LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
: 58 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: PNS
Agama
: Katholik
Tgl masuk RS
Bangsal
: Edelweiss
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat
Penyakit
Jantung
disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
Keadaan Umum
: tampak lemah
Kesadaran/GCS
Vital Sign
:T
: 120/80 mmHg
: 84 x/menit
: 20 x/menit
: 36,8 C
A. Status Generalis
1. Kepala
Mata
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
: Discharge (-)
2. Leher
Thyroid
Limfe
Deviasi trakea
:-
Kaku kuduk
:-
3. Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Suara dasar
Suara tambahan
: vesikuler
: -
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
4. Genetalia
5. Ekstremitas
: dbn
:
Superior
Inferior
Warna
Sawo matang
Sawo matang
Edema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
<2/<2
<2/<2
Capp refill
B. Status Lokalis
Regio Cruris Sinistra
-
Look
bone expose (-), swelling (+), hematom (+), false movement (+), deformitas
(+), sianosis pada distal lesi (-)
Feel
nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a. dorsalis pedis (+), akral hangat (+),
sensasi (+), capp refill (< 2)
-
Move
Measurement
kanan / kiri
True Length
: 72 cm / 70 cm
Appearance Length
: 82 cm/ 80 cm
Anatomical Length
PEMERIKSAAN PENUNJANG
garis
fraktur
kominutif
dislokasi
ad
latitudinem
cum
contractionam)
C : Cartilago (cartilago intraartikuler baik dan dislokasi dari knee dan
tibiofibular joint)
S : Soft tissue (kerusakan moderat dari soft tissue)
2. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 29-04-2013)
Hematologi
Hb
: 10,8 g / dl
(11-16,5 g/dl)
Ht
: 29,6 %
(35-50 %)
Eritrosit
: 3,37 juta / l
(3,8-5,8 juta / l)
MCV
: 88 fl
(80-97 fl)
MCH
: 31,9 pg
(26,5-33,5 pg)
MCHC
: 36,3 g / dl
(31,5-35 g/dl)
Leukosit
: 9.900 / l
(3,5-10 ribu / l)
Trombosit
: 270.000 / l
(150-390 ribu / l)
GDS
: 102 mg / dl
(70-115 mg/dl)
Ureum
: 35 mg / dl
(0-50 mg/dl)
Creatinin
: 0,9 mg / dl
(0-1,3 mg/dl)
SGOT
: 20 U / l
(3-35 mg/dl)
SGPT
:9U/l
(8-41mg/dl)
Kimia Klinik
ASSESMENT
Open fraktur tibia dan fibula sinistra 1/3 distal grade II disertai dislokasi dari
knee joint dan tibiofibular proximal joint serta vulnus laceratum
VI. PLANNING
Medikamentosa :
Wound toilet, hecting situasi, pemasangan spalk, pemberian RL 20 tpm,
pemasangan DC, injeksi ATS, injeksi antibiotik golongan sefalosporin
(dalam hal ini Ceftriaxon) 21 gr IV (skin test), injeksi Ketorolac 31 amp.
Setelah itu pasien dirujuk untuk dilakukan operasi ORIF tibia dan fibula
serta dilakukan debridement.
Terapi Rehabilitasi/Fisioterapi (cara berjalan : non weight bearings partial
weight bearings weight bearings)
VII. MONITORING DAN EDUKASI
Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan,
hasil
pemeriksaan
penunjang,
kondisi
luka
operasi,
perbaikan
movement.
Edukasi
VIII. PROGNOSIS
FOLLOW UP
Senin, 29-04-2013
S : nyeri (+), mual (-), muntah (-), BAB (N), BAK (N), Puasa pre op
O : SG : dbn (TD : 120/80 mmHg)
SL : Look = spalk (+), swelling pedis (+), deformitas (+)
Feel = nyeri tekan (+), krepitasi (-), pulsasi (+), sensasi (+)
Move = pergerakan terbatas
A : Open fraktur tibia dan fibula sinistra 1/3 distal grade II
P : ORIF Tibia dan Fibula + debridement 29-04-2013
Pelaksaanaan Operasi ORIF Tibia dan Fibula + debridement (29-04-2013)
Instruksi Post Op
-
Ketorolac 3x30 mg
Ceftriaxone 2x1 g
Kesan RO Post Op :
Fraktur kominutif os tibia sinistra end distal dalam fixasi 1 buah plat dan 6 buah
screw
10
Fraktur complete os fibula sinistra 1/3 distal dalam fixasi 1 buah plat dan 4 buah
screw
Kedudukan baik
S : nyeri (+), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (N), BAK (N)
O : SG : dbn (TD : 10/90 mmHg)
SL : Look = swelling pedis (+), deformitas (+), perban (+), rembesan darah (-)
Feel = nyeri tekan (-), krepitasi (-), pulsasi (+), sensasi (+)
Move = pergerakan terbatas
A : post Op ORIF Tibia + Fibula Sinistra Hari I
P : Vit C 3x200 mg
Calkatriol
Latihan fisioterapi cara berjalan non weight bearings
Rabu, 01-05-2013
S : nyeri (), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (N), BAK (N)
O : SG : dbn (TD : 10/90 mmHg)
SL : Look = swelling pedis (+), deformitas (+), perban (+), rembesan darah (-)
11
Feel = nyeri tekan (-), krepitasi (-), pulsasi (-), sensasi (+)
Move = pergerakan bebas
A : post Op ORIF Tibia + Fibula Sinistra Hari II
P : Latihan fisioterapi cara berjalan non weight bearings
Mobilisasi duduk, miring kanan-miring kiri
Kamis, 01-05-2013
S : nyeri (), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (N), BAK (N)
O : SG : dbn (TD : 10/90 mmHg)
SL : Look = swelling pedis (+), deformitas (+), perban (+), rembesan darah (-)
Feel = nyeri tekan (-), krepitasi (-), pulsasi (-), sensasi (+)
Move = pergerakan bebas
A : post Op ORIF Tibia + Fibula Sinistra Hari III
P : Latihan fisioterapi cara berjalan non weight bearings
12
Latihan fisioterapi cara berjalan non weight bearings 3 point gait dengan 2 kruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TIBIA FIBULA
Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris.
Ini merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang
ke proksimal untuk membentuk articulation genu dan ke distal terlihat semakin
mengecil.
Os fibula atau calf bone terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia.
Extremitas proximalis fibula terletak agak posterior dari caput tibia, dibawah
articulation genus dan tulang ini tidak ikut membentuk articulation genus.
Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan
perosteum. Ke proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat
di sekitar articulation genus ke os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae
dan capitulum fibulae. Ke posterior membentuk fascis poplitea yang menutupi
fossa poplitea. Disini tersusun oleh serabut-serabut transversal yang ditembus
oleh vena saphena parva. Fascia ini menerima serabut-serabut tendo m.biceps
femoris femoris disebelah lateral dan tendo m. Sartorius, m.gracilis,
13
ini
membentuk
septum
intermusculare
anterius
dan
septum
14
4. M. tibialis posterior
5. Musculus region cruris lateralis
1. M. peroneus longus
2. M. peroneus brevis
B.
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh
darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan
tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma
tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa
trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang
menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.
Fraktur kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada
tibia dan fibula. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar. Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis
yang terjadi pada tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan
15
fraktur pada tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis
terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah
patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung
dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.
C.
PENYEBAB FRAKTUR
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang
terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung,
tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
16
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat
yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek,
biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari
fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau
merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang
paling lazim.
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
a. Definisi
Fraktur pada shaft (batang) tibia dan fibula yang sering disebut fraktur kruris
merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang
panjang lainnya.
Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan yang
hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen
frakturnya bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering juga
ditemukan fraktur terbuka.
b. Ruang lingkup
Mekanisme Injuri
Cedera yang terjadi sering terjadi akibat trauma langsung pada kecelakaan mobil
dan sepeda motor. Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang hebat yang
menyebabkan garis fraktur transversal atau oblik, kadang-kadang dengan
fragmen komunitif. Tenaga rotasi dapat juga terjadi pada olahragawan seperti
pemain bola.
17
Gambaran klinis
Gambaran klinis yang terjadi berupa pembengkakan dan karena kompartment
otot merupakan sistem yang tertutup, sehingga pembengkakan sering menekan
pembuluh darah dan dapat terjadi sindrom kompartment dengan gangguan
vaskularisasi kaki.
Terapi
Jika tibia dan fibula fraktur yang diperhatikan adalah reposisi tibia. Angulasi dan
rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan dikoreksi.
Pemendekan kurang 2cm tidak akan jadi masalah karena akan dikompensasi
pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian pemendekan
sebaiknya dihindari.
Fraktur tibia dan fibula dengan garis fraktur transversal atau oblik yang stabil,
cukup diimobilisasi dengan gips dan jari kaki sampai puncak paha dengan lutut
posisi fisiologis yaitu fleksi ringan, untuk mngatasi rotasi pada daerah fragmen.
Setelah dipasang, harus ditunggu sampai gips menjadi kering betul yang
biasanya membutuhkan waktu 2 hari. Saat itu gips tidak boleh dibebani.
Penyambungan fraktur diafisis biasanya terjadi antara 3-4 bulan. Angulasi dalam
gips biasanya dapat dikoreksi dengan membentuk insisi baji pada gips. Pada
fraktur yang tidak dislokasi diinstruksikan untuk menopang berat badan dan
berjalan. Makin cepat fraktur dibebani maka makin cepat penyembuhan. Gips
tidak boleh dibuka sebelum penderita dapat jalan tanpa nyeri.
Garis fraktur yang oblik dan membentuk spiral merupakan fraktur yang tidak
stabil karena cenderung membengkok dan memendek sesudah reposisi. Oleh
karena itu diperlukan tindakan reposisi terbuka dan penggunaan fiksasi interna
atau eksterna. Fraktur dengan dislokasi fragmen dan tidak stabil membutuhkan
traksi kalkaneus terus menerus. Setelah terbentuk kalus fibrosis, dipasang gips
sepanjang tungkai dan jari hingga paha.
18
Metode terapi alternatif lain pada fraktur shaft tibia tertutup adalah dengan
intramedullary nailing dan bagian teratas tibia.
c. Indikasi Operasi
Fraktur terbuka
19
f. Komplikasi Operasi
Komplikasi pada fraktur tibia dan fibula adalah cedera pada pembuluh darah,
cedera saraf terutama n. peroneus, pembengkakan yang menetap, pertautan
lambat, pseudoartrosis dan kekakuan sendi pergelangan kaki.
Sindrom kompartmen sering ditemukan pada fraktur tungkai bawah tahap dini.
Tanda dan gejala 5P harus diperhatikan siang dan malam pada hari pertama
pasca cedera atau pasca bedah, yaitu nyeri (pain) dikeadaan istirahat, parestesia
karena rangsangan saraf perasa, pucat karena iskemia, paresis atau paralisis
karena gangguan saraf motorik, dan denyut nadi (pulse) tidak dapat diraba lagi.
Selain itu didapatkan peninggian tekanan intrakompartmen yang dapat diukur
(pressure),
gangguan
perasaan
yang
nyata
pada
pemeriksaan
yang
membandingkan dua titik (points) dan kontraktur jari dalam posisi fleksi karena
kontraktur otot fleksor jari. Operasi fasiotomi ketiga kompartmen tungkai bawah
merupakan operasi darurat yang harus dikerjakan segera setelah diagnosis
ditegakkan sebab setelah kematian otot tidak ada kemungkinan fungsinya pulih
kembali.
g. Mortalitas
Pada umumnya rendah
h. Perawatan Pasca Bedah
Post op sebaiknya tungkai dielevasi untuk mengurangi edema. Weight bearing
harus ditunggu sampai fraktur benar-benar telah union.
i. Follow-Up
Setelah 16 minggu dilakukan foto X Ray kontrol dengan posisi AP, Lateral dan 2
oblik untuk menilai fraktur sudah union.
20
Jika fraktur telah union weight bearing bertahap dapat dimulai dengan bantuan
kruk. Pasien harus tetap dimonitor untuk meyakinkan tidak terjadinya
displacement.
Latihan Jalan
Latihan transfer dan ambulasi penting bagi pasien agar pasien dapat kembali ke
aktivitas sehari-hari. Latihan transfer dan ambulasi di sini yang penting untuk
pasien adalah latihan jalan. Mula-mula latihan jalan dilakukan dengan
menggunakan dua axilla kruk secara bertahap dimulai dari non weight bearing
atau tidak menumpu berat badan sampai full weight bearing atau menumpu berat
badan. Metode jalan yang digunakan adalah swing, baik swing to ataupun swing
through dan dengan titik tumpu, baik two point gait, three point gait ataupun four
point gait. Latihan ini berguna untuk pasien agar dapat mandiri walaupun masih
menggunakan alat bantu.
Latihan berjalan dilakukan pada hari kedua namun juga harus melihat kondisi
pasien. Sebelum dilakukan latihan berjalan, pasien duduk ongkang-ongkang di
tepi bed. Tungkai yang sehat diturunkan dari bed terlebih dahulu, tungkai yang
sakit diturunkan dengan bantuan dari terapis. Terapis menyangga dengan cara
meletakkan satu tangan di bawah bagian distal tungkai atas dan yang lainnya di
distal tungkai bawah. Setelah itu pasien diberdirikan dengan menggunakan dua
axilla kruk, kemudian latihan berjalan di mulai non weight bearing dengan
metode three point gait dan swing to.
PENYEMBUHAN FRAKTUR
FRAKTUR HEALING
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menajubkan. Tidak
seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami
21
Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami
robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi
ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
22
23
kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
terjadinya penyembuhan fraktur.
Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada minggu ke 8
12 setelah terjadinya fraktur.
Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian
yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada
fase remodeling ini perlahan lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan
tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan lahan
menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir sampai
beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
24
Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak anak jauh lebih cepat pada orng
dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada
daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses
remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila
unur bertambah
25
fraktur
yang
tidak
bergeser
dimana
periosteum
intak,
maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan
kerusakan periosteum yang lebih hebat.
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan
biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek
sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau
bahkan mungkin terjadi nonunion.
Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih
baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah
pergerakan
dan
kerusakan
pembuluh
darah
yang
akan
mengganggu
penyembuhan fraktur.
Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi
union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.
26
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot atau
jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung
fraktur.
Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur
tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses
penyembuhan.
Cairan Sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi
daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi
yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu 4 bulan. Waktu penyembuhan
pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada orang dewasa.
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat pada table
berikut :
LOKALISASI
Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta
Distal radius
12
Humerus
10 12
Klavicula
Panggul
10 12
Femur
12 16
8 10
27
Tibia / fibula
12 16
Vertebra
12
Compartment syndrome
Setelah terjadi fraktur terdapat pembengkakan yang hebat di sekitar fraktur yang
mengakibatkan penekanan pada pembuluh darah yang berakibat tidak cukupnya
supply darah ke otot dan jaringan sekitar fraktur.
Neurovascular injury
Pada beberapa fraktur yang berat dapat mengakibatkan arteri dan saraf
disekitarnya mengalami kerusakan.
28
Fraktur yang berhubungan dengan sendi (intra artikuler fraktur) atau fraktur
yang mengakibatkan bertemunya tulang dengan sudut abnormal di dalam sendi
yang dapat mengakibatkan premature arthritis dari sendi.
Growth abnormalities
Fraktur yang terjadi pada open physis atau growth plate pada anak anak dapat
menyebabkan berbagai macam masalah. Dua dari masalah ini adalah premature
partial atau penutupan secara komplit dari physis yang artinya salah satu sisi dari
tulang atau kedua sisi tulang berhenti tumbuh sebelum tumbuh secara sempurna.
Jika seluruh tulang seperti tulang panjang berhenti tumbuh secara premature
dapat mengakibatkan pendeknya salah satu tulang panjang dibandingkan tulang
panjang lainnya, membuat salah satu tulang kaki lebih pendek dibandingkan
tulang kaki lainnya.
PENYEMBUHAN ABNORMAL PADA FRAKTUR
MALUNION
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi
terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan
atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
Etiologi
Gambaran klinis
29
Pemeriksaan radiologist
Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak
sesuai dengan keadaan yang normal.
Pengobatan
Konservatif
Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai dengan
fraktur yang baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat digunakan
sepatu orthopedic.
Operatif
DELAYED UNION
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan
(3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah)
30
Etiologi
Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion
Gambaran klinis
Terdapat pembengkakan
Nyeri tekan
Pertambahan deformitas
Pemeriksaan radiologist
Pengobatan
Konservatif
Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 3 bulan.
Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi interna
dan pemberian bone graft.
NONUNION
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu).
31
Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama sama
dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis.
Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung ujung fragmen tulang.
Hipertrofik
Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut
gambaran elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan antar
tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini
vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang rigid
tanpa pemasangan bone graft.
Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tanda tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih
kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini disamping
dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.
Gambaran klinis
Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang
disebut pseudoarthrosis.
Pembengkakan
bisa
ditemukan
dan
bisa
juga
tidak
terdapat
Pemeriksaan radiologist
32
Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya
cekung (psedoarthrosis)
Pengobatan
Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid
ulna
Infeksi
33
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, Indriana Dani. 2008. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus
Post Fraktur Cruris 1/3 Tengah Dextra Dengan Pemasangan Plate and
Screw Di Bangsal Bougenville Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. Soeharso
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Diakses pada tangal 8 Mei 2011.
Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi
Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press.
Surakarta
Mahyudin, Lestari. 2010. Fraktur Diafisis Tibia. (http://www.Belibis17.tk.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue.
Sabilla, Harini. 2011. Fraktur Kruris Tertutup. http://www.scribd.com.
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.
34
35