Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran memiliki triangulasi dengan hubungan yang erat, yaitu tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi atau penilaian. Dari triangulasi
ini, penilaian berperan dalam menyediakan data untuk menentukan ketercapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai
membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian
dilakukan

terutama

keterampilan

untuk

menilai

proses

kemajuan
sains

siswa

dalam

(sumber:

pencapaian
http//

mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-penilaian-keterampilan-prosessains/).
Selain pencapaian tujuan pembelajran, penilaian juga memiliki tujuan
lain diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau
kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang
siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Salah satu bagian dari pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru adalah penilaian keterampilan proses dan sikap. Dalam
hal ini, penilaiannya meliputi kemampuan atau keterampilan mengamati,
menggolongkan,

menafsirkan,

meramalkan,

menerapkan,

merencanakan

penelitian dan mengkomunikasikan, hingga dapat menghasilkan karya tulis anak.


Penilaian keterampilan proses dapat diartikan sebagai penilaian terhadap
proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan
memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok
siswa. Dalam melatih keterampilan proses sekaligus akan dikembangkan sikapsikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan
berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Sedangkan penilaian sikap disini merupakan bagian dari semua prilaku
yang dinilai sebagai hasil aktivitas dan juga dapat diperlakukan sama seperti
1

keterampilan proses. Ada banyak kesempatan untuk mengumpulkan objek


penilaian dari sikap dan keterampilan (Harlen, 1992).
Penilaian keterampilan proses dan sikap sangat berkaitan dengan aspek
pencapaian yang mencakup beberapa ukuran dalam banyak aktivitas sains dan
juga diperlihatkan pada beberapa sikap alamiah praktis. Aspek tersebut sering kali
terjadi di mana aspek ini tidak dinilai dalam aktivitas khusus dan dapat menyebar
dalam jangka waktu tertentu. Pedoman umum yang
kurikulum nasional menitikberatkan

berhubungan dengan

pada keterampilan penyelidikan ilmiah

dalam aktivitas-aktivitas, seharusnya ada sekitar 50% karena menilai merupakan


keterampilan yang perlu dibangun dalam setiap aktivitas ilmiah (Harlen, 1992).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menguraikan beberapa hal
mengenai penilaian keterampilan proses dan sikap yang nantinya diharapkan
dapat digunakan dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Hal-hal apa saja yang dinilai dalam penilaian keterampilan proses
1.2.2
1.2.3

dan sikap?
Metode apa yang dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran?
Metode yang dapat digunakan untuk menilai keterampilan proses.

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang dinilai dalam keterampilan proses
1.3.2

dan sikap.
Untuk mengetahui metode penilaian yang dipergunakan sebagai

1.3.3

bagian dari pengajaran.


Untuk mengetahui metode yang dipergunakan sehingga mampu
menyelidiki keterampilan proses.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.4.1 Dapat menjelaskan apa saja yang dinilai dalam keterampilan proses
dan sikap.

1.4.2

Dapat menjelaskan metode penilaian yang dipergunakan sebagai

1.4.3

bagian dari pengajaran.


Dapat menjelaskan metode yang dipergunakan sehingga mampu
menyelidiki keterampilan proses.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kajian pustaka. Di mana penulis mengumpulkan literatur-literatur yang dapat
mendukung penulisan makalah ini. Literatur tersebut sebagian berasal dari buku
maupun artikel yang tersedia di media internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hal-hal yang Dinilai dalam Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap
Dalam penilaian proses dan sikap, hal-hal yang dinilai adalah
2.1.1 Penilaian Pada Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan suatu kemampuan/ skill yang
dimiliki anak sebagai modal dasar memahami ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses yang dielaborasikan dalam pembelajaran dapat
melibatkan berbagai keterampilan, baik yang bersifat intelektual,

manual maupun sosial. Dengan terbentuknya produk pengetahuan


melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah.
Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan
kesinambungan

dalam

perkembangannya.

Oleh

karena

itu,

pengembangan keterampilan proses pada siswa harus terus dilakukan


melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan (sumber: http//
mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-penilaianketerampilan-proses-sains/).
Aspek yang perlu diperhatikan untuk mengetahui cakupan
keterampilan proses dari anak, yaitu: mengobservasi, hipotesis,
memprediksi,

menginvestigasi,

menginterpretasikan

temuan

dan

menggambarkan kesimpulan serta membahasnya. Aspek yang termasuk


ke dalam sikap, yaitu: rasa ingin tahu, menghargai temuan/bukti,
kemauan untuk mengubah pola pikir, merefleksi secara kritis. Kedua
aspek tersebut mengandung konsep yang sama dalam ilmu pengetahuan
namun dalam aktivitas ilmiah berbeda, walaupun penekanan antar
mereka bervariasi dari satu objek ke objek yang lain dan disesuaikan
dengan pengalaman anak. Sebagai contoh, aktivitas anak yang berumur
5 tahun, akan lebih baik memberi kesempatan kepada anak untuk
mengeksploitasi dan mendapatkan pengalaman serta keterampilannya
akan lebih sering dilakukan dengan mengobservasi, bertanya serta
mengkomunikasikan. Keterampilan lainnya akan digunakan ketika
anak-anak mulai menemukan jalan untuk menjawab pertanyaan mereka
sendiri melalui aktivitas yang mereka lakukan (Harlen, 1992).
Dalam rangka melatihkan keterampilan proses itu perlu dirinci
keterampilan proses itu terdiri dari komponen apa saja. Adapun bagianbagian keterampilan adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan mengamati
Keterampilan ini dimiliki oleh siswa jika mereka
mampu memanfaatkan kelima alat inderanya. Dengan alat
inderanya mereka diharapkan dapat mengumpulkan data yang

relevan dan memadai tentang suatu obyek dan dapat belajar


tentang dunia sekitar yang fantastis.
b. Keterampilan membuat hipotesis
Keterampilan ini dimiliki oleh siswa jika mereka mampu
mencatat

data

pengamatan

secara

terpisah,

mampu

menghubungkan data tersebut, mampu menemukan dalam satu


seri

pengamatan,

dan

mampu

mengambil

keputusan.

Sebelumnya dalam melakukan ketrampilan ini perlu diuji


pengetahuan awalnya.
c. Kemampuan meramalkan
Ketrampilan ini dimiliki oleh siswa jika mereka mampu
memprediksi kondisi apa yang terjadi dalam kondisi yang belum
diamati.
d. Kemampuan menyelidiki atau merencanakan dan membuat
penelitian
Ketrampilan ini dimiliki oleh siswa jika mereka mampu
menentukan alat dan bahan yang ingin digunakan, variabelvariabel yang diteliti, variabel yang dibuat tetap dan variabel
yang berubah, apa yang akan diamati dan diukur, cara dan
langkah kerja, serta cara mengolah data.
e. Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan ini dimiliki oleh siswa jika mereka mampu
menyusun dan menyampaikan laporan tentang kegiatan yamg
dilakukan

secara

jelas

dan

sistematis.

Kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala


yang kita kerjakan.
Sedangkan rincian keterampilan proses menurut Klopfer
menyebut proses sains sebagai proses inkuiri. Rincian proses inkuiri itu
adalah sebagai berikut.
a. Proses-proses inkuiri I: Pengamatan dan pengukuran
Pengamatan objek-objek dan gejala-gejala
5

Deskripsi pengamatan dengan bahasa yang sesuai


Pengukuran objek-objek dan perubahan-perubahan
Pemilihan alat ukur yang sesuai
Penafsiran dan pengenalan atas batas-batas kecermatan
pengukuran
b. Proses-proses inkuiri II: Melihat sesuatu masalah dan mencari
cara pemecahannya

Jaminan atas status masalah

Perumusan status hipotesis kerja

Pemilihan prosedur pengujian hiptesis yang sesuai

Perencanaan prosedur yang sesuai untuk melaksanakan


pengujian secara eksperimen

c. Proses-proses inkuiri III: Interpretasi data dan merumuskan


generalisasi

Pemrosesan data eksperimen

Penyajian data dalam bentuk hubungan fungsional

Penginterprestasian atas hubungan fungsional di luar


pengamatan yang didapat dan penginterpolasian di antara
titik-titik pengamatan

Pengevaluasian hipotesis yang diuji berdasarkan data


eksperimen yang diperoleh

Perumusan generalisasi (hukum empirik atau prinsip) yang


didukung oleh hubungan yang diketemukan

d. Proses-proses inkuiri IV: Menyusun, menguji, dan merevisi suatu


model teoritik

Hubungan kebutuhan akan suatu model teoritik untuk


menghubungkan gejala-gejala dan hukum-hukum empirik
atau prinsip-prinsip yang berbeda

Perumusan suatu model teoritik untuk menampung gejalagejala dan prinsip-prinsip yang diketahui

Penspesifikasian gejala-gejala atau prinsip-prinsip yang


memenuhi atau terjelaskan oleh suatu model teoritik

Pendeduksian hipotesis baru dari suatu model teoritik untuk


mengarahkan pengamatan dan eksperimen untuk menguji
hipotesis tersebut

Penginterpretasian

dan

pengevaluasian

hasil-hasil

eksperimen untuk menguji suatu model teoritik

Apabila ditunjang oleh pengamatan atau interprestasi baru,


merumuskan, merevisi, mempertajam atau memperluas
suatu model teoritik (Soetardjo, 1998).

2.1.2

Penilaian Sikap
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude
sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus
yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan
kegiatan. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap
obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Sikap merupakan
bagian

yang

sulit

diamati

(sumber:

http://skinhead4life-

carigaragara.blogspot.com/).
Sikap yang dialami oleh mereka merupakan bagian dari
semua perilaku, yang harus dinilai bidang aktivitasnya, dengan
demikian dapat diperlakukan dengan cara yang sama seperti pada
ketrampilan proses. Ada banyak kesempatan untuk mengumpulkan
objek penilaian dari sikap dan keterampilan.
Brotowidjoyo mengemukakan terdapat beberapa sikap
ilmiah yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah
berdasarkan metode ilmiah, adalah sebagai berikut.
1. Sikap ingin tahu

Apabila menghadapi suatu masalah yang baru


dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya dengan senang
mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa,
penggunaan

alat

indera

sebanyak

mungkin

untuk

menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan gairah dan


kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2. Sikap kritis
Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam
kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan
berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalahmasalah kehidupan yang dihadapinya. Biasanya, tidak
langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti
yang kuat, kebiasaan menggunakan buktibukti pada waktu
menarik kesimpulan. Tidak merasa paling benar yang harus
diikuti oleh orang lain dan bersedia mengubah pendapatnya
berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3. Sikap obyektif
Melihat sesuatu apa adanya sesuai dengan obyek
itu, menjauhkan sikap pribadi (individual) dan tidak dikuasai
oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat
mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan
dirinya sebagai subjek.
4. Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen
baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan
cara yang baik dan konstruktif, selalu memberikan konsultasi
yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5. Sikap menghargai karya orang lain

Tidak akan mengakui dan memandang karya orang


lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun
ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6. Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia
mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, dan tidak
akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum
selesai (terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha
bekerja

dengan

teliti

dan

tidak

menyerah

untuk

mengetahuinya).
7. Sikap terbuka
Bersedia

mendengarkan

argumen

orang

lain

sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya, terbuka


menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya
(sumber: http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikapilmiah/)
Secara lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 19
komponen sikap ilmiah sebagai berikut.
1) Selalu meragukan sesuatu
2) Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah
3) Selalu menginginkan adanya verifikasi eksperimental
4) Tekun
5) Suka pada sesuatu yang baru
6) Mudah mengubah pendapat atau opini
7) Loyal terhadap kebenaran
8) Objektif
9) Enggan mempercayai takhyul
10) Menyukai penjelasan ilmiah
11) Selalu berusaha melengkapi pengetahuan yang dimilikinya
12) Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan

13) Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi


14) Menyadari perlunya asumsi
15) Pendapatnya bersifat fundamental
16) Menghargai struktur teoritis
17) Menghargai kuantifikasi
18) Dapat menerima pengertian kebolehjadian dan,
19) Dapat

menerima

pengertian

generalisasi

(Sumber:

http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/)
2.2 Metode Penilaian yang Digunakan Sebagai Bagian dari Pembelajaran
Metode utama untuk menilai keterampilan proses dan sikap merupakan
bagian dari pembelajaran adalah pengamatan selama aktivitas. Tugas yang tepat
akan membuat pengamatan-pengamatan tentang pembelajaran sulit dipisahkan
pada waktu yang sama dan setiap siswa akan mengatur serta mengembangkan
hasil belajarnya. Perencanaan merupakan kunci utama untuk membuat semuanya
mungkin, tetapi hal ini juga membantu untuk mengingat bahwa penilaian
bermanfaat untuk pembelajaran tetapi jika tidak dilakukan dengan baik, akan
terdapat kesalahan. Dalam konteks ini ada dua aspek perencanaan yaitu,
menentukan siswa mana yang akan diamati dan menetukan apa yang akan
diamati.
2.2.1

Menentukan Siswa Yang Akan Diamati.


Pengamatan dalam satu sesi atau jam pelajaran harus dibatasi
dalam kelompok kecil, agar dapat lebih efektif jika dilakukan pada
kelompok yang sama. Satu kelompok biasanya terdiri dari tiga atau lima
siswa. Sesuai dengan yang telah dibahas dalam bab 21, target yang paling
penting yaitu pada kelompok di mana guru memandang siswa dari
berbagai sudut. Kelompok yang menjadi target seharusnya diseleksi sesuai
dengan tingkat aktivitasnya dan informasi yang akan dikumpulkan oleh
guru. Sebagai contoh guru dapat mengisi tabel yang kosong sesuai dengan
pengamatan siswa sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
informasi yang sesuai pada semua sel di dalam matriks keterampilan dan
10

sikap siswa, seperti pada tabel di bawah ini (hal ini bukan sekedar kertas
rekaman, tetapi sebuah alat perencanaan):
Tabel.1 Contoh Tabel Pengamatan yang Dilakukan

Anak

Menga
mati

Berhipo
tesis

Mempre
diksi

Penye
Lidika
n

Mengin
terpretas
i
kan

Meng
Komuni
kasikan

Rasa
ingin
tahu

Resp
ek
thd
fakta
yang
ada

Keinginan
untuk
mengubah
keadaan

Pemikir
an kritis

1
2
3
4
5

Dalam suatu infomasi pelajaran dengan perbedaan tempat


kemungkinan dapat dikumpulkan, di lain sisi anak-anak lain mungkin
diamati, atau mengisi kolom, memberi kesempatan sesuai dengan
aktivitas yang telah direncanakan. Diperlukan waktu kira-kira setengah
tahun untuk melengkapi informasi dari semua siswa. Pengumpulan akan
menjadi semakin mudah, bagaimanapun proses merupakan bagian dari
perencanaan serta interaksi dengan siswa. Para guru mengembangkan
suatu kerangka mental untuk menilai sejauh mana informasi dapat dicoba
dengan segera tanpa memerlukan catatan yang akan diinterpretasi oleh
siswa.
2.2.2

Menentukan Apa yang Akan Diamati


Pengamatan terhadap siswa tidak hanya dilihat dari suatu
masalah atau hipotesis, prediksi, refleksi terhadap pemikiran kritis dan
lain-lain. Pemecahan persoalan tidak mungkin dapat dilakukan tanpa
berpikir luas, seperti membuat hipotesis, meramalkan dan seterusnya.
Mereka perlu untuk menerjemahkan materi pelajaran yang terkait dengan
aktivitas yang sedang diamati.

11

Untuk memberikan ide terhadap pengalaman siswa terdapat


beberapa hasil observasi oleh Peter Ovens (PSR, No.3, Spring 1987),
yaitu:
1. Ada tiga jenis es yaitu bening, bergaris, dan nerwarna putih
pekat.
2. Garis-garis menyebar di dalam es.
3. Es mempunyai gelembung-gelembung udara di dalamnya.
Ketika es meleleh gelembung-gelembunng udara dilepaskan, dan
jika es berada di dalam air, gelembung-gelembung udara naik
dari permukaan es.
4. Es terasa dingin, walaupun terkadang kering dan lengket, ketika
es sangat dingin permukaannya licin dan lembut, terutama pada
bagian atas yang jelas nampak bening, tetapi dapat merasakan
kasar pada bagian yang putih.
5. Ketika es dikeluarkan dari pendingin, es akan terasa sangat
dingin dan terlihat kabut di dekatnya dan jika disiram akan
terdengar suara yang mendesis dari dalam es tersebut.
6. Es terasa berat. Es mengapung di dalam air tetapi tidak
semuanya.
7. Dalam suatu tangki air, ada dua kemungkinan yaitu es tampak
mengapung dengan cara yang sama di atas atau kadang-kadang
di bawah.
8. Jika diamati, es akan mengapung dalam tangki yang airnya
tenang, punggung es akan tampak di atas permukaan air. Es yang
berada dalam permukaan air akan lebih cepat meleleh
dibandingkan dengan es yang berada di atas permukaan air. Ini
menyebabkan terjadi ketidakstabilan sehingga menyebabkan es
akan terbalik dan menyebabkan air menjadi lebih dingin.
9. Es sangat keras dan sulit dipecahkan, ketika es pecah akan
membentuk potongan kecil.
10. Jika tinta diletakkan di atas sebuah es, es tidak menyerap tinta
melainkan tinta tersebut turun melewati sisi luar es.
11. Jika garam diletakkan di atas permukaan es, es akan meleleh dan
garam akan bercampur dengan es.
12

12. Umumnya, terdapat noda kuning dekat pertengahan balon es.


13. Potongan es yang lebih besar meluncur ke bawah, air meluap
dengan lebih mudah dibandingkan dengan potongan es yang
lebih kecil.
14. Jika es disodok dengan suatu logam, suatu tanda mudah dibuat di
permukaan es tesebut.
Sepanjang explorasi awal dan kelanjutan dari penyelidikan
terhadap siswa, guru dapat mengamati bisa atau tidaknya individu dalam
target group tersebut melakukan hal-hal berikut:
a) Pengamatan atau observasi yaitu keterampilan mengumpulkan
data atau informasi melalui penerapan dengan indera.
Pengamatan terperinci (yang dibuat tentang bentuk atau
gelembung udara di dalam es)
Penggunaan akal sehat siswa/perasaan

(untuk

merasakan dinginnya es, es terasa lengket ketika keluar


dari pendingin).
Pencatatan urutan peristiwa (bagian es mana yang
mengalami peleburan lebih awal).
Instrument sederhana yang digunakan untuk membantu
pengamatan (untuk melihat es dengan lup).
b) Hipotesis, dalam hal ini keterampilan proses menafsirkan sesuatu
berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang
telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian,
atau eksperimen.
Hipotesis siswa harus mencakup mengapa sesuatu itu
terjadi

atau

apa

alasannya

untuk

melakukan

pengamatan, (mengapa es dapat mencair, mengapa


tinta menyebar ke sisi-sisi es, dan tidak terserap oleh
es).
Menggunakan pengetahuan awal (menjelaskan apa
yang terjadi ketika garam diletakkan dalam balon es).

13

Harus ada beberapa penjelasan yang mungkin tentang


suatu hal (memberi alasan mengapa ada gelembung
udara di dalam es.
c) Memprediksi. dalam hal

ini

dapat

berfungsi

untuk

mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi


pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas
kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau
informasi.
Menggunakan

pengalaman

sebelumnya

untuk

menceritakan apa yang terjadi (es akan meleleh lebih


cepat dalam air panas atau dalam keadaan yang lain).
d) Menyelidiki atau menginvestigasi
Merencanakan untuk mengubah

variable

bebas

(menempatkan beberapa es di udara dan beberapa es di


air untuk menguji gagasan dan membuat perbedaannya.
Menentukan variable control pada tes secara terbuka
(menjaga masa awal dan suhu awal es tetap sama
dalam penyelidikan.
Mengukur suatu variabel bebas yang sesuai (misalnya
perubahan massa potongan es pada waktu yang lebih
dalam penyelidikan).
e) Menginterpretasikan temuan dan menarik kesimpulan
Menghubungkan beberapa informasi yang diperoleh
(misalnya, potongan es yang lebih besar lebih mudah
meluncur ke bawah dibandingkan dengan potongan es
yang lebih kecil).
Menemukan beberapa contoh dalam pola observasi
(misalnya, jika potongan es semakin diterobos, maka es
akan lebih cepat meleleh)

14

Berhati-hati dalam menarik kesimpulan (misalnya,


tidak semua es di dalam air lebih cepat meleleh jika
dibandingkan dengan es di udara).
f) Mengkomunikasikan yaitu menyampaikan perolehan atau hasil
belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak,
tindakan, atau penampilan.
Mampu mengkomunikasikan

dan

mendengarkan

gagasan orang lain (misalnya, berbagi gagasan tentang


mengapa suatu logam menjadi bernilai pada es tetapi
kayu tidak).
Membuat catatan selama melakukan penyelidikan
(misalnya mencatat masa awal es batu saat mencair
dalam kondisi yang berbeda, menggambarkan dan
memberikan label pada tempat dimana es tersebut
diletakkan)
Memilih media yang sesuai untuk mengkomunikasikan
pada orang lain (menggambarkan ukuran es untuk
menunjukkan berapa banyak es yang meleleh pada
waktu tertentu).
g) Rasa ingin tahu
Menunjukkan rasa ingin tahu atau minat yang tinggi
(misalnya dengan membuat suatu pengamatan seperti
pada rekaman yang dilakukan oleh Peter Ovens).
Mengajukan pertanyaan (misalnya, kenapa

es

mengapung dalam air? Apakah es mengapung di dalam


tiap-tiap

cairan?

Mengapa

garam

membuat

es

meleleh?)
Secara spontan menggali informasi dari berbagai
sumber (misalnya, untuk menentukan berapa banyak
bongkahan es yang berada di bawah air).
h) Tanggap terhadap bukti
Melaporkan apa yang benar-benar terjadi meskipun
berlawanan dengan konsep awal (misalnya, embun tetap
15

terbentuk di luar tangki tertutup, tetapi saya kira itu


tidak akan terjadi).
Menyangsikan suatu kesimpulan ketika tidak ada bukti
yang cukup (misalnya, kita tidak tahu gelembung itu
adalah udara, kita hanya memikirkannya).
i) Kesediaan untuk mengubah gagasan.
Bersedia untuk mengubah gagasan bila didukung oleh
bukti yang memadai (misalnya, embun di atas tangki
berasal dari es, tetapi hal itu tidak mungkin karena
tangki di tutup).
j) Pemikiran kritis
Memiliki pemikiran kritis dalam artian memiliki
pertimbangan tentang suatu prosedur (misalnya, es yang
mempunyai potongan es lebih besar mudah untuk
mncairi sebab perbedaan akan terlihat lebih nyata).
Mempertimbangkan bagaimana prosedur tersebut dapat
ditingkatkan.
Dari contoh balon es tersebut, tidak terlalu sulit untuk menggunakan
indikator lain dalam kaitannya dengan aktivitas lain, di mana hal itu akan cocok.
Dengan cara yang sama, pernyataan pencapaian untuk penyelidikan ilmiah dapat
ditafsirkan dalam konteks aktivitas tertentu yang digunakan dalam pembuatan
penilaian di tingkat kurikulum nasional.
Bukti keterampilan proses tidak semua perlu dikumpulkan melalui
pengamatan langsung di tempat. Hasil tulisan anak-anak dapat memberikan
informasi yang berguna, terutama jika tugas-tugas yang ditetapkan untuk
mengarahkan

anak-anak

dalam

menggambarkan

pengamatan,

prediksi,

perencanaan dalam upaya pencapaian proses pembelajaran (Harlen, 1992).


Contohnya pada Gambar. 1 yang mengilustrasikan karya tulis anak.
.

16

Prediksi kami adalah bahwa orang akan dapat menyelesaikan test


ketika mereka lebih dekat pada peta dan test pertama tidak akan
jelas ketika mereka menjauh dari peta. Kami juga memikirkan
bahwa orang yang berkaca mata akan melihat lebih baik daripada
orang lain karena mereka bisa lebih fokus karena lensa kaca
mereka.

Jika saya melakukan lagi saya akan mencoba untuk memikirkan


jalan untuk test bunyi dan tidak hanya menerka dan mencoba
untuk memikirkan permukaan yang lain dan mencoba dengan koin
yang berbeda yang memiliki perbedaan tinggi. Pada bunyi saya
memiliki dua gagasan, pertama melihat seberapa jauh kamu dapat
mendengar coin tersebut jatuh, dan kedua, mendapatkan tape
recorder dengan level indicator suara.

17

Ketika kami memeriksa leci, kami menemukan rambut


tipis di kulitnya. ketika kita memegangnya keseluruhan
buah terasa keras dan tidak berkembang lagi. Rassbery,
ketika merasakan kulitnya seperti alpukat. Semua kulit
baik yang berwarna merah maupun kuning saya
katakana yang merah jika dicicipi seperti alpukat dan
yang kuning di bagian belakang menandakan buah
sudah matang ketika itu terlihat merah atau kuning.
Ketika kita mengupas kulit secara keseluruhan kami
menemukan kulit lain tetapi yang ini transparan. Ketika
kita

mengambil

kulit

transparant

tersebut,

kami

mendapati air seperti bagian dari jeruk. Kemudian kita


mencicipi dagingnya dan kami menyukainya. Setelah itu
kami menamakan batu atau biji di tengah-tengah jadi
kami potong untuk membukanya dan itu berwarna
18
cokelat
setelah melihat beberapa saat kami menciumnya

dan baunya seperti Horse Chessnut. (Gambar2)

Gambar 1. Ilustrasi Nilai dari Karya Tulis (Herlen, 1992)


2.3 Metode yang Dapat Digunakan untuk Menyelidiki Keterampilan Proses
Guru merupakan suatu sosok yang sangat berperan dalam keaktifan
dan minat belajar anak, guru hendaknya pandai dalam membangkitkan minat
siswa untuk menyukai apa yang menjadi materi pokok bahasan, mampu memberi
motivasi pada anak untuk lebih giat dalam proses belajar supaya menciptakan
lingkungan belajar yang baik dan lebih efektif. Dalam pelaksanaan penilaian
ketrampilan proses guru bertindak sebagai pengamat yang menentukan penialaian
selama proses pembelajaran berlangsung baik penilaian terhadap siswa
keseluruhan dalam satu kelas maupun perindividu.
Ketrampilan proses yang diterapkan oleh guru tentunya harus
diimbangi dengan meningkatnya prestasi siswa dalam belajar, secara garis besar
ada dua metode yang digunakan untuk mengetahui ketrampilan proses pada
siswa. Metode yang digunakan dalam menyelidiki ketrampilan proses adalah
dengan menggunakan test dan non-test.
2.3.1 Penilaian Keterampilan Proses Melalui Tes Tertulis
Contoh penialaian ketrampilan proses dengan test adalah berupa
suatu media berupa teks yang diberikan kepada siswa, didalamnya berisi
beberapa pertanyaan yang bersifat memancing, mengasah, dan mendalami
pengetahuan siswa, dan penilaian dengan teks juga akan memfungsikan
pengalaman belajar siswa dalam materi tersebut. Penilaian secara tertulis
terhadap keterampilan proses dapat dilakukan dalam bentuk essai dan
pilihan ganda . Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan
konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai
memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata.
Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang
berarti menggambarkan pemahaman yang lebih indiviualistik.

19

Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis


dalam bentuk tes essai, sebagai berikut:
Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air
terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran
dalam selama tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 2. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman
Hari Ke1
2
3
4
5
6
7

Tinggi tanaman (cm)


Disiram air setiap hari
Tidak disiram air
5
5
7
6
8,5
6,5
11
6,9
12,8
7,2
14
7,3
15,9
7,3

Pertanyaan:
1. Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
2. Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor
2)
_______________________________________________________
Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes
yang dikontruksi dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan
jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat
atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan pilihan
jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas
masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2009) (dalam
http//

mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pelaksanaan-penilaian-

keterampilan-proses-sains/), penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih


representative mewakili isi dan luas bahan atau materi. Selain itu, dalam
proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-unsur subjektivitas. Namun

20

demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung mengungkapkan


daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang tebakan. Hasil
yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang
sesungguhnya.
3.2.1

Penilaian Keterampilan Proses Melalui Bukan Tes (Non- Test)


Metode untuk menyelidiki ketrampilan proses dengan non-test
adalah upaya guru untuk mengetahui tingkat kemampuan ketrampilan
proses siswa tanpa mengguanakan test Penilaian melalui keterampilan
proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi
atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran
sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati
perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan
keterampilan proses sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan
tugas siswa atau produk hasil belajar siswa juga dapat diamati untuk
menilai keterampilan proses siswa secara integrative. Menurut Sumiati
dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas (2010) (dalam
http//

mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pelaksanaan-penilaian-

keterampilan-proses-sains/),

penilaian

keterampilan

proses

dengan

melalui bukan tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk
menilai perilaku yang diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa
rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan
menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat
kriteria esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains
serta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan
percobaan laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:
Tabel 3. Rubrik Percobaan Laboratorium
Kriteria

Skor
21

4
3
(sangat baik)
(baik)
Mengidentifikasi
Tujuan
Mengidentifikasi
tujuan dan cirri
percobaan
tujuan
khusus
Alat dan Melist semua alat Melist semua
Bahan
dan bahan
bahan
Memprediksi
dengan benar
Memprediksi
Hypotesis
fakta dan
dengan benar
membuat
fakta
hipotesis
Melist semua
Melist semua
Prosedur tahap dan detailtahap
detail khusus
Data direkam,
Data direkam,
Hasil
diorganisir, dan
diorganisir
digrafiskan
Tampak
memahami
Tampak
konsep dan
memahami
Simpulan
membuat
konsep yang
hipotesis baru
telah dipelajari
untuk aplikasi
pada situasi lain.

2
(cukup)

1
(kurang)
Salah
Mengidentifikasi
mengidentifikasi
sebagian tujuan
tujuan
Melist beberapa Salah melist
bahan
bahan
Memprediksi
dengan beberapa Menebak-nebak
fakta
Melist beberapa
tahap

Salah melist
tahap

Data direkam

Hasil salah atau


tidak betul

Tidak ada
Tampak
kesimpulan atau
memahami
tampak
beberapa konsep
miskonsepsi

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubrik memuat dua


komponen, yaitu kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap
rubrik terdiri atas minimal dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria
biasanya ditempatkan pada kolom paling kiri, sedangkan level unjuk kerja
ditempatkan pada baris paling atas dalam tabel rubrik. Untuk
memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas level
kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor
menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk
setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan
diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik

22

dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada descriptor, siswa
dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria.
Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian
secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan
menggunakan rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika
rubrik penilaian ini dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran,
ekspektasi terhadap pencapaian level keterampilan proses dapat
diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat
menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil
penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik.
Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa
selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa
dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu
pengembangan

(sumber:

http//

mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pelaksanaan-penilaianketerampilan-proses-sains/).
Selain dengan cara di atas, dalam penilaian ini guru juga dapat
menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan yang dimaksud
adalah berupa table yang berisikan karakteristik ketrampilan yang akan
diamati, keterangan nilai secara kualitatif maupun kuantitatif, dan
tentunya nama siswa yang diamati. Dalam membuat lembar pengamatan
ada dua hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan keterampilan yang akan diamati.
2. Membuat kriteria penilaian untuk masing-masing keterampilan.

23

Tabel 4. Contoh Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Seluruh Kelas

No.
Unit

Nama
Siswa

Penga
matan

Peng
golo
ngan

Penaf
siran

Peram
alan

Pener
apan

Perenca
naan

Ko
Pene
mu
litia
nik
n
asi

Keterangan
BS = Baik
sekali
B = Baik
S = Sedang
K = Kurang
KS
=
Kurang
sekali

Selama didalam kelas hal-hal yang diamati guru sebagai penilai


ketrampilan proses dari siswanya adala gagasan atau isyarat yang mereka
berikan tentang berbagai macam tugas, cara dari presentasi mereka, dan
dari pertanyaan yang dapat diadaptasi dan diaplikasi dalan rencana karya
tulis siswa juga bermanfaat untuk guru yang ingin memeriksa kesesuaian
keterampilan proses untuk beberapa anak dengan cepat seperti contoh
pertanyaan pada Gambar dibawah ini.

Gambar A dijelaskan sebagai batang kayu yang diiris tipis


berasal dari tanaman yang telah tumbuh dihutan selama beberapa tahun,
sedangkan pada gambar B dijelaskan bahwa itu merupakan irisan-irisan
kayu yang diambil dari hutan yang sama. Ini merupakan salah Satu cara

24

untukmengasah ketrampilan proses siswa. Hal lain yang mungkin


dijadikan contoh adalah guru menyuruh anak mengumpulkan berbagai
macam serangga didalam suatu kebun, misalkan anak mendapatkan
serangga-serangga seperti dibawah ini :
Pada
disamping

gambar
ada

beberapa

jenis serangga yang berhasil


dikumpulkan

oleh

siswa.

Setelah hal tersebut guru


memberikan tugas tentang
pengklasifikasian

dari

serangga tersebut dan mengamati karakteristik dari serangga tersebut


serta dilanjutkan dengan presentasi atas apa yang didapatkannya . Dalam
kegiatan tersebut maka ketrampilan siswa akan diasah, sebab dalam
melakukan

pengambilan

sampel,

mengklarifikasikan,

dan

mengkomunikasikan akan terkandung unsur mengamati, menggolongkan,


menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan
mengkomunikasikan hsil yang akan mereka peroleh.
Setelah langkah tersebut diatas dilakukan maka, selanjutnya guru
memberikan pertanyaan berupa teks kepada siswa seperti yang dibawah
ini (Harlen, 1992).
1. Gunakan informasi pada tabel untuk menjawab pertanyaan berikut
a. Apa yang dilakukan kumbang untuk hidup?
b. Pada tabel semua binatang kecil berkaki memiliki persamaan dari
mereka. Dapatkah kamu melihat apa hal tersebut?
2. Ketika mereka membuat tabel, mereka tidak dapat menemukan semua
informasi tentang kumbang dan nyamuk. Isilah informasi utuk mereka
dalam tabel
a. Telur kumbang menetas menjadi LARVA
b. Nyamuk dewasa hidup pada hewan dan tumbuhan
BAB III
PENUTUP

25

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Yang dinilai dalam keterampilan proses meliputi observasi, merumuskan
hipotesis, meramalkan, menginvestigasi, menginterpretasikan penemuan
dan menyimpulkan, dan menyampaikan apa yang telah diperoleh.
Sementara itu keterampilan sikap meliputi rasa ingin tahu, tanggapan
3.1.2

terhadap kenyataan, kemauan untuk mengubah ide, dan balikan kritis.


Metode utama untuk menilai keterampilan proses dan sikap yang
merupakan bagian dari pembelajaran adalah pengamatan selama aktivitas
dan melalui pekerjaan tyertulis anak (tugas). Dalam konteks ini ada dua
aspek perencanaan sebelum melakukan pengamatan selama aktivitas
yaitu, menentukan siswa mana yang akan diamati dan menetukan apa

3.1.3

yang akan diamati.


Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangangan
keterampilan proses pada anak secara garis besar ada 2, yaitu dengan test
dan tost. Guru yang merupakan sosok yang sangat berperan dalam proses
perkembangan dan minat belajar anak akan sangat dibantu dengan adanya
kedua metode penilaian tersebut selain untuk membantu tugas guru dalam
pengamatan dan penilaian metode tersebut juga untuk mengetahui
perkembangan pada anka didiknya, refleksi kedepan dan menambah serta
mengasah pengetahuan siswa.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi para guru dan calon guru, diharapkan untuk dapat lebih memahami
tentang penilaian keterampilan proses dan sikap. Kedua penilaian ini
harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar penilaian
3.2.2

yang dilakukan tidak terpusat kepada penilaian dalam ranah kognitif saja.
Guru dan calon guru jika ingin menggunakan penilaian keterampilan
proses dan sikap, maka harus lebih memperhatikan tingkat kemampuan
siswanya karena pengembangan kedua aspek tersebut memerlukan latihan
dan waktu yang cukup lama.

26

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2007.

Sikap

ilmiah.

Tersedia

pada:

http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/. Diakses pada


tanggal 15 Oktober 2010.
Anomin. 2009. Hakikat Karya Ilmiah, Ciri-Ciri, Macam Karya Ilmiah, Sikap Ilmiah,
Kesalahan Dalam Penulisan Ilmiah. Tersedia pada: http://skinhead4lifecarigaragara.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Harlen, Wynne. 1992. The Teaching of Science. London: David Fulton Publishers
Mahmuddin. 2010. Pengantar Penilaian Keterampilan Proses Sains. Tersedia pada:
http://

mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-penilaian-

keterampilan-proses-sains/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.


Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan
Proses. Surabaya: SIC.

27

28

Anda mungkin juga menyukai