Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkanpenyakit
kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel
tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan perkembangan pengetahuan mengenai
struktur, fungsi, proliferasi sel dan mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada
tahun-tahun terakhir maju dengan pesat. Kemoterapi adalah salah satu bentuk terapi yang
diberikan kepada pasien kanker yang biasanya menggunakan obat-obat cytotoxic, dimana
penggunaan kombinasi agen sitostatika lebih efektif daripada penggunaan agen sitostatika
tunggal (Siregar, 2004)
Sitotoksik (Obat kemoterapi, obat antineoplastik) telah digunakan secara klinis selama
puluhan tahun dan sangat penting dalam pengobatan kanker dan penyakit lainnya. Obat
sitotoksik adalah bahan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan sel dan proliferasi sel,
sebagian besar obat sitotoksik berikatan langsung dengan materi genetik dalam inti sel atau
mempengaruhi sintetis protein (Connor et al., 2007). Obat-obatan tersebut juga dapat bekerja
dengan mempengaruhi metabolisme sel selama siklus sel sehingga pembelahan sel dan
reproduksi sel terhambat (Eitel et al., 2000).
Obat-obatan sitotoksik memiliki aktivitas mutagenik, karsinogenik dan teratogenik, baik
pada hewan maupun pada manusia. Namun, banyak obat-obatan sitostatika dan sediaannya
yang memiliki sifat yang dapat merusak apabila kontak dengan kulit, mata dan membran
mukosa sehingga diperlukan pencegahan untuk dapat menangani zat aktif dan sediaan dengan
aman (safe handling) (Lund, 1994). Obat-obatan sitotoksik juga sering digunakan oleh pasien
dengan gangguan sistem imun dan sebagian besar obat ini bersifat myelosupresif yang
menyebabkan pasien pasien memiliki risiko tinggi mengalami infeksi. Hal ini menjadi alasan
bahwa sediaan sitotoksika parenteral disiapkan dalam prosedur aseptik yang ketat untuk
mencegah kontaminasi mikroba. Selain itu, obat-obatan ini memiliki indeks terapi yang sempit
sehingga proses preparasi harus dilakukan dengan akurat. Farmasi seharusnya memiliki
prosedur yang ketat dalam menangani obat-obatan sitostatika (Connor et al., 2007).
Efek samping yang tidak diinginkan terjadi tidak hanya dialami oleh pasien yang
menjalani kemoterapi, tetapi juga menimbulkan bahaya bagi kesehatan staf, terutama bagi staf
yang terlibat dalam persiapan obat sitostatika (farmasi) dan staf yang mengadministrasikan
obat sitostatika (keperawatan). Selain itu, personel yang dapat dipengaruhi oleh sitostatika
adalah personel yang terlibat dalam pengiriman, transportasi, dan pembuangan obat sitostatik
serta staf teknis dan staf laboratorium (misalnya selama pemeliharaan safety cabinets atau
analisis darah pasien atau urine) (Eitel et al., 2000). Staf yang secara menangani agen
kemoterapi dalam jangka panjang berisiko memperoleh paparan sitotoksik ke dalam tubuh
melalui inhalasi, menelan atau kontak dengan kulit (Lund, 1994).
Hal ini menyebabkan perlunya mengembangkan tindakan pencegahan yang
komprehensif mencakup semua obat sitotoksik. Pedoman ini bermaksud untuk sedapat
mungkin mencegah risiko yang dialami semua orang kontak dengan obat tersebut, baik dari
tahap persiapan dan administrasi ke pasien, serta sekaligus membantu untuk mempertahankan
standar yang tinggi dari produk sitotoksik demi kesembuhan pasien (Lund, 1994).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kompatibilitas sediaan sitostatika yang baik ?
2. Apakah pelarut yang baik dalam sediaan sitostatika ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui kompatibilitas sediaan sitostatika yang baik ?
2. Untuk mengetahui pelarut yang baik dalam sediaan sitostatika ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kompatibilitas Sediaan Sitostatika


Berikut adalah data kompatibilitas beberapa sediaan sitostatika (Trissel, 2007):
No. Nama Obat Kompatibilitas Inkompatibilitas PH
1. Carboplatin Glukosa 5% Mesna 4-7
2. Doxorubicin Glukosa 5% Tidak bercampur 6,5
dengan cairan
lainnya
3. Cyclophosphamide Cairan: Glukosa 5%, - 3-9 saat
glukosa 5% dalam direkonstitusi
natrium klorida

Y-site: Mesna
4. Daunorubicin HCl Glukosa 5%, natrium - 4,2-5
klorida 0,9%
5. Epirubicin HCl Glukosa 5%, glukosa - 3
5% dalam natrium
klorida 0,9%, natrium
klorida 0,9%
6. Fluorouracil Glukosa 5%, glukosa - 6,9
5% dalam natrium
klorida 0,9%, natrium
klorida 0,9%
7. Gemcitabine Glukosa 5%, natrium - 2,7-3,3 saat
klorida 0,9% direkonstitusi
8. Methotrexate Glukosa 5%, glukosa - 7-9
dalam larutan natrium
klorida
9. Mitozantrone HCl Glukosa 5%, glukosa - 3-4,5
5% dalam natrium
klorida 0,9%, natrium
klorida 0,9%
10. Vinorelbine Glukosa 5%, glukosa - 3-4
Tartrate 5% dalam natrium
klorida 0,45%, Larutan
Ringer, natrium klorida
0,9%, natrium klorida
0,45%
12. Docetaxel Glukosa 5%, natrium - -
klorida 0,9%
13. Bleomycin Sulfate Natrium klorida 0,9%, Glukosa 5%
natrium 0,9% dengan
glukosa 5%
14. Irinotecan HCl Glukosa 5%, natrium -
klorida 0,9%
15. Cisplatin Cairan: Glukosa dalam Cairan: Glukosa
larutan natrium klorida,5%, larutan dengan
natrium klorida 0,9% kadar natrium yang
Y-site: Mannitol rendah (kurang dari
0,45%)
Obat: Mesna
16. Amsacrine Glukosa 5% Natrium Klorida
0,9%
17. Carmustine Glukosa 5%, natrium - 3,9 saat
klorida 0,9% direkonstitusi
18. Dacarbazine Glukosa 5%, natrium - 5,6-6 saat
klorida 0,9% direkonstitusi
19. Dactinomycin Glukosa 5%, natrium Cairan apapun yang 3-4 saat
klorida 0,9% mengandung direkonstitusi
pengawet
20. Etoposide Glukosa 5%, natrium - 5,5-7 saat
klorida 0,9% direkonstitusi
21. Fludarabine Glukosa 5%, natrium - 3-4
Phosphate klorida 0,9%
22. Idarubicin Glukosa 5%, Glukosa - Fludarabine
5% dalam natrium ACT: 7,2-8,2
klorida 0,9%, natrium saat
klorida 0,9% direkonstitusi
Fludarabine
Ebewe: 7,2-
7,8
23. Melphalan Natrium Klorida 0,9% Glukosa 5% 3,5
24. Oxaliplatin Glukosa 5% Cairan: Natrium Mendekati
klorida 0,9%, larutan 6,5 saat
klorida lainnya, direkonstitusi
larutan alkali
Obat: Fluorouracil
25. Vinblastine Glukosa 5%, natrium - 3,5-7
klorida 0,9%
26. Vincristine Glukosa 5%, natrium - 3,5-5
klorida 0,9%
27. Topotecan HCl Glukosa 5%, natrium - 3,5-5,5
klorida 0,9%
25. Vinblastine Glukosa 5%, natrium - 4,3 saat
klorida 0,9% direkonstitusi
26. Vincristine Glukosa 5%, natrium -
klorida 0,9%
27. Topotecan HCl Glukosa 5%, natrium -
klorida 0,9%
2.2 Pelarut Sediaan Sitostatika
Berikut adalah daftar pelarut sediaan sitostatika (Trissel, 2007):

No Nama Obat Pelarut Konsentrasi Stabilitas setelah Metode


dalam pelarut pencampuran Pemberian
1 Amsacrine L-Lactic Acid 7,5 mg/1,5 mg 48 jam Infus (30-90 menit)
(Amsidine)
2 Bleomycin NS, D5W 5 Unit/mL 96 jam dalam suhu IV Bolus NSI 10 ml
Sulfat kamar, 28 dalam
lemari pendingin.
3 Carmustine Alkohol 3,3 mg/mI 8 jam dalam suhu Infus (1- 2 jam)
(BCNU) absolut, SWFI kamar, 24 jam dalam
lemari pendingin;
4 Carboplastin SWFI;NS;D5 0,5 mg/mL 8 jam dalam suhu Infus (15-60 menit)
W kamar, 24 jam dalam
lemari pendingin;
5 Cisplatin SWFI 1 mg/ml 72 jam pada IV: antara 15-120
suhu 4-25oC. menit

Infus
bervariasi:1
mg/menit atau
antara 6-8 jam.
6 Cyclophospha SWFI;NS 20 mg/ml 24 jam dalam suhu IV:
mid kamar, 6 hari dalam Konstinyu 1-24
lemari pendingin jam.

Dosis
>500 mg Maksimal
2 g diberikan lebih
dari 20-30 menit.
7 Cystarabine NS 50 mg/ml 48 jam dalam suhu Infus: 1-3 jam.
kamar.
8 Dacarbazine SWFI;NS;D5 10 mg/mI 24 jam dalam suhu Infus:>30-60 menit.
W kamar, 96 jam dalam
lemari pendingin
9 Dactinomycin NS, D5W 500 mcg/m 24 jam dalam IV: >10-15 Menit,
L suhu kamar Jangan Diberikan
Secara IM
Subkutan
10 Daunorubicin SWFI;NS;D5 5 mg/mL 4 hari dalam IV: 15-30 Menit,
W suhu kamar Jangan Diberikan
o
15-25 C Secara IM
Subkutan
11 Doxetaxel Pelarut 10 mg/mI 8 jam dalam suhu Infus IV >60 menit.
Original kamar 2- 25oC atau
dalam suhu dingin
12 Doxorubicin NS, D5W 2 mg/mI 48 jam dalam suhu Infus IV: 15-60
kamar 25oC menit.
terlindung dari
cahaya langsung
13 Epirubicin SWFI, NS, 2 mg/mL 24 jam dalam suhu 2- Infus IV: 15-20
D5W 8oC terlindung dari menit.
cahaya langsung
14 ErAsparaginiase NS, D5W 10.000 unit/mI 8 jam dalam suhu I.M: volume >2 ml
kamar 2- 25oC atauSebaiknya
dalam suhu dingin diberikan terpisah
dan pada tempat
yang berbeda.
15 Etoposide NS, D5W 0,2- 0,4 mg/mL Pada suhu kamar: IV: tidak kurang
0,2 mg/ml: 96 jam dari 45-60 menit.
0,4 mg/ml: 24 jam
16 Floxuridine NS, D5W 100 mg/mI 24 jam dalam suhu Infus IV: 15-60
kamar 25oC menit.
terlindung dari
cahaya langsung
17 Fludarabine NS, D5W 10 - 25 mg/mL 48 jam dalam suhu IV: 15-30 menit.
kamar 25oC
terlindung dari
cahaya langsung
18 Fluorourasil NS, D5W 50 mg/mL 72 jam dalam suhu IV. 5-15 Menit,
kamar 25oC dosis >1000 mg/m2
terlindung dari diberikan secara
cahaya langsung Infus selama 24 jam
19 Iphosfamida SWFI, NS, 0.6- 20 mg/mL 7 hari pada suhu Infus IV: >30 menit
D5W kamar, 21 hari pada
lemari pendingin
20 Idarubicin NS, D5W 1 mg/mL 72 jam pada suhu IV: 10-15 menit;
kamar, 7 hari pada Jangan Diberikan
lemari pendingin Secara IM,
Subkutan
21 Rituximab NS, D5W 10 mg/ml 12 jam pada suhu IV: 50 mg/jam
kamar, 24 jam pada maksimal 400
lemari pendingin mg/jam
22 Oxaliplatin D5W 0,7 mg/ml 24 jam pada lemari IV: 2-6 jam.
pendingin
23 Irinotecan NS, D5W 0,12- 2,8 12 jam pada suhu Infus IV. 30-90
mg/ml kamar, 24 jam pada menit
lemari pendingin
24 L-asparaginase SWFI, NS, 2000 U/mI 8 jam pada suhu I.M: volume >2 mL
(LEUNASE) D5W antara 2-8oC Sebaiknya
diberikan
terpisah dan pada
tempat yang
berbeda;
IV: dapat
meningkatkan
risiko alergi: 50-
250 ml tidak kurang
dari 30-60 menit
25 Melphalan NS 5 mg/mL <60 menit pada suhu Infus IV: 15-20
ruangan menit
26 Metrotrexate SWFI, NS, <25 mg/ml 24 jam dalam lemari Pada pemberian
D5W pendingin, 4-8 jam IM, IT, IV
dalam suhu ruangan, dilakukan
terlindung cahaya. secara pelan-pelan;
Pada pemberian
Infus IV: kontinyu
24 jam.
27 Paclitaxel Pelarut 30 mg/5 mL 27 jam pada suhu Infus IV: 3 jam atau
original ruangan 24 jam.
28 vinblastin SWFI, NS 1 mg/ml 24 jam pada suhu Infus IV: pelan –
ruangan. pelan 5-15 menit
atau selama 24 jam
dengan infus
kontinyu.
29 Vincristine NS, D5W 1 mg/20-50mL 2 hari pada suhu IV: 10-15 menit,
ruangan, 7 hari pada Infus kontinyu:
lemari pendingin selama 24 jam.
30 Mesna NS, D5W Dalam 50-1000 24 jam dalam suhu IV: 15-30 menit
mL ruangan. Infus IV: 24 Jam
kontiyu.
31 Bevacizumab SWFI, NS Dalam 100 mL 8 jam pada suhu 2- Infus IV:
NS. 8oC (Jangan >90 menit.
Dikocok)
32 Topotecan NS, D5W 10 mg/ml 7 hari pada suhu 2- Infus IV: lebih dari
8oC, 24 jam pada 30 menit atau
o
suhu kamar (25 C) selama 24 jam
dengan infus
kontinyu.
33 Transtuzumab SWFI, NS 21 mg/ml 24 jam pada Infus IV: 30-70
suhu ruangan menit.
(Jangan Dikocok)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cairan yang kompatibel dengan obat sitostatika bersifat spesifik berdasarkan obat yang
digunakan. Data kompatibilitas sediaan obat sitostatika yang diperoleh berjumlah 27 obat
dengan kelengkapan data kompatibilitas (100%) dan data inkompatibilitas (0,29%). Cairan
yang paling umum dapat digunakan dengan 27 obat yang diperoleh adalah Glukosa 5 %
(88,89%).
Pelarut yang digunakan pada obat sitostatika bersifat spesifik berdasarkan obat yang
digunakan. Data pelarut sediaan obat sitostatika yang diperoleh berjumlah 33 obat dengan
kelengkapan data pelarut 100%. Pelarut yang paling umum dapat digunakan dengan 33 obat
yang diperoleh adalah pelarut NS (81,81%).
DAFTAR PUSTAKA

Connor, T., R. Mclauchlan, And J. Vandenbroucke. 2007. Isopp Standards Of Practice Safe
Handling Of Cytotoxics. Journal Of Oncology Pharmacy Practice. 13: 3.

Eitel, A., M. Scherrer, K. Kümmerer. 2000. Handling Cytotoxic. Germany: Bristol-Myers


Squibb.

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, Twelfth Edition. London: The Pharmaceutical
Press.

Siregar, J.P. Charles dan E. Kumolosasi. 2004. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Trissel, L. A. 2007. Handbook on Injectable Drugs, 14th Ed. Bethesda: American Society of
Health System Pharmacist

Anda mungkin juga menyukai