak tahun
2007, namunakan diterapkan penuh tahun 2012. konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu
di dukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang
sudah lama menganut standar ini. kalau standar itu dibutuhkan dan akan meningkatkan posisi
indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan
pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu dilakukan.
Saat standard internasional tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan ada
masalah. Yang menjadi masalah, apabila standard internasional berbeda dengan standard
nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standard nasional (rujukan
pertama). Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu
Standard internasional telah bergerak maju.
Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup
kita memang mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari
segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS , sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang
mungkin menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih dirasa
kurang. Mengapa tidak, IFRS ini dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris yang
berarti kita harus menerjemahkannya kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang akan
menganutnya. Dengan ini, permasalahannya adalah kita memerlukan banya waktu untuk
menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan pengubahan ini menimbulkan biaya yang
lumayan besar, karena inilah pengadopsian IFRS di Indonesia belum berjalan.
1.2.1.4 Dampak Penerapan IFRS DiIndonesia
Penerapan standard keuangan IFRS sebagai pedoman dalam penyusuan financial
statement di Indonesia berdampak positif pada beberapa sektor yaitu sebagai berikut :
a)
Bidang pendidikan antara lain :
Page
2

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Banyak menggunakan profesional judgment


Banyak mengunakan fair value accounting
IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan
IFRS lain
Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesional lain.
Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS

b)
Dampak terhadap bisnis :
Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih
mudah dikomunikasikan ke investor global.
Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar
Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif
Smooting income menjadi semakin sulit dengan menggunakan balance sheet approach &
fair value
Principle-based standars mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedilit
menurun yakni bila pengggunaan profesional judgment ditumpangi dengan kepentingan
untuk mengatur laba (earning management)
Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
1.2.1.5 Perbandingan PSAK dengan IFRS
Jika kita bandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan
IFRS,Ada beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam tabel-tabel dibawah ini.
No

IFRS

PSAK

Perbedaan
1

Komponen Laporan
Keuangan yang
lengkap

Komponen laporan keuangan


lengkap terdiri atas :

Laporan posisi
keuangan (neraca)
Laporan laba rugi
komprehensif
Laporan perubahan
ekuitas
Page
3

Komponen laporan keuangan


lengkap terdiri atas :

Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan
ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Pengungkapan dalam
Laporan posisi
keuangan (neraca)

Istilah Minority
Interest

Pos luar biasa


(extraordinary item)

Penyajian laibilitas
jangka panjang yang
akan dibiayai kembali

keuangan

Laporan arus kas


Catatan atas laporan
keuangan
Laporan posisi
keuangan komparatif
awal periode dan
penyajian retrospektif
terhadap penerapan
kebijakan akuntansi
Berdasar ilustrasi IFRS :

Berdasar ilustrasi PSAK :

Aset :
Aset Tidak Lancar
Aset lancar

Aset :
Aset Tidak Lancar
Aset lancar

Ekuitas :
Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke
pemilik entitas induk
Hak nonpengendali

Ekuitas :
Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke
pemilik entitas induk
Hak nonpengendali

Laibilitas :
Laibilitas jangka
panjang Laibilitas jangka
pendek
Istilah minority interest (hak
minoritas) diganti menjadi
non controlling interest (hak
nonpengendali) dan disajikan
dalam Laporan perubahan
ekuitas
Tidak mengenal istilah pos
luar biasa (extraordinary
item)
Laibilitas jangka panjang
disajikan sebagai laibilitas
jangka pendek jika akan
Page
4

Laibilitas :
Laibilitas jangka
panjang Laibilitas jangka pendek
Menggunakan istilah hak
Minoritas

Masih memakai istilah pos luar


biasa (extraordinary item)
Tetap disajikan sebagai
Laibilitas jangka panjang

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

jatuh tempo dalam 12 bulan


meskipun perjanjian
pembiayaan kembali sudah
selesai setelah periode
pelaporan dan sebelum
penerbitan laporan keuangan

1.2.2 SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik )


1.2.2.1 Over View
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP menggunakan
acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih sederhana antara lain:
Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
Laporan keuangan sesuai SAK ETPA menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja,
dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat
menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk mendapatkan opini audit.
Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. SAK ETAP
disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.
1.2.2.2 Ruang Lingkup SAK ETAP
Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas public yaitu:
Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas public,
Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal,
Entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan SAK ETAP jika diijinkan
oleh otoritas berwenang. SE No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2009 yang
Page
5

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah SAK ETAP dan SE No.
12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010 yang menetapkan penggunaan Pedoman
Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA BPR) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.
IFRS for SMEs, merupakan bentuk mini dari Full IFRS: (1) yang dapat pengurangan
opsi dan pengungkapan; (2) tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda dengan
Full IFRS, kecuali borrowing cost dibebankan langsung dan tidak dikapitalisasi, dan terdapat
pengaturan mengenai ekuitas. Target dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah ke
bawah. SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAP), yaitu entitas yang (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan adalah:
Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Contoh: Bank
Perkreditan Rakyat
Entitas berakuntabillitas public adalah:
Perusahaan kecil yang memiliki saham di pasar modal.
Perusahaan manufaktur besar (bukan emiten).
Bank umum besar (bukan emiten).
Entitas yang bisnis satu-satunya adalah pendapatan bunga atas uang yang
dipinjamkan kepada nasabah. Entitas ini memperoleh semua dana dari seorang
pemilik yang milyuner.
Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan keuangan, misalnya: pemegang saham, kreditor, pekerja,
dan masyarakat dalam arti luas.
Laporan keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP untuk menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang berguna untuk pengguna
luas yang tidak dalam posisi meminta laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu,
misalnya diberikan kepada: Bank, Pemilik, dan Penyandang dana.
1.2.2.3 Konsep Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
Page
6

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Tujuan penyajian laporan keuangan


Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi
kebutuhan informasi tertentu.
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan,
Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses
pengambilan keputusan.

Materialitas
Inforjmasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang
diambil atas dasar laporan keuangan.

Keandalan
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memeiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan
penyajian yang secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajaikan.

Substansi Mengungguli Bentuk


Transaksi, peristiwa, dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan
keandalan laporan keuangan.

Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan
yang diperlukan dalam kondisi ketidak pastian, sehingga asset atau penghasilan tidak
disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.

Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan atau tidak mengungkapkan mengakibatkan
Page
7

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan
dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansinya.

Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar perioda untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerka keuangan. Pengguna juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan keuangan secara relative.

Tepat Waktu
Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat memengaruhi keputusan
ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan
keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang
tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya.

Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat


Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Namum demikian,
evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya
tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat informasi
laporan keuangan. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa
manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

1.2.3 PSAK Syariah


1.2.3.1 Over View
Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan baik bank syariah maupun
entitas syariah yang lain tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan kegiatan
berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama DSAK IAI untuk entitas syariah perlu
diajungkan jempol dan merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi keberadaan akuntansi
syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1 Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau
pembukuan yang berakhir tahun 2003 . hanya berlaku hanya dalam tempo 5 tahun.
PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor perbankan
syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas syariah selain dari
perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, koperasi syariah. Maka seiring
tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk entitas syariah yang lain maka komite akuntansi
syariah dewan standar akuntasi keuangan (KAS DSAK) menerbitkan enam pernyataan standar
akuntansi keuangan (PSAK) bagi seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang disahkan
Page
8

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang
berakhir tahun 2008.
Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah,
PSAK No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK No 103 tentang Akuntansi
Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK No 105 tentang Akuntansi Mudarabah
(Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang Akuntansi Musyarakah (Kemitraan). Keenam PSAK
merupakan standar akuntansi yang mengatur seluruh transaksi keuangan syariah dari berbagai
LKS. Dalam penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK mendasarkan pada pernyataan akuntansi
perbankan syariah indonesia (PAPSI) Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK
juga mendasarkan pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang diterbitkan oleh dewan
syariah nasional majelis ulama indonesia (DSN MUI).
1.2.3.2 PSAK Syariah
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan
dilakukan dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa
MUI. PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :

Kerangka Konseptual
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Akuntansi Murabahah
Musyarakah
Mudharabah
Salam
Istishna

1.2.3.3 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101-108


1.2.3.3.1 PSAK 101 - Penyajian Laporan Keuangan Syariah
PSAK No. 101 ini berfungsi untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) untuk entitas syariah yang
selanjutnya disebut laporan keuangan. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).Penyajian Laporan Keuangan Syariah :
1.Periode Pelaporan
Laporan Keuangan setidaknya disajikan secara tahunan.
2.Komponen Laporan Keuangan
Page
9

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Catatan atas Laporan Keuangan

3.Informasi yang disajikan dalam Neraca


Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
Kas dan Setara Kas
Aset Keuangan
Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
Persediaan
Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
Aset Tetap
Aset Tidak Berwujud
Utang Usaha dan Utang Lainnya
Utang Pajak
Dana Syirkah Temporer
Hak Minoritas
Modal Saham dan Pos Ekuitas Lainnya

4.Informasi yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi


Laba Rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
Pendapatan Usaha
Bagi Hasil untuk Pemilik Dana
Beban Usaha
Laba utau Rugi Usaha
Pendapatan dan Beban NonUsaha
Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal
Beban Pajak
Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan

5.Informasi yang disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas sebagai Komponen Utama Laporan Keuangan yang
menunjukan:
Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
Page
10

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan
pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan
6.Informasi yang disajikan dalam Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PSAK
terkait.

7.Informasi yang disajikan dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai Komponen Utama Laporan
Keuangan yang menunjukan:
Dana zakat berasal dari wajib zakat (Muzakki)
o Zakat dari dalam entitas syariah
o Zakat dari pihak luar entitas syariah
Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk
o Fakir
o Miskin
o Riqab
o Gharim
o Muallaf
o Fiisabilillah
o Amin
Kenaikan atau penurunan zakat
Saldo awal dana zakat
Saldo akhir dana zakat

8. Informasi yang disajikan dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai Komponen Utama Laporan
Keuangan yang menunjukan:

Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan


o Infak
o Sedekah
Page
11

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

o
o
o
o

Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku


Pengembalian dana kebajikan produktif
Denda
Pendapatan Non Halal

Penggunaan dana kebajikan untuk


o Dana kebajikan produktif
o Sumbangan
o Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum

Kenaikan dan penurunan sumber dana kebajikan


Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan
Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan

9. Informasi yang disajikan dalam Catatan Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
o Informasi tentang dasar penyusunan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa atau transaksi yang penting
o Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan zakat
dan laporan penggunaan dana kebajikan
o Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar
Catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
o Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan
o Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan
o Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya
serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan
1.2.3.3.2 PSAK 102 Akuntansi Mudarabahah
Murabahah merupakan akad penyediaan barang berdasarkan prinsip jual beli, dimana
bank membelikan kebutuhan barang nasabah (investasi/modal kerja) dan bank menjual kembali
kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Rukun Murabahah :
1. Subjek (penjual dan pembeli),
2. Objek, dan
Page
12

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

3. Akad (shighat).
Syarat Murabahah :
1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah,
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan,
3. Kontrak harus bebas dari riba,
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian,
dan
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya bila
pembelian dlakukan secara hutang.
Dalam akuntansi murabahah terdapat prinsip persaudaraan (ukhuwah) yang esensi nya
mempunyai semangat saling tolong menolong dan tidak boleh mendapat keuntungan diatas
kerugian orang lain.
1.2.3.3. PSAK 103 Akuntansi Salam
Salam adalah akad pembelian suatu hasil produksi (komoditi) untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera sesuai dengan persyaratan tertentu atau penjualan
suatu komoditi untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan pembayaran segera/di muka.
Rukun Salam :
1. Subjek : muslam (pembeli) dan muslam ilaih (penjual)
2. Akad (shighat)
3. Ma'qud alaih meliputi dua hal yaitu modal/harga dan muslam fiih (barang yang dipesan)
Syarat Salam :
1. Modal/harga : Harus jelas dan terukur, berapa harga barangnya, berapa uang mukanya dan
berapa lama, sampai pembayaran terakhirnya.
2.
Muslam fiih (barang yang dipesan) : Harus jelas jenis, ciri-cirinya, kualitas dan
kuantitasnya.
1.2.3.4. PSAK 104 Akuntansi Istishna
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Selain itu
ada juga istishna paralel, yaitu suatu bentuk akad istishna antara pemesan dan penjual kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada penjual, penjual memerlukan pihak lain sebagai
pembeli.
Rukun Istishna :
Page
13

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

1. Subjek : shaani (produsen atau penjual) dan mustashni (konsumen atau pembeli)
2. Maqud alaih (barang yang dipesan)
3. Akad (shighat)
Syarat Istishna :
1. Jenis barang yang dibuat, macam, kadar, dan sifatnya jelas,
2. Barang berlaku muamalat di antara manusia, dan
3. Tidak ada ketentuan mengenai tempo penyerahan barang yang dipesan.
1.2.3.3.3 PSAK 105 - Akuntansi Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
pemilik dana menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kespakatan sedangkan
kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana apabila kesalahan terjadi murni karena
regulasi usaha. Tetapi jika kesalahan/kerugian disebabkan karena kelalain mudharib maka
kerugian ditanggung oleh mudharib.
Rukun Mudharabah :
1. Subjek : pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)
2. Objek
3. Akad (shighat)
Syarat Mudharabah :
1. Modal ditangan pengusaha berstatus amanah, seperti wakil dalam jual beli,
2. Pengusaha berhak atas keuntungan sesuai kesepakatan,
3. Komponen biaya disepakati sejak awal akad, dan
4. Pemilik modal (shahibul maal) berhak atas keuntungan dan menanggung resiko.
Pada akad mudharabah terdapat prinsip persaudaraan yang pada dasarnya merupakan
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan umum dengan
semangat saling tolong menolong, menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh
manfaat sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan diatas kerugian orang lain.
1.2.3.3.3 PSAK 106 - Akuntansi Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Page
14

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Rukun Musyarakah :
1. Subjek (aqidani)
2. Objek (maqud alaihi)
3. Akad (shighat)
4. Nisbah bagi hasil
Syarat Musyarakah :
1. Diperbolehkan untuk menerima atau mengirimkan wakil untuk bertindak hukum terhadap
objek perserikataan sesuai dengan izin pihak lainnya,
2. Presentase pembagian keuntungan jelas, dan
3. Keuntungan untuk masing-masing pihak ditentukan sesuai kesepakatan.
1.2.3.3.4 PSAK 107 - Akuntansi Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
Rukun Ijarah :
1. Subjek : mujir (pemberi sewa) dan mustajir (penyewa)
2. Objek
3. Akad (shighat)
Syarat Ijarah :
1. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan penyewaan,
2. Barang yang disewakan tidak termasuk kategori haram, dan
3. Harga sewa harus terukur.
1.2.3.3.5 PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
Asuransi Syariah menurut Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang, melalui
investasi dalam bentuk aset dan / atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Dari pengertian nya sudah sangat jelas bahwa asuransi syariah mengaplikasikan prinsip
persaudaraan (ukhuwah). Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling
mengenal (taaruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (taawun), saling menjamin
(takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf) dan prinsip tersebut diaplikasikan pada
asuransi syariah.

Page
15

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

1.2.4 SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan)


1.2.4.1 Over View
SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang
diterapkan untuk entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :
1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
10. Finalisasi Standar
Jadi SAP disusun hanya untuk instalasi kepemerintahan baik pusat maupun
daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan
adanya SAP maka akan ada transparansi, parisipaso dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan Negara sehingga dapat mewujudkan pemerintahan yang baik.
1.2.4.2 Tujuan Akuntansi Pemerintahan
Tujuan akuntansi pemerintahan dan akuntansi bisnis pada umumnya adalah sama yaitu :
Akuntabilitas
Di dalam pemerintahan, keuangan Negara yang dikelola harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai amanat konstitusi. Pelaksanaan fungsi ini di Indonesia
diatur dalam UUD 1945 Ps 23 ayat (5).

Manajerial
Page
16

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Akuntansi pemerintahan memungkinkan pemerintah untuk melakukan perencanaan


berupa penyusunan APBN dan strategi pembangunan lain, untuk melakukan
pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengendalian atas kegiatan tersebut dalam
rangka pencapaian ketaatan kepada peraturan perundang-undangan, efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis.

Pengawasan
Pemeriksaan keuangan di Indonesia terdiri dari pemeriksaan keuangan secara
umum, pemeriksaan ketaatan dan pemeriksaan operasional atau manajerial.
1.2.4.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan
akuntansi bisnis. Berdasarkan tujuan pemerintah diatas, Bachtiar Arif, Muclis, Iskandar
(2002:7) menyebutkan beberapa karaktristik akuntansi pemerintahan yaitu sebagai berikut:
Pemerintah tidak berorientasi pada laba sehingga dalam akuntansi pemerintah tidak
ada laporan laba (income statement) dan treatment akuntansi yang berkaitan
dengannya.
Pemerintah membukukan anggaran ketika anggaran tersebut dibukukan.
Dalam akuntansi pemerintahan dimungkinkan mempergunakan lebih dari satu jenis
dana.
Akuntansi pemerintahan akan membukukan pengeluaran modal.
Akuntansi pemerintahanan bersifat kaku karena sangat bergantung pada peraturan
perundang-undangan.
Akuntansi pemerintahan tidak mengenal perkiraan modal dan laba yang ditahan
dalam neraca.
:
1.2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntansi Pemerintahan:

System pemerintahan
Dalam system monarki/ kerajaan akuntansi pemerintahan banyak dipengaruhi oleh raja jika
dibandingkan dengan parlemen. Di dalam system demokrasi parlementer atau presidensiil,
akuntansi pemerintahan banyak dipengaruhi oleh lembaga eksekutif dan legislative yang
mengalami check and balances.

Sifat sumber daya


Sumber daya akuntansi pemerintahan bersifat tidak berhubungan langsung denagn hasilnya.
Seorang warga yang menyetorkan pajak, tidak mengharapkan kontra prestasi secara
Page
17

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

langsung dari kontribusinya tersebut. Berbeda dengan hal ini, pada akuntansi bisnis yang
sumber dayanya terkait secara langsung dengan hasilnya, seperti adanya deviden.

Politik
Akuntansi pemerintahan sangat dipengaruhioleh politik. Sebagai contohadalah anggaran
yang sarat dengan aspek politik. Anggaran diartikan sebagai aalat politik, maka dalam
proses persetujuan anggaran, terjadi negosiasi politik antara lembaga legislative yang terdiri
dari wakil partai politik dan pemerintah (biasanya pemenang proses politik pada suatu
jangka waktu tertentu).

1.2.4.5 Pengguna Laporan Keuangan Sektor Publik

Dalam pelaporan keuangan, terdapat dua pihak yang dianggap sebagai pihak utama
pengguna laporan keuangan, yaitu pihak intern dan pihak ekstern. Untuk pihak ekstern,
lembaga nirlaba yang termasuk organisasi publik harus melaporkan Posisi Keuangan,
Laporan Aktivitas, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan dalam PP No.
24 tahun 2005 yang selanjutnya direvisi menjadi PP. 71 tahun 2010 tentang SAP ('Standar
Akuntansi Pemerintah) pengguna laporan keuangan Pemerintah dibagi menjadi empat
bagian yaitu :
Masyarakat
Para wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksaan, pihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman
Pemerintah

1.2.4.6 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berbasis akrual
terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, yang jika
diuraikan adalah sebagai berikut:

Laporan Realisasi Anggaran;


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
Laporan Operasional;
Laporan Perubahan Ekuitas;
Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan atas Laporan Keuangan.

Page
18

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan


Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk laporan finansial adalah Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas. Komponen-komponen
laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas
yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan
entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasinya.
1.2.4.6.1 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai anggaran dan
realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu
entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan informasi-informasi
sebagai berikut:
Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
Setiap komponen dalam LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut atas angka-angka
yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Namun dari segi struktur, LRA Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki struktur yang berbeda.
Perbedaan ini lebih diakibatkan karena adanya perbedaan sumber pendapatan pada
pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran, akuntansi
pendapatan-LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit, akuntansi pembiayaan &
akuntansi sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada
basis kas.

Akuntansi Anggaran

Salah satu perbedaan utama akuntansi pemerintahan dengan akuntansi perusahaan


komersial terletak pada akuntansi anggaran. Dalam pemerintahan, pencatatan telah dimulai
pada saat anggaran (APBN/APBD) disahkan dan dialokasikan. Akuntansi anggaran
Page
19

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk


membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran
diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.

Akuntansi Pendapatan-LRA

Pendapatan-LRA diakui pada saat uang diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, yang mana pencatatan pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu mencatat jumlah bruto penerimaan, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran), namun ketika biaya atas pendapatan tersebut bersifat
variabel dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
dapat mencatat nilai netonya.

Akuntansi Belanja

Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban


sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi
manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut. Pengeluaran untuk
belanja dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dikeluarkan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah (BUN/BUD), atau melalui bendahara pengeluaran. Jika pengeluaran
dilakukan oleh BUN/BUD maka belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah, sedangkan jika pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran maka pengakuan belanja dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Akuntansi Surplus/Defisit-LRA

Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA selama
suatu periode lebih besar daripada jumlah belanja pada periode tersebut, begitupula
sebaliknya, defisit-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA lebih kecil dari jumlah belanja
selama satu periode pelaporan tersebut.

Akuntansi Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Page
20

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Akuntansi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan


pengeluaran selama satu periode pelaporan atau selisih lebih/kurang antara realisasi
pendapatan-LRA dan penerimaan pembiayaan dengan belanja dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan. Nilai SilPA/SiKPA pada akhir periode pelaporan inilah yang
nantinya dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Apabila dalam LRA
terdapat transaksi mata uang asing maka harus dicatat/dibukukan dalam mata uang rupiah
atau dikonversi terlebih ke rupiah.
1.2.4.6.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut,
yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran
lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi
kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk
periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.

1.2.4.6.3 Laporan Operasional


Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya. Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam
mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan. Berkaitan dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan Operasional
menyediakan informasi sebagai berikut:

Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif;
Page
21

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).

Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi


berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
1.2.4.6.4 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal
atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksikoreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak
kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:

Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode


sebelumnya
Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

Struktur Laporan Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah


Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
1.2.4.6.5 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas
pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas
mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan
kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Apabila suatu entitas
memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan,
dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca maka akan
memberikan informasi mengenai aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi
berikutnya (aset lancar) dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka panjang (aset
nonlancar).
Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada penyusunan neraca
menyebabkan setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban
yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan
diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Page
22

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

1.2.4.6.6 Laporan Arus Kas


Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Tujuan
pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan
kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan
arus kas keluar selama periode pelaporan.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan
para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan
setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
1.2.4.6.7 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan
oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara
diperlukan CaLK. CaLK memberikan informasi kualitatif dan mengungkapkan kebijakan
serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan pengelolaan keuangan negara. Selain
itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas segala informasi yang ada dalam laporan
keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna
laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam
menyikapi kondisi keunagan neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis.

Page
23

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

2.1 Badan Layanan Umum (BLU)


Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005
Pasal 1 adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Page
24

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Satuan Kerja (Satker) BLU dapat memiliki fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan yang berbeda
dengan instansi biasanya (Non BLU) berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktek bisnis yang sehat (Ps 2 PP 23/2005). Berikut beberapa hal terkait dengan fleksibilitas yang
diberikan kepada satker BLU yaitu :

Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Negara.
Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang batas tertentu.
Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU yang hasilnya menjadi
pendapatan BLU.
Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang sampai batas tertentu.
Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab pelunasan berada pada BLU.
Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri Keuangan.
Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan dapat mengalihkan barang
inventaris.
Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan profesionalisme.
Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat dimintakan dari APBN
untuk Public Service Obligation (PSO).
Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.
Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada Kementerian/Lembaga dan BLU
yang bersangkutan dengan seijin Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Fleksibilitas tersebut dimaksudkan untuk mendorong satker BLU dalam menerapkan praktikpraktik bisnis yang sehat berdasarkan prinsip-prinsip dan kaedah manajemen yang baik dalam rangka
mewujudkan tata kelola organisasi yang baik dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
2.2. Karakteristik BLU
karakteristik khusus yang membedakan antara Badan Layanan Umum dengan unit organisasi atau
institusi pemerintah lainnya yakni:

BLU merupakan instansi pemerintah yang menyediakan barang dan jasa yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Oleh karena BLU menyediakan barang dan jasa kepada
masyarakat maka ada pendapatan yang diperoleh oleh BLU dari biaya yang dibebankan
kepada konsumennya. Pendapatan BLU ini merupakan Penerimaan Bukan Pajak/PNBP
sedangkan pendapatan BLUD merupakan lain-lain Pendapatan Asli Daerah/PAD yang sah
bagi suatu daerah.
BLU harus menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan. Ini karakteristik yang sangat spesial sekali karena instansi pemerintah
Page
25

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

diperkenankan untuk menerapkan praktik bisnis seperti dalam yang umum dilakukan oleh
dunia bisnis/swasta. Akan tetapi walaupun diselenggarakan sebagaimana institusi bisnis,
BLU tidak diperkenankan mencari keuntungan (not-for-profit).
BLU dijalankan dengan prinsip efisien dan produktivitas. Karakteristik ini jauh berbeda dari
instansi pemerintah biasa yang dalam penyelenggaraan layanannya mengedepankan kepada
penyerapan anggaran yang sangat tinggi, terlepas kegiatan tersebut mencapai sasaran
dengan tepat atau tidak. Pada BLU penyerapan anggaran bukanlah target karena
surplus/kelebihan anggaran dapat digunakan kembali pada tahun berikutnya untuk
peningkatan kualitas layanannya.
Adanya fleksibilitas dan otonomi dalam menjalankan operasional BLU, yakni: fleksibilitas
dalam hal pengelolaan keuangan, fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia dan
fleksibilitas dalam hal pengelolaan dan pengadaan aset/barang.
BLU dikecualikan dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Ketentuan
ini merupakan semangat otonomi yang diberikan kepada BLU untuk "bisa melanggar"
ketentuan dalam keuangan negara. Contohnya adalah BLU diperkenankan untuk
menggunakan secara langsung penerimaannya (PNBP bagi BLU Pusat atau lain-lain PAD
yang sah bagi BLUD).

2.3. Asas BLU?

BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan
oleh instansi induk yang bersangkutan;
BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian
layanan
umum
yang
didelegasikan
kepadanya
oleh
Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Page
26

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

2.4. Apa saja sumber dana operasional BLU?


Berikut sumber dana operasional BLU seperti disebutkan dalam Pasal 14 PP 23/2005 yaitu :

APBN/APBD
Pendapatan dari jasa layanan kepada Masyarakat
Hibah tidak terikat
Hibah terikat
Kerjasama BLU dengan pihak ketiga dan hasil usaha lainnya.

2.5. Syarat Menjadi BLU


Tidak semua satker yang memiliki PNBP bisa menjadi satker BLU. Ada beberapa persyaratan agar
satker yang memiliki PNBP bisa menjadi satker BLU yaitu
2.5.1 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
Merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada dalam naungan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN
bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli-tenaga ahli di bidang keuangan negara dengan spesialisasi
tertentu seperti akuntansi, Perpajakan, Pajak bumi dan bangunan/Penilaian, Kebendaharaan Negara,
Kepabeanan dan cukai,oleh karena itu para lulusan dibekali pengetahuan dan keterampilan serta
keahlian profesional sesuai dengan spesialisasinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai dan
mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan
dan instansi pemerintah lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP dan
badan Pemeriksa Keuangan republik Indonesia BPK-RI. STAN sebagai satker agar dapat ditetapkan
sebagai BLU harus memenuhi beberapa persyaratan
2.5.1.1 Persyaratan Substantif

Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan:


o Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di bidang kesehatan,
penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan pengembangan
(litbang);
o Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian
masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (Kapet); atau
o Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan
kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah.
Page
27

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Bidang layanan umum bersifat operasional, menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi
public goods)
Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan.
2.5.1.2 Persyaratan Teknis

Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukan dalam
dokumen usulan penetapan BLU.
2.5.1.3 Persyaratan Administratif

Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat


bagi masyarakat;
Pola tata kelola;
Rencana strategis bisnis;
Laporan keuangan pokok;
Standar pelayanan minimal; dan
Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.

2.6. Pola Pengelolaan Keuangan BLU


Pola pengelolaan keuangan pada BLU merupakan pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik
bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara
pada umumnnya. Hal yang dimaksud dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses penyelenggaraan
dan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

Page
28

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

3.1 Over View BPJS


Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
Pasal 1 menjelaskan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan layak. Hal ini
didasarkan pada cita-cita UUD 1945 untuk menciptakan sistem jaminan sosial yang tertuang dalam
Pasal 34 ayat 2, Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.1
Indonesia memiliki empat lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial, yaitu PT ASKES
(Asuransi Kesehatan Indonesia), PT ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), PT TASPEN (Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri), dan PT JAMSOSTEK
(Jaminan Sosial Tenaga Kerja).Keempat lembaga ini tentunya memiliki program tersendiri. Padahal
tujuan dari keempat lembaga adalah sama, yaitu memberikan perlindungan melalui jaminan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah memandang perlu untuk menyatukan keempat lembaga dalam
menciptakan sistem jaminan sosial yang terintegrasi di Indonesia atau dikenal dengan istilah Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Karena itu keempat lembaga ini bertrasnformasi menjadi Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) untuk dapat mempercepat terciptanya SJSN bagi seluruh rakyat
Indonesia.2
BPJS sendiri akan terdiri atas dua bentuk, yaitu BPJS Kesehatan (BPJS-K) yang
menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-KT) yang
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian.3 PT ASKES akan bertransformasi menjadi BPJS-K dan PT JAMSOSTEK menjadi BPJS-KT

1 Jaminan Sosial dan Negara Kesejahteraan, 2013


2 Paham Transformasi Jaminan Sosial, 2014, Halaman 7
Page
29

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

dimana proses transformasi berjalan selama dua tahun dan keduanya mulai aktif per 1 Januari 2014.
Transformasi kelembagaan ini memiliki ciri-ciri, yaitu4:
1) pembubaran tanpa proses likuidasi, sehingga tidak berlaku ketentuanPasal 142 ayat (2)
UU 40/2007 Tentang Perseroan Terbatas yangmengatur pembubaran Perseroan Terbatas
wajib diikuti denganlikuidasi.
2) pembubaran dilaksanakan atas perintah UU BPJS, sehingga tidak berlaku ketentuan
Pasal 64 ayat (1) UU 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menetapkan
pembubaran BUMN dengan PeraturanPemerintah.
Proses transformasi PT JAMSOSTEK melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah masa
peralihan PT JAMSOSTEK menjadi BPJS-KT dan tahap kedua adalah penyiapan operasionalisasi
BPJS-KT. Tahap pertama berlangsung selama 2 (dua) tahun, mulai 25 November 2011 - 31 Desember
2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. BPJS
Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program Jamsostek, yaitu program kecelakaan
kerja, program jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Selanjutnya tahap kedua berlangsung paling
lamat 30 Juni 2015 dimana akan mempersiapkan BPJS-KT untuk menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU
SJSN. Setelah itu, BPJS-KT akan beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.5

3.2 Implikasi Kelembagaan dan Organisasi Setelah Transformasi


Transformasi PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan membawa perubahan baik dari
segi kelembagaan dan aktivitas operasionalnya. Berikut ini adalah beberapa implikasi proses
transformasi yang saya olah dari berbagai sumber.
Aspek kelembagaan:
3 UU No 24 Tahun 2011 Pasal 5 dan 6
4 Paham Transformasi Jaminan Sosial, 2014, Halaman 8
5 Ibid, Halaman 31
Page
30

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

a. Transformasi membuat bentuk badan hukum yang awalnya persero atau badan usaha menjadi
badan hukum publik dengan kewenangan publik dan privat. BPJS menjadi lembaga negara
berkedudukan langsung di bawah Presiden, memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk
mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik, dan
menjatuhkan sanksi kepada peserta
b. Organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan Pengawas dan
Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka.
c. Perubahan tata kelola mencakup 4 (empat) hal utama, yaitu prinsip pengelolaan, pemisahan
program jaminan sosial, pemisahan aset jaminan sosial, serta penyertaan dana pemerintah dan
perlindungan kesehatan keuangan oleh Negara.Tata kelola BPJS diatur dalam UU BPJS.
Berbeda dengan tata kelola Persero yang diatur dalam anggaran dasar di dalam akta pendirian
d. Budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan publik untuk memberikan
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Analisis:
a. Transformasi ini memberikan perubahan besar atas filosofi BPJS. Awalnya program
diperuntukkan untuk pegawai swasta, tetapi sekarang fokusnya bukan hanya pegawai swasta
tetapi semua warga negara yang mana berhak atas jaminan sosial.
b. Perubahan badan hukum menjadi badan hukum publik membuat BPJS menjadi organisasi
nirlaba yang tidak bersifat mencari keuntungan. Berbeda dengan bentuk lama yang dapat
mencari laba atas operasinya. Pemerintah ingin memberikan jaminan sosial yang memang
merupakan hak dari rakyat Indonesia sehingga tidak boleh dikomersialkan.
c. BPJS karena berbentuk badan hukum publik dituntut untuk memiliki keterbukaan dan
akuntabilitas sepeti yang tertuang dalam UU BPJS Pasal 5. BPJS dituntut untuk memberikan
informasi yang lebih terbuka dan operasinya transparan sehingga publik bisa menilai kinerja
organisasi.
d. Kewenangan publik BPJS untuk memberikan sanksi memiliki dampak yang positif untuk
mendisplinkan peserta. Selama ini menjadi masalah yang cukup sulit untuk diselesaikan oleh
lembaga sebelumnya adalah peserta yang tidak disiplin, misalnya pembayaran iuran. Tapi sejak
diberi kewenangan langsung oleh pemerintah, BPJS akan lebih fleksibel untuk dapat
memberikan sanksi jika telat atau peserta melalaikan kewajibannya.

Page
31

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Aspek Operasional:
a. BPJS mengelola aset jaminan sosial yang terdiri dari aset Dana Jaminan Sosial (DJS) dan aset
BPJS. UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset DJS. Aset DJS bukan
merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan
dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS. Aset jaminan sosial tidak
boleh digunakan selain untuk penggunaan yang ditentukan dalam UU BPJS. UU BPJS
mewajibkan BPJS untuk menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank
kustodian yang merupakan Badan Usaha Milik Negara. Pada PP No 99 Tahun 2013 Pasal 14
disebutkan bahwa Dana Operasional yang dapat diambil dari Dana Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan sebagaimana ditetapkan paling tinggi 10% dari Iuran jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian; dan 2% dari akumulasi Iuran dan dana hasil pengembangan jaminan hari
tua.
b. BPJS wajib membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang lazim dan
berlaku umum. Cadangan teknis adalah liabilitas Dana Jaminan Sosial dan merupakan seluruh
kewajiban pembayaran manfaat kepada peserta. Cadangan teknis terdiri atas cadangan iuran
yang belum menjadi pendapatan, cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian,
dan cadangan atas klaim yang telah terjadi namun belum dilaporkan
c. BPJS wajib menggunakan hasil pengelolaan aset jaminan sosial untuk pengembangan program
bagi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Surplus digunakan untuk menambah aset bersih
BPJS dan/atau memperkuat aset Dana Jaminan Sosial. Penggunaan surplus harus mendapat
persetujuan Dewan Pengawas BPJS.
d. BPJS tidak dapat direstrukturisasi atau diprivatisasi. Bila terjadi gangguan kesehatan keuangan
BPJS, Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya
kesehatan keuangan BPJS.
e. Pengawasan BPJS dilakukan oleh DJSN, dan lembaga pengawas independen, yaitu Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
f. Transformasi ini berdampak pada kegiatan usaha. Jika selama ini, PT JAMSOSTEK
menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JK), jaminan hari tua
(JHT), dan jaminan pemeliharaan kesehatan, maka setelah bertransformasi maka BPJS akan
menyelenggarakan JKK, JK, JHT dan program baru yakni jaminan pensiun (JP). JPK akan
diserahkan ke BPJS Kesehatan.
Page
32

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

g. Program untuk pekerja formal dan informal. Jika selama ini mayoritas hanya menjangkau
pekerja pada sektor formal (sektor informal masih bersifat sukarela), maka setelah transformasi
akan menjangkau seluruh pekerja yang ada (formal dan informal sama dominannya). Seperti
petani, nelayan, dan lainnya.
Analisis:
a. Karena adanya pemberian Jaminan Program Kesehatan Kesehatan ke BPJS Kesehatan (dulunya
PT ASKES), maka perlu adanya sinergi dari kedua lembaga untuk dapat menyukseskan
integrasi yang ingin dilakukan pemerintah. Setiap lembaga harus memehami apa yang menjadi
tanggung jawabnya dan fokus ke bidang apa supaya tidak terjadi salah paham ke depannya.
b. Perluasan cakupan program BPJS tentunya memberikan rasa aman bagi sleuruh rakyat. Saat ini
program juga bisa dirasakan oleh sektor informal yang dulunya kurang diperhatikan. Kini setiap
pekerja di Indonesia bisa memiliki hak yang sama atas Jaminan Sosial seperti yang telah
diamanatkan dalam UUD 1945. Keberadaan BPJS juga diperlukan. Dulunya hanya berada di
ibukota provinsi, tetapi sekarang sedang dibangun jaringan untuk menjangkau daerah-daerah.
c. Pelaksanaan program pensiun yang baru akan memerlukan rangkaian kompetensi baru baik
teknis maupun operasional karena Jamsostek saat ini sama sekali tidak menawarkan atau
mengelola program pensiun manfaat pasti. BPJS perlu mengumpulkan dan menyimpan data
yang dibutuhkan untuk menghitung manfaat, menerima dan menyetujui permohonan manfaat,
menghitung nilai manfaat yang berhak diterima, serta membayar manfaat bulanan kepada
pensiunan usia lanjut, pensiunan penyandang cacat, dan ahli waris penerima manfaat. BPJS
juga memerlukan kapasitas untuk menyesuaikan manfaat bagi pembuatan indeks tahunan dan
untuk menghentikan pembayaran manfaat ketika penerimanya tidak lagi berhak. Pemerintah
pun perlu menentukan apakah pekerja sektor informal akan dapat berpartisipasi dalam program
pensiun yang baru karena undang-undang SJSN tampaknya mengecualikan partisipasi pekerja
informal.
d. Pemisahan aset DJS dari BPJS juga bisa memberikan batasan menjadi kewenangan BPJS dan
mana yang tidak. Hal ini dilakukan agar setiap aset tidak disalah gunakan dan memang
dioptimalkan untuk kepentingan peserta.
3.3 Analisis Aktivitas Investasi Pasca Transformasi
Page
33

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Berdasarkan PP No 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan


menjelaskan bahwa sset BPJS Ketenagakerjaan yang digunakan untuk investasi dilakukan melalui
investasi pada instrumen investasi pasar uang, pasar modal, dan investasi langsung.Instrumen investasi
dalam negeri berupa:
a. deposito berjangka termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari
atau sama dengan 1 (satu) bulan serta sertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

(nonnegotiable certificate deposit) pada Bank;


surat berharga yang diterbitkan Negara Republik Indonesia;
surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia;
surat utang korporasi yang tercatat dan diperjualbelikan secara luas dalam Bursa Efek;
saham yang tercatat dalam Bursa Efek;
reksadana;
efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset;
dana investasi real estate;
repurchase agreement;
penyertaan langsung; dan/atau
tanah, bangunan, atau tanah dengan bangunan.
Sesuai dengan penilaian risiko, bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin

tinggi pula risikonya.Untuk saat ini BPJS-KT memiliki porsi paling besar pada deposito yaitu di tingkat
30%.Investasi pada deposito nyatanya memberikan kontribusi pendapatan sebesar 8%.BPJS-KT sendiri
juga saat ini lebih berfokus pada investasi yang terkait dengan infrastruktur karena ingin membuka
lapangan pekerjaan dan memberikan kesejahteraan.BPJS-KT berencana untuk meningkatkan porsi
aktivitas investasi properti.Sebelumnya berada pada tingkat 5% dan direncanakan naik 10-30%. Hal ini
didukung dengan revisi PP No 99 Tahun 2013 untuk meningkatkan alokasi dana portofolio ke investasi
properti.
Peningkatan porsi investasi properti akan mendukung program BPJS-KT dalam membangun
tempat tinggal layak bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Total dana yang akan
dialokasikan sebesar Rp25 triliun dimana penghimpunan dana dilakukan dengan membeli obligasi
perusahaan-perusahaan properti yang ingin menerbitkan surat utang. Walaupun mengalami peningkatan
dalam segi properti, tetapi BPJS-KT tetep memprioritaskan pada investasi deposito.Target pendapatan
deposito setahun adalah 2.832%.
Di samping aktivitas investasi dalam properti dan deposito yang terus digenjot, aktivitas
investasi lain berupa pengalihan aset juga menjadi sorotan penting. Hal ini karena program jaminan
Page
34

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

kesehatan yang awalnya ada di JAMSOSTEK akan dialihkan ke BPJS Kesehatan. Itu artinya seluruh
program, aset, karyawan, kelembagaan serta kepesertaan Askes, bersama program, aset dan liabilitas
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek, otomatis menjadi milik BPJS Kesehatan.
Karenanya ini juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi struktur aset di BPJS-KT. Terkait
juga pemisahan aset antara yang menjadi milik BPJS dan Dana Sosial milik peserta. Pemisahan ini
tentunya memberikan dampak yang baik karena itu artinya hak dari peserta atau hak dari rakyat
Indonesia dijaga benar oleh pemertintah.Seringkali aset disalahgunakan oleh organisasi sehingga
dengan pemisahan ini bisa mengurangi risiko itu.

3.4 Analisis Dampak Transformasi terhadap Laporan Keuangan BPJS-KT


Karena adannya transformasi membuat PT JAMSOSTEK harus menyiapkan pengalihan aset
dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban ke BPJS-KT. Karena itu dilakukan penunjukan kantor
akuntan publik untuk melakukan audit atas:
a. laporan keuangan penutup PT Jamsostek (Persero)
b. laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan
c. laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan.
Selanjutnya, setelah menjadi BPJS-KT maka wajib melakukan pertanggung jawaban kepada
Presiden. Prosedur pelaporan BPJS-KT mencakup laporan enam-bulanan untuk diserahkan kepada
Presiden dan DJSN, serta laporan tahunan (yang ringkasan eksekutifnya harus dipublikasikan BPJS
secara luas). BPJS juga harus memberi tahu peserta mengenai hak-hak mereka dan, setidaknya satu kali
setahun, melaporkan manfaat yang telah mereka peroleh dalam program pensiun dan jaminan hari tua.
Pelaporan manfaat dilakukan untuk menilai apakah program yang dijalankan oleh BPJS sekarang
menjadi lebih baik atau buruk pengelolaannya jika dibandingkan dengan PT JAMSOSTEK lalu, BPJSKT juga harus menerapkan standar akuntansi internasional.
Kebutuhan akan laporan dengan informasi seperti manfaat program dan penerapan standar
akuntansi internasional menuntut BPJS-KT untuk memiliki sumber daya yang kompeten dalam
mencapai tujuan ini. Artinya diperlukan akuntan untuk menyusun laporan dan auditor yang memahami
lingkungan baru BPJS-KT.
Page
35

Syauqi Hidayat Corporate Reporting

Untuk laporan kinerja sendiri BPJS-KT harus membuat lima laporan kinerja keuangan, yaitu
laporan kinerja BPJS, laporan kinerja program jaminan hari tua (JHT), laporan kinerja program
kecelakaan kerja (JKK), laporan kinerja program kematian (JKM), dan laporan kinerja program
jaminan pensiun (JP).Direktur Keuangan BPJS-KT menyatakan bahwa setiap program memang harus
dilaporkan secara terpisah mulai dari penerimaan iuran, penggunaannya, investasi, dan laporan
kinerjanya.Hal ini dilakukan karena tidak ada subsidi silang antar program. Pemisahan laporan kinerja
ini tentunya bisa memberikan transparansi akan setiap program yang dimiliki oleh BPJS.
Kemudian mengenai pemerikasaan laporan keuangan yang dilakukan oleh BPK. Pemeriksaan
yang dilakukan BPK untuk menjamin pengelolaan uang supaya transparan dan akuntabel. Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) akan mengawasi pengalihan aset-aset JAMSOSTEK ke ASKES.
Bahkan, BPK tetap akan melakukan pengawasan, sekalipun dua BUMN itu sudah berubah nama
menjadi BPJS. Menurut Anggota BPK Barullah Akbar, pengawasan dilakukan untuk menjamin
transparansi pengelolaan dana negara, maupun dana publik. Karena dana yang dikelola ke depan
dipergunakan untuk kesehatan buruh maupun rakyat.

Page
36

Anda mungkin juga menyukai