Oleh :
Netti Meilani Simanjuntak
1420332020
Pembimbing :
dr. Mutiara Islam, Sp.OG (K)
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 5
A.
Latar Belakang.................................................................................................. 5
A.
TUJUAN.............................................................................................................. 6
Pengertian Preeklamsi....................................................................................... 7
B.
Etiologi.............................................................................................................. 7
C. Klasifikasi Preeklampsia.................................................................................. 14
D. Patofisiologi..................................................................................................... 20
E.
Faktor Risiko.................................................................................................... 21
F.
Manajemen Preeklamsia................................................................................. 23
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab utama kematian ibu, diantaranya infeksi, perdarahan dan preeklamsia
(Cunningham, 2010).
lembaga Internasional lainnya menetapkan beberapa alat ukur atau indikator, seperti morbiditas
penyakit, mortalitas kelompok rawan seperti bayi, balita dan ibu saat melahirkan. Alat ukur yang
paling banyak dipakai oleh negara-negara didunia adalah , usia harapan hidup (life expectancy),
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) . Angka-angka ini pula yang menjadi
bagian penting dalam membentuk indeks pembangunan manusia atau Human Development
Index (HDI), yang menggambarkan tingkat kemajuan suatu bangsa.
Indonesia sebagai sebuah negara besar dengan penduduk terbesar keempat setelah India,
China dan USA masih sangat tertinggal dalam pembangunan sektor kesehatan, seperti dapat
dilihat dari ranking HDI diantara negara di dunia, yaitu Malaysia (64), Thailand (103) dan
Singapura (26), sedangkan Indonesia berada pada ranking ke 121 dari 187 negara di dunia pada
tahun 2011. (BAPPENAS, 2011). AKI pada tahun 2007 adalah 228/100.000 kelahiran hidup,
ternyata dari data SDKI pada tahun 2012 menunjukan AKI naik secara menjadi progresif
menjadi 359/100.000 kelahiran hidup.(Menkes, 2011). data hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran
hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan
RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013
adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan
estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. (Menkes, 2012).
Preeklampsia merupakan suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang dapat
dideskripsikan sebagai trias gejala, yakni hipertensi (>140/90 mmHg), proteinuria (>100
mg/dl) dengan analisa urin atau >300 mg dalam urin per 24 jam) dan edema yang terjadi
setelah kehamilan 20 minggu (Rizal, 2008). Pada kesempatan ini Penulis merasa tertarik
untuk membuat laporan kasus serta melakukan kajian asuhan kebidanan pada NyH
G6P5A0H5 Usia kehamilan 28-29 minggu pada pemeriksaan USG dengan preeklampsia berat
di Ruangan PONEK RSUD Pariaman.
A. TUJUAN
Untuk membuat laporan dan kajian asuhan kebidanan pada NyH G6P5A0H5 Usia
kehamilan 28-29 minggu pada pemeriksaan USG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Preeklamsi
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih belum jelas.
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal
(Cunningham, 2005).
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular
yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan
endotel yang
dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
B. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia belum diketahui secara pasti, tetapi pada
umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan
akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun
atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012).
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal dengan The disease of theory adapun
teori-teori tersebut antara lain :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta.
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium
berupa arteri arkuarta member cabang arteria radialis. Arteria radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Pada
hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan
otot arteria spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis,
sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi.
member dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan
aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak
dan perfusi jaringan juga dapat meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik. Proses ini dinamakan remodeling arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan
terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis HDK
selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada
preeklamsi rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis
dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta.
2.
Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.
a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi
c.
vasodilator kuat.
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi sel-sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan
endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan
(TXA2) suatu vasokonstroktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih
tinggi kadar prostasiklin (lebih tinggi vasodilator). Pada preeklamsi kadar tromboksan
lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi, dengan terjadi
3.
protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas
ke dalam jaringan desidua ibu, di samping untuk menghadapi sel Natural Killer.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya, HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam
desidua. Invasi trivoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur
sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang produksi
sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi ImmuneMaladaption pada preeklamsi, ternyata mempunyai proposi Helper Sel yang lebih rendah
4.
6.
mengalami preeklampsia.
Teori defisiensi gizi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
dilakukan di Inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklamsi beberapa
waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup
7.
sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif akan sangat meningkat.
Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh
lebih besar, disbanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini
akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklamsi pada
ibu.
C. Klasifikasi Preeklampsia
Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat.
1. Kriteria preeklampsia ringan :
Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam
pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.
Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
2. Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa
eclampsia dan preeklampsia berat dengan
impending eclampsi.
impending
Kriteria
preeklampsia berat :
Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam
pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3+ dipstik pada sampel urin sewaktu
yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
Oliguria < 400 ml / 24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala
persisten, skotoma, dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
kapsula glisson.
midstream
yang
yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan
berarti spasmus yang ringan adalah pre eklampsia yang ringan. Skotoma,
diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang
menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun didalam retina
(Wiknjosastro, 2006).
d.
Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang mengalami
kelainan pulmonal maupun non- pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini
terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, pe nurunan tekanan
onkotik koloid
pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati.
e.
Hati
Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar,
perlambatan ekskresi bromosulfoftalein,
aminotransferase serum.
aspartat
disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada
penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi.
Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.
Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan
terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pada lesi ini dapat
mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan
membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).
f.
Ginjal
Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama glomeruloendoteliosis, yaitu
pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan penurunan
perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat
terutama pada preeklampsia berat. Pada sebagian besar wanita hamil dengan
preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus
tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma sehingga kadar kreatinin
plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kadar normal selama hamil
(sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, kreatinin
plasma meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau
berkisar hingga 2- 3 mg/dl. Hal ini disebabkanperubahan intrinsik ginjal akibat
vasospasme yang hebat (Cunningham, 2005).
dijumpai proteinuria akib at retensi garam dan air. Retensi garam dan air terjadi
karena penurunan laju filtrasi natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal.
Pada pasien preeklampsia terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena
meningkatnya reabsorpsi di tubulus (Cunningham,2005). Kelainan ginjal yang
dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi karena peningkatan permeabilitas
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi, misalnya:
hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein protein molekul ini tidak dapat
difiltrasi oleh glomerulus.
g.
Darah
Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC) dan
destruksi pada eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia merupakan
kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l
ditemukan pada 15 20 % pasien. Level fibrinogen meningkat pada pasien
preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Jika
ditemukan level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia, biasanya
endotel. Pada
kehamilan preeklamsia, invasi arteri uterine ke dalam plasenta dangkal, aliran darah
berkurang , menyebabkan iskemi plasenta pada awal trimester kedua. Hal ini
mencetuskan pelepasan factor factor plasenta yang menyebabkan terjadinya kelainan
multisystem pada ibu. Pada wanita dengan penyakit mikrovaskular, seperti hipertensi ,
diabetes mellitus, dan penyakit kolagen , didapatka peningkatan insiden preeklamsia;
mungkin preeklamsia ini didahului gangguan perfusi plasenta (Heazel, 2007). Pada tahap
2 terjadi inflamasi sehingga menyebabkan difungsi endotel sehingga memerlukan zat gizi
untuk mencegah terjadinya inflamasi dan stress oksidatif , misalnya antioksidant (Rajaee
dkk, 2014).
E. Faktor Risiko
Insiden preeklamsia terjadi sekitar 5% sampai 10% dari seluruh kehamilan. Dilaporkan
bahwa kejadian ini meningkat pada kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan pada
wanita yang memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya. Sebesar lima puluh persen dari
gangguan hipertensi kehamilan didefinisikan sebagai preeklamsia, yang merupakan
manifestasi paling penting dari penyakit (de Souza Rugolo et al., 2011)
Faktor resiko dari preeklamsia adalah kehamilan kembar, primipara, riwayat preeklamsia
sebelumnya, diabetes mellitus pragestasional, hipertensi kronis, dan obesitas. Riwayat
keluarga preeklamsia dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya kecenderungan genetik (de Souza Rugolo et al., 2011).
Beberapa faktor resiko terkait preeklamsia
Paparan sperma terbatas
Primipartenity
Kehamilan setelah melakukan inseminasi, donor oosit
Efek perlindungan
sebelumnya
dari
perubahan
dalam
kasus
preeklamsia
F. Manajemen Preeklamsia
Perawatan prenatal yang memadai dan tepat meupakan hal paling penting dalam
manajemen pre-eklampsia. Pemantauan antenatal meliputi identifikasi perempuan
berisiko tinggi, deteksi dini dengan temuan tanda dan gejala klinis, dan perkembangan
kondisi yang parah. Setelah diagnosis, selanjutnya perawatan akan bergantung pada hasil
maternal dan penilaian janin. Tujuan utama dari manajemen preeklmasia harus selalu
pada keselamatan ibu. Meskipun persalinan selalu tepat untuk ibu, namun hal itu tidak
terbaik bila janin sangat prematur. Keputusan manajemen antara pengakhiran kehamilan
dan mempertahankan kehamilan tergantung pada usia kehamilan, status janin, dan
keparahan kondisi ibu pada saat penilaian. Tujuan ini dapat dicapai dengan merumuskan
rencana manajemen yang menganggap satu atau lebih hal berikut: usia kehamilan janin,
ibu dan status janin pada saat penilaian awal, kondisi penolong, atau pecah ketuban janin
(Sibai & Dekker, 2005)
Manajemen preeklamsia
erdarahan
intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi yang sehat (Angsar,
2009). Manajemen preeklampsia bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Secara umum
pada setiap kehamilan yang disertai penyulit suatu penyakit, ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu (1) sikap terhadap penyakitnya, yang berarti pemberian obat-obatan
atau terapi medikamentosa dan (2) sikap terhadap kehamilannya, yang berarti tindakan
terhadap kehamilan tersebut, apakah akan diteruskan sampai aterm (perawatan konservatif
atau ekspektatif) atau akan diakhiri/diterminasi (perawatan kehamilan aktif atau agresif).
Penatalakasanaan preeklamsia berdasarkan temuan Uzan Jenifer et all dalam Journal
Pre-eclampsia: pathophysiology, diagnosis, and management
, bahwa manajement
eklamsia.
Ada empat obat yang dapat diberikan untuk pengobatan hipertensi diantaranya :
- Nicardipine
- Labetalol
- Clonidine
- Dihydralyzine
Pasien dapat diberikan pematangan paru (Betametason) dengan dosis dua suntikan 12 mg
24 jam terpisah. Pemberian kortikosteroid ini diberikan untuk mengurani resiko penyakit
membrane hialin, perdarahan intraventikuler dan mortalita pada bayi.
Pemberian MgSO4 (magnesium sulfat) menjadi bagian yang terpenting pada kasus
preeklamsia berat. Hal ini diindikasikan dalam pengobata kejang eklampsia serta
mencegah eklamsia sekunder.
Pemebrian MgSO4 :
Dosis pertama 4 gr diberikan secara IV selama 15-20 menit, dapat di ulangi setengah
setelah
24
jam
sejak
dimulainya
pengobatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
: 19-7-2016
MR
: 073305
Identitas Suami
Nama
: Tn.R
Umur
: 63 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Cubadak
: Ny. H
: 41 tahun
: SMP
: Ibu Rumah Tangga
: Cubadak
Data Subjektif
a. Alasan kunjungan : Ingin bersalin
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan sakit perut menjalar sampai ke ari-ari
c. Riwayat menstruasi :
- Haid pertama
: 12 tahun
- Siklus
: 28 hari
- Teratur / Tidak
: Teratur
- Lamanya
: 7 hari
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: G6P5A0H4
Persalinan
N
Tahun lahir
o
Bayi
Penolo
Gestasi
Jenis
Tempat
BB
PB
JK
ng
(gram)
(cm)
Keadaan
Meninggal
1
1997
Aterm
Spontan
BPS
Bidan
2700
47
dalam
kandunan
1998
Aterm
Spontan
BPS
Bidan
3000
Baik
2000
Aterm
Spontan
BPS
Bidan
3200
Baik
2005
Aterm
Spontan
Rumah
Bidan
3500
Baik
2012
Aterm
Spontan
Rumah
Bidan
3400
Baik
Persalinan
e.
ini
h. Riwayat penyakit sistematik yang pernah diderita (Jantung, ginjal, asma, TB paru,
hipertensi, Diabetes Melitus dan lain lain) : Tidak ada. Ibu mengatakan pada
kehamilan sebelumnya pernah mengalami tensi tinggi, sejak kehamilan pertama
selalu mengalami tekanan darah tinggi.
i. Riwayat penyakit keluarga (Jantung, hipertensi, Diabetes Melitus, keturunan kembar
dan lain lain) : ada, orang tua / ibu sipenderita hipertensi
3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Status Emosional
: Baik
b. Tanda Vital
Tinggi Badan
: 156 cm
TD
: 230/130 mmHg
BB sebelum hamil
: 58 kg
Nadi
: 90 x/menit
BB sekarang
:68 kg
Pernafasan
: 18 x/menit
LILA
: 25 cm
c. Pemeriksaan khusus (Obstetri)
1) Mata
: Conjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik
2) Muka
: Closma gravidarum ada. Udem tidak ada
3) Leher
: Kelenjar Tiroid dan kelenjer limfe tidak ada pembesaran
4) Payudara : Papilla menonjol, colostrums ada
5) Abdomen : Tidak ada bekas operasi
6) Ekstremitas Atas : Tidak ada edema
7) Ekstremitas Bawah : Varises dan edema tidak ada
d. Palpasi:
- Leopold 1 : tidak dilakukan
- Leopold 2 : tidak dilakukan
- Leopold 3 : tidak dilakukan
- Leopold 4 : tidak dilakukan
e. Auskultasi : DJJ (+) . Frekuensi 163-170x/i. Intensitas kuat
4. Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 11,2 gr%
Protein urin : (+3)
KGD Random
: 91 mg/dl
B. ASSESMENT
Ibu G6P5A0H4 usia kehamilan 28-29 minggu. Janin hidup, tunggal, intra uterin. Letak
membujur. Presentasi Kepala. Pembukaan serviks 3 cm. Ibu dengan Preeklampsia berat
C. PLANNING
1. Informasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium (cek darah rutin) , pemeriksaan USG dan EKG
3. Pasang infus RL 20 gtt/menit
4. Berikan regimen MgSO4 40% , 10 gram
5. Berikan Injeksi Cefoperazone 2 x 1 gram
BAB IV
Analisa Kasus
Ny. H datang ke rumah sakit dengan keluhan perut sakit menjalar sampai ke perut bagian bawah.
Dari hasil pemeriksaan ditemukan : G6P4A0H4, Usia kehamilan berdasarkan anamnesis 33-34
minggu , HPHT :10-11-2015. TTP 17-8-2016. Ibu mengatakan punya riwayat kehamilan dan
persalinan dengan preeklamsia berat sejak kehamilan pertama hingga hamil ini. Pasien datang
melalui
IGD RSUD Pariaman telah terpasang infus RL. Sampai di VK pasien dilakukan
obseravasi tekanan darah adalah sebagai berikut : TD : 230/130 , N : 82 x/m, RR : 18x/m, T:37
C. pasien mengatakan memiliki riwayat alergi terhadap pengobata nifedipin. 1 jam setelah
pemberian metildopa 5 mg, pasie dilakukan observasi tekanan darah. Dari hasil pemeriksaan
tekanan darah, tekanan darah menajdi 200/100 mmHg. Dilakukan pemeriksaan DJJ diperoleh
hasil 163-170x/m. Oleh dokter Kandungan dilakuakn terapi sebagai berikut : Regimen MgSO4
40 %, 10 r , injeksi Cefoporazoe 2x 1 gr , skin tets : tidak alergi. Injeksi dexamethasone 2 ampul
dari bolus. Metildopa 3 x 50 gr. Pasie dilakukan pemasangan kateter. Pasien dianjurkan untuk
pemeriksaan laboratorium.
Hal ini sesuai dengan teori manajemen preeklamasi dimana tata laksana nya adalah pemebrian
obat hipertensi sebagai dosis awal yakni nifedipine. Tetapi pasien memiliki riwayat alergi
terhadap nifedipin maka pasien diberi metildopa. Setelah itu diberikan regimen MgSO4 40 %
sebanyak 10 gram. Pasien diberi suntikan antibiotic cefoporazone 1 gram dan suntikan
dexamethasone sebagai pematangan paru untuk bayi. Ibu disuruh miring ke kiri. Dilakukan
pemantauan terhadap bayi , bayi telah mengalami takikardia. Setelah itu penderita dilakukan
persiapan operasi dan pukul 17.30 pasien masuk ke ruang OK dan dilakukan Sectio cesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Rajee, M. Alizadeh, A,dkk. 2014. The Role of Nutrition In the Prevention Of Pre Eclampsia And
Related Mechanism-A Review Article. Visi JUrnal Akademik (7): 4-8
Myrta, Risalina. 2015. Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Preeklamsia. Surakarta :
Universitas Negeri Surakarta