Anda di halaman 1dari 17

RUANG LINGKUP, METODE, DAN PEMBAGIAN FILSAFAT

OLEH:
KELOMPOK 3

Nama Kelompok:

AZMAIYESA JUWITA (1305808)


ELIKA ALAM PANJAITAN (1305840)
SETRI DELVITA SARI (1305832)

Dosen

Dra. WIRDATUL AINI, M.Pd.

MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis kesehatan dan kemudahan sehingga dapat menyusun makalah
Ruang lingkup, Metode dan Pembagian Filsafat.
Pada kesempatan ini penulis berterimakasih kepada Ibu Dosen Filsafat
Pendidikan yang telah memberi bimbingan di dalam penulisan makalah, sehingga tidak
terjadi kesulitan dalam penyusunan, terimakasih kepada orang tua kami yang telah
memberikan dukungan baik berupa moril maupun materi, terima kasih kepada temanteman yang sudah turut berpartisipasi, dan terima kasih kepada semua orang yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kita khususnya tentang
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga makalah yang berikutnya dapat lebih sempurna.

Padang, 19 Februari 2016


Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami,
mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut
adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu
adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu
sendiri.
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada
dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas sifat
pengetahuan ilmiah. Yang kedua, yaitu menelaah cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah. Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka
dapat diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat ilmu dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat ilmu khusus.
Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model pendekatannya,
yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.
Dengan adanya filsafat ilmu, maka filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas
dan perhatian lebih trasenden daripada penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu.
Filsafat ilmu bertugas meneliti hakikat ilmu. Diantaranya paham tentang kepastian,
kebenaran dan objektivitas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam makalh ini adalah:
1.2.1 Bagaimanakah ruang lingkup filsafat ?
1.2.2 Apa saja metode dalam filsafat?
1.2.3 Bagaimana pembagian filsafat?
1.2.4 Apa perbedaan filsafat dengan ilmu dan Agama?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mingguan mata kuliah filsafat pendidikan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah diharapkan menambah wawasan kita
tentang filsafat pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup


Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah
filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup
dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak
terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak
termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu
ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan
pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa,
tetapi

mengatasinya

karena

dilakukan

dengan

cara

ilmiah

dan

mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.


Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia
yang amat luas. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik
material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu
tidak terbatas. Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau
permasalhan kehidupan mausia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga
objek pemikiran filsafat pendidikan.
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2007: 17) menjelaskan bahwa ada
beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan
menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat,
ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Menurut Surajiyo (2013: 45) menjelaskan bahwa terdapat cabang filsafat yang
membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya adalah

mengadakan

analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu
diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah
dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science
(teori ilmu), metascience (Adi-Ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).

Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada
dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas sifat
pengetahuan ilmiah. Yang kedua, yaitu menelaah cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah. Pada pokok bahasan pertama, filsafat ilmu berhubungan erat
dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang merupakan bidang kajian
filsafat yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk
pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan yang kedua, yaitu terkait dengan pokok
soal cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah, filsafat ilmu erat hubungannya
dengan logika dan metodologi, dan dalam hal ini kadang-kadang filsafat ilmu
dijumbuhkan pengertiannya dengan metodologi. Jadi, menurut Tim Dosen Filsafat
Ilmu UGM (2007: 44) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan
filosofis tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya.
Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.
Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat :
1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
2. Tentang ada dan tidak ada.
3. Tentang alam, dunia dan seisinya.
4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
6. Tuhan tidak dikecualikan.
2.2 Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, sambungan kata depan meta
(ialah menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (ialah jalan,
perjalan, cara, arah) kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah,
hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut system aturan
tertentu.

Sebenarnya jumlah metode filsafat hamper sama banyaknya dengan defenisi dari
para ahli dan filsuf sendiri. Karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk
mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri.
Runes dalam Dictionary of philosophy metode-metode filsafat menurut garis
historis sedikitnya ada 10 metode.
1. Metode Kritis: Socrates, Plato
Bersifat analisis istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang
menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan
bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak,
akhinya ditemukan hakikat.
Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis pendapat
atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat
tertentu. Seorang negarawan misalnya, mempunyai pendapat tertentu mengenai
keahliannya, kepada mereka dan kepada warga Negara Athena lainnya, Socrates
mengajukan pertanyaan mengenai pekerjaan mereka dan soal-soal praktis dalam
hidup seorang manusia.
Socrates selalu memulai dengan mengganggap jawaban pertama sebagai
suatu hipotesis dengan pertanyaan lebih lanjut ia menarik segala konsekuensi
yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama
tidak dapat dipertahankan, karena membawa konsekuensi yang mustahil maka
hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain. Hipotesis kedua ini diselidiki dengan
petanyaan lain dari pihak Socrates dan seterusnya begitu.
Metode Socrates tersebut biasanya disebut dialektika karena dialog atau
wawancara mempunyai peranan hakiki di dalamnya. Dalam suatu kutipan yang
terkenal dari dialog Theaitetos, Socrates sendiri mengusulkan nama lain untuk
menunjukkan metodenya, yaitu maieutike tekhne (seni kebidanan). Seperti
ibunya adalah seorang bidan, tetapi Socrates tidak menolong bidanbersalin,
melainkan Socrates membidani jiwa-jiwa. Socrates sendiri tidak menyampaikan
pengetahuan, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan ia membidani pengetahuan
yang terdapat dalam jiwa orang lain. Pertanyaan yang lebih lanjut ia menguji
nilai pikiran yang sudah dilahirkan.

Dengan cara dialog tersebut Socrates menemukan suatu cara berpikir


induksi, maksudnya berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalahmasalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum.
2. Metode Intuitif: Plotinus, Bergson
Dengan jalan instropeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol
diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan pensucian moral),
sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Bergson: dengan jalan pembauran
antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai
kenyataan.
Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan intuisi, yaitu suatu
tenaga rohani, suatu kecakapan yang dapat melepaskan diri dari akal, kecakapan
untuk menyimpulkan serta meninjau dengan sadar. Intuisi adalah naluri yang
telah mendapat kesadaran diri yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran
serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas. Intuisi
adalah suatu bentuk pemikiran yang berbeda dengan pemikiran akal, sebab
pemikiran intuisi bersifat dinamis. Fungsi intuisi adalah untuk mengenal hakikat
pribadinya atau aku dengan lebih murni dan untuk mengenal hakikat seluruh
kenyataan. Hakikat yang sebenarnya, baik dari aku maupun dari seluruh
kenyataan oleh intuisi dilihat sebagai kelangsungan murni atau masa murni,
yang keadaannya berbeda sekali dengan waktu yang dikenal akal.
Akal, jika ingin mengerti keadaan suatu kenyataan, kenyataan itu dianalisis,
dibongkar dalam banyak unsure. Unsur yang satu dibedakan dengan yang lain,
dipisahkan dengan yang lain, dan ditempatkan yang satu di samping yang lain
serta sesudah yang lain. Artinya akal memikirkan kembali unsure-unsur itu
dalam ruang dan waktu. Kerja akal yang demikian itu oleh Bergson disebut kerja
yang sinematografis.
Prinsip metode Plotinus adalah harmoni, maksudnya mengumpulkan banyak
bahan dari beberapa filsuf lain kemudian disbanding-bandingkan dan ditimbangtimbang kembali sehingga dapat diberi tafsiran baru. Selanjutnya ia cari
kebenaran dengan jalan yang sangat rumit (kompleks).
3. Metode Skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
Bersifat sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau
prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.

Metode Skolastik dipakai untuk menguraikan metode mengajar, seperti


terjadi di sekolah sekolah dan universitas-universitas, bukan hanya dalam
filsafat, melainkan dalam semua ilmu, seperti hokum, kedokteran, ilmu pasti,
dan artes. Namun, itu belum cukup. Kalau dicari metode filsafat Thomas
Aquinas, pertama-tama harus diteliti cara berpikir, cara menguraikan dan
membuktikan ajarannya.
Filsafat Thomas Aquinas dihubungkan erat sekali dengan teologia.
Sekalipun demikian pada dasarnya filsafat dapat dipandang sebagai suatu filsafat
kodrati yang murni.
4. Metode Geometris: Rene Descartes dan Pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikathakikatsederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat
itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
Rene Descartes menjadi pencetus metode geometris dan metode empiris
didukung oleh Hobbes, Locke, Barkeley dan Hume. Kedua metode tersebut
memiliki tempat tersendiri dalam upaya pencarian nilai-nilai kefilsafatan secara
radikal dan hakiki.
Rene Descartes berpendapat bahwa ada ketersusunan alami dalam
kenyataan yang ada hubungannya dengan pengertian manusia. Disamping itu,
sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan terang (clear and distinct).
Berbeda halnya dengan metode empirisme yang diolah Hobbes, Locke,
Barkeley, dan Hume. Thomas Hobbes telah menyusun suatu sistem yang
lengkap, ia berpangkal kepada empirisme secara konsekuen. Sekalipun ia
berpangkal pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang di
pakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan
empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang
konsekuen pada zaman modern. Baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
yang bersifat umum, sebab filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang efek atau
akibat, atau tentang penampakan yang sedemikian. Seperti yang kita peroleh
dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebabsebabnya atau asal-usul yang sedemikian, seperti yang dapat dimiliki dari
mengetahui terlebih dahulu akibatnya. Sasaran filsafat adalah fakta yang
diamati, sedangkan maksudnya adalah mencari sebab-sebabnya. Adapun
peralatannya adalah pengertian yang diungkapkan dalam pengamatan disajikan

fakta-fakta yang dihasilkan dengan perantaraan pengertian: ruang, waktu,


bilangan, dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak. Menurut
Hobbes tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah nyata. Yang
benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda itu. Segala gejala
pada benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya yang ada pada si
pengamat saja.
5. Metode Empiris: Hobbes, Locke, Barkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pegertian benar, maka semua pengertian
(ide-ide) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan
kemudian disusun bersama secara geometris.
6. Metode Transendental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis
diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
7. Metode Fenomenologis: Husserl, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas
fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
8. Metode Dialektis: Hegel, Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade
tesis, antithesis, sintesis dicapai hakikat kenyataan.
9. Metode Neo-positivistis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan
aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau
tidaknya ucapan-ucapan filosofis.
Dari seluruh metode tersebut hanya beberapa metode yang khas bagi filsafat
yang dianggap paling penting dan berpengaruh sepanjang sejarah filsafat.
Metode yang khas itulah yang di bahas oleh Anton Bakker dalam bukunya
Metode-Metode Filsafat yakni metode kritis (Socrates, Plato), metode intutif
( Plotinus, Henri Bergson), metode skolastik (Thomas Aquinas), metode
geometris (Rene Descartes), metode eksperimentil (David Hume), metode kritistrasendental (Immanuel Kant, Neo-skolastik), metode dialektis (Hegel), metode
fenomenologis (Husserl, Eksistensialisme), dan metode analitika bahasa

(Ludwig Wittgenstein). Sedangkan metode neo-positivistis tidak diuraikannya


karena sebenarnya bukanlah metode yang khas bagi filsafat, tetapi hanya
metode-metode ilmu eksakta sendiri, dan metode linguistik.
2.3 Pembagian Filsafat
Menurut Plato,filsafat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Dialektika
Yaitu cabang filsafat yang membicarakan persoalan ide-ide atau
pengertian umum.
2. Fisika
Merupakan cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau
membicarakan persoalan materi.
3. Etika
Merupakan cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau
membicarakan persoalan baik dan buruk.
Menurut Aristoteles, pembagian filsafat itu digolongkan kedalam empat cabang
yaitu:
1. Filsafat Logika
Merupakan ilmu pendahuluan

bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam

memahami filsafat.
2. Filsafat Teoritis (Nazariah)
Filsafat Teoritis (Nazariah), didalamnya tercakup ilmu-ilmu lain yang
sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu metafisika. Bagi
Aristoteles ilmu metafisika inilah yang menjadi inti atau bagian yang paling
utama dari filsafat.
3. Filsafat Praktis (Alamiah)
Didalamya tercakup tiga macam ilmu yang tidak kalah pentingnya, yaitu
a) Ilmu etika, yang mengatur kesusialaan dan kebahagiaan dalam hidup
perorangan
b) Ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga
(rumah tangga) dan ilmu politik yang mengatur kesusilaan dan
kemakmuran dalam Negara.
4. Filsafat Poetika

Merupakan filsafat kesenian yakni filsafat yang membicarakan tentang


keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan
teori penciptaan dalam seni.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Louis O. Kattsoff menggolongkan
cabang-cabang filsafat ini secara terperinci, sehingga pembagian cabang filsafat
ini dapat dikategorikan kedalam urutan-urutan yang umum menjadi semakin
menurun kepada yang lebih khusus.
1. Logika
Merupakan ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Logika terbagi kedalam dua
cabang yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif berusaha
menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulankesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih.
Memperoleh kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling mudah ialah
bila didasarkan atas susunan proposisi-proposisi tersebut. Adapun logika
induktif, mencoba untuk menarik kesimpulan dari susunan proposisi-proposisi
yang spesifik dengan memperhatikan sifat-sifat dari bahan yang diamati. Logika
induktif mencoba untuk bergerak dari:
1) Suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada
pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak
demikian
2) Suatu perangkat akibat tertentu kepada sebab atau sebab-sebab dari
akibat-akibat tersebut.
2. Metodologi
Merupakan ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan
khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi dapat membahas metode-metode
yang lain, misalnya metode-metode yang dipakai dalam sejarah. Metodologi
membicarakan hal-hal seperti observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan,
eksperimen dan sebagainya.
3. Metafisika
Metafisika oleh Aristoteles disebut sebagai ilmu pengetahuan mengenai
yang-ada, yang dilawankan dengan yang-ada sebagai yang digerakkan atau
yang ada sebagai yang dijumlahkan. Metafisika merupakan bagian pengetahuan
manusia yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai hakikat yang-ada yang
terdalam. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa, pertanyaan-pertanyaan ini

menyangkut persoalan kenyataan sebagai kenyataan dan berasal dari perbedaan


yang cepat disadari oleh setiap orang, yakni perbedaan antara yang tampak
(apperence) dengan yang nyata (reality).
4. Ontologi dan Kosmologi
Ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada, sedangkan
kosmologi membicarakan azas-azas raional dari yang ada yang teratur. Ontologi
berusaha mengetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi
berusaha untuk mengetahui ketertiban serta susunannya.
5. Epistemologi
Merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal mula,susunan, metodemetode dan sahnya pengetahuan. Terdapat dua macam pertanyaan berkaitan
dengan epistemologi. Pertama, perangkat yang mengacu kepada sumber
pengetahuan kita,pertanyaan-pertanyaan ini dapat dinamakan pertanyaanpertanyaan epistemologi kefilsafatan dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa.
Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang lain merupakan masalah-masalah semantik,
yakni menyangkut hubungan antara pengetahuan kita dengan objek pengetahuan
tersebut. Secara singkat, epistemologi dapat diartikan dengan bagaimana cara
kita untuk mengetahui sesuatu.
6. Biologi Kefilsafatan
Biologi kefilsafatan membicarakan

persoalan-persoalan mengenai

biologi. Biologi kefilsafatan menncoba untuk menganalisis pengertianpengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai pengertian-pengertian hidup, adaptasi, teologi, evolusi, dan penurunan
sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam
rangka sesuatu, dan arti pentingnya hidu bagi penafsiran kita tentang alam
semesta tempat kita hidup. Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis,
bukan hanya terhadap istilah-istilah biologi, melainkan juga terhadap metodemetode serta teori-teorinya.
7. Psikologi kefilsafatan
Psikologi kefilsafatan memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi
yang meliputi apakah yang dimaksud dengan jiwa,nyawa,ego,akal,perasaan,dan
kehendak. Pertanyaan tersebut dapat dijelaskan oleh psikologi sebagai ilmu,
namun psikologi kefilsafatan membantu tingkat kehakikian dari penjelasan
tersebut.
8. Antropologi Kefilsafatan

Antropologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang


manusia. Apa hakikat terdalam dari manusia itu? Yang manakah yang lebih
mendekati kebenaran? Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang
makna sejarah manusia? Apakah sejarah manusia itu dan kemanakah arah
kecenderungannya?
9. Sosiologi Kefilsafatan
Sosiologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai
hakikat masyarakat serta hakikat Negara. Kita ingin mengetahui lembagalembaga yang terdapat didalam masyarakat, dan kita ingin menyelidiki
hubungan antara manusia dengan negaranya. Apakah makna serta bagaimanakah
cara pengguanaan istilah-istilah seperti proletariat, kebebasan, massa, individu,
dan sebagainya. Pada saat ini pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendesak, karena keputusan kita serta hari
depan kita menanti pilihan kita mengenai ideologi politik serta ideologi sosial.
10. Etika
Merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan buruk.
Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan tentang istilah-istilah
seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan dan sebagainya. Istilah-istilah ini
merupakan predikat-predikat kesusilaan (etik) dan merupakan cabang filsafat
yang bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang
betul yang mempergunakan sebutan-sebutan tersebut. Didalam etika kita
berusaha untuk menemukan fakta-fakta mengenai situasi kesusilaan agar dapat
menerapkan norma-norma terhadap fakta-fakta tersebut. Tetapi yang paling
benar ialah tujuan kita yang pokok di dalam etika agaknya ialah menemukan
norma-norma untuk hidup dengan baik. Kita juga berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah cara kita melakukan pilihan diantara halhal yang baik? Itu tadi merupakan beberapa saja diantara banyak masalah yang
dihadapi dalam etika.
11. Estetika
Merupakan cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan
peranan keindahan, khususnya didalam seni. Estetika menggali jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan. Apakah keindahan itu? Apakah hubungan antara yang
indah dengan yang benar dan yang baik. Apakah ada ukuran yang dapat dipakai
untuk menanggapi suatu karya seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi

keindahan dalam hidup kita? Apa seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekadar
reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan seseorang,
ataukah suatu penglihatan kedalam kenyataan yang terdalam?
12. Filsafat Agama
Merupakan cabang filsafat yang membicarakan jenis-jenis pertanyaan
berbeda mengenai agama. Pertama-tama ia mungkin bertanya apakah agama itu?
Apa yang anda maksud dengan istilah Tuhan? Apa bukti-bukti tentang adanya
Tuhan? Bagaimana cara kita mengetahui adanya Tuhan? Apa makna eksistensi
bila istilah ini dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan? Filsafat agama
tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau tidak mau
harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan,
ketentuan diantara kepercayaan-kepercayaan, bahan-bahan bukti kepercayaan.
2.4 Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahuai sebab dan
akibat dari sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak
mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikan
tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasannya. Sedangkan
agama merupakan wujud kebenaran dan keselamatan manusia untuk hidup di dunia
dan akhir. Dapat dikatakann bahwa perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama yaitu:
1. Filsafat adalah pengetahuan tentang non empirik dan nonekspirmental diperoleh
manusia melalui usaha
2. Filsafat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan why dan
how.
3. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun
sistematis dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan,
dan percobaan
4. Ilmu menghilangkan faktor-faktor pribadi yang subyektif sedangkan filsafat
tertarik kepada personalitas, nilai-nilai dan semua pengalaman.
5. Ilmu tertarik kepada hakikat sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan filsafat
hanya tertarik kepada bagian-bagian yang nyata, melainkan juga kepada
kemungkinan-kemungkinan yang ideal dari suatu benda, nilai dan maknanya.

6. Ilmu meneliti alam, mengontrol proses alam sedangkan tugas filsafat


mengadakan kritik, menilai dan mengkoordinasikan tujuan.
7. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai
hal kehidupan manusia dengna lingku
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai