Penafsiran Tanah Negara Dalam Penegakan Hukum
Penafsiran Tanah Negara Dalam Penegakan Hukum
sendiri
oleh
seluruh
bangsa
Indonesia,
maka
dalam
yang besar dan kewenangan yang sangat luas kepada Negara untuk
mengatur
alokasi
atas
sumber-sumber
agraria.
Keberadaan
dan
Negara
dalam
pengertian
Domein
Verklaring/Milik
Negara
seperti ini merupakan dasar dan proses awal terbentuknya hak milik atas
tanah, yang kemudian bisa didaftarkan haknya untuk memperoleh sertipikat
Hak Milik. Artinya, sistem hukum tanah di negeri ini mengakui keberadaan
tanah garapan atas Tanah Negara yang dikuasai secara fisik oleh
penggarapnya.
3.
manusia,
tanah
merupakan
hal
terpenting
untuk
hidup
dan
wilayah
Republik
Indonesia.
Tujuan
utamanya
menciptakan
kemakmuran yang adil dan merata. Salah satu cara yang ditempuh adalah
dengan dibentuknya konsep fungsi sosial hak atas tanah yang mewajibkan
setiap
pemegang
hak atas
tanah
untuk senantiasa
memperhatikan
bahwahakatastanahapapun
tidaklahdapatdibenarkan,
(atautidakdipergunakan)
yang
adapadaseseorang,
bahwatanahnyaituakandipergunakan
semata-matauntukkepentinganpribadinya,
apalagikalauhalitumenimbulkankerugianbagimasyarakat.
Penggunaantanahharusdisesuaikandengankeadaannyadansifatdaripadahakn
ya,
hinggabermanfaatbaikbagikesejahteraandankebahagiaan
mempunyainyamaupunbermanfaatbagimasyarakatdan Negara.
yang
Tetapidalampadaituketentuantersebuttidakberarti,
bahwakepentinganperseoranganakanterdesaksamasekaliolehkepentinganum
um
(masyarakat).
Undang-UndangPokokAgrariamemperhatikan
pula
kepentingan-kepentinganperseorangan.
Kepentinganmasyarakatdankepentinganperseoranganharuslahsalingme
ngimbangi, hinggapadaakhirnyaakantercapailahtujuanpokok :kemakmuran,
keadilandankebahagiaanbagirakyatseluruhnya (pasal 2 ayat 3).
Berdasarkanpenjelasantersebut
di
atas,
selanjutnyaBoediHarsonomenguraikanmaknafungsisosialhakhakatastanahsebagaiberikut:
a.
Tanah
yang
dihakiseseorangbukanhanyamempunyaifungsibagi
empunyahakitusaja,
tetapijugabagiBangsa
Sebagaikonsekuensinya,
Indonesia
seluruhnya.
dalammempergunakantanah
bersangkutanbukanhanyakepentingan
yang
yang
berhaksendirisaja
yang
yang
dipakaisebagaipedoman,
tetapijugaharusdiingatdandiperhatikankepentinganmasyarakat.Untukituperlua
danyaperencaanperuntukandanpenggunaantanahsesuaidenganrencana yang
telahditetapkanPemerintah agar terpenuhifungsisosial.
b.
Fungsisosialhak-hakatastanahmewajibkanpada
mempunyaihakuntukmempergunakantanah
bersangkutansesuaidengankeadaannya,
yang
yang
artinya:
keadaantanahnya,
sertasifatdantujuanpemberianhaknya.
c.
Adanyafungsisosialhakhakatastanahberartibahwatanahjugabukankomoditiperdagangan,
Perumusansifataslihak-hakperoranganmenurutkonsepsihukumadatdalam
UUPA
yang
menggunakan
kata
fungsisosial
tidakperlumenimbulkansalahtafsir,
tersebut,
seakan-
akanditinggalkansifatkemasyarakatandankebersamaannyadandigunakankons
epsihukumbarat yang berpangkalpadasifatindividualistikhak-hakperorangan.
e. Perlu pula diperhatiaknbahwaPasal 6 UUPA tidakmenyatakanbahwahakhakatastanahadalahfungsisosial,
melainkanmempunyaifungsisosial,
yang
samaartinyadenganberfungsisosial.
f.
Dalamrangkapemenuhanfungsisosialhak-hakatastanahtersebut,
sesuaiketentuanHukumAdat, adakewajibanpadapemegangHakGuna Usaha,
HakGunaBangunandanHakPakai,
jikatanahhaktersebutkarenakeadaangeografisataulingkunganatausebabsebab
lain
letaknyasedemikianrupasehinggamengurungataumenutuppekaranganataubid
angtanah
Usaha,
lain
darilalulintasumumataujaln
air,
makapemegangHakGuna
HakGunaBangunandanHakPakai
yang
Dalam Pasal 9 ayat (2) UUPA, menguasai dan menggunakan tanah secara
indiviudual dimungkinkan dan diperbolehkan. Hal itu juga ditegaskan dalam
Pasal 4 ayat (1), Pasal 21, Pasal 29, Pasal 36, Pasal 42, dan Pasal 45 UUPA
yang berisikan persyaratan pemegang hak atas tanah juga menunjukkan
prinsip penguasaan dan penggunaan tanah secara individual. Namun hakhak atas tanah yang individual tersebut dalam UUPA, terkandung unsur
kebersamaan atau unsur kemasyarakatan karena semua hak atas tanah
secara langsung ataupun tidak langsung bersumber dari Hak Bangsa, yang
merupakan hak bersama. Sifat pribadi hak-hak atas tanah yang sekaligus
mengandung unsur kebersamaan atau kemasyarakatan tersebut, dalam
Pasal 6 UUPA telah mendapat penegasan, di mana semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial. Namun salah satu persoalan yang masih dihadapi
sehubungan dengan pelaksanaan kepentingan umum adalah menentukan
titik keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan pribadi di
dalam pembangunan.
Jika memperhatikan ketentuan Pasal 6 UUPA bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial, berarti mempunyai hak atas tanah maka wajib
mempergunakannya, dan dalam mempergunakannya harus diingat juga
kepentingan umum, sesuai dengan tujuan pemberian haknya itu. Sebaliknya
apabila terlalu banyak menekankan pada kepentingan umum, berdampak
mengesampingkan kepentingan perorangan, yang dikhawatirkan akan
menghilangkan hak perorangan untuk hidup secara layak. Secara tegas hak
milik telah mendapatkan perlindungan yang kuat pada Pasal 28H UUD 1945,
yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mempunyai milik pribadi dan
hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.
Pasal 28H UUD 1945 merupakan amanat adanya larangan bagi siapapun
melakukan tindakan pencabutan/pengurangan hak atas tanah, pengambilan
Kesimpulan
Tanah Negara dalam sistem hukum tanah nasional bukan berarti Tanah Milik
Negara (Domein Verklaring). Tanah Negara artinya negara menguasai tanah
hanya dalam ruang publik bukan privat di mana pada tingkat tertinggi
pengaturannya berada pada Negara. Pemahaman yang keliru terhadap tanah
yang berstatus Tanah Negara akan menyebabkan terjadinya praktek
peradilan sesat dalam penyelesaian kasus-kasus konkrit. Oleh karena itu,
pembebasan tanah yang berstatus Tanah Negara, dalam pelaksanaannya
wajib memperhatikan keberadaan para penggarap yang telah menguasai
tanah tersebut secara fisik, jadi bukan mengabaikan keberadaan mereka atas
dasar tanah tersebut adalah Tanah Negara.