Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat,
merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai
produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda
pada tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun
Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan
dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman
kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan
tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia ), kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt
yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah
harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin,
dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi
bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan
kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan
baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif (Pras, 2000)
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lainlain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit

yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya
produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak
nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini
akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
konsimsi per kapita.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT.
Bio Nusantara Tekhnologi.
2. Untuk mengetahui unit unit operasi pada proses pengolahan kelapa sawit
di PT. Bio Nusantara Tekhnologi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Minyak

sawit

digunakan

sebagai

bahan

baku minyak

makan,

margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena
keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi,
mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh
dalam bidang kosmetik (Lubis, 1992)
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan
memiliki kandungankaroten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
bakumargarin (Atina, 1998)
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industry kosmetika.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung

minyak.

Minyaknya

itu

digunakan

sebagai

bahan minyak

goreng, sabun, danlilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas


yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang (Hadi,
2004)
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena
tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan
kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan
air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan
permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau
ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar
nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran
akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).

Besarnya batang berdiameter 20-75cm, dan di perkebunan umumnya

45-

60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya
batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi batang
bisa mencapai 20m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m (Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulubulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai
anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan
panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun
adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga
jantan(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa
sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga
betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih
dahulu daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga
jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif
(masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan
berwarna hitam dan mengering (Sastrosayono, 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=
tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji)
berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah
melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).

BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini bertempat di kawasan PT. Bio Nusantara pada tanggal 17
November 2015 pada pukul 08.00 WIB s/d selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dgunakan pada praktikum lapangan ini adalah alat tulis
dan alat dokumentasi (kamera/Hand Phone)
3

Cara Kerja
1 Mendengarkan arahan dari pihak pabrik pengolahan kelapa sawit PT BIO
2

Nusantara Teknologi Bengkulu Tengah.


Mengamati unut-unit operasi pada pengolahan kelapa sawit menjadi CPO

di PT BIO Nusantara Teknologi Bengkulu Tengah.


Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikan kegiatan pada
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT BIO Nusantara Teknologi
Bengkulu Tengah.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Stasiun loadimg ramp / sortasi

Stasiun perebusan

Stasiun Perontokan (Thresser)

Stasiun Pengepresan

Stasiun Pemisahan (Pemurnian)

Unit Pemecahan Biji Kernel

BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan berupa dokumentasi foto-foto kegiatan praktikum
lapangan, berikut ini akan dijelaskan proses pengolahan CPO dan kernel di PT.
Bio Nusantara Teknologi kabupaten bengkulu tengah sebagai berikut :
1

Jembatan Timbang
Sebelum dilakukan proses di dalam pabrik. TBS yang masuk ke pabrik PT

BIO Nusantara Teknologi akan melalui jembatan timbang (berat truk dan TBS)
serta pada saat keluar (berat truk dan TBS, sopir maupun kototan yang ada di truk)
hal ini bertujuan untuk mengetahui berat bersih TBS yang masuk untuk dapat
menetahuin rendemen yang dihasilkan dari bahan yang diolah nantinya. Prinsip
kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti
5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir,

kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir
adalah berat TBS yang diterima dipabrik.
2

Sortasi
Sortasi adalah pemilihan buah yang masuk kriteria dan yang tidak masuk

kriteria. Sortasi dilakukan setiap buah masuk ke pabrik agar dapat mencapai hasil
yang baik. Dengan menentukan:
o
o
o
o
o
o

jenis buah(tenera, dura, dan visifera)


buah atau brondolan busuk
buah masak/matang
buah mentah
buah terlalu matang
janjangan kosong

Kematangan buah, Rendamen minyak (%), Kadar ALB (%)

TBS Mentah, Rendemen berkisar antara 11% 14%, Kadar ALB =


1,3% 2,0%

TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% 18%. ALB = 1,7%


2,4%

TBS Matang, Rendemen 18% 23%. ALB = 2,2% 3%

TBS lewat matang 23% 26%. ALB = 3,0% 3,6%

3. Loading Ramp
Setelah TBS di timbang lalu disortir oleh pihak sortasi selanjutnya masuk
ke loaading ramp ditampung/ tempat penampungan sebelum dimasukkan kedalam
lori-lori untuk direbus dalam sterilizer, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang
berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai pintu yang dibuka tutup dengan
sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka
lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS. Setelah terisi, lori ditarik
dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3
lori yang masingmasing mempunyai berat rata-rata 3,3 3,5 ton. Dengan
transfer carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan.Kemudian

diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke


dalam sterilizer menggunakan loader.
4. Sterilizer
Adalah tempat perebusan buah dengan di cungkil-cungkil dengan uap
setelah ditekan ,lau TBS yang ditampung di lori-lori masuk ke sterilizer.
Penggunaan sterilizer untuk:

Melunakkan buah hingga seperti kurma


Untuk menekan asam lemak bebas(ALB) supaya tidak berkembang
Untuk mempermudah pemilihan di stasiun berikutnya
Untuk membantu proses pelepasan inti
Mengurangi kadar air
Mempermudah proses pemberondolan pada thresser.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3


kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit. Jika di PT. Bio nusantara
teknologi memakai sistem perebusan 3 puncak yaitu yang di lakukan oleh tenaga
uap.

5. Thresser
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan
mengggunakan hoisting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat
dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder) selama 5 menit. Pemipilan
dilakukan dengan membanting buah dalam drum.Buah yang terpipil akan jatuh
melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing
conveyor untuk didistribusikan ke tiap unit-unit digester. Dengan menggunakan
putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh ke
conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan
kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 25 rpm. Pada bagian
dalam thresser, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisikisi yang memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk tandan kosong
sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan ke

penampungan empty bunch. Tandan kosong disalurkan ke tempat pembakaran


atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah
dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Proses pelumatan buah
adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacket yang
dilengkapi dengan pisau berputar. Tujuan mesin Threser adalah untuk
memisahkan brondolan dari tangkai tandan. Alat yang digunakan pada mesin ini
adalah drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping (perontokan) tidak
selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, ini
yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka
dipakai sistem Double Threshing.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:

Menurunkan kekentalan minyak


Membebaskan sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah
Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp.

6. Stasiun Press
Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut
dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke
distributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Buah yang
sudah terlepas (berondolan) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke
dalam Digester atau peralatan pengaduk. Tujuan dari penggunaan Digester adalah
untuk memisahkan daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya. Dalam proses
pengadukan Digester ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar
stabil antara 80 90C.
Digester (ketel adukan) adalah suatu ketel yang mempunyai dinding
rangkap, as pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk, yang
digunakan untuk melumat brondolan sampai homogen, sehingga daging buah
(pesicarp) pecah dan lepas dari biji (nut). Jumlah pisau-pisau pengaduk pada
digester terdiri dari 6 pasang pisau pelumat (Stirring Arms), 5 set pisau pelumat
sebelah atas untuk mengaduk dan 1 set pisau buangan dibagian bawah untuk
mempermudah pelumatan dan mendorong biji yang masih bercampur dengan
serat dari ketel adukan, jarak pisau dengan dinding ketel maksimal 15 mm.

Untuk mempermudah proses pelumatan suhu digester dipertahankan 90


950C agar serat dapat terpisah dari biji yang diberikan dengan cara
menginjeksikan uap. Proses pengadukan berlangsung selama 15 menit.
Adapun tujuan dari pelumatan di digester adalah :

Melumatkan daging buah .


Memisahkan daging buah dengan biji.
Meremas struktur jaringan pericap dan pembukaan sel dimana minyak

yang terkandung didalamnya.


Mempersiapkan Feeding Press.
Mempermudah proses di press.

Screw press
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas
sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan
air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu kental (penurunan viscositas)
supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga kerja screw press tidak terlalu
berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang
yang dipasang pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Oleh adanya tekanan
screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang
lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.
Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan
mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi. Minyak hasil mesin
press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah
ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan
cake breaker conveyor (CBC).
7. Stasiun Pemurnian (Pemisahan)
Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung
kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain.
Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan

pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit
alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap
Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil
Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge
Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.
A. Sand Trap Tank
Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak
mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Pemisahan
pasir-pasir atau yang bukan minyak. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang
berbentuk silinder tegak.
B. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan
sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan
memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut,
pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap tank.
Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen
pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan
pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.
C. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk
ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam
melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95C. Dari sini minyak
dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank). Dalam proses penyaringan
minyak kasar perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan
minyak. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam mesin
Decanter guna memisahkan Solid (kotoran padat) dan Effluent (kotoran cair).
D. Continous Settling Tank (CST)
Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke
buffer tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST
bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat

jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST
dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih
mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge
vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap
didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .
E. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80C)
dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
F. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas
dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500
rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil
bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum
drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit
G. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini
minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan
air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke
bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.
H. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under
flownya dialirkan ke vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak
transit untuk dipompakan ke sand cyclone. Untuk mempercepat pengendapan
lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang dialirkan
melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan
lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar

tangki. Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank
sebagai umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.
I. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat
yang digunakan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam
sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge
centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang
yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini
dapat diganti sesuai keinginan. Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar
dengan gaya centifugal dimana pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran )
terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum
dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan
sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke
bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui
saluran pembuangan menuju fat pit.
J. Sludge drain tank
Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu
didrain menuju sludge drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang
dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, dan
kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi.
Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.
K. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu
ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat
terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk
mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada
sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke
sludge drain tank.

L. Oil Storage Tank


Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki
timbun), pada suhu simpan 45-55C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu.
Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut Crude
Palm Oil (CPO).
8. Stasiun Kernel
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan
inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di
stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo,
Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
A. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih
menggumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor namun
screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi
untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.

B. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan
nut dari CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber
dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar
pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing
drum.
C. Nut Polishing Drum
Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat
dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih
menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut
diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk
memisahkan batu dan benda benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut
yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut
elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

D. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari
cangkangnya.
E. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah
dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal
sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan
cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotorankotoran di bawa ke kernel grading drum.
F. Kernel Grading Drum
Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan
nut yang belum terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan
dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut
conveyor.
G.

Light Tenera Dry Separator (LTDS)


Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih

ringan akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang
terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and
shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan
lagi pada clay bath.
H. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan
ini secara basah yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran
partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai larutan pemisah
antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah =
1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 1,20, maka untuk memisah kernel dan
cangkang tersebut dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan
akan mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan
fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
I. Kernel Silo

Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor
didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan.
Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo.
Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80C selama 4-8 jam. Kernel yang
telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan
atau tempat menampung inti kernel sebelum dipasarkan.
Pemanfaatan Limbah
Limbah dari pabrik kelapa sawit terbagi dalam dua golongan, yaitu
limbah padat (Sludge)dan limbah cair. Bapak Wahyu sujana selaku maneger
PMKS, menjelaskan apa saja manfaat dari limbah cair dan limbah padat:
Limbah padat
1. Tandan Kosong
Tandan Kosong Kelapa Sawit(TKKS) merupakan salah satuproduk
samping pabrik kelapa sawityang jumlahnya sangat melimpah.Dalam satu hari
pengolahan bisadihasilkan ratusan ton TKKS.Diperkirakan saat ini limbah
TKKSdi Indonesia mencapai 20 juta ton.TKKS tersebut memiliki potensiuntuk
diolah menjadi berbagai macam produk. Beberapa potensi pemanfaatan
TKKSantara lain untuk kompos, pulp, bioetanol, dan lain-lain.
2. Serat
Serat merupakan hasil dari pencacahanTKKS yang masih dapat
dimanfaatkembali. Serat digunakan sebagai bahanbakar boiler. Selain itu, serat
juga dapatdimanfaatkan pada industri mebel danlain-lain. Contohnya yaitu sofa
dimanaisi sofa selain busa adalah serat. Hal inimembuat sofa menjadi awet dan
tahanlama. Selain sofa, ada juga keset kaki dll. Sehingga limbah kelapa sawit
tidak menyebabkan masalah terhadap masyarakat serta lingkungan
3. Cangkang
Cangkang merupakan hasil samping pengolahan kelapa sawit dimana dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, selain itu dapat juga dijadikan sebagai

arang. cangkang, tandan kosong serta serat dapat dijadikan pembangkit listrik.
Diagram Alur pemanfaatan Tandan Kosong, Cangkang, dan Serat menjadi Listrik.
Limbah cair
Di PT. Bio nusantara teknologi, limbah cair sisa pengolahan dimanfaatkan
menjadi pupuk di kebun. Limbah ini tidak langsung digunakan, limbah ini harus
diendapkan terlebih dahulu dengan bakteri an aerob. Setelah itu limbah yang
sudah cukup lama diendapkan baru dapat digunakan dengan cara menyemprotkan
limbah tersebut kekebun kelapa sawit

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.

DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. PusatPenelitian Perkebunan
Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Atina, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R. Hartono. 1998. Kelapa
Sawit. Penebarm Swadaya, Jakarta.
Hadi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa,
Yogyakarta.
Fauzi, dkk.2003. Limbah Kelapa sawit. Pusat perkebunan, Jakarta.
Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. USU Press,
Medan.

Tim Penulis PS, 1997. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai