Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TEKNOLOGI BIOINDUSTRI

REVIEW JURNAL
Nama Kelompok

:Dewangga

E1G014085

Jamzamni Purnomo

E1G014104

M.Gusti Ananda

E1G014085

Jurusan

:Teknologi Pertanian

Kelas

:B

Mata Kuliah

:Teknologi Bioindustri

Judul

:KAJIAN PENINGKATAN SKALA FERMENTOR


PRODUKSI BIOINSEKTISIDA DARI Bacillus
thuringiensis aizawai MENGGUNAKAN SUBSTRAT
LIMBAH CAIR TAHU DAN AIR KELAPA)
Bioinsektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa toksik yang yang

berfungsi untuk membunuh atau menghambat perkembangan spesies insekta yang


dapat dihasilkan oleh tumbuhan maupun yang menggunakan organisme hidup seperti
virus, bakteri, dan jamur. Sifat insektisida ini aman terhadap organisme non-target,
manusia dan lingkungan karena memiliki derajat spesifisitas yang tinggi dan relatif
kecil terjadinya resistensi atau kekebalannya pada serangga hama. Bacillus
thuringiensis aizawai merupakan salah satu jenis bakteri yang banyak dimanfaatkan
dalam produksi bioinsektisida mikrobial karena patotipe Bacillus thuringiensis
aizawai sangat efektif mengendalikan larva Lepidoptera, terutama ulat daun kubis dan
hama-hama sayuran lainnya.
Di

Indonesia,

penggunaan

biopestisida

masih

jarang

dikarenakan

bioinsektisida bermerk yang beredar di Indonesia merupakan produk impor sehingga


harganya relatif mahal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat digunakan

alternatif produksi bioinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis aizawai


dengan menggunakan bahan baku lokal seperti limbah cair tahu dan air kelapa.
Limbah cair tahu masih mengandung nutrisi khususnya kandungan karbon dan
nitrogennya yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan Bacillus thuringiensis
aizawai, serta dengan penambahan air kelapa yang bersifat fermentable sugar dapat
dijadikan media pertumbuhan Bacillus thuringiensis aizawai yang baik. Saat ini, telah
banyak penelitian skala laboratorium yang mengembangkan bioinsektisida mikrobial
yang efektif untuk mengendalikan hama pertanian salah satunya penelitian yang
dilakukan Rachmawati (2011), menyatakan bahwa komposisi formulasi media dari
limbah cair tahu dan air kelapa yang menghasilkan tingkat toksisitas tertinggi adalah
80:20 dengan waktu fermentasi selama 48 jam dengan rasio C/N adalah 7:1.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatan skala
fermentor berdasarkan kondisi optimum pertumbuhan Bacillus thuringiensis aizawai
pada skala pilot dan industri dalam produksi bioinsektisida mikrobial menggunakan
limbah cair tahu dan air kelapa berdasarkan parameter kebutuhan daya per volume.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah cair
tahu dan air kelapa untuk produksi bioinsektisida serta mengetahui pertumbuhan dan
daya toksisitas Bacillus thuringiensis aizawai pada fermentor 3 dan 40 liter.
Pada penelitian ini diterapkan kondisi-kondisi optimal untuk pertumbuhan
bakteri Bacillus thuringiensis subsp. aizawai dari penelitian skala laboratorium yakni
komposisi media yang digunakan adalah 80% limbah cair tahu dan 20% air kelapa,
perbandingan rasio C/N 7:1, agitasi 200 rpm, serta laju aerasi 1 vvm pada fermentor
yang memiliki kapasitas 3 liter dengan waktu fermentasi selama 72 jam
menggunakan fermentor tangki berpengaduk. Berdasarkan kesamaan gometri
fermentor maka dilakukan peningkatan skala pada skala pilot menggunakan
fermentor 40 liter dengan volume kerja 22 liter dengan kecepatan agitasi 104 rpm dan
laju aerasi 0.9 vvm.

Hasil perhitungan jumlah sel menunjukkan bahwa jumlah sel terus meningkat
seiring lamanya waktu fermentasi, dimana jumlah tertinggi adalah pada jam ke 72
pada fermentor berkapasitas 40 liter yaitu 1.44 x 107 CFU/ml dengan pH cairan
fermentasi berkisar antara 5.257.23. Pembentukan spora mulai terjadi pada jam ke 12 dengan kecenderungan
jumlah spora meningkat dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Hasil
perhitungan jumlah spora menunjukkan bahwa jumlah spora tertinggi adalah pada
waktu fermentasi 72 jam pada fermentor berkapasitas 40 liter yaitu 8.03 x 105
spora/ml. Bobot biomassa tertinggi dihasilkan pada waktu fermentasi ke 48 jam yaitu
0.033 g/ml. Efisiensi penggunaan substrat menunjukan metabolisme sel, dimana
efisiensi penggunaan substrat tertinggi adalah pada skala fermentor 40 liter yaitu
sebesar 95.78% yang menunjukkan bahwa peningkatan skala pada skala pilot
menghasilkan metabolisme yang lebih baik.
Aktivitas bioinsektisida mikrobial ditentukan dengan menggunakan metode
bioassay untuk menetukan kadar letal (LC50) dan potensi produk. LC50 merupakan
konsentrasi bioinsektisida yang menyebabkan 50 % serangga uji mati. Berdasarkan
hasil pengamatan, tingkat toksisitas tertinggi adalah pada waktu fermentasi 48 jam
dengan nilai LC50 sebesar 0.01 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa dengan 0.01 mg/L
bioinsektisida mikrobial dapat mematikan 50% serangga target.
Hasil perhitungan penggandaan skala pada skala industri yaitu fermentor
10,000 L menunjukkan bahwa kebutuhan Pg/V adalah 0.0256 HP/m3 per sekon
dengan laju aerasi sebesar 0.27 vvm, dan kecepatan agitasi 0.47 rps. Berdasarkan
kesamaan geometri, fermentor 10,000 liter memiliki diameter tangki 2.09 m dan
diameter impeller 0.85 m dengan volume kerja 7,000 liter.

Anda mungkin juga menyukai