Anda di halaman 1dari 5

1.

Vaksin/imunisasi perlu dimasukkan secara khusus


dalam kurikulum sarjana farmasi
Kata Kunci: Kurikulum Sarjana Farmasi (S1), Secara
Khusus
Pertanyaan: apakah perlu?
Pro:
Pembatasan: Vaksin/imunisasi perlu
dimasukkan secara khusus sebagai
mata
kuliah
PILIHAN
dalam
kurikulum sarjana Farmasi.
1. Vaksin
dan
imunisasi
memerlukan perhatian khusus
dari kaum akademisi, terkait
meningkatnya
prevalensi
penyebaran
penyakit
yang
disebabkan oleh bakteri dan
virus, serta munculnya jenis
virus dan bakteri baru yang
juga mengharuskan peneliti
untuk mengembangkan vaksin
baru untuk menghadapinya.
Ambil contoh soal kasus
virus Ebola, Zika, dan HIV.
2. Kurikulum
terbaru
Program
Studi Farmasi, sudah terfokus
pada 2 penjurusan, yakni
Farmasi Klinis dan Komunitas
(FKK), dan Farmasi Sains dan
Teknologi (FST). Adanya mata
kuliah
pilihan
tentang
vaksin/imunisasi
dapat
membantu mahasiswa pada
Strata 1 untuk lebih terfokus
dalam penelitian terkait tugas
akhir (skripsi), atau untuk
melanjutkan ke program Master
dan/atau Doctor.

Kontra:
1. Dimasukkan secara khusus,
berarti
ada
mata
kuliah
tersendiri terkait vaksin dan
imunisasi. Padahal, vaksin dan
imunisasi sudah ada dalam
mata kuliah Imunologi, terkait
penerapan
teknologi
dan
pengetahuan soal vaksin dan
sistem imun.
2. Vaksin dan imunisasi tidak
dapat
dipelajari
secara
mendalam pada tahap Strata 1
(undergraduate),
karena
membutuhkan lebih banyak
waktu
terkait
pendalaman
materinya,
sehingga
lebih
memungkinkan untuk dapat
dipelajari pada program Master
atau
Doctor,
terkait
penyusunan tesis dan disertasi.
3. Sesuai
dengan
Standar
Kurikulum Pendidikan Farmasi
untuk Prodi Sarjana Farmasi
yang diterbitkan APTFI tahun
2013, tertulis dengan jelas
bahwa muatan materi ilmu
dasar dalam kurikulum inti
salah satunya adalah terkait
biomedik
(basic
biomedical
sciences),
mencakup
mata
kuliah imunologi. Hal ini sudah
dengan
jelas
menunjukkan
bahwa vaksin dan imunisasi
dapat diajarkan dalam mata
kuliah
imunologi
sebagai
bentuk
aplikasinya,
bukan
untuk dipelajari tersendiri dan
secara khusus pada jenjang
sarjana farmasi.

2. Industri Farmasi bertanggung jawab terhadap


mahalnya harga vaksin
Kata Kunci: Industri Farmasi yang bertanggung

jawab
Pro:
1. Industri
Farmasi
yang
memegang
paten
pada
pembuatan
vaksin
tertentu
(terutama vaksin jenis terbaru),
berhak
untuk
menentukan
harga vaksin yang akan dilepas
ke pasar, tentunya dengan
mempertimbangkan
biaya
produksi yang telah dikalkulasi.
2. Pembuatan vaksin (terutama
jenis
vaksin
terbaru)
memerlukan
proses
pengembangan
yang
tidak
sebentar, dan terdiri dari tahap
pre-klinis
dan
klinis,
dan
tentunya menghabiskan dana
yang
tidak
sedikit.
Untuk
menutup pengeluaran yang
dihabiskan
pada
proses
pengembangan vaksin, maka
produk vaksin yang dihasilkan
akan dijual dengan harga yang
sesuai (yang terkadang jika di
pasaran,
dianggap
terlalu
mahal oleh masyarakat).

Kontra:
1. Mahal atau tidaknya suatu
vaksin dapat dikarenakan oleh
beberapa hal seperti:
a. Apakah penelitian terkait
vaksin
tersebut
baru
dilakukan beberapa tahun
belakangan ini?
b. Apakah penelitian terkait
vaksin tersebut memerlukan
bahan-bahan
yang
sulit
didapatkan,
atau
harus
diimpor dari negara lain?
Beberapa vaksin diproduksi
dari rangkaian proses yang
cukup rumit dan tidak jarang
memerlukan
biaya
yang
cukup besar.
c. Apakah pembuatan vaksin
tersebut
sudah
mendapatkan subsidi dari
pemerintah, dan menjadi
prioritas pemerintah?
d. Apakah
vaksin
tersebut
digunakan untuk penyakit
yang penyebarannya sudah
berada
dalam
tingkat
mengkhawatirkan?
e. Apakah
vaksin
tersebut
bersifat wajib atau opsional?
Jika wajib, maka pemerintah
akan
langsung
tanggap
dalam memberikan subsidi
pada harga vaksin tersebut.
Opsional
itu
contohnya
vaksinasi
meningitis
terhadap calon jamaah haji
yang dilakukan tiap tahun,
biaya ditanggung masingmasing calon jamaah haji.

3. Imunisasi lengkap menjadi persyaratan


masuk program studi kesehatan, termasuk
farmasi
Kata Kunci: Imunisasi lengkap, persyaratan
Pertanyaan: Bisakah?
Pro:
1. Tenaga

kesehatan,

notabene

Kontra:
1. Imunisasi

lengkap

adalah

termasuk yang berasal dari


Fakultas Farmasi, akan terjun
langsung ke dalam masyarakat,
terkait
penanganan
dan
pengobatan penyakit. Imunisasi
lengkap adalah penting untuk
memastikan tenaga kesehatan
(Farmasi) dapat terlindung dari
paparan penyakit tertentu.
2.

program
pemerintah
untuk
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat,
serta
menjaga
kesehatan
masyarakat
terhadap sejumlah penyakit
berbahaya, seperti Varicella,
Polio, TBC, Hepatitis B, dsb.
Sedikit mencengangkan untuk
menerapkan imunisasi lengkap
sebagai persyaratan masuk
prodi Farmasi, terkait dokumen
yang harus disertakan (Kartu
Imunisasi)
saat
mendaftar
sebagai
mahasiswa
baru.
Adalah
sebuah
anekdot
yang lucu, jika kita harus
menyimpan kartu imunisasi
sejak lahir, dan menjadikan
itu sebagai arsip nasional
yang
sama
pentingnya
dengan akta kelahiran atau
ijazah pendidikan.
2. Beberapa
universitas
telah
menerapkan cek kesehatan
sebagai syarat masuk program
studi
kesehatan
(contoh:
Kedokteran). Cek kesehatan
dapat
dijadikan
sebagai
persyaratan utama (selain nilai
akademik) untuk masuk Prodi
Farmasi, menggantikan syarat
imunisasi lengkap, mengingat
(maaf) beberapa jenis imunisasi
adalah untuk meningkatkan
sistem imun terhadap beberapa
penyakit yang (maaf) mudah
diamati secara fisik (contoh:
polio).
3. Imunisasi
bertujuan
untuk
meningkatkan
sistem
imun
dalam menghadapi penyakit
tertentu.
Imunisasi
tidak
bertujuan
untuk
menghasilkan
Captain
America
atau
Wonder
Woman, sehingga imunisasi
lengkap
sendiri
bukan
jaminan bahwa mahasiswa
atau lulusan program studi
kesehatan
tidak
akan

terjangkit
tersebut.

penyakit

4. Penelitian mengenai vaksin perlu diberikan


dana/funding yang lebih besar dibandingkan
penelitian di bidang lain
Pro:
Pembatasan:
Penelitian
mengenai
vaksin perlu diberikan dana yang lebih
besar dibandingkan penelitian di
bidang lain, pada kondisi negara
mengalami
epidemik
penyakit
baru yang disebabkan oleh bakteri
atau virus.
1. Vaksin
dan
imunisasi
memerlukan perhatian khusus
dari kaum akademisi, terkait
meningkatnya
prevalensi
penyebaran
penyakit
yang
disebabkan oleh bakteri dan
virus, serta munculnya jenis
virus dan bakteri baru yang
juga mengharuskan peneliti
untuk mengembangkan vaksin
baru untuk menghadapinya.

Kontra:
1. Tidak
mungkin
untuk
menentukan bahwa penelitian
terkait vaksin menjadi prioritas
utama, karena penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau
virus
bukan
merupakan
penyakit
pembunuh
yang
utama di dunia.
2. Dana yang diberikan untuk
penelitian
vaksin
seringkali
tidak
hanya
berasal
dari
anggaran pendapatan dalam
negeri, namun juga dari hibah
dana
negara
lain
atau
organisasi kesehatan tingkat
regional atau internasional.

5. Orang tua bisa mendapatkan tuntutan


hukum karena menolak melakukan imunisasi
kepada anak-anaknya
Pro:
1. Sesuai dengan pasal 28H ayat 1
UUD 1945, dimana Setiap
orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat
tinggal
dan
mendapat
lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, maka
sejak usia dini warga negara
berhak
mendapatkan
pelayanan kesehatan, termasuk
imunisasi lengkap.
2. Pasal 77 UU Nomor 23 Tahun
2002
tentang
Perlindungan
Anak dengan jelas menyatakan
bahwa, Setiap orang yang
dengan
sengaja
melakukan
tindakan
penelantaran
terhadap
anak
yang
mengakibatkan
anak

Kontra:
1. Imunisasi dasar pada anakanak
merupakan
program
pemerintah
yang
telah
diterapkan sejak puluhan tahun
yang lalu. Masyarakat dewasa
ini sudah cukup cerdas untuk
memahami
secara
awam,
terkait
kegunaan
imunisasi
sejak usia dini, terutama untuk
kesehatan
anak-anaknya,
sehingga sanksi hukum tidak
diperlukan untuk diterapkan
pada orang tua yang menolak
mengimunisasi anak-anaknya.
2. Penerapan hukum pidana pada
orang tua yang menghalangi
sang anak untuk memperoleh
hak mendapatkan imunisasi
patut dipertanyakan dalam hal
pelaksanaannya.
Apakah

mengalami
sakit
atau
penderitaan, baik fisik, mental,
maupun
sosial,
dipidana
dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan/atau
denda paling banyak seratus
juta
rupiah.
Tindakan
penelantaran dapat mencakup
tidak dipenuhinya hak anak
untuk mendapat imunisasi.

memungkinkan untuk dapat


menjerat orang tua dengan
bukti yang kuat, sehingga
dapat dinyatakan bersalah atas
penelantaran hak anak? Tidak
mungkin untuk menyisir rumah
warga satu persatu untuk
menyelidiki keberadaan kartu
imunisasi, untuk memastikan
bahwa
hak
anak
telah
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai