Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

DAMPAK GLOBALISASI

Oleh
Kelompok 1
Harum Muliana
Marleni
Maya Puspita Sari
Nyimas Amalia RH
Okta Rumaini
Rabeta Ayu Susanti

(13222046)
(13222060)
(13222061)
(13222074)
(13222075)
(13222080)

Dosen Pengampu:
DR. H. Zaenal Berlian, DBA
Asisten Dosen:
Novia Ballanie, S.Pd, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillahirabbil aalamiin, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta
alam yang mana atas limpahan berkah dan rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Kewirausahaan ini dengan lancar
dan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok dari mata kuliah
Kewirausahaan dan akan dijadikan bahan diskusi.
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak terdapat
kekurangan, maka penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menjadi yang lebih baik lagi kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Palembang, Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi............................................................................... 3
B. Proses Globalisasi......................................................................................

C. Arti Penting Globalisasi bagi Indonesia.....................................................

D. Beberapa Efek Globalisasi bagi Indonesia................................................. 7


E. Kewirausahaan di Era Globalisasi.............................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lima tahun terakhir dunia sedang berubah dengan cepat dan
mendasar. Dunia mempunyai peluang menuju kehidupan bersama yang lebih
tentram dan damai. Berbagai perubahan struktur dalam perekonomian dunia
dan untuk menghadapi kejadian semakin meluasnya blok-blok perdagangan
dengan kecendrungan ke arah proteksionisme, antara lain Pasar Tunggal Eropa
(PTE) dan NAFTA (North America Free Trade Area), yang teridi dari Amerika

Serikat, Meksiko, dan Kanada, dalam jangka panjang akan makin menghambat
arus dana investasi ke negara berkmbang. Ini berarti negara berkembang
seperti Indonesia yanng mengandalkan aliran investasi dari mreka tidak lagi
kebagian jatah, karena uang mereka beredar di antara mereka sendiri. Selain
itu, ekspor nonmigas yang selama ini merupakan tumbuhan pertumbuhan
ekonomi bagi negara berembang telah menjdai penggerak utama pertumbuhhan
ekonomi terutama Indonesia. Adanya blok-blok perdagangan tersebut akan
dapat menganggu pertumbuhan ekspor nonmigas, berarti mengganggu
pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada umunya, indonesia pada
khususnya (Jamin, 1994).
Sudah bukan rahasia bahwa tanpa krisis keuangan global (global
financial crisis), Indonesia sebenarnya sudah dihadapkan pada ancaman
ledakan pengangguran terdidik yang semakin tinggi. Ancaman itu semakin
serius dengan adanya krisis global (sumber: Kompas, Kamis 11 Desember
2008). Yang paling rentan mendapat ancaman serius adalah pengangguran
berpendidikan rendah. Sebanyak 55% angkatan kerja nasional adalah lulusan
SD, disusul lulusan SMA dan sederajat lalu diikuti lulusan sarjana yang
sekarang semakin besar (Hendro, 2011).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gambaran umum dampak
globalisasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah di sini yaitu sebagai berikut.
1. apa yang dimaksud dengan globalisasi?
2. Bagaimana proses dari globalisasi?
3. Apa makna penting globalisasi bagi Indonesia?
4. apa saja efek globalisasi bagi Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi
Istilah globlisasi berasal dari kata globe (peta dunia yang berbentuk
bola). Dari kata globe selanjutnya lahir istilah global (yang artinya meliputi
seluruh dunia). Dari kata global lahirlah istilah globalisasi, yang bermakna
sebuah proses mendunia. Globalisasi adalah suatu proses dibentuknya suatu
tatanan, aturan, dan sistem yang berlaku bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Globalisasi tidak mengenal adanya batas-batas wilayah; bahkan tidak
mengenal aturan lokal, regional, kebijakan negara yang dapat mengurangi
ruang gerak masuknya nilai, ide, pikiran atau gagasan yang dianggap
sudah merupakan kemauan masyarakat dunia harus dihilangkan. Globalisasi
berlaku di semua bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya
dan sebagainya (Pasaribu, 2014).
Konsep gobalisasi telah menjadi mode dalam ilmu-ilmu sosial,
merupakan kata kunci dalam resep-resep pakar ilmu manajemen dan kata
bertuah yang digunakan para wartawan dan politisi dari berbagai bidang dan
tingkatan untuk menarik perhatian (Hirst, 2001).
Globalisasi dalam pengertian radikal adalah, bahwa dalam bidang
ekonomi, suatu struktur yang sama sekali baru sedang terbentuk, yang bukan
sekedar perkembangan ekonomi kearah perdagangan internasional dan
investasi yang lebih luas di dalam kerangka hubungan ekonomi yang telah ada
(Hirst, 2001).
B. Proses Globalisasi
Gagasan tentang globalisasi di bidang hak asasi manusia telah ada
beberapa abad sebelum Masehi, yakni ketika Nabi Musa membebaskan
umatnya dari perbudakan di Mesir Kuno yang kemudian diteruskan oleh
orang-orang generasi berikutnya, hingga akhirnya berhasil melahirkan apa
yang disebut dengan Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi
Umum tentang Hak-hak Asasi Manusia Sedunia) oleh PBB pada tanggal 10

Desember 1948 (Pasaribu, 2014).


Gagasan tentang globalisasi dalam bidang demokrasi juga telah ada
beberapa abad sebelum Masehi yakni ketika para pemikir di Yunani Kuno,
seperti Aristoteles ataupun Polybius

memperkenalkan

teorinya

dan

dilaksanakannya dalam pemerintahan di polis-polis (negara kota) Yunani.


Dan setelah itu diperjuangkan terus menerus oleh umat manusia hingga
sekarang menjadi isu penting dunia (Pasaribu, 2014).
Globalisasi digambarkan sebagai semua proses yang merujuk
kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat
global. Merupakan sesuatu yang sangat ideal apabila penyatuan warga
dunia

menjadi

sebuah

kelompok masyarakat global tersebut dapat

tercapai. Namun globalisasi pada kenyataannya merupakan penyatuan yang


bersifat semu, karena nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya didominasi oleh
nilai-nilai yang sebenarnya asing bagi mayoritas warga dunia. Persoalan lain
yang cukup mendasar apakah globalisasi dimungkinkan, jika secara
psikologis
internasional

mayoritas

warga

dunia

terkucil

dari

pergaulan

dan keterlibatan mereka hanya sebatas menjadi obyek dan

bukan sebagai subyek (Pasaribu, 2014).


Dengan didukung teknologi komunikasi yang begitu canggih, dampak
globalisasi tentu akan sangat kompleks. Manusia begitu mudah berhubungan
dengan manusia lain di manapun di dunia ini. Berbagai barang dan informasi
dengan berbagai tingkatan kualitas tersedia untuk dikonsumsi. Akibatnya
akan mengubah pola pikir, sikap dan tingkah laku manusia. Hal seperti ini
kemungkinan dapat mengakibatkan perubahan aspek kehidupan yang lain
seperti hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan, atau secara
umum berpengaruh pada sistem budaya bangsa. Di sinilah kembali

muncul

persoalan, bagaimana lembaga pendidikan mampu membina wawasan


budaya sehingga bangsa Indonesia dapat berkembang mengikuti tuntutan
budaya zaman, namun tetap mampu menjaga nilai-nilai dasar dan nilai-nilai
luhur sebagai kepribadian bangsa (Pasaribu, 2014).

C. Arti Penting Globalisasi bagi Indonesia


Abad 21 dikenal sebagai era globalisasi. Era globalisasi bukan hanya
tantangan , tetapi juga sekaligus mempunyai peluang. Tantangan merupakan
fenomena yang semakin ekstensif, yang mengakibatkan batas-batas politik,
ekonomi antarbangsa menjadi samar dan hubungan antarbangsa menjadi
sangat transparan. Globalisasi memiliki implikasi yang luas tehadap
penghidupan dan kehidupan berbangsa dan bernegara, baik ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan (Pasaribu, 2014).
Di bidang kebudayaan, bahasa Inggris akan menjadi bahasa dunia
yang universal. Tetapi, bersamaan dengan itu, bahasa ibu (bahasa daerah) dan
bahasa Indonesia menjadi lebih penting dan perlu dilestarikan sebagai jati
diri bangsa. Naisbitt (1994:20) dalam buku Global Paradox menyatakan
bahwa semakin kita menjadi universal, semakin tumbuh pula sikap
primordialisme (kesukuan) (Pasaribu, 2014).
Ditinjau

dari

perspektif

kebangsaan,

globalisasi

menumbuhkan

kesadaran bahwa kita merupakan warga dari suatu masyarakat global dan
mengambil manfaat darinya. Namun, di sisi lain, makin tumbuh pula
dorongan untuk lebih melestarikan dan memperkuat jati diri atau identitas
bangsa. Di era globalisasi, bangsa-bangsa bersatu secara mengglobal, tetapi
bersamaan dengan itu muncul pula rasa kebangsaan yang berlebih-lebihan
(chauvinisme) pada masing-masing bangsa. Keadaan demikian menurut
Naisbitt sebagai global paradoks (Pasaribu, 2014).
Pada abad 21 ini, suka atau tidak suka, mau tidak mau, Indonesia akan
terkena arus liberalisasi perdagangan barang dan jasa. Jika tidak mau,
Indonesia akan dikucilkan oleh negara-negara lain dan akan mendapat sanksi
embargo ekonomi secara internasional. Padahal Indonesia masih sangat
tergantung pada barang-barang impor, investasi, dan hutang dari luar negeri.
Di samping itu, kita pun juga masih memerlukan pemasaran produk-produk
ke luar negeri. Permasalahannya siapkah kita menghadapi persaingan dengan
negara lain yang dalam banyak hal lebih siap, seperti dari sumber daya
manusianya, ilmu pengetahuan dan teknologinya, serta modalnya. Jika tidak
mampu, maka kita akan kalah dalam persaingan global tersebut (Pasaribu,

2014).
Pasaribu (2014),

menyebutkan pendapat Soedjatmoko

(1991:97)

yang menggambarkan sifat-sifat dan kemampuan yang harus dimiliki


manusia Indonesia di masa mendatang sebagai berikut.
a. Orang harus serba tahu (well informed), dan harus selalu menyadari bahwa
proses belajar tidak akan pernah selesai di dalam dunia yang terus berubah
secara sangat cepat. Dia harus mampu mencerna informasi yang banyak
tapi tuntas, itu artinya harus mempunyai kemampuan analisis yang
tajam, mampu berpikir integratif serta dapat bereaksi cepat.
b. Orang harus kreatif dalam memberikan jawaban terhadap tantangan baru,
serta mempunyai kemampuan mengantisipasi setiap perkembangan.
c. Mempunyai
sosial.

kepekaan

terhadap

keadilan

sosial

dan

solidaritas

Peka terhadap batas-batas toleransi masyarakat serta terhadap

perubahan sosial dan ketidakadilan.


d. Memiliki harga diri dan kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan
iman yang kuat.
e.

Sanggup mengidentifikasi dimensi-dimensi moral dan etis dalam


perubahan sosial dan pilihan teknologi. Selanjutnya juga sanggup
menginterpretasikan ketentuan- ketentuan agama sehingga terungkaplah
relevansinya dalam pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan
baru.
Lalu sebagai perbandingan Ulrih Teicher (1997:540) mengemukakan

bahwa manusia masa depan harus mempunyai persyaratan kualitas dan


kemampuan sebagai berikut.
a. Fleksibel.
b. Mampu dan bersedia untuk berpartisipasi dalam inovasi serta menjadi
kreatif.
c. Mampu menguasai hal-hal yang tidak menentu atau seringkali berubahubah.
d. Tertarik dan siap belajar seumur hidup.
e. Memiliki kepekaan sosial dan keterampilan berkomunikasi.
f. Mampu bekerja dalam tim.

g. Mampu mengambil tanggung jawab yang diserahkan padanya.


h. Mampu menyiapkan diri untuk melakukan internasionalisasi pasaran kerja
melalui pengertiannya tentang macam-macam budaya.
i. Cakap dalam bebagai hal, baik keterampilan umum, maupun keterampilan
profesional.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia
Indonesia yang ideal adalah manusia yang mampu menghadapi tantangan
masa depan yang semakin rumit dan tidak menentu. Mereka itu adalah yang
memiliki beberapa sifat antara lain, mampu meningkatkan produktivitas kerja,
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan analitis, memiliki ilmu dasar yang
luas serta keterampilan kerja yang tinggi, lalu ada kesiapan untuk belajar
sepanjang

hidup

agar

dapat

meningkatkan

kemampuannya

secara

berkelanjutan, bersifat fleksibel dan adaptif yang mana keduanya digunakan


untuk menghadapi berbagai perubahan yang sangat cepat, dan terakhir
memiliki moralitas yang baik, yang bersumber pada agama yang diyakini.
D. Beberapa Efek Globalisasi bagi Indonesia
Keadaan perkembangan dunia menunjukkan bahwa perekonomian
international masih dalam keadan belum menentu. Hal ini tidak mendukung
usaha negara berkembang masih menghadapi berbagai masalah berat dalam
penesuaian struktural perekonomiannya. Perbaikan lingkungan perekonomian
international ini sebagian besa menjadi tangguang jawab negara maju pula.
Dala kaitan inilah terasa perlunya reaktivasi dialog Utara-Selatan yang
dilakukan sejalan dengan kerja sama Selatan-Selatan (Jamin, 1994).
Dalam ekonomi global, masalah yang di hadapi semua pemerintah adalah
bagaimana menyusun kebijaksanaan dapat mewujudkan koordinasi dan
integrasi antara upaya-upaya satu pemerintah dengan upaya-upaya pemerintah
yang lain dalam menghadapi ketergantungan sistematik antar para pelaku
ekonomi mereka. Dengan kata lain masalah utama yag timbul karena
perkembangan ekonomi global adalah masalah mendasar sekali, yakni
bagaimana mengatur mengatur ekonomi global itu (Hirst, 2001).

Dampak globalisasi yang selanjutnya adalah makin melemahnya


pengaruh politik dan daya tawar ekonomi serikat buruh. Pasar global dan
perusahaan TNC cenderung disertai pasar tenaga kerja dunia Yang terbuka
pula. Namun operasi pasar tenaga kerja dunia bukan dalam bentuk lalu lintas
tenaga kerja dari satu negara kenegara lain, tetapi dalam bentuk arus modal
yang bergerak memilih lokasi-lokasi yang terbaik dari sisi uapah buruh dan
pasokan tenaga kerja. Karena itu, perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
tenaga kerja yang sangat terampil dan produktif mungkin akan tetap beroperasi
dinegara-negara maju, dengan segala kelebihannya, karena perusahaanperusahaan itu tidak semata-mata mencari buruh murah (Hirst, 2001).
Dampak globaliasi yang terakhir dan tidak dapat dihindarkan adalah
bahwa dalam sistem politik internasional muncul pusat-pusat kekuatan baru.
Negara yang selama ini memegang kekuasaan hegemoni di dunia tidak dapat
lagi memaksakan tujuan-tujuan kebijakannya sendiri , baik di dalmm
wilayahnya maupun ditempat lain, sementara badan-badan (pemerintah
maupun swasta) yang selama ini tidak berdaya sekarang lebih kuat, karena kini
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menolak dan menghindari setiap
kekuatan yang mencoba-coba menjadi hegemon (Hirst, 2001).
Globalisasi bagi bangsa Indonesia dimana masyarakatnya memiliki
multi etnis dengan multi budaya, melahirkan tantangan-tantangan yang
tidak ringan yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan negara Indonesia
(Pasaribu, 2014).
Tantangan pertama, berupa tekanan-tekanan yang datang dari luar baik
dalam wujud ekonomi, politik maupun budaya. Ketergantungan atas
kekuatan ekonomi internasional menyebabkan bangsa Indonesia tidak dapat
melepaskan dari kekuatan- kekuatan tersebut, meski pada kenyataannya apa
yang diperoleh bangsa Indonesia dari ketergantungan tersebut tidaklah selalu
manis. Ketergantungan ekonomi akan merembet pada ketergantungan politik.
Tekanan tekanan kultural (budaya) dari luar tidak kurang membahayakannya
bagi keutuhan bangsa dibandingkan tekanan-tekanan ekonomi dan politik.
Kemajuan media massa menjadikan debit arus informasi yang masuk ke
dalam masyarakat Indonesia sangat tinggi. Rayuan-rayuan kultural yang

dibawa media massa tersebut sulit untuk ditolak dan amat efektif dalam
menghancurkan budaya dan nilai-nilai yang telah dipegang oleh warga
masyarakat (Pasaribu, 2014).
Tantangan kedua, berupa munculnya kecenderungan menguatnya
kelompok- kelompok berdasarkan etnis (suku) di masyarakat. Menguatnya
kelompok-kelompok

berdasarkan

kesukuan

ini

tidak

mustahil

akan

menjadikan sumpah pemuda satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa tinggal
menjadi dokumen sejarah belaka. Ketidakpuasan kelompok-kelompok
masyarakat atas kebijakan pemerintah pusat akan dengan mudah dan segera
bermuara pada ancaman tuntutan merdeka, lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selanjutnya secara lebih rinci dampak globalisasi bagi
Indonesia baik yang bersifat positif ataupun negatif dapat diidentifikasikan
sebagai berikut (Pasaribu, 2014).
1. Indonesia menjadi lebih mudah untuk mendapatkan barang, jasa
maupun informasi yang diperlukan, baik dari dalam negeri maupun dari
manca negara.
2. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta menjadi pasar
empuk bagi negara lain. Entah itu berupa barang buatan luar negeri, tenaga
kerja asing yang mengisi berbagai jenis keahlian dan jabatan, maupun
banjir informasi yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
Indonesia.
3. Globalisasi dengan isu utamanya demokratisasi dan hak asasi manusia,
tanpa sikap waspada dan bijaksana masyarakat akan mudah termakan isuisu yang tidak bertanggung jawab yang berkedok demokrasi, hak asasi dan
kebebasan.
4. Globalisasi menjadi media yang praktis bagi menyebarnya nilai-nilai
budaya asing ke dalam wilayah Indonesia, yang harus kita waspadai tentu
saja yang bersifat negatif.
Globalisasi memang suatu proses dan bukan sebuah produk akhir.
Karena globalisasi merupakan proses, dan posisi masing-masing bangsa
dalam proses tersebut sangat berbeda berdasarkan penguasaan teknologi
komunikasi, maka globalisasi dalam artian fisik maupun psikologis akan

menimbulkan masalah-masalah. Sebagai suatu proses, kehadiran globalisasi


tidak terelakkan. Berbagai persoalan mengikuti hadirnya globalisasi, antara
lain di bidang informasi. Berikut ini dikemukakan berbagai persoalan
khususnya di bidang infomasi (Pasaribu, 2014).
1. Sejauh mana suatu bangsa dapat tetap mempertahankan jati dirinya,
kepribadiannya di tengah-tengah derasnya arus informasi yang dirasa
masih asing bagi mayoritas bangsa tersebut.
2. Sejauh mana globalisasi informasi tidak menjadi semacam legitimasi untuk
melakukan dominasi informasi oleh bangsa lain dan membentuk opini
publik yang menyesatkan.
3. Sejauh mana globalisasi informasi tidak mematikan nilai-nilai budaya asli.
4. Sejauh mana globalisasi informasi tidak memperlebar kesenjangan
informasi antara masyarakat kota dengan desa.
E. Kewirausahaan di Era Globalisasi
Saat ini, pertumbuhan lapangan kerja lamban dan arus modal dari luar
negeri rendah. Fakta ini menuntut para lulusan SMA dan PT (Perguruan
Tinggi) membekali diri dengan ilmu untuk menciptakan lapangan kerja. Ilmu
yang dimaksud adalah ilmu kewirausahaan. Dengan ilmu kewirausahaan ini
tercipta mindset di dalam diri para lulusan PT untuk tidak hanya berorientasi
pada mencari kerja saja, tetapi menyadarkan bahwa ada pilihan menarik
lainnya selain mencari kerja, yaitu menciptakan lapangan kerja. Dalam kurun
waktu yang sama, pilihan menciptakan lapangan kerja terbukti menghasilkan
pendapatan yang lebih besar daripada pilihan berkarir, mencari kerja atau
menjadi karyawan. Tentu saja hal itu bisa tercapai apabila mahasiswa dibekali
dengan pengetahuan, wawasan, keterampilan, pola pikir, strategi dan taktik
yang mumpuni, yaitu kewirausahaan yang cerdas (smart entrepreurship),
bukan hanya kerja keras semata (Hendro, 2011).
Kewirausahaan (entrepreneurship) bukan merupakan ilmu ajaib yang
mendatangkan uang dalam waktu sekejap, melainkan sebuah ilmu, seni, dan
keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi, dan

dana yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah atau meraih posisi
puncak dalam karir (Hendro, 2011).
Perkembangan presentase jumlah wirausahawan di Indonesia tidak begitu
pesat. Pada hal jumlah wirausahawan yang mandiri dan sukses akan menjadi
lokomotif ekonomi Indonesia yang mampu mengatasi tingkat kemiskinan yang
absolut atau permanen. Bila satu orang lulusan perguruan tinggi menjadi
wirausaha, maka kemungkinan ia akan mencari temannya sebagai partner dan
mungkin salah satu temannya akan diajak untuk menjadi karyawan (bekerja
kepadanya). Jika jumlah lulusan yang menjadi wirausaha adalah 10%, maka
yang akan bergabung dengannya bisa menjadi 20% (satu partner dan satu
karyawan). Dengan demikian, jumlah pencari kerja angkatan tahun tersebut
otomatis berkurang 30%. Seandainya sebagian kecil saja lulusannya yang
berpikiran sama, wirausaha bisa menjadi cara dan alternatif untuk mengurangi
tingkat penggangguran yang sekarang ini cukup tinggi (Hendro, 2011).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah globlisasi berasal dari kata globe (peta dunia yang berbentuk
bola). Dari kata globe, lahir istilah global (yang artinya meliputi seluruh
dunia). Dari kata global lahirlah istilah globalisasi, yang bermakna sebuah
proses mendunia. Globalisasi adalah suatu proses dibentuknya suatu tatanan,
aturan, dan sistem yang berlaku bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Abad 21 ditandai sebagai era globalisasi. Era globalisasi bukan hanya
tantangan, tetapi juga sekaligus mempunyai peluang. Globalisasi memiliki
implikasi yang luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, baik
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
Jamin, Zulkarnain. 1994. Dampak Globalisasi terhadap Ekonomi dan
Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Jakarta: UI press.
Pasaribu, Rowland. 2014. Website: Bab 14 Dampak Globalisasi.
rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada Selasa, 06 Oktober
2015 pukul 04.30 WIB.
Paul Hirst. 2001. Globalisasi Adalah Mitos. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Website: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032ELLY_MALIHAH/POKOK_MATERI_SOSIOLOGI,_ELLY_M/13._MOD
ERNISASI_DAN_GLOBALISASI.pdf. Diakses pada Selasa, 06 Oktober
2015 pukul 04.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai