Anda di halaman 1dari 2

Kerasnya bantingan lawan mungkin sudah biasa dia rasakan.

Tapi siapa sangka, Ni Luh


Komang Sri Noviani (18), ternyata juga tahan banting menghadapi himpitan ekonomi keluarga.
Pejudo putri andalan SMA Negeri 2 Semarapura ini rela keluar-masuk arena pertandingan, demi
meraih rupiah untuk biaya sekolah. Seperti apa kisahnya?
Dea-Dayu Surya, Klungkung
Raut wajahnya terlihat kalem, sopan, dan ramah kepada semua orang. Tidak sedikitpun
terlihat kesan garang seperti pada umumnya atlet bela diri. Tapi sekali gebrak, dipastikan lawan
terkapar di tengah arena pertandingan. Ya itulah sosok siswi dengan segudang prestasi, Ni Luh
Komang Sri Noviani. Tidak hanya judo, gadis kelahiran Akah 3 November 1996 ini juga kaya
prestasi akademik. Mulai dari juara umum di SMA Negeri 2 Semarapura, Juara KIR, Juara
Olimpiade Ekonomi, Juara Olimpiade Kebumian, Penulis Essay Terbaik, dan lain-lain.
Tapi siapa sangka, prestasi yang dia diraih itu ternyata tak sekedar mencari kebanggan. Tapi
juga untuk mencari rupiah, agar dapat melanjutkan sekolah. Ya mungkin ini sudah menjadi
kodratku, ungkap Novi lirih ketika ditemuai dirumahnya beberapa waktu lalu.
Novi tinggal di Desa Akah, Klungkung. Rumah tempat tinggal Novi tergolong sederhana.
Tak ada kursi tempat duduk, hanya karpet kecil terhampar di ruang tamu. Keramik rumh ini aku
beli dari uang hadiah kejuaraan Judo, ujar Novi.
Terlahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, sosok Novi tergolong mandiri. Ayahnya
hanya seorang petani, sedangkan ibunya mengabdikan diri disebuah TK dekat rumahnya. Himpitan
ekonomi membuat siswi yang kini duduk di bangku kelas XI IPS ini harus bekerja keras. Ia
membiayai sendiri sekolahnya. Meminta kepada orang tua rasanya hanya sia-sia belaka, ungkap
gadis berambut ikal ini.
Jangankan untuk membayar SPP, untuk makan keseharian saja pas-pasan. Dengan tekad
membantu keluarga, Novi mulai menjajal kerasnya arena Judo. Aku memperoleh uang pertama
dari Judo pada kelas V SD, ungkap peraih juara harapan 1 Olimpiade Kebumian Tingkat Nasional
di Universitas Negeri Malang ini.
Sejak saat itu, semangat Novi untuk bertanding kian membara. Tidak hanya Judo, tapi lomba
bidang apa saja dia ikuti. Hasilnya sungguh gemilang, Novi menjadi salah seorang siswi terbaik di
SMA Negeri 2 Semarapura yang mampu menyumbangkan penghargaan terbanyak mulai tingkat
kabupaten hingga nasional. Melihat potensi yang dimiliki Novi, pihak sekolah tak segan-segan
mengucurkan beasiswa. Selama satu tahun saya mendapat gratis SPP dari sekolah, ditambah lagi
bonus lomba dan beasiswa lainnya, kenang Novi.
Dibalik ketegaran yang dimiliki, Novi tetap saja gadis remaja yang ingin menikmati masa
sekolah seperti teman-temannya yang lain. Namun garis nasib berkata lain. Novi tetaplah Novi,
yang harus berjuang di arena pertandingan maupun lomba akademik untuk mendapatkan uang.
Sekilas terbersit sinar harapan dimatanya yang bening. Aku ingin kuliah, tapi rasanya itu
hanya sebuah mimpi, untuk biaya SMA saja sudah susah seperti ini, ungkapnya dengan berlinang
air mata. Mungkin ini adalah kali pertama Novi terlihat menangis di depan orang lain. Maklum,
selama ini Novi terkenal sebagai sosok yang tegar, penuh semangat, religius, dan ceria.
Meski demikian, bukan berarti semangat gadis yang semasa kecilnya hidup bersama sang
bibi ini runtuh. Novi percaya, kesuksesan dapat diraih dengan usaha, doa, dan restu. Dengan

sembahyang pikiranku menjadi tenang, aku sering menangis saat berdoa karena hanya dengan
berdoa aku bisa menceritakan uneg-unegku dengan Tuhan. Astungkara semua akan dilancarkan,
jelasnya.
Sementara itu, di mata teman-temanya, novi memang terkenal sebagai sosok yang pantang
menyerah. Novi itu orangnya pekerja keras, aku tahu sejak SMP, dia berusaha memenuhi biaya
sekolahnya sendiri, terang Ni Komang Sumini. Sumini yakin, dengan karakter mandiri, semangat
juang tinggi, dan religius akan membawa Novi ke gerbang kesuksesan suatu saat nanti. (*)

Sisi Lain Kehidupan Ni Luh Komang Sri Noviani, Siswi


Dengan Segudang Prestasi

Biaya Sekolah Bergantung Hasil Lomba

Anda mungkin juga menyukai