Anda di halaman 1dari 15

ABORSI

2.1 Tindak Aborsi Dipandang dari Segi Umum


2.1.1 Pengertian Aborsi
Aborsi (Abortus) adalah berakhirnya suatu kehamilan (akibat factor tertentu) pada
atau sebelum kehamilan itu berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kendungan (Lily Yulaikah, 2008: 72).
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan
sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik
itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak
disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk
melakukan tindakan medis tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu
untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah
pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan
peluang dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU
Kesehatan tersebut di atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud
tindakan medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan
darurat.

Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk


pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan
norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam
keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis
tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin,
sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa
ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan pengertian
yang membingungkan tentang aborsi.
2.1.2 Istilah Aborsi dalam Ilmu Kedokteran
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan
atau sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
1. Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
2. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
3. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk
spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.
2.1.3 Alasan-Alasan untuk Melakukan Aborsi
Berdasarkan alasan medis, dimana hal ini terjadi jika jiwa sang ibu mengalami
ancaman bahaya jika kehamilan dilanjutkan. seperti :
a.

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang


terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

b. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.


c. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

d. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
e. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
h. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
i. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan
psikiater.
Berdasarkan alasan kriminalitas, hal ini terjadi karena kehadiran janin tidak
diharapkan dan dikawatirkan dapat membawa rasa malu bagi sang calon oarng tua, ada
beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi:
a. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
b. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya aborsi kriminalis dilakukan oleh :
a. Wanita bersangkutan.
b. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
c. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun).
2.2 Tindak Aborsi di Pandang dari Segi Agama
2.2.1

Aborsi di Pandang dari Segi Agama Islam


a. Pengertian Aborsi Menurut Syariat
Dalam istilah syariat, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum
sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan
bahwa aborsi secara syariat tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat
kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.
b. Klasifikasi Abortus
Keguguran atau abortus (al-Ijhaadh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhaadh at-Tilqaai atau al-Afwi (Abortus spontanea)
Yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang
tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi
dengan sebab kecacatan besar yang terkena penyakit beragam seperti diabetes
atau lainnya.
2. Al-Ijhaadh al-Ilaaji
(Abortus Provokatus

Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus)

adalah

abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi


menyelamatkan nyawa ibu; yang dalam keadaan sangat jarang bahwa
kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhaadh al-Ijtimaa-i
Dinamakan juga al-Ijhaadh al-Jinaa-i

atau

al-Ijraami

(Abortus

Provokatus Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya


indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau
untuk menjaga penampilan atau menutup aib dan sejenisnya. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan
alat-alat atau obat-obat tertentu.
c. Syariat Islam Memandang Aborsi

Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak
masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk
dalam firman Allah Taala:


Allah

tidak

membebani

seseorang

melainkan

sesuai

dengan

kesanggupannya. [QS. al-Baqarah/2:286]


Dan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa, dan keterpaksaan.
[HR. al-Baihaqi dalam Sunannya dan di-shahih-kan Syail al-Albani dalam
Shahihul-Jami' no. 13066]
Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang
menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat
membahayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara
mempertahankan

jiwa

sang

ibu;

dalam

keadaan

tidak

mungkin

bisa

mengupayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara


mempertahankan nyawa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa
mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan
seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan mengedepankan
nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu
dalam kesucian dan penjagaannya, namunbila tidak mungkin menjaga keduanya
kecuali dengan kematian salah satunya, maka hal ini masuk dalam kaedah
Melanggar yang lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih
berat lagi. [Irtikabul Akhaffi ad-Dhararain Lidaf'i A'lahuma]
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan
daripada kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga.
Dengan takdir Allah Taala, ia bisa melahirkan berulang kali, sehingga
didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazali seorang Ulama Indonesia menyatakan: Adapun
ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada sebab
terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini

karena syariat Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar
salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana solusi lain kecuali
menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu. [Al-Ijhadh wa NazharatulIslam Ilaihi -makalah yang disusun Ahmad al-Ghazali dan diajukan kepada
muktamar ar-Ribath yang diadakan dari tanggal 24-29/11/1972 M] Wallahu
alam.
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi
jenis ketiga, yaitu Al-Ijhadh al-Ijtima-i yang dinamakan juga al-Ijhadh al-Jina-i
atau al-Ijrami (Abortus Provokatus Kriminalis). Hukum aborsi jenis ini telah
dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin
yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat
para ahli fikih yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin
tersebut. Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara
umum menjadi dua:
1. Aborsi sebelum ditiupkan ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat
disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini
pendapat minoritas Ulama madzhab Syafiiyah, Hambaliyah, dan
Hanafiyah.
b. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan
bentuk janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat
mayoritas mazhab Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hambaliyah. Pendapat ini
dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.
c. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam
rahim. Ini pendapat yang rajih dalam madzhab Malikiyah, pendapat Imam
al-Ghazali, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan
Ibnu al-Jauzi. Juga pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini,
karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak
masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini dengan menyatakan:
Para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan

keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan
kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang
menyebabkan adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan
pembunuhan. Kami juga merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan,
karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena
keadaan darurat seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan
atau kanker. Kami condong sepakat dengan pendapat Imam al-Ghazali
rahimahullah yang menganggap aborsi, walaupun dilakukan di hari pertama
kehamilan adalah seperti mengubur janin hidup-hidup (al-Wadu) yang
merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada. [Al-Fikhul-Islami wa
Adilatuhu 3/556-557]
Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnun seorang Ulama dari Maroko menyatakan:
Aborsi adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam
Islam. Juga diingkari jiwa kemanusiaan dan jiwa-jiwa yang mulia
menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Taala
haramkan, perubahan ciptaan Allah Taala dan menentang takdir/kehendak
Allah Taaka. Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman
Allah Taala:



Dan

janganlah

kamu

membunuh

jiwa

yang

diharamkan

Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. [QS. alIsra'/17:33] sebagaimana juga melarang sikap merubah ciptaan Allah Taala
dalam firman-Nya:


Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka merubahnya. [QS. an-Nisaa'/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wadu (mengubur anak hidup-hidup) yang
dahulu pernah dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil
kejahatannya. Islam sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya:


Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. [QS.
at-Takwir/81: 8]
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghanim dalam
kitabnya Ahkamul-Janin: Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang
aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai
dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan
mnjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu
syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan
keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian
juga fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzariat yang sangat bersesuaian
dengan ruh syariat Islam yang mulia.
2. Aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin (setelah empat bulan)
Telah dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat di antara para ulama
dalam hukum aborsi sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah
peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan
kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Taala:


Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [QS. al-Isra'/18: 70] dan
firman Allah Taala:






Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. [QS. alMaidah/5: 32]

Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi [AlQawaninul-Fiqhiyah hal. 141], DR. Wahbah az-Zuhaili [Al-Fiqhul-Islami wa
Adillatuhu 3/556] dan DR. Muhammad Ali al-Bar [Siyasah wa Wasail
tahdidin-nasl hal. 167].
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh
pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam
keadaan sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil
keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu
bahwa adanya janin itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui
dengan adanya kemajuan sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu
serta tersedianya semua keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk
penyelamatan nyawa Ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi. Wallahu
alam.
d. Mengapa Aborsi di Haramkan dalam Hukum Al-Quran?
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa
ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang
hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama
manusia adalah sangat mengerikan. Berikut ini merupakan alasan dalam Al-Quran
yang mengharamkan tindakan aborsi.

2.2.2

Aborsi di Pandang dari Segi Agama Kristen

Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti
dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang
dilakukan dalam tindakan aborsi.
l.

Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.
Kej 16:11 dan Kej 25:21-26 ~ Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu
kepadanya: Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan
akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang penindasan
atasmu itu. ~ Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya, sebab isterinya itu
mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.
Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: Jika
demikian halnya, mengapa aku hidup? Dan ia pergi meminta petunjuk kepada
Tuhan. Firman Tuhan kepadanya: Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua
suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan
lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak
yang muda. Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di
dalam kandungannya.

Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh

tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah
adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak
berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir.
2. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka
tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga
keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut,
maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu
kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus
memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
3. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Kis 17:25-29 ~ dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia
kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala

10

sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah
menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka supaya
mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia,
walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup,
kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujanggapujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari
keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas
atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
4. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.
Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka.
Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah
bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak
laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.
Rom 8:28 ~ Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
5. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun
alasannya.
Yeh 16:20-21 ~ Bahkan, engkau mengambil anak-anakmu lelaki dan
perempuan yang engkau lahirkan bagiKu dan mempersembahkannya kepada
mereka menjadi makanan mereka. Apakah persundalanmu ini masih perkara
enteng bahwa engkau menyembelih anak-anakKu dan menyerahkanNya kepada
mereka dengan mempersembahkannya sebagai korban dalam api?
Yer 32:35 ~ Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk Baaldi
Lembah Ben-Hinom, untuk mempersembahkan anak-anak lelaki dan anak-anak
perempuan mereka kepada Molokh sebagai korban dalam api, sekalipun Aku tidak
pernah memerintahkannya kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak pernah
timbul dalam hatiKu, yakni hal melakukan kejijikan ini, sehingga Yehuda
tergelincir ke dalam dosa.
6. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

11

Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi
Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub:
Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati. Maka bangkitlah amarah
Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: Akukah pengganti Allah, yang telah
menghalangi engkau mengandung?
2.2.3

Aborsi di Pandang dari Segi Agama Hindu (Theology Hinduisme)


Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut
Himsa karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan
membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam
sebagai menghilangkan nyawa mendasari falsafah atma atau roh yang sudah
berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang
belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur
maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam Lontar Tutur Panus Karma,
penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam
manifestasi-Nya sebagai Kanda-Pat dan Nyama Bajang. Selanjutnya Lontar itu
menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya empat-teman adalah: I Karen, sebagai
calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I
Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka
Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I
Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari,
Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya saudara yang selalu
membujang adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika
Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka
Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma
atau roh dalam tubuh bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa.
Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan : Ma no mahantam
uta ma no arbhakam artinya : Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi.
Atharvaveda X.1.29 : Anagohatya vai bhima artinya : Jangan membunuh bayi
yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29 : Ma no gam asvam purusam vadhih
artinya : Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri

12

Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena
Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri
keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah
Hindu sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam
Manava Dharmasastra maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa
perkawinan menurut Hindu adalah Dharmasampati artinya perkawinan adalah
sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain adalah re-inkarnasi
dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan sebagai
manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah
Theology Hindu disebut sebagai Amoring Acintya . Oleh karena itu maka suatu
rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut :
Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan
memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya
keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk kesenangan belaka. Prilaku manusia
menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula
pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri yang
mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan
pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak
tidak dalam batas perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu
banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex
hendaknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu
bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi
Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian.
Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh
kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih,
mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan
semata-mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama
Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.

13

2.3 Bahaya Aborsi


2.3.1 Resiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan
maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa
seseorang yang melakukan aborsi Ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh
pulang .
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan
fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah
melakukan aborsi adalah ;
a.
b.
c.
d.
e.

Kematian mendadak karena pendarahan hebat.


Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada

f.
g.
h.
i.
j.

anak berikutnya.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
Kanker hati (Liver Cancer).
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.


k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam
dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di
dalam penerbitan The Post-Abortion Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang
baik dan benar.

14

2.3.2 Efek Samping Aborsi


1. Efek Jangka Pendek
a. Rasa sakit yang inten
b. Terjadi kebocoran uterus
c. Pendarahan yang banyak
d. Infeksi
e. Bagian bayi yang tertinggal di dalam
f. Shock/Koma
g. Merusak organ tubuh lain
h. Kematian
2. Efek Jangka Panjang
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tidak dapat hamil kembali


Keguguran Kandungan
Kehamilan Tubal
Kelahiran Prematur
Gejala peradangan di bagian pelvis
Hysterectom

15

Anda mungkin juga menyukai