Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang
memiliki peranan sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing
manusia tidak bisa dilepas dari jerat kebutuhan komuniasi. Begitu pula
dengan perawat, yang tidak lain merupakan salah satu profesi pelayanan
kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatan bahwa perawat memiliki waktu
yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien ketimbang petugas
kesehatan lainnya (Pribadi Zen MH, 2013).
Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak.
Komunikasi verbal seperti ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih,
berteriak atau menangis. Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai
bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak-gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah,
postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak
seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol, photografi dan cara
memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan
menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melibihi komunikasi
verbal (bersifat subyektif), maka komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya
untuk

menunjukkan

perasaan

yang

sebenarnya,

khususya

dalam

berkomunikasi dengan anak-anak (Mundakir, 2006).


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja petunjuk berkomunikasi dengan bayi dan anak ?
2. Bagaimana

komunikasi

pada

bayi

dan

anak

sesuai

tahap

perkembangannya?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bayi dan anak?
4. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan bayi dan anak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui petunjuk berkomunikasi dengan bayi dan anak
2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi pada bayi dan anak sesuai tahap
perkembangannya

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan


anak
4. Untuk mengetahui teknik berkomunikasi dengan bayi dan anak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi dan Anak
2.1.1 Petunjuk Komunikasi dengan Bayi
1. Bicara dengan suara yang wajar. Ini merupakan cara yang alami
untuk

membantu bayi membedakan berbicara di lingkungan yang

tenang dengan ditempat yang ramai.


2. Bicara saat suasana tenang. Hindari bicara saat anak menangis,
sebaiknya ia ditenangkan lebih dahulu.
3. Kurangi suara-suara yang tidak perlu. Misalnya kecilkan suara musik
saat bicara dengan bayi.
4. Gendonglah bayi atau ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian
bicara sambil saling menatap mata.
5. Jadilah pendengar aktif. Menunjukan minat dan menghargai lawan
bicara sangatlah penting dalam berkomunikasi.
2.1.2 Petunjuk Komunikasi pada Anak
1. Pilih waktu yang tepat supaya anak merasa senang dengan
keberadaan perawat.
2. Berikan senyuman yang lembut serta pandangan mata yang
memancarkan persahabatan kepada anak.
3. Berkomunikasi melalui transisi objek, semisal menggunakan
boneka.
4. Berikan kesempatan kepada anak guna berbicara tanpa harus
mengikutsertakan keluarga.
5. Atur posisi, supaya saat berkomunikasi perawat bisa bertatapan
dengan enak.
6. Bicara yang jelas dan spesifik menggunakan kata-kata yang
sederhana atau mudah dicerna oleh anak.
7. Berikan pujian sekaligus motivasi terhadap anak supaya berani
berbicara.
8. Gunakan taknik komunikasi yang variatif.
9. Harus jujur kepada anak dan pastikan untuk menghindari
memberikan janji yang tidak mungkin bisa ditepati atau
dilaksanakan.
3

2.2 Komunikasi pada Bayi dan Anak Sesuai Tahap Perkembangannya


2.2.1 Usia bayi (0-1 tahun)
1. Belum bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Komunikasi yang
digunakan adalah komunikasi non verbal.
2. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan suara yang
bisa diinterpretasikan oleh orang-orang disekitarnya, seperti
menangis, yang bisa jadi menunjukan lapar, sakit, pembatasan
gerak, atau kesepian. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah
dengan mengusap, berbicara halus, menggendong, atau dipangku.
3. Ketika bayi berumur 6 bulan, perilaku yang basa dilakukan adalah
menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Gerakan itu dilakukan guna,
menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Adapun tindakan yang
bisa dilakukan adalah dengan menepuk tubuh dengan perasaan.
4. Ketika bayi berusia diatas 6 bulan, biasanya selalu berpusat pada
diri dan ibunya. Saat itu, bayi merasa takut pada orang asing.
2.2.2 Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
1. Sangat egosentris. Melihat sesuatu hanya dengan sudut pandangnya
sendiri (komunikasi yang berpusat pada dirinya sendiri).
2. Takut ketidaktahuan. Guna mengatasinya, beritahuan apa yang
akan terjadi pada dirinya, bagaimana merasakannya serta diberi
kesempatan guna menyentuh atau memegang alat yang menarik
perhatiannya.
3. Belum lancar dalam berbicara. Pergunakkan kata-kata yang simpel,
singkat, dan dikenal oleh anak dalam berkomunikasi serta berikan
pujian mengenai hal-hal yang sudah dicapainya.
4. Sering-seringlah berpandangan dengan mata sejajar kepada anak.

2.2.3. Usia sekolah

1. Pada umunya, saat menemui masalah, mereka hanya percaya pada


apa yang dilihat dan diketahui tanpa membutuhkan penjelasan
lebih lanjut.
2. Anak usia ini sangat memerhatikan keberadaan tubuhnya. Mereka
sangat peka terhadap segala sesuatu yang diasumsikan bisa
mengancam atau menyakiti tubuhnya.
2.2.4 Usia remaja
1. Mulai memiliki pola pikir dan tingkah laku, sebagai penanda
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
2. Apabila sedang mengalami stres, biasanya akan mendiskusikan
masalah tersebut dengan teman sebaya atau orang dewasa diluar
keluarganya.
3. Menolak sesorang yang diasumsikan dapat menjatuhkan harga
dirinya. Untuk hal ini, berikan mereka support dan pengertian agar
jangan melakukan interupsi. Selain itu, hindari ragam bentuk
ertanyaan yang berpotensi menimbulkan rasa malu.
2.3 Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi dan Anak
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan
bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah
tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk
komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara yakni
1.

Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara

pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Melalui tangisan dia memberitahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas,
lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhanya segera dipenuhi,
bayi hanya akan menangis bila ia mmerasa sakit atau tertekan. Perawat harus
banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda
memerlukan bantuan ini. Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus
disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis

bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya. Bayi yang sehat dan
normal frekuensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan dan
kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekuensi tangisan seharusnya menurun
sejalan dengan meningkatnya kemampuan berbicara.
2.

Ocehan dan Celoteh


Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (cooing) atau

celoteh (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang


disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Ocehan ini terjadi
pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap,
bersin, menangis, dan mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi
celoteh dan sebagian akan hilang. Celotehan merupakan mekanisme otot saraf
bayi berkembang dan sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua,
kemudian meningkat cepat antara bulan ke -6 dan ke-8.
3.

Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai

pengganti atau pelengkap bicara.


Contoh isyarat umum pada masa bayi:
a. Mendorong putting susu dari mulut artingya kenyang/tidak lapar
b. Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
c. Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan mandi artinya
tidak suka akan pembatasan gerak.
4.
Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman
muka.
Contoh :
a. Gembira: mengendurkan badan, mengankat tangan/kaki, tersenyum dan
marah.
b. Marah : menegakkan badan, gerak membanting tangan atau kaki, roman
muka tegang dan menangis.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi dan Anak

2.4.1

Pada Bayi
1. Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir
tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen
bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum
berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif
bayi juga belum berkembang.
Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana.
Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan
belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka
mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi
harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap
suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan
audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun
lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati
dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa
utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi
pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat
pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan
memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama
mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian
di seputar lingkungan awal anak.
3. Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama
menjadi banyak dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan
komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar
umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan
kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya

dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi,


bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya.
4. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
5. Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang
mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan
perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir
konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian
bentuk fonem dewasa
2.4.2 Pada Anak
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia pertumbuhan
5. Status kesehatan anak
6. Sistem sosial
7. Lingkungan
2.5 Teknik Berkomuikasi dengan Bayi dan Anak
2.5.1 Pada Bayi
1. Verbal
a) Dengan cara menimang-nimang saat tidur dan menyanyikannya
lagu.
b) Dengan cara merespon tangisannya.
c) Mengajak bicara setiap akan melakukan suatu hal
2. Non Verbal
1.Dengan cara sentuhan.
2.Dengan nada suara.
3.Dengan ekspresi
2.5.2 Pada anak
1. Verbal
a) Menulis

Menulis adalah satu alternative pendekatan komunikasi bagi anak,


remaja muda dan praremaja. Untuk memulai suatu percakapan
perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin
juga untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak
lebih riil dan nyata.
b) Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar
adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
c) Gerakan Gambar Keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anakanak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang
dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang
paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
d) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar
yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram
(gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar
suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang
2. Non Verbal
1.

Teknik orang ketiga


Teknik semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang

ketiga, semisal ia atau mereka. Teknik tersebut sangat membantu


guna mengurangi perasaan terancam pada diri anak dibandingkan
dengan bertanya secara langsung pada diri mereka. Cara semacam ini
sangt efektif guna memberikan kesempatan kepada anak guna memilih
setuju tanpa ada keinginan untuk bertahan.
2.

NLP (Neuro Linguistik Programming)

Pendekatan ini dilakukan untuk mengerti proses suatu


komunikasi, yaitu dengan memperhatikan cara, gaya, atau kelakuan
individu. Seorang perawat bisa menggunakan sensoris yang sama guna
meningkatkan hubungan sekaligus mengomunikasikan informasi yang
lebih efektif, seperti jenis orang :
a.
b.

Tipe Visual (penglihatan)


Tipe Mendengar (Pendengaran)

c.

Tipe kinestetis (Orang yang memiliki kecenderungan belajar dari


manipulasi objek).
3.

Facilitative Responding

Mendengarkan secara seksama sama sekaligus membayangkan kembali


perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
4.

Story Telling (Bercerita)

Fungsi cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi


berguna untuk mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi anak.
5.

Bibliotherapy

Adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam menggunakan


bibliotherapy adalah:
a. Jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak
b. Hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak.
c. Menikmati buku tersebut bersama anak.
d. Menyisir secara lebih mendalam mengenai isi yang terkandung
dalam buku tersebut kemudian ceritakan kembali.
6.

Fantasi

Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi,


penting bagi seorang perawat untuk memberikan penjelasan terhadap
anak mengenai arti dari cerita dongeng tersebut.

7.

Mimpi

10

Salah satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi penafsiran mimpi
dengan menanyakan kepada anak atau orang tua mengenai mimpi yang
dialaminya.
8.

Three Wishes

Tiga permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat efektif serta
merupakan salah satu strategi guna mengundang anak-anak kedalam
suatu komunikasi.
2.6 Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi dan Anak
2.6.1 Pada Bayi
1. Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
2. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga
lambat laun bayi akan menirukannya.
3. Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja syaraf otak dan
pendengaran untuk merangsang syaraf pada indera pengecapan.
4. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan
dan merasa selalu diperhatikan.
2.6.2 Pada Anak
1. Persiapan fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan
anak, terutama dalam hal kematangan mekanisme bicara. Pertumbuhan
organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi
kemampuan bicara anak.
2. Persiapan mental
Tergantung pada kematangan

otak ( asosiasi otak ), yang

berkembang antara 1 sampai 18 bulan,saat yang tepat di ajak bicara.


Meskipun bayi tidak dapat merespon dengan kata-kata, namun suara
atau bicara yang kita tunjukan pada bayi akan menjadi stimulus bayi

11

dan akan direspon dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum


atau tertawa.
3. Model untuk ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah
stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi
menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara
selanjutnya. Dengan demikian ucapan-ucapan yang kita sampaikan
hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.
4. Kesempatan praktek/ untuk berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu
diajarkan atau diberikan untuk meniru kata-kata yang sering kita
ucapkan.
5. Motivasi dan tantangan
Ajaran dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang
bisa diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang
diucapkan bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru berupa
suara-suara atau kata-kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran
dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada bayi/anak.
6.

Bimbingan
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat

dilakukan dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan


dengan perlahan dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang
diucapkan si anak.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan
komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti
oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja,
perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan
faktor yang mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu
memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan
yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi
dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut.
Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3),
anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia sekolah (5-12).
3.2 Saran
Dengan penulisan maklah ini penulis mengharapkan agar pembaca
dalamberkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui
bagaimanaprinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui
hambatanyang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak.

13

14

Anda mungkin juga menyukai