Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik (siswa) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa depan. Dalam hal ini
pendidikan sangat menentukan tercapainya sumber daya manusia (SDM) yang
unggul dan dapat membangun bangsa. Untuk meningkatan sumber daya
manusia itu sendiri maka pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat
tersebut melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Para pengelola pendidikan dalam rangka membantu meningkatkan mutu
pendidikan dituntut untuk memperkaya wawasan, pengetahuan, serta
kemampuan yang relevan dengan pekerjaannya. Guru sebagai salah satu unsur
dalam pendidikan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan
profesionalismenya. Kualitas mutu pendidikan dipengaruhi oleh perantara
pendidikan itu sendiri yang tidak lain adalah guru. Begitu juga mahasiswa calon
guru dilatih agar dapat menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dihayati dan dialami saat menjalankan program
pendidikannya sehingga hasil yang diharapkan nantinya adalah lahirnya guru-
guru yang memiliki kemampuan memperagakan kinerja dalam situasi nyata,
baik dalam kegiatan mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya sesuai
tuntutan standar pendidikan nasional/lembaga.
Secara teoritis, penulis sebagai mahasiswa calon guru ketika di bangku
kuliah tentunya sudah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan ilmu yang dipelajari serta kaitannya dengan pendidikan.
Namun, ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak cukup sebagai bekal bagi

1
seorang calon pendidik untuk menjadi pendidik nantinya. Seorang pendidik
juga perlu mengetahui kondisi pembelajaran di sekolah secara langsung dan
menemukan karakteristik yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh selama kuliah. Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menghasilkan
tenaga kependidikan yang profesional dan berkompetensi. UNDIKSHA
menyadari bahwa untuk mencetak seorang calon guru yang profesional
bukanlah hal yang mudah sehingga UNDIKSHA berupaya untuk mendidik
dan melatih peserta didiknya dengan berbagai teori dan praktek yang nantinya
akan membuat peserta didiknya memiliki bermacam kompetensi, seperti
kompetensi pedagogik, profesional, personal dan sosial. Mengingat pengalaman
adalah suatu hal yang memegang peranan penting dalam profesi guru,
UNDIKSHA mengadakan suatu program yang bersifat bertahap dan terpadu
yang disebut PPL (Program Pengalaman Lapangan). PPL merupakan suatu
program yang menjadi ajang pelatihan untuk menerapkan berbagai
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pembentukan guru yang
berprofesional dan andal. Kegiatan PPL dilakukan secara bertahap yang terdiri
dari tiga tahapan yakni PPL-Awal, Pengajaran Mikro dan PPL-Real. Kegiatan
PPL ini bersifat terpadu karena setiap tahapan berkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Dalam penyelenggaraan PPL-Real, UNDIKSHA bekerja sama dengan
sekolah-sekolah di Singaraja dan sekitarnya. Sekolah-sekolah tersebut adalah
sekolah mitra yang membantu mahasiswa sebagai calon guru yang handal dan
profesional. Mahasiswa PPL diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam
kegiatan sekolah, baik kegiatan mengajar maupun tugas non mengajar.
Pelaksanaan PPL bagi seorang mahasiswa di lembaga kependidikan didasari
atas pertimbangan-pertimbangan yang mengacu ke arah penguasaan
kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan profesinya sebagai calon
pendidik. Kompetensi yang dimaksud adalah (1) Kompetensi Pedagogik,
berupa kompetensi pengelolaan proses belajar mengajar secara utuh untuk

2
memperoleh hasil yang optimal, (2) Kompetensi Profesional, berupa
penguasaan dan pemahaman tentang bidang keilmuan yang menjadi bidang
pilihannya, baik bidang pendidikan dan pembelajaran maupun bidang lainnya
yang mendukung keahliannya, (3) Kompetensi Personal, yang berkaitan dengan
sikap kepribadian, minat, disiplin diri dalam mengemban tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan tuntutan etika seorang guru, dan (4) Kompetensi Sosial,
berupa kemampuan untuk membina lingkungan atau hubungan sosial yang
baik dengan masyarakat sekolah maupun masyarakat luas.
Kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang harus terus dimiliki dan
diasah sehingga para calon guru akan lebih mapan bila terjun langsung dalam
masyarakat dan membentuk generasi muda yang profesional dalam mengemban
profesi keguruan sepanjang kariernya.
Selama melaksanakan PPL-Real, mahasiswa dapat menerapkan berbagai
model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dari siswa dan
kondisi pembelajaran di sekolah. Selain menerapkan model pembelajaran,
mahasiswa PPL-Real juga dapat menerapkan pendekatan-pendekatan dan
metode-metode untuk mempermudah proses pembelajaran. Melalui penerapan
model pembelajaran, pendekatan, dan metode tersebut diharapkan siswa
memperoleh informasi yang disampaikan selama pembelajaran dengan baik.
Pada observasi awal yang dilakukan oleh penulis, kegiatan pembelajaran
IPA dikelas VII sudah berlangsung sesuai dengan paradigma pembelajaran saat
ini, yakni student center. Paradigama pembelajaran tersebut akan berjalan
dengan baik apabila siswa aktif dan termotivasi dalam mengikuti belajar.
Namun, dari hasil observasi awal ternyata sebagian siswa masih sangat sulit
dalam meneksplorasi sendiri pengetahuan pada setiap proses pembelajaran.
Selain itu, kurangnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
khususnya IPA. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pun masih kurang
karena beberapa siswa masih sering berkeliaran kelas ketika pelajaran atau
terlihat mengantuk. Oleh karena itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa
belum sepenuhnya diaplikasikan untuk siswa SMP Negeri 2 Singaraja.

3
Berdasarkan pemaparan tersebut diperlukan model pembelajaran yang
tepat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas agar siswa mampu
mengeksplorasi pengetahuan dan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Sebagai bukti pelaksanaan program PPL-Real di SMP Negeri 2 Singaraja pada
Semester Ganjil 2015/2016 sekaligus sebagai rekaman aktivitas penulis selama
mengikuti kegiatan PPL Real, penulis menyusun sebuah laporan yang berjudul
“Laporan Akhir PPL-Real di SMP Negeri 2 Singaraja Semester Ganjil
2015/2016”. Pada laporan ini dibahas hasil temuan dan hasil belajar penulis
selama mengikuti kegiatan PPL Real.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi belajar siswa kelas VII.11 di SMP Negeri 2 Singaraja?
2. Solusi apa yang dapat diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas VII.11 di SMP Negeri 2 Singaraja?
3. Bagaimana hasil dari penerapan solusi tersebut dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VII.11 di SMP Negeri 2 Singaraja?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanan PPL-Real adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kondisi belajar siswa kelas VII.11 di SMP Negeri 2
Singaraja
2. Menjelaskan solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VII.11 di SMP Negeri 2 Singaraja
3. Mendeskripsikan hasil dari penerapan solusi tersebut dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VII.11 di SMP Negeri 2 Singaraja
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan secara Real adalah sebagai berikut.

4
1.4.1 Bagi Mahasiswa
a. Pengalaman selama mengikuti PPL-Real dapat digunakan sebagai modal
dasar dalam mengembangkan profesionalitas sebagai seorang guru kelak di
lapangan dengan menerapkan semua ilmu yang diperoleh di bangku kuliah
pada situasi nyata di sekolah.
b. Melatih mahasiswa menggunakan model pembelajaran yang tepat digunakan
saat pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.
c. Memahami karakter siswa, baik di kelas maupun di luar kelas.
d. Meningkatkan kompetensi yang harus terus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional.
e. Pengalaman selama mengikuti PPL-Real akan sangat bermakna bagi calon
guru pada saat mulai mengemban tugas nyata di suatu sekolah
f. Berbagai pengalaman yang berhasil diserap dalam PPL-Real secara
langsung/tidak langsung akan bermakna bagi lulusan dalam mengemban
tugas di masyarakat.
1.4.2 Bagi Guru
Hasil observasi dalam kegiatan PPL-Real ini diharapkan dapat
memberikan referensi bagi guru untuk dapat mengimplementasikan suatu
pendekatan, model, maupun metode pembelajarn yang mengacu pada filosofis
konstruktivisme, sehingga siswa dapat belajar bermakna melalui pengalaman
yang nyata.
1.4.3 Bagi Sekolah Mitra
PPL-Real yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
sekolah mitra yaitu berupa peningkatan prestasi dan mutu sekolah. Hal ini dapat
terjadi melalui tukar pikiran dan informasi yang terkait dengan model maupun
teknik pembelajaran antara mahasiswa dengan pihak sekolah.
1.4.4 Bagi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
1. Pelaksanaan PPL-Real dapat memberi peluang untuk dapat mencetak atau
menghasilkan tenaga guru yang profesional. Oleh karena itu, para tenaga

5
calon guru diharapkan bersungguh-sungguh dalam melakukan semua
tugasnya sebagai seorang calon guru di sekolah mitra masing-masing.
2. Hasil pelaporan pengalaman lapangan dari mahasiswa yang telah
melaksanakan PPL-Real berupa laporan akhir PPL-Real diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi lembaga dalam upaya mengembangkan dan
meningkatan pelaksanaan program pengalaman lapangan bagi mahasiswa
berikutnya.

6
BAB II
SOLUSI TAWARAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
DAN PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Kondisi Siswa


Selama melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran di SMP
Negeri 2 Singaraja, permasalahan yang ditemukan di kelas VII khususnya kelas
VII.11 pada pelajaran IPA secara umum karakteristik yang dimiliki oleh siswa
adalah kurangnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA,
sehingga siswa membutuhkan perhatian lebih dalam mengikuti kegiatan belajar.
Solusi yang ditawarkan berdasarkan permasalahan tersebut adalah dengan
mengaktifkan siswa di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan
mngintensifkan proses interaksi dua arah antara pendidik dengan siswa dan
siswa dengan siswa melalui diskusi dan tanya jawab sehingga siswa dapat
saling bertukar informasi. Fokus perhatian diberikan secara adil kepada seluruh
siswa sehingga semua siswa merasa diperhatikan. Jika ada siswa yang merasa
tidak diperhatikan, maka siswa akan sibuk kembali dengan kegiatan masing-
masing.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah fokus siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran masih kurang. Perhatian siswa mudah teralihkan ketika
mengikuti pembelajaran. Hal ini menuntut peran aktif pendidik untuk
membangkitkan fokus siswa terhadap topik materi yang dibahas. Solusi yang
bisa ditawarkan dengan selalu mengaitkan materi yang diberikan dengan
kehidupan sehari-hari. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran dan membuat materi yang disampaikan
menjadi lebih menarik. Selain itu, pembelajaran dapat dilakukan di
laboratorium agar siswa dapat melihat fenomena-fenomena atau peristiwa yang
berkaitan dengan materi. Hal ini bertujuan untuk membuat materi menarik bagi
siswa sehingga fokus siswa lebih terarah ke materi.

7
Karakteristik lain dari siswa yang terekam selama pelaksanaan
pembelajaran adalah tingkah laku beberapa siswa yang mengganggu
pembelajaran dengan berkeliaran di kelas atau mengajak temannya untuk
mengobrol. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya serap materi dan
presetasi belajar siswa. Solusinya yang dapat diberikan dari permasalahan
tersebut adalah dengan memberikan perhatian lebih terhadap siswa yang sering
mengganggu pelaksanaan pembelajaran. Perhatian yang diberikan dapat berupa
penugasan yang diberikan kepada siswa yang mengganggu untuk menjawab
pertanyaan atau soal yang sedang didiskusikan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa bersangkutan tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal
lain diluar proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan di atas, motivasi siswa yang rendah dalam belajar sangat berpengaruh
pada hasil belajar siswa, ini dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa kelas
VII.11 mata pelajaran IPA semester ganjil 2015/2016 masih banyak dibawah
KKM, yakni 75. Hal ini perlu diberikan solusi pada penerapan proses
pembelajaran agar siswa menjadi termotivasi dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2 Pelaksanaan Kegiatan PPL-Real
2.2.1 Pengalaman Observasi Sekolah
Proses pelaksanaan PPL-Real yang diprogramkan oleh LPPL Universitas
Pendidikan Ganesha, pada umumnya berlangsung secara bertahap. Tahap
pertama yaitu mahasiswa mendaftar ke LPPL dengan beberapa syarat
pendaftaran yaitu :
a) Telah memiliki kredit semester minimal 120 SKS.
b) Telah lulus mata kuliah micro teaching.
c) Telah lulus PPL-Awal.
PPL-Real ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga (3) bulan, yang
dimulai dari tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan 16 November 2015. Usai
serah terima tersebut, mahasiswa PPL-Real mulai terjun ke sekolah pada
tanggal 18 Agustus 2015 dan langsung diterima oleh pihak sekolah. Hari

8
pertama kami (Mahasiswa PPL) berkumpul di gedung aula untuk menerima
sedikit pengarahan dari kepala sekolah SMP Negeri 2 Singaraja dan waka
kurikulum. Adapun arahan yang diberikan adalah sebagai berikut.
1) Mahasiswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan tata tertib dan
keadaan sekolah. Jika ingin meninggalkan sekolah, mahasiswa diharapkan
membuat surat ijin dan melapor kepada guru pamong serta kepala sekolah.
2) Lebih memperhatikan sikap dan penampilan, karena merupakan calon guru
yang nantinya akan menjadi contoh pada anak didiknya.
3) Aktif berkonsultasi dengan Guru Pamong.
4) Dalam pelaksanaan PPL-Real di SMP Negeri 2 Singaraja, mahasiswa yang
mendapatkan jadwal siang diharapkan selalu hadir di sekolah pada paling
lambat pukul 12.40. Pada hari Senin untuk mengikuti upacara penurunan
bendera, serta pada hari-hari khusus, seperti Purnama dan Tilem. Sedangkan,
untuk pembelajaran akan dimulai pukul 12.45.
5) Mahasiswa diharapkan mengikuti upacara bendera setiap Hari Senin.
6) Mengenalkan guru pamong kepada masing-masing mahasiswa PPL-Real.
7) Setelah mendengar pengarahan dari Kepala sekolah, kami langsung
melaksanakan pemilihan koordinator PPL-Real secara musyawarah mufakat
setelah diterima secara resmi oleh Kepala Sekolah. Selain itu dalam
pelaksanaan kegiatan PPL-Real, koordinasi antar mahasiswa juga sangat
penting. Untuk mempermudah koordinasi antar mahasiswa selama
melaksanakan kegiatan PPL, maka dibentuklah Koordinator Sekolah
(Korsek), Wakil Koordinator Sekolah (Wakorsek), sekretaris, dan bendahara
tanggal 18 Agustus 2015.
Kegiatan penulis pada 2 minggu awal yaitu observasi dan orientasi awal.
Adapun kegiatan yang penulis lakukan pada kegiatan observasi awal yaitu
menyusun dan melegalisasi program kegiatan PPL-Real, mengamati fasilitas
sekolah, mengamati keadaan guru dan siswa, mengamati fasilitas pendukung
pembelajaran (ruang kelas, laboratorium, ruang praktek, ruang komputer,

9
perpustakaan dan lapangan), mengenal dan berlatih membuat persiapan
mengajar dan administrasi.
Pada tanggal 22 Agustus 2015, penulis mengobservasi guru model. Ada
dua guru model yang penulis observasi, yaitu guru mata pelajaran IPA yang
merupakan guru pamong mahasiswa PPL lain dan guru mata pelajaran bahasa
inggris. Mahasiswa PPL-Real diharapkan dapat mengadakan pendekatan
langsung dengan masing-masing guru pamong yang telah ditunjuk untuk
membimbing mahasiswa PPL-Real dalam menjalankan segala aktivitas yang
berhubungan langsung dengan PPL-Real dan selanjutnya menyusun Program
Kerja PPL-Real, Jadwal Tetap dan Rencana Kegiatan selama melaksanakan
PPL.
Selanjutnya penulis melaksanakan latihan mengajar, yaitu lima minggu
latihan mengajar terbimbing dan lima minggu latihan mengajar mandiri.
Program Pengalaman Lapangan (PPL-Real) di SMP N 2 Singaraja dilaksanakan
pada pagi hari. Dalam hal pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL-
Real) tersebut, mahasiswa diharapkan selalu hadir setiap hari di sekolah. Jika
meninggalkan sekolah harus seizin guru pamong, guru piket, Kepala Sekolah
atau Wakasek.
2.2.2 Hasil Temuan
2.2.2.1 Observasi Guru Model
1. Hasil Pengamatan Guru Model I
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Singaraja
Nama Guru Model : Ketut Widana, S.Pd.
Kelas : VII.14
Mata Pelajaran : IPA
Pokok Bahasan : Besaran Turunan
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2015
Jam ke :1-2
2. Hasil Pengamatan Guru Model II
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Singaraja

10
Nama Guru Model : Wayan Ngenteg, S.Pd.
Kelas : VII. 4
Mata Pelajaran : IPS
Pokok Bahasan :Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk
Indonesia
Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015
Jam ke :5–6
3. Hasil Pengamatan Guru Model III
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Singaraja
Nama Guru Model : Rika Yuniparmayati
Kelas : VII. 6
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Pokok Bahasan : Teks Narasi
Hari, Tanggal : Jumat, 28 Agustus 2015
Jam ke :1–2
2.2.2.2 Latihan Mengajar Terbimbing dan Mandiri
A. Perencanaan Pembelajaran
Sebagai seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di
dalam kelas harus membuat persiapan dan perencanaan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan proses
belajar-mengajar. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas adalah mengenal dan mengisi administrasi keguruan
seperti merancang minggu efektif pembelajaran, program tahunan, program
semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi dari
proses pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran di atas dapat
dipaparkan lebih lengkap sebagai berikut.
1. Merinci minggu efektif dalam satu semester berdasarkan kalender
akademik di SMP Negeri 2 Singaraja. Dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Menentukan jumlah minggu dalam satu semester.

11
b. Merinci jumlah minggu yang tidak efektif meliputi, hari libur nasional
dan daerah, kegiatan tengah semester, HUT sekolah, pemantapan,
ujian sekolah, ujian nasional.
c. Menentukan jumlah minggu efektif dengan mengurangkan jumlah
minggu yang tidak efektif dari jumlah minggu yang ada dalam satu
semester.
d. Menentukan jumlah jam pelajaran yang efektif dengan mengalikan
jumlah minggu efektif dengan jumlah jam pelajaran tiap minggunya.
e. Menentukan distribusi waktu sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ada.
2. Menyusun program tahunan dan program semester
Penyusunan program tahunan dan semester dibuat berdasarkan rincian
minggu efektif dan banyaknya materi yang akan diberikan. Program
tahunan dan semesteran dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan
silabus. Alokasi waktu diatur sedemikian rupa sehingga cocok dengan
rincian minggu efektif yang tersedia.
3. Menyusun silabus
Format silabus disesuaikan dengan format yang digunakan oleh guru
pamong (format yang berlaku di SMP Negeri 2 Singaraja). Langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam penyusunan sebuah silabus adalah
menentukan identifikasi mata pelajaran, perumusan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, penentuan materi pokok, penentuan kegiatan
pembelajaran, menentukan alokasi waktu, menentukan indikator penilaian
(jenis tagihan, bentuk tagihan, dan instrumen) dan pemilihan sumber
bacaan atau alat dan bahan. Penyusunan silabus akan mempermudah
dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga PBM dapat
berjalan lancar.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran memuat tentang
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, strategi/motode

12
pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran, sumber dan bahan
pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan ketika perencanaan/persiapan
pembelajaran telah selesai dilakukan. Setelah semua persiapan pembelajaran
dapat dilatih dengan baik selama 1 minggu, maka dilanjutkan dengan latihan
mengajar di kelas. Latihan mengajar di kelas dibagi menjadi dua yaitu
latihan mengajar secara terbimbing dan latihan mengajar secara mandiri.
Pada saat latihan mengajar terbimbing, satu bulan pertama mahasiswa
praktikan secara penuh didampingi oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang dimulai dari persiapan pembelajaran, proses
pembelajaran di kelas dan membuat evaluasi terhadap proses pembelajaran
di kelas berupa pembuatan tes hasil belajar siswa.
Pada latihan mandiri mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar
secara mandiri (peran guru pamong dikurangi) baik dalam menyiapkan
pembelajaran, proses pembelajaran di kelas maupun membuat evaluasi hasil
belajar. Pada kegiatan pembelajaran di kelas, praktikan mencoba untuk
menerapkan keterampilan mengajar yang diperoleh selama kuliah mikro
teaching. Adapun keterampilan yang dimaksud dapat dipaparkan sebagai
berikut.
1) Keterampilan Membuka Pelajaran
Pada saat membuka pelajaran, selalu di awali dengan panganjali umat
dan absensi siswa. Praktikan mencoba untuk menarik perhatian siswa,
membangkitkan motivasi siswa, memberi acuan dan mengaitkan meteri yang
akan dibahas dengan kehidupan nyata. Setelah menerapkan keterampilan
ini, siswa mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan, serta
mempunyai gambaran tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin di
ambil dalam proses pembelajaran.
2) Keterampilan Menjelaskan

13
Praktikan menerapkan keterampilan menjelaskan dipadukan dengan
tanya jawab. Perpaduan ini dimaksudkan untuk membimbing siswa
memahami konsep, melibatkan siswa untuk berpikir, mendapat balikan dari
siswa, dan untuk mengetahui serta mengatasi miskonsepsi siswa. Setelah
diterapkan, penjelasan-penjelasan guru ternyata sangat membantu siswa
dalam memahami materi serta membantu siswa yang belum mampu
menggali sendiri pengetahuan dari buku sumber.
3) Keterampilan Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut
Praktikan mencoba menerapkan keterampilan bertanya ini untuk
menepis tanggapan beberapa siswa yang masih menganggap guru sebagai
satu-satunya sumber informasi. Guru dianggap sebagai penceramah yang
berdiri di depan kelas. Penerapan keterampilan ini dalam proses
pembelajaran ternyata bermanfaat pula dalam meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar dan mengungkapkan gagasannya.
4) Keterampilan Memberikan Penguatan
Selama proses pembelajaran berlangsung praktikan hanya memberikan
penguatan yang sederhana tanpa memberikan reward apapun. Misalnya
dengan kata-kata persetujuan/membenarkan, kata-kata pujian, senyuman,
ataupun bahasa tubuh seperti anggukan dan acungan jempol. Hasilnya,
perhatian siswa pada materi meningkat, motivasi siswa terpelihara dengan
baik, serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif dari siswa.
5) Keterampilan Mengadakan Variasi
Praktikan mencoba untuk menerapkan gaya mengajar, media, dan pola
interaksi yang bervariasi di dalam kelas. Variasi gaya mengajar yang
dilakukan dengan cara menggunakan variasi suara, mengadakan kontak
pandang dengan siswa, serta pergantian posisi di dalam kelas. Keterampilan
ini membuat pembelajaran menjadi semakin menarik yang dibuktikan
dengan meningkatnya antusiasme siswa dalam proses pembelajaran.
6) Keterampilan Menutup Pelajaran

14
Saat menutup pelajaran praktikan meninjau kembali dan mengevaluasi
serta menyimpulkan proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Penerapan keterampilan ini terbukti dapat membantu siswa untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang materi yang telah dibahas.

C. Mata Pelajaran yang Dipegang


Dalam melaksanakan PPL-Real di SMP Negeri 2 Singaraja, penulis
mendapatkan kesempatan mengajar di kelas VII dengan memegang mata
pelajaran IPA Terpadu. Berdasarkan surat keputusan dari LPPL, kegiatan
praktek mengajar yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan PPL-
Real di SMP Negeri 2 Singaraja, penulis dibimbing oleh seorang guru
pamong dari sekolah latihan dan seorang dosen pembimbing dari jurusan
Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha.
1. Nama Guru Pamong : Ketut Widana, S.Pd.
NIP : 19590505 198403 1 009
2. Nama Dosen Pembimbing : Dr. Siti Maryam, M.Kes.
NIP : 19620221 198601 2 001
Jadwal mengajar dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jadwal Tetap dalam Mengajar
Hari Jam Ke/Waktu Kelas
1 – 2 (12.45 – 14.05 WITA) VII.12
Selasa
3 – 4 (14.05 – 15.40 WITA) VII.11
Rabu 1 – 2 (12.45 – 14.05 WITA) VII.12
Jumat 4 – 5 (15.00 – 16.20 WITA) VII.11
3 (14.05 – 14.50 WITA) VII.12
Sabtu
6 (16.35 – 17.15 WITA) VII.11
Materi-materi yang diajarakan oleh penulis didasarkan pada program
semester ganjil yang telah dirancang dan disusun. Buku-buku yang
digunakan oleh penulis saat ptraktek mengajar diambil dari buku referensi
buku IPA kelas VII yang relevan dan data dari internet.

15
2.2.2.3 Temuan-temuan Selama PPL-Real
A. Dalam menyiapkan pelajaran
Mahasiswa PPL dituntut harus benar-benar mempersiapkan diri dalam
penguasaan materi pelajaran yang akan diajarkan sebelum mengajar di
dalam kelas. Dalam menyiapkan pelajaran, penulis selalu dibimbing dan
diarahkan oleh guru pamong terkait dengan materi yang akan diajarkan pada
saat mengajar. Penulis lebih dulu membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan pelatihan mengajar, dalam
melaksanakan pembuatan rancangan ini, penulis di bimbing untuk kelurusan
dan kebenaran dalam pembuatan RPP.
B. Dalam mengajar
Dalam pengalaman mengajar, penulis mengalami kendala-kendala,
seperti:
1) Dampak positif
a) Dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan PBM seperti yang sesuai dengan materi, dan disertai dengan
latihan secara kontinu, penyampaian materi saat mengajar akan
menjadi lebih baik dan lebih terarah.
b) Dengan melakukan latihan mengajar secara terbimbing, maka penulis
lebih baik dalam mempersiapkan diri untuk mengajar di dalam kelas.
Di samping itu dengan adanya bimbingan dari guru pamong dan dosen
pembimbing, penulis memiliki lebih banyak pengetahuan cara
mengajar dan mengetahui kelemahan diri dalam mengajar.
2) Dampak negatif
a) Perilaku siswa yang sangat susah diatur pada saat penulis
menyampaikan materi pelajaran di kelas.
b) Kurangnya pengetahuan yang dimiliki penulis karena materi yang
diajarkan kebanyakan mengenai biologi.
c) Dalam proses belajar-mengajar, masih ada beberapa siswa yang tidak
mau bertanya tentang materi yang masih belum dipahami. Hal ini

16
terlihat pada waktu penulis memberikan materi yang diajarkan masih
ada beberapa nilai siswa yang belum memuaskan, sehingga penulis
sangat sulit merespon siswa dalam belajar.
2.3 Solusi Tawaran Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan permasalahan yang menyangkut karakteristik siswa yang
sudah dipaparkan di atas, penulis mengusulkan solusi penanganan dan
perbaikan pembelajaran di kelas VII.11 dalam bentuk metode dan model
pembelajaran yang tepat diberlakukan sesuai karakteristik siswa, yakni model
pembelajaran Discovery Learning. Penggunaan model pembelajaran Discovery
Learning dipilih dengan harapan siswa dapat lebih aktif dalam menggali
pengetahuan dan meningkatkan motivasi siswa berdasarkan masalah-masalah
yang diberikan dalam proses pembelajaran. Berikut akan diuraikan lebih lanjut
mengenai karakteriktik model pembelajaran Discovery Learning serta beberapa
hal yang perlu diperhatikan agar proses pembelajaran berjalan efektif.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses pembelajaran
bisa berjalan dengan efektif, efisien, dapat menciptakan suasana yang nyaman,
siswa merasa senang dan dapat menerima pelajaran dengan baik sehingga
tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Hal-hal yang dapat
dilakukan agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik yaitu antara lain:
1. Penyiapan/ Penyusunan RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai pedoman
untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Sebelum melaksanakan PBM (proses belajar mengajar), guru
berkewajiban menyusun/ menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, dan sistematis.
Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan
proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini,
materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh siswa harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan siswa, dan terutama mampu

17
mengajarkan siswa untuk mensyukuri ciptaan Tuhan yang maha Esa, selain itu
harus mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah agar siswa mampu menghargai
lingkungan sekitar.
2. Penyiapan Media
Penggunaan media pada saat proses pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan diantaranya menciptakan lingkungan yang kondusif,
menghilangkan kebosanan siswa dalam proses belajar, meningkatkan motivasi
siswa dalam mempelajari sesuatu serta meningkatkan gairah belajar, keaktifan
dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran akan menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat
pemahaman dalam proses pembelajaran. Selain itu juga akan dapat
memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-
kata tertulis atau lisan).
3. Pendekatan Scientific, Metode, dan Model Pembelajaran
Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah
merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan
prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus
terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah
dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka,
penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemendikbud, 2013).
Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari
tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan
output]. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil
belajar secara utuh (Permen No.65 Tahun 2013).
Adapun karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud (2013)
adalah sebagai berikut.

18
1. Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru- peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.
Berdasarkan karakteristik tersebut, pendekatan scientific diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu
tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

19
1. Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk
memenuhi rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini (Kemdikbud. 2013).
a. Menentukan objek apa yang akan diamati
b. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan
diamati
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek pengamatan
e. Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan video perekam.
2. Menanya
Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya di
sini dapat pertaanyaan dari guru atau dari murid. Di dalam pembelajaran
kegiatan bertanya berfungsi (Kemdikbud. 2013):
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.

20
e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
Dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan
guru menumbuhkan suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan.
Dalam mengajukan pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan. Pertanyaan
yang berkualitas akan menghasilkan jawaban yang berkualitas.
3. Mencoba
Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Misalnya, Pada mata pelajaran kimia, peserta didik harus memahami konsep-
konsep Akidah Akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aplikasi
metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk
ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan
bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang
relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati
percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan
data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan (Kemdikbud. 2013). Agar pelaksanaan

21
percobaan dapat berjalan lancar maka guru harus melakukan: (1) merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid
mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan
tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja
murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
4. Mengolah Informasi (Asosiasi)
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif
jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola
interaksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini
dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian
dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang
dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-
Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi
proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau bertahap, bukan secara
tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
Bandura (1993) mengembangkan asosiasi dalam pembelajaran dapat
dilakukan melalui proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam
meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Teori asosiasi
ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi
pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran
partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap
apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya
asosiasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini (Bandura, 1993).
a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai
dengan tuntutan kurikulum.

22
b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas
utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai
contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari
yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks
(persyaratan tinggi).
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
Seperti telah dijelaskan di atas, ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu
dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara menarik
kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada
hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi
dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan
dengan menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang
telah ada dengan hasil percobaannya.
5. Mengkomunikasikan
Langkah pembelajaran yang kelima adalah memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa
lain dan guru untuk mendapatkan tanggapan. Langkah ini memberikan
keuntungan kepada siswa dalam meningkatkan rasa percaya diri dan
kesungguhan dalam belajar. Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan
asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan

23
memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan
dalam pembelajaran.
Metode Pembelajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran dan
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. IPA diperoleh dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan data, dan penyusunan teori.
Kegiatan tersebut kemudian bisa dilanjutkan lagi dengan kegiatan observasi
kembali, eksperimentasi kembali, dan demikian seterusnya kait mengkait antara
cara yang satu dengan cara yang lain. Cara yang demikian ini dikenal dengan
metode ilmiah (scientific method). IPA meliputi empat unsur, yaitu produk,
proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar. Metode yang digunakan selama mengajar terbimbing dan mandiri pada
pelajaran IPA oleh penulis adalah metode diskusi, tanya jawab, dan demontrasi.
1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran
dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa,atau siswa dengan
siswa.seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk memotivasi siswa
untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-
persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau
suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari
jawaban atau jalan terbaik.
Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu
melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan
masalah. Jika metode ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat
dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada

24
pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik,
peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa
tekanan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode mengajar yang dijadikan
adanya komunikasi langsung di mana guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi yang diperolehnya atau
sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab sehingga siswa termotivasi.
Metode Tanya Jawab dalam hal ini dimaksudkan untuk mengenalkan
pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang
perhatian siswa dengan berbagai cara-cara (sebagai appersepsi, selingan dan
evaluasi).
Adapun tujuan penggunaan metode tanya jawab dalam kegiatan belajar
mengajar adalah untuk:
a. Menyimpulkan materi yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu
persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan itu dijawab oleh siswa, sedangkan hasil jawaban siswa yang
betul/benar disusun dengan baik sehingga merupakan ikhtisar pelajaran yang
akan menjadi milik siswa.
b. Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang
sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik
perhatian kepada pelajaran yang lalu.
c. Menarik perhatian siswa untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
d. Memimpin pengalaman atau pemikiran siswa. Ketika siswa menghadapi
suatu persoalan maka pemikiran siswa dapat dibimbing dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau seorang siswa yang tidak
memperhatikan pembicaraan guru yang dapat meng-usahakan supaya
perhatiannya kepada keterangan-keterangan guru dengan mengejutkan
dengan memberikan dengan memberikan beberapa pertanyaan.

25
e. Menyelangi pembicaraan untuk merangsang perhatian siswa dalam belajar
sehingga dengan demikian ada kerjasama antara siswa dengan guru dan
dapat menimbulkan semangat siswa.
f. Meneliti kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan yang
dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.
Metode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik
bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan
yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan
dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang
menarik.
3. Metode Demontrasi
Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara
memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan
diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi secara umum, yaitu:
a. Perhatian anak dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
anak
Di samping itu, metode demonstrasi memiliki 2 fungsi, yaitu :
a. Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan
informasi kepada anak.
b. Membantu meningkatkan daya pikir anak usia dini terutama daya pikir
dalam anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir
konvergen dan berpikir evaluatif. Metode demonstrasi memberikan
kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi,
bagaimana hal itu dapat terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
Demonstrasi merupakan satu wahana untuk memberikan pengalaman
belajar agar anak dapat menguasai kemampuan yang diharapkan dengan lebih

26
baik. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. Demonstrasi menjadi kurang
efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang
berharga. Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karna sebab alat-
alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari
kelas. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
Model yang digunakan oleh penulis dalam kegiatan pembelajaran adalah
model pembelajaran Discovery Learning Tipe PAIKEM. Model pembelajaran
Discovery Learning Tipe PAIKEM adalah salah satu model pembelajaran
discovery yang mana pada proses pelaksanaan pembelajarannya siswa dibentuk
oleh 6 - 7 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas.
Pada model pembelajaran Discovery dengan variasi seperti PAIKEM ini, setiap
kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun
kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana
sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok. Model ini menekankan pada:
1) Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan yang
berpusat pada siswa selama proses pembelajaran. Siswa terlibat langsung
baik dalam membangun pemahamannya sendiri maupun dalam menemukan
konsep/ilmu yang di belajarkan oleh guru melalui kegiatan yang merujuk
metode tertentu.
2) Pembelajaran kreatif adalah kesesuaian atau pembelajaran yang tepat sasaran
yang mana materi yang dibelajarkan sesuai dengan kemamuan, kebutuhan
siswa.
3) Pembelajaran yang Menyenangkan adalah pengkondisian suasana yang
menyenangkan utamanya ketika siswa mempelajari pengetahuan di kelas
sehingga mereka tidak bosan.
Pada pembelajaran discovery setiap kelompok diharapkan bisa
membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing

27
kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah
kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan
soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka
peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok
lain, maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya. Adapun sintaks
dari Model Pembelajaran Discovery Learning Tipe PAIKEM adalah:
1. Guru menyajikan pelajaran.
2. Membentuk kelompok yang anggotanya 6 sampai 7 siswa.
3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan
menyelesaikannya.
4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pembelajaran
individual semua anggota kelompok, sehingga meningkatkan pencapaian
siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan.
Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menjadi dasar digunakannya
pendekatan scientific dan model pembelajaran Discovery Learning sebagai
solusi perbaikan pembelajaran yang cocok diterapkan di kelas VII.11 SMP
Negeri 2 Singaraja. Model pembelajaran discovery merupakan suatu
modelpengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya sebagai fasilitator
dan pembimbing yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,
prosedur dan semacamnya. Beberapa keunggulan metode discovery (penemuan)
diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001:179) sebagai berikut.
1. Siswa aktif dalam kegiatan mengajar, sebab mereka berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

28
3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan bathin ini
mendorong siswa inginj melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat.
4. Siswa memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks.
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Model discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa
SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP
masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Disamping
model pembelajaran tersebut didalamnya akan terintegrasi pendekatan scientific
dan metode pembelajaran sebagai pendukung aktivitas siswa dikelas selama
proses pembelajaran.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengukur ketercapaian sejauh
mana tujuan pembelajaran. Diakhir pelajaran, guru diharapkan melakukan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang
telah disampaikan. Ini juga sebagai strategi pembelajaran untuk dapat
meningkatkan keantusiasan/perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Adapun tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran yaitu:
a. Observasi kemampuan kognitif siswa.
b. Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu proses pembelajaran.
c. Sebagai feedback/umpan balik bagi guru untuk pertimbangan perlu atau
tidaknya diadakan remidial.
2.4 Pembahasan
Masalah yang ditemukan selama melaksanakan kegiatan PPL Real di
SMP Negeri 2 Singaraja dapat diatasi dengan menerapkan solusi yakni,
mempersiapkan atau meyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menerapkan
pendekatan saintifik, model dan metode pembelajaran, serta melaksanakan
evaluasi hasil pembelajaran. Penerapan solusi tersebut pada kelas VII.11
dibahas sebagai berikut.

29
2.4.1 Penerapan Model Discovery Learning
Model Discovery Learning yang diusulkan oleh mahasiswa praktikan
diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran di kelas VII.11 SMP Negeri 2
Singaraja dengan materi asam, basa, garam dan indikator. Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas secara ringkas dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran dengan Model Discovery
Learning
Alokasi
Kegiatan Langkah-langkah Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Menciptakan Pemusatan perhatian: 10 menit
suasana belajar yang
kondusif dengan  Menghaturkan
mengadakan “Panganjali Umat”
stimulasi  Mengecek kehadiran
siswa
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
 Mengarahkan siswa
untuk mengamati
benda di sekitar.
 Memotivasi siswa
dengan memberikan
pertanyaan:
Kalian pasti sering
menggunakan sabun,
garam dapur ataupun
pernah memakan buah
jeruk, dari ketiga
contoh tersebut
manakah yang
memiliki sifat asam,
basa, dan garam?”
Bagaimana cara
mengidentifikasi ketiga
jenis larutan tersebut ?

Inti Identifikasi Masalah  Menyampaikan 180


informasi yang terkait menit
dengan kegiatan

30
Alokasi
Kegiatan Langkah-langkah Deskripsi Kegiatan
Waktu
pengamatan yang akan
dilaksanakan
 Siswa dibagi ke dalam
6 kelompok yang
terdiri atas 6-7 orang
 Diskusi kelompok
untuk menjawab
pertanyaan pada LKS
 Mengamati
Observasi Siswa melakukan
pengamatan tentang
larutan yang bersifat
asam, basa dan garam
padat, cair, dan gas di
kelas selama 25 menit
 Bertanya
Setelah melakukan
pengamatan, peserta
didik menanyakan
“mengapa setiap jenis
zat memiliki jenis/ atau
sifat yang berbeda”.
Pengumpulan Data  Mengumpulkan Data
a. Secara berkelompok
melakukan kegiatan
untuk mengidentifikasi
jenis-jenis zat
penyusun dari jenis
larutan sesuai dengan
sifat dan rasanya dari
berbagai jenis larutan.
b. Peserta didik
menulis/mencatat hasil
identifikasi/kegiatan
pada kolom yang
tersedia pada LKS.
 Mengasosiasi
Pengolahan Data Mengolah data yang
dan Verifikasi telah didapatkan dan
kembali didiskusikan
bersama anggota
kelompok untuk

31
Alokasi
Kegiatan Langkah-langkah Deskripsi Kegiatan
Waktu
menjawab pertanyaan-
pertanyaan pada LKS.
 Mengkomunikasikan
a. Presentasi di depan
Generalisasi
kelas. Setiap kelompok
menyiapkan dua
perwakilan
b.Setiap anggota
kelompok wajib
menyimpulkan hasil
yang telah didapatkan.
c. Guru mempasilitasi
peserta didik untuk
menyimpulkan hasil
diskusi kelas.
d.Membuat kesimpulan
setiap larutan memiliki
sifat atau jenis larutan
(larutan asam, basa
ataupun garam)

Penutup Klarifikasi  Siswa dan guru 10 menit


mereview hasil
kegiatan pembelajaran
melalui kuis sederhana
 Guru memberikan
reward terhadap
kelompok terbaik
 Pembelajaran diakhiri
dengan pemberian
tugas untuk
mempelajari materi
selanjutnya

RPP yang diterapkan telah dilengkapi penilaian sikap, pengetahuan dan


keterampilan. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun juga telah disesuaikan
dengan model yang digunakan. LKS menampilkan percobaan larutan bersifat
asam, basa, garam, dan indikatornya. Kemudian siswa dituntun dengan
pertayaan-pertanyaan dalam lebar LKS. Hasil pengamatan siswa terhadap

32
permasalah tersebut dilanjutkan dengan diskusi untuk menganalisis
peristiwa/permasalahan yang ada pada Lembar Kerja Siswa.
2.4.2 Hasil Penerapan Solusi
Dari hasil pengalaman mengajar, proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan scientific menjadikan siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Siswa memperoleh informasi dengan
melakukan observasi untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan
pendekatan scientific bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan. Guru
tidak lagi berperan aktif dalam proses pembelajaran, melainkan hanya berperan
sebagai fasilitator dalam membantu siswa untuk memecahkan permasalahan.
Dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, ternyata
dirasakan efektif untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Ini
ditunjukan dengan sikap akif siswa dalam mengikuti pembelajaran dan ikut serta
dalam percobaan. Selama melakukan percobaan, adanya LKS (Lembar Kerja Siswa)
dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya karena LKS dituntut
untuk menuntun pikirannya secara bertahap untuk menuju kepemahaman yang utuh.
Media Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun berdasarkan indikator dan tujuan
pelaksanaan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam LKS mengacu
pada proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan post test dan tugas
rumah pada akhir pembelajaran untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami
materi ajar yang telah diajarkan. Dari post test dan tugas yang diberikan, dapat dilihat
indikator mana yang belum dipahami oleh peserta didik. Indikator yang belum
dipahami tersebut kemudian akan lebih dimantapkan pada pertemuan selanjutnya.
Secara umum, dari setiap tugas yang diberikan kepada peserta didik mampu
dikerjakan dengan baik oleh peserta didik.

33
Hasil penerapan model Group Investigation yang telah diimplementasikan
dengan pendekatan saintifik selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan Real
(PPL-Real) dalam materi Asam, Basa, Garam, dan Indikator disajikan pada tabel 3
berikut.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa VII.11 SMP Negeri 2 Singaraja dengan Model
Discovery Learning
Nilai Ulangan Harian
No. Urut
Kelas VII. 11
1 95
2 95
3 85
4 90
5 95
6 85
7 78
8 82
9 95
10 95
11 78
12 78
13 90
14 78
15 78
16 78
17 80
18 85
19 95
20 95
21 95
22 78
23 95
24 95
25 95
26 90
27 90
28 95
29 90
30 95

34
31 85
32 95
33 78
34 90
35 90
36 95
37 82
Jumlah Siswa 37
Nilai Rata-rata 88
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 78

Berdasarakan Tabel 2 nilai belajar siswa mengalami peningkatan diatas nilai


KKM 75. Hasil ini menunjukan bahwa siswa termotivasi dalam belajar dengan
penerapan pembelajaran yang telah dilakukan penulis saat melakukan kegiatan PPL
Real. Jadi, penerapan model discovery Learning mampu memperbaiki kondisi belajar
siswa kelas VII.11 SMP Negeri 2 Singaraja ditinjau dari pemahaman siswa.

35
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan paparan di atas mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama
melaksanakan PPL-Real di SMP Negeri 2 Singaraja, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
3.1.1 Prestasi belajar siswa kelas VII.11 SMP Negeri 2 Singaraja pada semester
ganjil tahun ajaran 2015/2016 sangat rendah. Hal ini didukung dari data
hasil UH (Ulangan Harian) materi Besan Pokok dan Turuana pada mata
pelajaran IPA yang menunjukkan bahwa nilai rata kelas tersebut masih
jauh dari nilai KKM 75 yang telah ditetapkan sekolah.
3.1.2 Solusi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VII.11 SMP Negeri 2 Singaraja adalah dengan
menerapkan pendekatan scientific yang dibarengi dengan model
pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran Discovery Learning.
Model ini harus didukung dengan metode pembelajaran agar lebih
menarik diantaranya dengan menerapkan metode diskusi, tanya jawab,
dan demonstrasi.
3.1.3 Hasil dari penerapan solusi dalam memperbaiki dan meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VII.11 SMP Negeri 2 Singaraja dengan
menerapkan pendekatan saintifik dan model pembelajaran tersebut
diperoleh kenaikan prestasi siswa dan motivasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar siswa selama penerapan model
pembelajaran tersebut.
3.2 Saran
Berdasarkan paparan di atas, saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu
salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar adalah
dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif sehingga siswa akan
lebih tertarik dengan materi yang disampaikan. Salah satu model pembelajaran
yang inovatif dan cocok diterapkan di SMP Negeri 2 Singaraja khususnya pada

36
pelajaran IPA adalah model pembelajaran Discovery Learning. Penerapan
model pembelajaran Discovery Learning dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pemecahan masalah dalam hal penerapan proses pembelajaran yang
inovatif karena pembelajaran yang diterapkan lebih bervariasi dan menuntut
siswa menemukan sendiri ilmu yang akan diperoleh selama proses belajar
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah IPA siswa.

37

Anda mungkin juga menyukai