Fram3work Akuntansi
Fram3work Akuntansi
Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan
penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan
untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. PSAK-IFRS,
SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK
Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah.
1.2 Jenis SAK yang dijalankan di Indonesia
1.2.1 SAK IFRS
1.2.1.1 Over View
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC),
merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki
tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas
tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Dari penjelasan di atas, tentunya muncul
pertanyaan yang sangat mendasar yaitu, apa perbedaan dari kedua standar laporan keungan
tersebut. Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012. Pasca Konvergensi PSAK 2012 =
IFRS (kecuali IFRS terbaru). Secara gradual, IFRS sudah diterapkan mengikuti pemberlakuan
PSAK yang bersangkutan. Setelah konvergensi IFRS, PSAK akan berkembang dinamis
mengikuti IFRS dan wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti: Emiten,
perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Dapat diterapkan oleh ETAP atau entitas
Page
1
b)
Dampak terhadap bisnis :
Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih
mudah dikomunikasikan ke investor global.
Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar
Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif
Smooting income menjadi semakin sulit dengan menggunakan balance sheet approach &
fair value
Principle-based standars mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedilit
menurun yakni bila pengggunaan profesional judgment ditumpangi dengan kepentingan
untuk mengatur laba (earning management)
Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
1.2.1.5 Perbandingan PSAK dengan IFRS
Jika kita bandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan
IFRS,Ada beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam tabel-tabel dibawah ini.
No
IFRS
PSAK
Perbedaan
1
Komponen Laporan
Keuangan yang
lengkap
Laporan posisi
keuangan (neraca)
Laporan laba rugi
komprehensif
Laporan perubahan
ekuitas
Page
3
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan
ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan
Pengungkapan dalam
Laporan posisi
keuangan (neraca)
Istilah Minority
Interest
Penyajian laibilitas
jangka panjang yang
akan dibiayai kembali
keuangan
Aset :
Aset Tidak Lancar
Aset lancar
Aset :
Aset Tidak Lancar
Aset lancar
Ekuitas :
Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke
pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Ekuitas :
Ekuitas yang dapat
diatribusikan ke
pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Laibilitas :
Laibilitas jangka
panjang Laibilitas jangka
pendek
Istilah minority interest (hak
minoritas) diganti menjadi
non controlling interest (hak
nonpengendali) dan disajikan
dalam Laporan perubahan
ekuitas
Tidak mengenal istilah pos
luar biasa (extraordinary
item)
Laibilitas jangka panjang
disajikan sebagai laibilitas
jangka pendek jika akan
Page
4
Laibilitas :
Laibilitas jangka
panjang Laibilitas jangka pendek
Menggunakan istilah hak
Minoritas
menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah SAK ETAP dan SE No.
12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010 yang menetapkan penggunaan Pedoman
Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA BPR) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.
IFRS for SMEs, merupakan bentuk mini dari Full IFRS: (1) yang dapat pengurangan
opsi dan pengungkapan; (2) tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda dengan
Full IFRS, kecuali borrowing cost dibebankan langsung dan tidak dikapitalisasi, dan terdapat
pengaturan mengenai ekuitas. Target dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah ke
bawah. SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAP), yaitu entitas yang (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan adalah:
Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Contoh: Bank
Perkreditan Rakyat
Entitas berakuntabillitas public adalah:
Perusahaan kecil yang memiliki saham di pasar modal.
Perusahaan manufaktur besar (bukan emiten).
Bank umum besar (bukan emiten).
Entitas yang bisnis satu-satunya adalah pendapatan bunga atas uang yang
dipinjamkan kepada nasabah. Entitas ini memperoleh semua dana dari seorang
pemilik yang milyuner.
Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan keuangan, misalnya: pemegang saham, kreditor, pekerja,
dan masyarakat dalam arti luas.
Laporan keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP untuk menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang berguna untuk pengguna
luas yang tidak dalam posisi meminta laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu,
misalnya diberikan kepada: Bank, Pemilik, dan Penyandang dana.
1.2.2.3 Konsep Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan
Page
6
Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses
pengambilan keputusan.
Materialitas
Inforjmasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang
diambil atas dasar laporan keuangan.
Keandalan
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memeiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan
penyajian yang secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajaikan.
Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan
yang diperlukan dalam kondisi ketidak pastian, sehingga asset atau penghasilan tidak
disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.
Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan atau tidak mengungkapkan mengakibatkan
Page
7
informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan
dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansinya.
Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar perioda untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerka keuangan. Pengguna juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan keuangan secara relative.
Tepat Waktu
Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat memengaruhi keputusan
ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan
keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang
tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya.
tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang
berakhir tahun 2008.
Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah,
PSAK No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK No 103 tentang Akuntansi
Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK No 105 tentang Akuntansi Mudarabah
(Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang Akuntansi Musyarakah (Kemitraan). Keenam PSAK
merupakan standar akuntansi yang mengatur seluruh transaksi keuangan syariah dari berbagai
LKS. Dalam penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK mendasarkan pada pernyataan akuntansi
perbankan syariah indonesia (PAPSI) Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK
juga mendasarkan pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang diterbitkan oleh dewan
syariah nasional majelis ulama indonesia (DSN MUI).
1.2.3.2 PSAK Syariah
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan
dilakukan dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa
MUI. PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :
Kerangka Konseptual
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Akuntansi Murabahah
Musyarakah
Mudharabah
Salam
Istishna
Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Catatan atas Laporan Keuangan
Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan
pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan
6.Informasi yang disajikan dalam Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PSAK
terkait.
7.Informasi yang disajikan dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai Komponen Utama Laporan
Keuangan yang menunjukan:
Dana zakat berasal dari wajib zakat (Muzakki)
o Zakat dari dalam entitas syariah
o Zakat dari pihak luar entitas syariah
Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk
o Fakir
o Miskin
o Riqab
o Gharim
o Muallaf
o Fiisabilillah
o Amin
Kenaikan atau penurunan zakat
Saldo awal dana zakat
Saldo akhir dana zakat
8. Informasi yang disajikan dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai Komponen Utama Laporan
Keuangan yang menunjukan:
o
o
o
o
3. Akad (shighat).
Syarat Murabahah :
1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah,
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan,
3. Kontrak harus bebas dari riba,
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian,
dan
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya bila
pembelian dlakukan secara hutang.
Dalam akuntansi murabahah terdapat prinsip persaudaraan (ukhuwah) yang esensi nya
mempunyai semangat saling tolong menolong dan tidak boleh mendapat keuntungan diatas
kerugian orang lain.
1.2.3.3. PSAK 103 Akuntansi Salam
Salam adalah akad pembelian suatu hasil produksi (komoditi) untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera sesuai dengan persyaratan tertentu atau penjualan
suatu komoditi untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan pembayaran segera/di muka.
Rukun Salam :
1. Subjek : muslam (pembeli) dan muslam ilaih (penjual)
2. Akad (shighat)
3. Ma'qud alaih meliputi dua hal yaitu modal/harga dan muslam fiih (barang yang dipesan)
Syarat Salam :
1. Modal/harga : Harus jelas dan terukur, berapa harga barangnya, berapa uang mukanya dan
berapa lama, sampai pembayaran terakhirnya.
2.
Muslam fiih (barang yang dipesan) : Harus jelas jenis, ciri-cirinya, kualitas dan
kuantitasnya.
1.2.3.4. PSAK 104 Akuntansi Istishna
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Selain itu
ada juga istishna paralel, yaitu suatu bentuk akad istishna antara pemesan dan penjual kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada penjual, penjual memerlukan pihak lain sebagai
pembeli.
Rukun Istishna :
Page
13
1. Subjek : shaani (produsen atau penjual) dan mustashni (konsumen atau pembeli)
2. Maqud alaih (barang yang dipesan)
3. Akad (shighat)
Syarat Istishna :
1. Jenis barang yang dibuat, macam, kadar, dan sifatnya jelas,
2. Barang berlaku muamalat di antara manusia, dan
3. Tidak ada ketentuan mengenai tempo penyerahan barang yang dipesan.
1.2.3.3.3 PSAK 105 - Akuntansi Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
pemilik dana menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kespakatan sedangkan
kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana apabila kesalahan terjadi murni karena
regulasi usaha. Tetapi jika kesalahan/kerugian disebabkan karena kelalain mudharib maka
kerugian ditanggung oleh mudharib.
Rukun Mudharabah :
1. Subjek : pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)
2. Objek
3. Akad (shighat)
Syarat Mudharabah :
1. Modal ditangan pengusaha berstatus amanah, seperti wakil dalam jual beli,
2. Pengusaha berhak atas keuntungan sesuai kesepakatan,
3. Komponen biaya disepakati sejak awal akad, dan
4. Pemilik modal (shahibul maal) berhak atas keuntungan dan menanggung resiko.
Pada akad mudharabah terdapat prinsip persaudaraan yang pada dasarnya merupakan
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan umum dengan
semangat saling tolong menolong, menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh
manfaat sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan diatas kerugian orang lain.
1.2.3.3.3 PSAK 106 - Akuntansi Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Page
14
Rukun Musyarakah :
1. Subjek (aqidani)
2. Objek (maqud alaihi)
3. Akad (shighat)
4. Nisbah bagi hasil
Syarat Musyarakah :
1. Diperbolehkan untuk menerima atau mengirimkan wakil untuk bertindak hukum terhadap
objek perserikataan sesuai dengan izin pihak lainnya,
2. Presentase pembagian keuntungan jelas, dan
3. Keuntungan untuk masing-masing pihak ditentukan sesuai kesepakatan.
1.2.3.3.4 PSAK 107 - Akuntansi Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
Rukun Ijarah :
1. Subjek : mujir (pemberi sewa) dan mustajir (penyewa)
2. Objek
3. Akad (shighat)
Syarat Ijarah :
1. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan penyewaan,
2. Barang yang disewakan tidak termasuk kategori haram, dan
3. Harga sewa harus terukur.
1.2.3.3.5 PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
Asuransi Syariah menurut Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang, melalui
investasi dalam bentuk aset dan / atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Dari pengertian nya sudah sangat jelas bahwa asuransi syariah mengaplikasikan prinsip
persaudaraan (ukhuwah). Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling
mengenal (taaruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (taawun), saling menjamin
(takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf) dan prinsip tersebut diaplikasikan pada
asuransi syariah.
Page
15
Manajerial
Page
16
Pengawasan
Pemeriksaan keuangan di Indonesia terdiri dari pemeriksaan keuangan secara
umum, pemeriksaan ketaatan dan pemeriksaan operasional atau manajerial.
1.2.4.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan
akuntansi bisnis. Berdasarkan tujuan pemerintah diatas, Bachtiar Arif, Muclis, Iskandar
(2002:7) menyebutkan beberapa karaktristik akuntansi pemerintahan yaitu sebagai berikut:
Pemerintah tidak berorientasi pada laba sehingga dalam akuntansi pemerintah tidak
ada laporan laba (income statement) dan treatment akuntansi yang berkaitan
dengannya.
Pemerintah membukukan anggaran ketika anggaran tersebut dibukukan.
Dalam akuntansi pemerintahan dimungkinkan mempergunakan lebih dari satu jenis
dana.
Akuntansi pemerintahan akan membukukan pengeluaran modal.
Akuntansi pemerintahanan bersifat kaku karena sangat bergantung pada peraturan
perundang-undangan.
Akuntansi pemerintahan tidak mengenal perkiraan modal dan laba yang ditahan
dalam neraca.
:
1.2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntansi Pemerintahan:
System pemerintahan
Dalam system monarki/ kerajaan akuntansi pemerintahan banyak dipengaruhi oleh raja jika
dibandingkan dengan parlemen. Di dalam system demokrasi parlementer atau presidensiil,
akuntansi pemerintahan banyak dipengaruhi oleh lembaga eksekutif dan legislative yang
mengalami check and balances.
langsung dari kontribusinya tersebut. Berbeda dengan hal ini, pada akuntansi bisnis yang
sumber dayanya terkait secara langsung dengan hasilnya, seperti adanya deviden.
Politik
Akuntansi pemerintahan sangat dipengaruhioleh politik. Sebagai contohadalah anggaran
yang sarat dengan aspek politik. Anggaran diartikan sebagai aalat politik, maka dalam
proses persetujuan anggaran, terjadi negosiasi politik antara lembaga legislative yang terdiri
dari wakil partai politik dan pemerintah (biasanya pemenang proses politik pada suatu
jangka waktu tertentu).
Dalam pelaporan keuangan, terdapat dua pihak yang dianggap sebagai pihak utama
pengguna laporan keuangan, yaitu pihak intern dan pihak ekstern. Untuk pihak ekstern,
lembaga nirlaba yang termasuk organisasi publik harus melaporkan Posisi Keuangan,
Laporan Aktivitas, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan dalam PP No.
24 tahun 2005 yang selanjutnya direvisi menjadi PP. 71 tahun 2010 tentang SAP ('Standar
Akuntansi Pemerintah) pengguna laporan keuangan Pemerintah dibagi menjadi empat
bagian yaitu :
Masyarakat
Para wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksaan, pihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman
Pemerintah
Page
18
Akuntansi Anggaran
Akuntansi Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat uang diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, yang mana pencatatan pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu mencatat jumlah bruto penerimaan, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran), namun ketika biaya atas pendapatan tersebut bersifat
variabel dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
dapat mencatat nilai netonya.
Akuntansi Belanja
Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA selama
suatu periode lebih besar daripada jumlah belanja pada periode tersebut, begitupula
sebaliknya, defisit-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA lebih kecil dari jumlah belanja
selama satu periode pelaporan tersebut.
Akuntansi Pembiayaan
Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif;
Page
21
Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).
Page
23
Satuan Kerja (Satker) BLU dapat memiliki fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan yang berbeda
dengan instansi biasanya (Non BLU) berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktek bisnis yang sehat (Ps 2 PP 23/2005). Berikut beberapa hal terkait dengan fleksibilitas yang
diberikan kepada satker BLU yaitu :
Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Negara.
Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang batas tertentu.
Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU yang hasilnya menjadi
pendapatan BLU.
Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang sampai batas tertentu.
Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab pelunasan berada pada BLU.
Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri Keuangan.
Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan dapat mengalihkan barang
inventaris.
Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan profesionalisme.
Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat dimintakan dari APBN
untuk Public Service Obligation (PSO).
Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.
Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada Kementerian/Lembaga dan BLU
yang bersangkutan dengan seijin Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
Fleksibilitas tersebut dimaksudkan untuk mendorong satker BLU dalam menerapkan praktikpraktik bisnis yang sehat berdasarkan prinsip-prinsip dan kaedah manajemen yang baik dalam rangka
mewujudkan tata kelola organisasi yang baik dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
2.2. Karakteristik BLU
karakteristik khusus yang membedakan antara Badan Layanan Umum dengan unit organisasi atau
institusi pemerintah lainnya yakni:
BLU merupakan instansi pemerintah yang menyediakan barang dan jasa yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Oleh karena BLU menyediakan barang dan jasa kepada
masyarakat maka ada pendapatan yang diperoleh oleh BLU dari biaya yang dibebankan
kepada konsumennya. Pendapatan BLU ini merupakan Penerimaan Bukan Pajak/PNBP
sedangkan pendapatan BLUD merupakan lain-lain Pendapatan Asli Daerah/PAD yang sah
bagi suatu daerah.
BLU harus menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan. Ini karakteristik yang sangat spesial sekali karena instansi pemerintah
Page
25
diperkenankan untuk menerapkan praktik bisnis seperti dalam yang umum dilakukan oleh
dunia bisnis/swasta. Akan tetapi walaupun diselenggarakan sebagaimana institusi bisnis,
BLU tidak diperkenankan mencari keuntungan (not-for-profit).
BLU dijalankan dengan prinsip efisien dan produktivitas. Karakteristik ini jauh berbeda dari
instansi pemerintah biasa yang dalam penyelenggaraan layanannya mengedepankan kepada
penyerapan anggaran yang sangat tinggi, terlepas kegiatan tersebut mencapai sasaran
dengan tepat atau tidak. Pada BLU penyerapan anggaran bukanlah target karena
surplus/kelebihan anggaran dapat digunakan kembali pada tahun berikutnya untuk
peningkatan kualitas layanannya.
Adanya fleksibilitas dan otonomi dalam menjalankan operasional BLU, yakni: fleksibilitas
dalam hal pengelolaan keuangan, fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia dan
fleksibilitas dalam hal pengelolaan dan pengadaan aset/barang.
BLU dikecualikan dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Ketentuan
ini merupakan semangat otonomi yang diberikan kepada BLU untuk "bisa melanggar"
ketentuan dalam keuangan negara. Contohnya adalah BLU diperkenankan untuk
menggunakan secara langsung penerimaannya (PNBP bagi BLU Pusat atau lain-lain PAD
yang sah bagi BLUD).
BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan
oleh instansi induk yang bersangkutan;
BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian
layanan
umum
yang
didelegasikan
kepadanya
oleh
Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Page
26
APBN/APBD
Pendapatan dari jasa layanan kepada Masyarakat
Hibah tidak terikat
Hibah terikat
Kerjasama BLU dengan pihak ketiga dan hasil usaha lainnya.
Bidang layanan umum bersifat operasional, menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi
public goods)
Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan.
2.5.1.2 Persyaratan Teknis
Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukan dalam
dokumen usulan penetapan BLU.
2.5.1.3 Persyaratan Administratif
Page
28
dimana proses transformasi berjalan selama dua tahun dan keduanya mulai aktif per 1 Januari 2014.
Transformasi kelembagaan ini memiliki ciri-ciri, yaitu4:
1) pembubaran tanpa proses likuidasi, sehingga tidak berlaku ketentuanPasal 142 ayat (2)
UU 40/2007 Tentang Perseroan Terbatas yangmengatur pembubaran Perseroan Terbatas
wajib diikuti denganlikuidasi.
2) pembubaran dilaksanakan atas perintah UU BPJS, sehingga tidak berlaku ketentuan
Pasal 64 ayat (1) UU 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menetapkan
pembubaran BUMN dengan PeraturanPemerintah.
Proses transformasi PT JAMSOSTEK melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah masa
peralihan PT JAMSOSTEK menjadi BPJS-KT dan tahap kedua adalah penyiapan operasionalisasi
BPJS-KT. Tahap pertama berlangsung selama 2 (dua) tahun, mulai 25 November 2011 - 31 Desember
2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. BPJS
Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program Jamsostek, yaitu program kecelakaan
kerja, program jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Selanjutnya tahap kedua berlangsung paling
lamat 30 Juni 2015 dimana akan mempersiapkan BPJS-KT untuk menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU
SJSN. Setelah itu, BPJS-KT akan beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.5
a. Transformasi membuat bentuk badan hukum yang awalnya persero atau badan usaha menjadi
badan hukum publik dengan kewenangan publik dan privat. BPJS menjadi lembaga negara
berkedudukan langsung di bawah Presiden, memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk
mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik, dan
menjatuhkan sanksi kepada peserta
b. Organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan Pengawas dan
Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka.
c. Perubahan tata kelola mencakup 4 (empat) hal utama, yaitu prinsip pengelolaan, pemisahan
program jaminan sosial, pemisahan aset jaminan sosial, serta penyertaan dana pemerintah dan
perlindungan kesehatan keuangan oleh Negara.Tata kelola BPJS diatur dalam UU BPJS.
Berbeda dengan tata kelola Persero yang diatur dalam anggaran dasar di dalam akta pendirian
d. Budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan publik untuk memberikan
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Analisis:
a. Transformasi ini memberikan perubahan besar atas filosofi BPJS. Awalnya program
diperuntukkan untuk pegawai swasta, tetapi sekarang fokusnya bukan hanya pegawai swasta
tetapi semua warga negara yang mana berhak atas jaminan sosial.
b. Perubahan badan hukum menjadi badan hukum publik membuat BPJS menjadi organisasi
nirlaba yang tidak bersifat mencari keuntungan. Berbeda dengan bentuk lama yang dapat
mencari laba atas operasinya. Pemerintah ingin memberikan jaminan sosial yang memang
merupakan hak dari rakyat Indonesia sehingga tidak boleh dikomersialkan.
c. BPJS karena berbentuk badan hukum publik dituntut untuk memiliki keterbukaan dan
akuntabilitas sepeti yang tertuang dalam UU BPJS Pasal 5. BPJS dituntut untuk memberikan
informasi yang lebih terbuka dan operasinya transparan sehingga publik bisa menilai kinerja
organisasi.
d. Kewenangan publik BPJS untuk memberikan sanksi memiliki dampak yang positif untuk
mendisplinkan peserta. Selama ini menjadi masalah yang cukup sulit untuk diselesaikan oleh
lembaga sebelumnya adalah peserta yang tidak disiplin, misalnya pembayaran iuran. Tapi sejak
diberi kewenangan langsung oleh pemerintah, BPJS akan lebih fleksibel untuk dapat
memberikan sanksi jika telat atau peserta melalaikan kewajibannya.
Page
31
Aspek Operasional:
a. BPJS mengelola aset jaminan sosial yang terdiri dari aset Dana Jaminan Sosial (DJS) dan aset
BPJS. UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset DJS. Aset DJS bukan
merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan
dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS. Aset jaminan sosial tidak
boleh digunakan selain untuk penggunaan yang ditentukan dalam UU BPJS. UU BPJS
mewajibkan BPJS untuk menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank
kustodian yang merupakan Badan Usaha Milik Negara. Pada PP No 99 Tahun 2013 Pasal 14
disebutkan bahwa Dana Operasional yang dapat diambil dari Dana Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan sebagaimana ditetapkan paling tinggi 10% dari Iuran jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian; dan 2% dari akumulasi Iuran dan dana hasil pengembangan jaminan hari
tua.
b. BPJS wajib membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang lazim dan
berlaku umum. Cadangan teknis adalah liabilitas Dana Jaminan Sosial dan merupakan seluruh
kewajiban pembayaran manfaat kepada peserta. Cadangan teknis terdiri atas cadangan iuran
yang belum menjadi pendapatan, cadangan atas klaim yang masih dalam proses penyelesaian,
dan cadangan atas klaim yang telah terjadi namun belum dilaporkan
c. BPJS wajib menggunakan hasil pengelolaan aset jaminan sosial untuk pengembangan program
bagi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Surplus digunakan untuk menambah aset bersih
BPJS dan/atau memperkuat aset Dana Jaminan Sosial. Penggunaan surplus harus mendapat
persetujuan Dewan Pengawas BPJS.
d. BPJS tidak dapat direstrukturisasi atau diprivatisasi. Bila terjadi gangguan kesehatan keuangan
BPJS, Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya
kesehatan keuangan BPJS.
e. Pengawasan BPJS dilakukan oleh DJSN, dan lembaga pengawas independen, yaitu Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
f. Transformasi ini berdampak pada kegiatan usaha. Jika selama ini, PT JAMSOSTEK
menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JK), jaminan hari tua
(JHT), dan jaminan pemeliharaan kesehatan, maka setelah bertransformasi maka BPJS akan
menyelenggarakan JKK, JK, JHT dan program baru yakni jaminan pensiun (JP). JPK akan
diserahkan ke BPJS Kesehatan.
Page
32
g. Program untuk pekerja formal dan informal. Jika selama ini mayoritas hanya menjangkau
pekerja pada sektor formal (sektor informal masih bersifat sukarela), maka setelah transformasi
akan menjangkau seluruh pekerja yang ada (formal dan informal sama dominannya). Seperti
petani, nelayan, dan lainnya.
Analisis:
a. Karena adanya pemberian Jaminan Program Kesehatan Kesehatan ke BPJS Kesehatan (dulunya
PT ASKES), maka perlu adanya sinergi dari kedua lembaga untuk dapat menyukseskan
integrasi yang ingin dilakukan pemerintah. Setiap lembaga harus memehami apa yang menjadi
tanggung jawabnya dan fokus ke bidang apa supaya tidak terjadi salah paham ke depannya.
b. Perluasan cakupan program BPJS tentunya memberikan rasa aman bagi sleuruh rakyat. Saat ini
program juga bisa dirasakan oleh sektor informal yang dulunya kurang diperhatikan. Kini setiap
pekerja di Indonesia bisa memiliki hak yang sama atas Jaminan Sosial seperti yang telah
diamanatkan dalam UUD 1945. Keberadaan BPJS juga diperlukan. Dulunya hanya berada di
ibukota provinsi, tetapi sekarang sedang dibangun jaringan untuk menjangkau daerah-daerah.
c. Pelaksanaan program pensiun yang baru akan memerlukan rangkaian kompetensi baru baik
teknis maupun operasional karena Jamsostek saat ini sama sekali tidak menawarkan atau
mengelola program pensiun manfaat pasti. BPJS perlu mengumpulkan dan menyimpan data
yang dibutuhkan untuk menghitung manfaat, menerima dan menyetujui permohonan manfaat,
menghitung nilai manfaat yang berhak diterima, serta membayar manfaat bulanan kepada
pensiunan usia lanjut, pensiunan penyandang cacat, dan ahli waris penerima manfaat. BPJS
juga memerlukan kapasitas untuk menyesuaikan manfaat bagi pembuatan indeks tahunan dan
untuk menghentikan pembayaran manfaat ketika penerimanya tidak lagi berhak. Pemerintah
pun perlu menentukan apakah pekerja sektor informal akan dapat berpartisipasi dalam program
pensiun yang baru karena undang-undang SJSN tampaknya mengecualikan partisipasi pekerja
informal.
d. Pemisahan aset DJS dari BPJS juga bisa memberikan batasan menjadi kewenangan BPJS dan
mana yang tidak. Hal ini dilakukan agar setiap aset tidak disalah gunakan dan memang
dioptimalkan untuk kepentingan peserta.
3.3 Analisis Aktivitas Investasi Pasca Transformasi
Page
33
tinggi pula risikonya.Untuk saat ini BPJS-KT memiliki porsi paling besar pada deposito yaitu di tingkat
30%.Investasi pada deposito nyatanya memberikan kontribusi pendapatan sebesar 8%.BPJS-KT sendiri
juga saat ini lebih berfokus pada investasi yang terkait dengan infrastruktur karena ingin membuka
lapangan pekerjaan dan memberikan kesejahteraan.BPJS-KT berencana untuk meningkatkan porsi
aktivitas investasi properti.Sebelumnya berada pada tingkat 5% dan direncanakan naik 10-30%. Hal ini
didukung dengan revisi PP No 99 Tahun 2013 untuk meningkatkan alokasi dana portofolio ke investasi
properti.
Peningkatan porsi investasi properti akan mendukung program BPJS-KT dalam membangun
tempat tinggal layak bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Total dana yang akan
dialokasikan sebesar Rp25 triliun dimana penghimpunan dana dilakukan dengan membeli obligasi
perusahaan-perusahaan properti yang ingin menerbitkan surat utang. Walaupun mengalami peningkatan
dalam segi properti, tetapi BPJS-KT tetep memprioritaskan pada investasi deposito.Target pendapatan
deposito setahun adalah 2.832%.
Di samping aktivitas investasi dalam properti dan deposito yang terus digenjot, aktivitas
investasi lain berupa pengalihan aset juga menjadi sorotan penting. Hal ini karena program jaminan
Page
34
kesehatan yang awalnya ada di JAMSOSTEK akan dialihkan ke BPJS Kesehatan. Itu artinya seluruh
program, aset, karyawan, kelembagaan serta kepesertaan Askes, bersama program, aset dan liabilitas
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek, otomatis menjadi milik BPJS Kesehatan.
Karenanya ini juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi struktur aset di BPJS-KT. Terkait
juga pemisahan aset antara yang menjadi milik BPJS dan Dana Sosial milik peserta. Pemisahan ini
tentunya memberikan dampak yang baik karena itu artinya hak dari peserta atau hak dari rakyat
Indonesia dijaga benar oleh pemertintah.Seringkali aset disalahgunakan oleh organisasi sehingga
dengan pemisahan ini bisa mengurangi risiko itu.
Untuk laporan kinerja sendiri BPJS-KT harus membuat lima laporan kinerja keuangan, yaitu
laporan kinerja BPJS, laporan kinerja program jaminan hari tua (JHT), laporan kinerja program
kecelakaan kerja (JKK), laporan kinerja program kematian (JKM), dan laporan kinerja program
jaminan pensiun (JP).Direktur Keuangan BPJS-KT menyatakan bahwa setiap program memang harus
dilaporkan secara terpisah mulai dari penerimaan iuran, penggunaannya, investasi, dan laporan
kinerjanya.Hal ini dilakukan karena tidak ada subsidi silang antar program. Pemisahan laporan kinerja
ini tentunya bisa memberikan transparansi akan setiap program yang dimiliki oleh BPJS.
Kemudian mengenai pemerikasaan laporan keuangan yang dilakukan oleh BPK. Pemeriksaan
yang dilakukan BPK untuk menjamin pengelolaan uang supaya transparan dan akuntabel. Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) akan mengawasi pengalihan aset-aset JAMSOSTEK ke ASKES.
Bahkan, BPK tetap akan melakukan pengawasan, sekalipun dua BUMN itu sudah berubah nama
menjadi BPJS. Menurut Anggota BPK Barullah Akbar, pengawasan dilakukan untuk menjamin
transparansi pengelolaan dana negara, maupun dana publik. Karena dana yang dikelola ke depan
dipergunakan untuk kesehatan buruh maupun rakyat.
Page
36