Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yaitu, sistem syaraf dan sistem
hormonal atau sistem endokrin. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karekteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari syaraf (neural). Jika kedusnya
dihancurkan atau diangkat maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil oleh
sistem syaraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem syaraf bekerja
melalui neotransmitter yang dihasilkan oleh ujung-ujung syaraf. Sistem hormonal
terutama berhubungan dengan pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur
kecepatan reaksi kimia didalam sel, transport zat-zat melalui membrane sel, aspek
pertumbuhan dan sekresi.
Tidak ada satu pun fungsi sistem tubuh yang terisolasi, semuanya saling berpengaruh
dan berespon. Untuk mempertahankan homeostatis, fungsi-fungsi tersebut memerlukan
suatu struktur pengendali sentral. Hal tersebut merupakan salah satu peran sistem
endokrin. Informasi dari semua sistem tubuh disampaikan dengan cepat ke sistem saraf,
yang akhirnya dapat memengaruhi fungsi melalui impuls saraf atau merangsang kelenjar
endokrin untuk meghasilkan bahan kimia dalam rangka mengubah fungsi. Karena
penyesuaian endokrin melibatkan pembentukan hormon dan penghantarannya melalui
aliran darah, proses tersebut lebih lambat dibandingkan dengan kendali saraf.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Untuk mengetahui tentang sistem endokrin, pada makalah ini akan dibahas beberapa

tentang sistem endokrin.


1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1

a. Mengetahui tentang sistem endokrin dan hormon


1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi sistem endokrin dan hormon
b. Mengetahui bagian bagian dari sistem endokrin
c. Mengetahui tentang hipootalamus
d. Mengetahui tentang kelenjar hipofisis atau kelenjar hipofise
e. Mengetahui tentang kelenjar tiroid
f. Mengetahui tentang kelenjar paratiroid
g. Mengetahui tentang kelenjar timus
h. Mengetahui tentang kelenjar suprarenalis atau kelenjar adrenal
i. Mengetahui tentang kelenjar pienalis
j. Mengetahui tentang kelenjar pankreas
k. Mengetahui tentang kelenjar kelamin

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Definisi Sistem Endokrin dan Hormon


Kata Endokrin berasal dari bahaya yunani yang berarti sekresi ke dalam, zat aktif
utama dari sekresi internal ini di sebut hormone, dari kata yunani yang berarti
merangsang. Beberapa organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan
yang lain menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya kelenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormone yang mengendalikan kegiatan banyak orang lain,
karena itulah kelenjar hipofisis di lukiskan sebagai kelenjar pimpinan tubuh.
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantara zat-zat kimia
(hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar
buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah
2

dan cairan limfa, beredar dalam jaringan kelenjajr tanpa melewati duktus (saluran).
Permukaan sel kelenjar menempel pada dinding stenoid/kapiler darah. Hasil sekresinya
disebut hormon. Hormon merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organyang
memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh
kelenjar endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk memengaruhi atau
mengubah kegiatan alat atau jaringan sasaran. Kekhususan yang dikaitkan dengan
hormon adalah bahwa hormon adalah zat kimia organik yang mempunyai aktivitas tinggi
meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon yang dihasilkan
langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah, dan disalurkan langsung ke tempat
yang membutuhkan. Setibanya di tempat organ tujuan, hormon melakukan kegiatan
spesifik mengatur proses metabolisme dari organ tujuan.
2.2.

Bagian Bagian dari Sistem Endokrin


Kelenjar yang menyusun sistem endokrin adalah :
a. Hipotalamus yang mengendalikan sebagian besar endokrin yang bekerja dalam
kelenjar hipofisis
b. Kelenjar hipofisis yang menghasilkan hormon yang bertanggung jawab bagi
homeostatis banyak organ tubuh
c. Kelenjar pineal yang berperan dalam bioritmik tubuh
d. Kelenjar tiroid yang memegang aktivitas metabolik
e. Empat kelenjar paratiroid yang berperan dalam homestatis kadar kalsium dan
fosfat dalam darah
f. Kelenjar timus yang melepaskan hormon terkait dengan sistem imun
g. Dua kelenjar adrenal yang berperan dalam respons sistem saraf otonom dan fungsi
ginjal
h. Sel endokrin yang terletak dalam organ seperti ovarium dan testis, plasenta,
pankreas, dan sistem pencernaan

2.3.

Hipotalamus
Hipotalamus adalah area kecil pada otak yang terletak di bawah dua lobus talamus.
Area tersebut merupakan penghubung integrasi utama antara fungsi otak dan fungsi
endokrin. Hipotalamus menerima informasi dari banyak area otak dan dari organ serta
struktur tubuh. Ketika merespons informasi tersebut, hipotalamus mengubah fungsinya
dengan menghasilkan impuls saraf ataupun menghasilkan hormon. Dengan demikian,
hipotalamus dapat berfungsi sebagai bagian sistem saraf dan sebagai kelenjar endokrin
sesuai fungsinya masing-masing.
Hipotalamus menghasilkan hormon yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang
memiliki keterkaitan secara fisik. Hormon tersebut bekerja dengan meningkatkan atau
menurunkan sekresi hormonal kelenjar hipofisis. Hipotalamus menghasilkan hormonnya
3

sendiri pada saraf khusus, sel neuroendokrin, yang dengan cepat diangkut ke lobus
anterior hipofisis melalui jaringan pembuluh darah yang disebut sistem portal hipofisis.
2.4.

Kelenjar Hipofisis atau Kelenjar Hipofise


Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak dalam fosa hipofiseal tulang sfenoid,
dan terdiri atas lobus anterior dan lobus superior. Struktur ini sangat kecil, dengan berat
hanya 4 gram, dan bersama hipotalamus memiliki peran penting dalam pemeliharaan
homeostatis. Hipotalamus dan kelenjar hipofisis secara fisik dihubungkan oleh tangkai
hipofisis yang dilalui oleh banyak serabut saraf.
Pada hipofise di atur agar setiap kelenjar endokrin, sendiri-sendiri atau bersamasama, dapat melaksanakan fungsi dengan baik dan terkoordinasi. Fungsi hipofise dapat
diatur oleh susunan saraf pusat melalui hipotalamus yang dilakukan oleh sejumlah
hormon yang dihasilkan hipotalamus. Akibat rangsangan susunan saraf pusat, hormonhormon yang mengatur fungsi hipofise disebut hipophysiotropic hormone dihasilkan oleh
sel-sel neorosekretori yang terdapat dalam hipotalamus. Kelenjar hipofise mempunyai
tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus posterior dan lobus intermedia. Lobus posterior
mendapat persarafan dari nukleus supraoptik dan paraventrikular di hipotalamus. Lobus
anterior mendapat suplai darah dari pembuluh darah hipofise portal. Secara embrionik
ketiga lobus ini berasal dari jaringan yang berbeda.
a. Lobus Anterior
Lobus Anterior (adenohipifise), berasal dari kantong rathke (dua tulangrawan)
yang menempel pada jaringan otak lobus posterior, menghasilkan sejumlah
hormon yang bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin
yang lain. Hormon tersebut dapat merangsang atau menghambat pelepasan
hormon lain yang dihasilkan oleh banyak kelenjar endokrin dan sel tubuh.
Hormon tersebut dapat juga memiliki efek langsung pada jaringan tubuh. Hormon
hipofisis anterior dihasilkan untuk berespons terhadap kerja hipotalamus.
Hipotalamus memantau kadar banyak substantsi kimia dalam tubuh. Bila kadar
substansi kimia tersebut rendah secara tidak tepat, hipotalamus menghasilkan
hormon yang bekerja pada kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis kemudian
menghasilkan hormon yang diperlukan untuk meningkatkan pembentukannya.bila
kadar kimia tubuh terlalu tinggi, hipotalamus mengurangi sejumlah hormon yang
dihasilkan, sehingga terjadi penurunan hormon dari kelenjar hipofisis dan juga
dari organ atau jaringan target. Ini adalah contoh sistem umpan balik negatif.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yaitu :
Hormon somatotropik (growth hormone)
4

Hormon pertumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan


tulang, jaringan lemak, dan visera penting pada individu yang masih
muda

untuk

pertumbuhan.

Hormon

pertumbuhan

merangsang

pertumbuhan banyak jaringan dan organ tubuh seperti tulang, otot,


ginjal, dan hati.

Hormon hipotalamus yang berhubungan dengan

GNRH adalah hormone release inhibiting hormone (GNRIH).


Pengaturan sekresi GH dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Stress,
gerak badan, suhu dingin, anastesia, pembedahan, dan perdarahan akan
meningkatkan sekresi GH. Faktor yang meningkatkan sekresi GH :
a. Keadaan yang memerlukan energi (penurunan glukosa darah)
b. Keadaan yang meningkatkan asam amino tertentu dalam darah
c. Rangsangan strees
d. Tidur
Gangguan sekresi GH :
a. Defisiensi GH sebelum masa pubertas, menyebabkan badan kecil
atau pertumbuhan abnormal yang tidak sesuai dengan umur. Pada
orang dewasa tidak ada efeknya, hanya sedikit kehilangan protein.
b. Hipersekresi GH. Tumor sel asidofil (jasad renik tumbuh dalam
suasana asam). Pada usia sebelum pubertas menimbulkan
gigantisme (pertumbuhan abnormal), tinggi badan melebihi normal
karena epifise tulang panjang belum menutup. Pada usia dewasa
terjadi akromegali.
Gangguan fungsi GH :
a. Hipofungsi : perubahan yang melibatkan defisiensi hormon GH,
TSH (thyroid stimulating hormone), dan ACTH (hormon
adenokortokotropik). Gangguan pada hipotalamus.
b. Hiperfungsi : biasanya disebabkan oleh tumor

sel-sel

adenohipofisis. Hipersekresi GH menimbulkan gigantisme /

akromegali bergantung pada usia terjadinya hipersekresi.


Hormon tirotropik
Hormon ini mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid

dalam

menghasilkan tiroksin. Sel selnya besar dan berbentuk polihedral


mengandung granula kecil yang berdiameter 50 100 nm. Fungsinya
menstimulasi pembesaran tiroid, menambah uptake yodium, dan
menambah sintesis tiroglobulin. Hormon hormon dari kelenjar tiroid
menyebabkan menurunnya jumlah sel sel tirotropik yang merupakan
5

reseptor terhadap TRF (thyroid releasing factor) menyebabkan

menurunnya sekresi hormon TSH.


Hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Hormon ini mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan
kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal. Selnya
mengandung granul sekretori berdiameter 375 550 nm, merupakan
yang terbesar ditemukan dalam sel sel hipofisis.hormon ini
dihasillkan dalam berespons terhadap corticotrophin releasing
hormone dari hipotalamus. Hormon tersebut merangsang aliran darah

ke kelenjar adrenal dan pembentukan steroid.


Hormon gonadotropin
Hormon ini dihasilkan dalam berespons

terhadap

GnRH

(gonadotrophin releasing hormone) dari hipotalamus. Hormon ini


menghasilkan :
a. FSH (folicle stimulating hormone). Sel selnya berbentuk angular,
terdapat di seluruh hipofisis, mengandung granula sekretori yang
menyekresi FSH yang merangsang perkembangan folikel de Graaf
dalam ovarium, membentuk spermatozoa pada testis, merangsang
gametogenesis laki laki.
b. LH (luteinizing hormone) mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron dalam ovarium, memengaruhi luteinisasi pada wanita
dan laki laki, disebut sebagai ICSH (interstisial cell stimulating

hormone) yang memengaruhi produksi testosteron dalam testis.


Prolaktin (PRL)
Prolaktin dihasilkan selama masa nifas untuk merangsang dan
mempertahankan pembentukan air susu ibu (ASI), dalam berespoms
terhadap pelepasan prolactin releasing hormone dari hipotalamus.
Prolaktin dihasilkan oleh sel sel laktotrof dibagian hipofise bagian
depan dengan bantuan hormon lai, mempunyai kemampuan untuk
merangsang pertumbuhan payudara dan merangsang produksi air susu.
Akibat pengaruh hormon estrogen kadar prolaktin pada perempuan
meningkat lebih tinggi sesudah perempuan dewasa (pubertas). Selama
kehamilan kadar prolaktin akan terus meningkat sejak dini sampai
mendekati kelahiran, setelah lahir kadar prolaktin mulaii menurun.

Sekresi prolaktin diatur dan diawasi oleh hipotalamus.


Melanocyte stimulating hormone (MSH)
6

MSH dihasilkan oleh hipofise pars intermedius didapati pada manusia


dalam fase kehidupan fetus. Peran MSH dan proses fisiologisnya
memengaruhi kulit. MSH juga dihasilkan dalam berespons terhadap
corticortrophin releasing hormone dari hipotalamus.

b. Lobus Posterior
Lobus posterior, kelenjar hipofisis yang disebut neurohipofisis, terdiri atas sel
sekretori khusus, dan serabut saraf dari hipotalamus dan area lain di otak. Dua
hormon dihasilkan oleh lobus posterior yaitu :
1. Vasopresin atau arginen vasoprevin (APV), hormon anti-diuretik (ADH) yang
bekerja melalui reseptor-reseptor tubulus distal ginjal, menghemat air,
mengonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotik dari lumina-lumina ke
intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan demikian
ADH memelihara konstantannya osmolaritas dan volume cairan dalam tubuh.
Gangguan sekresi vasopresin :
a. Defisiensi vasopresin karena kerusakan hipotalamus atau traktus
hipotalamo-hipofisis menimbulkan diabetes insipidus (poliuria, polidipsia)
b. Hiposekresi vasopresin karena obat-obatan pengendalian fisisologis
terganggu, retensi air, osmolalitas urine plasma, hiponatremia (Na plasma
kurang dari 110 mmol/L) dapat timbul intoksikasi air.
2. Oksitosin
Oksitosin diproduksi oleh anterior hipotalamik nuklei, sel ganglionik dari
supraoptik nuklei, dan sel paraventrikular. Efek oksitosin :
a. Kontraksi sel mioepitel kelenjar mamae (galaktokinetik), mengeluarkan air
susu. Rangsanngan pada papila mamae dari isapan bayi sekresi oksitosin
menimbulkan ejeksi air susu.
b. Kontraksi uterus membantu pengeluaran fetus dan plasenta pada waktu
persalinan, rangsangan serviks dari vagina menyekresi oksitosin yang
membantu dalam partus. Vasopresin dan oksitosin disintesis pada nukleus
paraventrikel dan supraoptik hipotalamus, bersama protein mengikat
neurofusin, diangkut melalui akson serta traktus hipotalamus, dan
disimpan di ujung-ujung serta neurohipofisis. Perangsang tersebut akan
menimbulkan eksositosis hormon dari ujung serat saraf ke pembuluh
kapiler di sekitarnya.
c. Lobus Intermedia

Bagian ini terpisah dari lobus anterior oleh sisa kantong rathke yang disebut celah
rathke. Lobus intermedia pada manusia selnya tidak bergranula, kadang
ditemukan juga koloid yang fungsinya tidak diketahui.
2.5.

Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah,
melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring.
Kelenjar ini terdiri dari dua lobus (lobus dekstra dan lobus sinistra), saling berhubungan,
masing masing lobus tebalnya 2 cm, panjangnya 4 cm, dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin. Pembentukan hormon tiroid
bergantung pada jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh sumber utama
untuk memelihara keseimbangan yodium dalam makanan dan air minum. Struktur
mikroskopik kelenjar ini terdiri dari folikel seperti kelenjar asiner, berdinding selapis sel,
bila sedang aktif berbentuk kuboid yang tinggi. Bila sedanag istirahat sel ini pipih bagian
tengah asiner terisi koloid senyawa tiroglobulin, tirosin, dan hormon tiroksin pada
kelenjar tiroid. Sekresi hormon teroid memerlukan bantuan TSH untuk endositisos
koloid oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan hormon T3
( triiodeothyronine), dan T4 ( tetraiodothyronine) dari triglobulin dan melepaskan T3 da
T4 ke peredaran darah. Reaksi yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi hormon tiroid :
a. transpor aktif yodium dari plasma ke dalam tiroid dan lumen dari folikel
folikel, proses ini dibantu oleh thyrotrop stimulatin hormone (TSH) .
b. dalam kelenjar yodium tiroid dioksida sehingga menjadi yodium yang
aktif dan dibantu oleh TSH.
c. Idiotirosin mengalami perubahan kondensasi oksidatf dengan bantuan
peroksidasel. Reaksi ini terjadi dalam molekul triglobulin membentuk
iodotironin

di

anataranya

T4

(tetraiodothyronine)

dan

T3

(triiodothyronine) yang terikat pada tirosin, dalam kelenjar tiroid dalam


bentuk tirosin.
d. Tahap terakhir pelepasan iodothyronine bebas ke dalam darah. Setelah
triglobulin di pecah melalui hidrolisis, T4 dan T3 dalam kelenjar tiroid
dapat lepas dalam darah.
Fungsi hormon tiroid :
a. Mempengaruhi pertumbuhan dan maturasi (pematangan) jaringan tubuh,
penggunaan energi total.
b. Mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan memengaruhi beberapa reaksi
metabolik dalam tubuh.

c. Menambah sintesis asam ribonukleus (RNA) dan protein, suatu aksi yang
mendahului meningginya basal metabolisme.
d. Dalam konsentrasi tinggi, balans nitrogen negatif dan sintesis protein
berkurang.
e. Menambah produksi panas dan menyimpan energi pada kosentrasi hormon
tiroid yang tinggi
f. Absorpsi intestinal dari glukosa betambah lancar oleh hormon tiroid,
memungkinkan faktor toleransi glukosa yang abnormal, sering ditemukan
pada hipertiroidisme.
Kelainan tiroid :
a. Hipertrofi dan hiperplasia fungsional
1. Struma difosatoksik (tirotoksikosis)
Suatu keadaan hipermetabolisme dari tubuh karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh respons terhadap hormon tiroid yang berlebihan
dalam darah lepas dari asalnya, bukan suatu penyakit tetapi suatu
syndrom beberapa kelainan.
2. Struma difosanontoksik
Tipe endemik : kekurangan yodium yang keronik . struma ini
disebut air minum yang kurang mengandung yodium sebagai
goitersimple,

struma

endemik,

gondok

endemik,

atau

goiterkoloid.
Tipe sporadik : pembesaran difusi dari struma didaerah
endemik penyebabnya adalah suatu stimulus yang tidak
diketahui tetapi umumnya tidak terjadi pada penduduk secara

umum.
b. Hipotiroidisme
Ini disebakan oleh kelainan struktural dan fungsional dari kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi insufisiensi. Bila keadaan ini
permanen dan komplet maka keadaan tersebut disebut atirosis atau
atirodisme. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi
dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan
denyut nadi naik, cardiac output bertambah, dan simtom kardiovaskuler
mencakup fibrilasi patrium dan kegagalan jantung. Pada keadaan yang
dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak mata
menonjol keluar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid.
Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan. Beberapa penyakit
hipotiroidisme yaitu :
9

Kretinisme
Hipotirodisme yang berat terjadi sewaktu bayi. penderita menjaadi
cebol dan imbisil. Terjadi pada umur 2 3 bulan dengan gejala
lidah tebal, kedua mata lebih besar dari biasa, suara serak, sering
konstipasi, somnolen, kulit kasar kekuningan, kepala besar dan

ekspresi seperti orang bodoh.


Miksedema juvenil
Hipoterodisme yang timbul pada anak yang sebelum akil balik
(pubertas). Anak menjadi cebol, pertumbuhan tulang terlambat, dan

kecerdasan berkurang.
Miksedema dewasa
Gejalanya nonspesifik, timbulnya sangat perlahan dengan gejala
konstipasi, letargi, tidak tahan dingin, otot tegang dan pertumbuhan

sering keram.
c. Neoplasma
Jinak atau benigna
Adenomatiroid pada umumnya berkerja secara otonom dan tidak
dipengaruhi oleh TSH, dapat bertambah menjadi toxik adenoma

dan sering menjadi karsinoma (ganas)


Ganas atau maligna
Karsinomatiroid, dimulai dari epitel folikel tiroid dengan
karakteristik tersendiri

memungkinkan menjadi karsinoma

metastatik.
2.6.

Kelenjar Paratiroid
Terdapat 4 kelenjar kecil parateroid, 2 kelenjar melekat pada permukaan posterior
tiap lobus kelenjar teroid. Kelenjar ini di kelilingi oleh kapsul jaringan ikat. Sel sel
pembentuk kelenjar berbentuk bola dan di susun dalam kolom dengan saluran yang
mengandung darah di antaranya. Kelenjar paratiroid menyekresi hormone paratiroid.
Sekresi di atur oleh kadar kalsium dalam darah. Saat kadar kalsium turun, sekresi
hormon paratiroid meningkat dan sebaliknya.
Fungsi utama hormone paratiroid adalah meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
Hal ini tercapai dengan meningkatkan secara tidak langsung jumlah kalsium yang di
absorsi pada usus halus dan mereabsorsi kalsium pada tubulus ginjal. Jika sumber ini
memberikan suplai yang tidak adekuat, maka hormone pada tiroid menstimulasi
osteoklas (sel penghacur tulang) dan resoubsi kalsium dari tulang. Parathormon dan
kalsitonim dari kelenjar terois bekerja saling melengkapi untuk mempertahankan kadar
10

kalsium darah dalam batas normal. Hal ini dipelukan untuk kontraksi otot pembekuan
darah dan transfusi inpuls saraf. Ada beberapa fungsi lain kelenjar paratiroid :
a. Memelihara konsentrasi ion kalsium plasma dalam batas yang sempit meskipun
terdapat variasi variasi yang luas.
b. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfor oleh ginjal, mempunyai efek terhadap
reabsorpsi tubuler dari kalsium dan sekresi fosfor.
c. Mempercepat absorpsi kalsium di intestinum.
d. Jika pemasukan kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resopsi
tulang sehingga menambah kalsium dalam darah
e. Dapat menstimulasi transpor kalsium dan fosfat melaui membran dari
mitokondria.
Pengaturan sekresi hormon paratiroid :
a. Kadar Ca plasma, peningkatan Ca plasma menghambat sekresi hormon.
b. Kadar magnesium plasma, penurunan magnesium plasma merangsang sekresi
hormon paratoid.
Gangguan fungsi kelenjar paratiroid :
a. Hiperfungsi paratiroid
Suatu keadaan ketika paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari
biasa. Jika diekskresi lebih banyak yang dibutuhkan disebut hiperparatiroidisme
primer. Bila lebih banyak karena dibutuhkan disebut hipeparatiroidisme sekunder.
1. Hiperparatiroidisme primer
a. Berkurangnya kalsium dalam tulang sehingga timbul fraktur spontan sering
nyeri pada tulang, tumor tulang, yang sering terkena adalah tulang panjang.
b. Kelainan traktus urinarius. Defek pada tubuli ginjal biasanya reversibel (batu
ginjal, kadang-kadangnefrokalsinosis (deposisi kalsium dalam nefron)).
c. Menifestasi sistem saraf sentral (depresi, konfusi, dan koma)
d. Kelemahan neuromuskuler, tenaga otot berkurang, hipotoni otot, dan
keletihan kadang-kadang aritmia kardiak
e. Manifestasi gastrointestinal : kurang nafsu makan, mual, muntah, dan
konstipasi
2. Hiperparatiroidisme sekunder
a. Gagal ginjal kronik (glumerulonefritis, pielonefritis, dan anomali kongenital
dari traktus urogenitalis pada anak)
b. Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin D,
kelainan gastrointestinal).
3. Intoksikasi paratiroid akut
Kejadian ini jarang dengan gejala penderita sangat lema, mual, dan muntah. Pada
pemeriksaan kalsium sangat tinggi dan fosfor serum juga tinggi. Penderita dapat
koma.
b. Hipoparatiroidisme
11

Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa, biasanya anak dibawah umur 16 tahun.
Penyakit ini terajadi setelah strumektomi, terjadinya paratiroidisme sekunder. Timbul
gejala-gejala reaksi neuromuskuler yang berlebihan akibat kalsium serumyang sangat
rendah, tetani dengan manifestasi spasmus karpopedal dan kelenjar pada anggota
gerak dan kelumpuan otot.
c. Hiperkalsemia
Meningginya kadar kalsium dalam darah yang disebabkan :
1. Berhubungan dengan paratiroidisme primer
2. Berhubungan dengan keganasan (tumor hipokalsemia)
3. Berhubungan dengan vitamin D (abnormalitas metabolisme vitamin D)
4. Berhubungan dengan kegagalan ginjal
5. Intoksikasi vitamin A (terlalu banyak vitamin A)
d. Hipokalsemia
Hipokalsemia subakut terjadi pada pankreatitis akut, mengakibatkan hormon
paratiroksin menjadi rendah. Klasifikasinya terdiri dari :
1. Hormon paratiroid
2. PTH tidak aktif
2.7.

Kelenjar Timus
Terletak di dalam toraks, kira kira pada ketingian befurkasi trakea. Warnanya kemerah
merahan dan terdiri atas 2 lobus pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira
kira 10gr atau lebih sedikit ukuranya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr
dan kemudian mengerut lagi. Kelenjar timus menginduksi diferensiasi sel induk limfosit
yang mampu berpartisipasi dalam reaksi kekebalan. Di antara bukti tentang adanya
aktivitas endokrin pada timus ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormon tiroid.
Mengecilnya ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan oleh
hambatan yang diberikan oleh steroid gonad. Steroid adrenal juga menghambat timus,
pengaruh ini dipakai sebagai parameter untuk kortikosteroid.
Kelenjar timus merupakan suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan
imunologis. Sumber hormon timur mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel yang
mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain. Setelah dewasa
pertumbuhan berkurang sehingga mengurangi aktifitas kelamin. Fungsi kelenjar timus :
a. suatu sumber sel yang mempunyai kemampuan imunologis
b. sumber hormon timik yang mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel yang
mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam banyak jaringan lain
c. mengaktifkan pertumbuhan badan sehingga pertumbuhan sangat meningkat pada
masa bayi sampai masa remaja dan setelah dewasa pertumbuhan akan berkurang
d. mengurangi aktivitas kelamin
Kelainan pada kelenjar timus :
a. hiperplasia
12

b. tumor timoma
2.8.

Kelenjar Suprarenalis atau kelenjar adrenal


Terdapat dua kelenjar adrenal, yang berada di kutub atas tiap ginjal yang terbungkus
didalam fasia renalis. Panjang kelenjar ini sekitar 4 cm dan tebalnya sekitar 3 cm. arteri
yang memperdarahi kelenjar adalah cabang dari aorta abdominal dan arteri renalis.
Aliran balik vena terjadi pada vena suprarenalis. Kelenjar kanan diperdarahi vena kava
inferior dan kelenjar kiri diperdarahi vena renalis kiri. Kelenjar terdiri atas dua bagian
yang memiliki struktur dan fungsi yang berbeda, bagian terluar adalah korteks dan
bagian dalam adalah medulla. Korteks adrenal penting untuk kehidupan, tetapi tidak
bagian medulla :
a. Korteks adrenal
Korteks adrenal menghasilkan tiga kelompok hormon steroid yang terbuat dari
kolestrol.

Ketiga

hormon

ini

disebut

adrenokortikokoid

(kortikosteroid,

kortikoid ). Ketiga hormone tersebut adalah sebagai berikut. Glukokortikoid :


Kortisol merupakan glukokortikoid utama, tetapi sejumlah kecil kortikosteron dan
kortison juga dihasilkan. Hormone ini berfungsi mengatur metabolisme dan
respon terhadap stress. Sekresi dikendalin oleh mekanisme umpan balik negative
yang melibatkan hipotalamus dan bipofisis anterior. Glukokortikoid distimulasi
oleh ACTH dari hipofisis anterior dan stress. Pada kondisi saat tidak stress, sekresi
diatur menurut irama sirkadian. Kadar hormone tertinggi terjadi antara pukul
04.00 dan 08.00, dan kadar terendah, antara tengah malam dan pukul 03.00. Saat
pola bangun dan tidur berubah, perlu penyesuaian beberapa hari agar sekresi
ACTH atau kortisol kembali teratur. Glukorkotikoid memeliki efek metabolic
yang luas, yaitu sebagai berikut. Glukoneogenesis (pembentukan gula dari bahan
selain karbohidrat, misal protein) dan hiperglikemia ( peningkatan kadar glukosa
darah ). Lipolisis ( pemecahan trikliserida menjadi asam lemak dan gliserol untuk
produksi energy ). Merangsang pemecahan protein, melepaskan asam amino, yang
dapat digunakan untuk sintesis protein lain, misal enzim atau untuk produksi
energy ATP. Meningkatkan absorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal ( efek
lemah mineralkortikoid ). Pada patologi dan farmakologi, jumlah kortikoid juga
memiliki efek lain yang meliputi kerja antiinflamasi, repons supresi imun, dan
memperlambat penyembuhan luka.
b. Mineralkortikoid

13

Aldosteron merupakan mineralkortikoid utama. Fungsinya berhubungan dengan


mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Melalui umpan balik
negatif, aldosteron menstimulasi reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan ekresi
kalium di urine. Reabsorpsi natrium juga disertai retensi air sehingga aldosteron
terlibat dalam pengaturan volume dan tekanan darah juga. Kadar kalium dalam
darah mengatur jumlah aldosteron yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Saat
kadar kalium darah meningk, semakin banyak aldosteron yang di sekresi dan
sebaliknya. Angiotensi juga menstimulasi pelepasan aldosteron. Saat aliran darah
di ginjal atau kadar natrium darah mengalami penurunan, enzim rennin disekresi
oleh ginjal. Rennin mengubah protein plasma angiotensinogen, yang dihasilkan
hati, menjadi angiotensin 1. Angiotensi converting enzyme (ACE), yang dibentuk
dalam jumlah kecil di paru, tubulus proksimal ginjal, dan jaringan lain, mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2, yang merangsang sekresi aldosteron.
angiotensi 2 juga menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah.
c. Hormone seks
Hormone seks, terutama androgen (hormone seks pria), disekresi oleh korteks
adrenal dan jumlah yang dihasilkan tidak signifikan dibagikan yang disekresi ileh
testes dan ovarium pada ovarium pada pubertas akhir juga masa dewasa.
2.9.

Kelenjar Pienalis
Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat di dalam ventrikel otak, berbentuk kecil dengan
warna merah seperti sebuah cemara. Kelenjar ini sangat kecil, hanya berukuran 10 mm,
dan melekat pada bagian atas ventrikel ketiga otak. Banyak jaras saraf simpatis berujung
di kelenjar pineal. Kelenjarnya menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang
kolikus superior. Fungsinya belum diketahui dengan jelas. Kelenjar ini menghasilkan
sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin berperan penting dalam
mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia.
Glandula pienalis diatur oleh isyarat saraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang terlihat
oleh mata, menyekresi melatonin dan zat lain yang serupa melewati aliran darah atau
cairan ventrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi hormon
gonadotropi dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi. Mekanisme kerja insulin :
Meningkatkan transpor glukosa dalam sel/jaringan tubuh.
Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.
Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati.
Menghambat kerja hormon yang sensitif terhadap lipase dan meningkatkan

sintesis lipida
Peningkatan pengambilan kalsium dari cairan sekresi
14

2.10. Kelenjar Pankreas


Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitorial
dalam abdomen bagian atas, didepan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pankreas
terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien. Pankreas
pendapat darah dari arteri lienalis dan arteri lienalis dan arteri mesentarika superior.
Duktus pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum,
pankreas mengahasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang
membentuk pulau - pulau Langerhans. Pulau pulau Langerhans berbentuk oval
tersebar diseluruh pankreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau pulau
Langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini
menyekresi hormon insulin.
Dalam tubuh manusia normal pulau Langerhans menghasilkan empat jenis
sel :

sel-sel A (alfa)

sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi faktor

hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif.


sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin.
sel-sel D 5-15% membuat somatostatin.
sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.
Insulin merupakan protein keci terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama
lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sebelum dapat berfungsi ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel. Sekresi insulin
dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang berlebihan akan
merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi
insulin akan berkurang. Mekanisme kerja insulin :
a. insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel / jaringan tubuh kecuali otak,
tubulus ginjal, mukosa usus halus dan sel darah merah. Masuknya glukkosa adalah
suatu proses bebas antara luar sel dan dalam sel.
b. Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.
c. Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati.
d. Menghambat kerja hormon yang sensitif terhadap lipase, meningkatkan sintesis
lipida.
e. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.
Efek insulin :
Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi dalam
darah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat, meningkatkan penyimpanan
dan penggunaan glukosa dalam hati dan meningkatkan metabolisme

15

glukosa dalam otot. Penyimpanan glukosa dalam otot meningkatkan


transpor glukosa melalui membran sel otot.
Efek insulin pada metabolisme lemak dalam jangka panjang. Kekurangan
insulin menyebabkan arteriosklerosis, serangan jantung, stroke dan
penyakit vaskuler lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan
penyimpanan lemak, meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel hati,
kelebihan ion sitrat dan isositrat. Penyimpanan lemak dalam sel adiposa
menghambat kerja lipase yang sensitif hormon dan meningkatkan tranpor
ke dalam sel lemak
2.11. Kelenjar Kelamin atau Kelenjar Gonad
Kelenjar gonad yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita, mempunyai
fungsi endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin, testis menghasilkan
hormon seks yaitu androgen dan sperma. Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen
dan progesteron serta memproduksi sel telur. Gonad dan kelenjar kelenjar
aksesoris pada waktu lahir mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tidak berfungsi.
Pada massa pubertas kelenjar gonad menjadi aktif dan sifat kelamin sekunder mulai
nampak, terjadi peningkatan sekresi gonadotropin (FSH dan LH) yang merangsang
perkembangan dan produksi kelenjar gonad. Peningkatan sekresi FSH dan LH
disebabkan kepekaan hipotalamus terhadap inhibisi (hambatan) steroid menurun.
Fungsi reproduksi pria dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Spermatogenesis untuk pembentukan sperma
b. Pelaksanaan kerja seksual
c. Pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormon (fungsi endokrin) yang
berhubungan dengan fungsi reproduksi, efek hormon seks pria pada organ seks
tambahan, metabolisme sel dan fungsi tubuh lain.
Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria yang bersama-sama dinamakan
androgen. Salah satu diantaranya testosteron yang lebih banyak dan lebih kuat dari
yang lain, serta bertanggung jawab pada efek hormon pria. Testosteron dibentuk oleh
sel interstilasi leyding yang terletak pada interstisial anatara tubulus seminallis.
Sekresi androgen (hormon seks pria), misalnya kelenjar adrenal menyekresi
androgen dalam keadaan normal tidak menyebabkan sifat maskulinisasi yang
bermakna. Fungsi endokrin testis :
Testis janin dapat menurun hingga trimester ketiga kehamilan,
mensintesis androgen pada minggu ke-6 sampai 8 (maksimum minggu
11-18), menghasilkan testosteron.

16

Pada janin testosteron diperlukan untuk diferensi genetalia interna dn


eksterna laki-laki.
Pada pria dewasa untuk perkembangan dan mempertahankan ciri-ciri
seks sekunder pria serta spermatogenesis.
Setelah lahir, sel leyding mengalami masa istirahat dan mulai aktif
kembali menjelang masa pubbertas. Pengaruh gonodotropin adnohipofisis
adalah penyempurnaan maturasi sistem reproduksi. Pengaturan fungsi
endokrin testis :
a. LH atau ICTH adenohipofisis, merangsang sekresi testosteron oleh sel
leyding. Sedangkan pelepasan LH diatur oleh GnRH hipotalamus.
b. Sebaliknya testosteron melalui mekanisme feed back negatif
mengendalikan pelepasan LH.
Pengaturan spermatogenesis :
Folikel perangsang hormon, merangsang spermatogenesis
Hormon lutein, merangsang sekresi testosteron dan mempertahankan
spermatogenesis. Kerja FSH dan testosteron merangsang sel untuk
membentuk senyawa yang diperlukan untuk maturasi sperma. Sekresi
FSH diatur melalui mekanise feed back negatif yaitu meningkatkan
sekresi dari sel sertoli.
Efek testosteron :
a. Pada janin, merangsang diferensiasi dan perkembangan alat genetal ke
arah pria, mengatur pola jantan atau pria, dan pengontrolan hipotalamus
terhadap sekresi gonadotropin setelah pubertas
b. Pada pubertas mempengaruhi sifat kelamin

sekunder,

yaitu

perkembangan bentuk tubuh, perkembangan alat genital, distribusi


rambut, pembesaran laring, dan sifat anak agresif.
Fungsi seksual dan reproduksi wanita dibagi dalam dua fase yaitu : persiapan
tubuh untuk konsepsi dan kehamilan dan periode kehamilan. Sistem hormon
pada wanita :
a. Hormon pelepas hipotalamus (luteinizing hormonoe releazing hormonoe,
LHRH), hormon dari hipotalamus yang dihasilkan diperikarion neuron
hipotalamus, terikat oleh reseptor gonodotropin, merangsang produksi
hormon lutein dan merangsang folikel perangsang hormon, merangsang
penurunan produksi pelepasan gonodotropin

17

b. Hormon hipofise anterior (FSH dan LH) yang disekresi akibat respons
terhadap hormon pelepas di hipotalamus, memicu sintesis ateroid di
ovarium.
c. Hormon ovarium (estrogen dan progesteron) disekresi oleh ovarium
akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofise. Korpus
luteum membuat steroid estrogen maupun progesteron yang merangsang
pertumbuhan dan diferensiasi saluran reproduksi wanita serta struktur
yang terpengaruh dengan bermacam-macam sistemik.

18

BAB III
PENUTUP
3.1.

Simpulan
Kelenjar endokrin merupakan suatu sistem yang bekerja dengan perantara zatzat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya
langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfa, beredar dalam jaringan
kelenjajr tanpa melewati duktus (saluran). Permukaan sel kelenjar menempel
pada dinding stenoid/kapiler darah. Hasil sekresinya disebut hormon. Hormon
merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organyang memiliki efek
regulatorik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar
endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk memengaruhi atau
mengubah kegiatan alat atau jaringan sasaran. Kekhususan yang dikaitkan dengan
hormon adalah bahwa hormon adalah zat kimia organik yang mempunyai
aktivitas tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Hormon yang dihasilkan langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah, dan
disalurkan langsung ke tempat yang membutuhkan. Setibanya di tempat organ
tujuan, hormon melakukan kegiatan spesifik mengatur proses metabolisme dari
organ tujuan. Bagian dari sistem endokrin :
a. Hipotalamus
b. Hipofisis
c. Kelenjar tiroid
d. Kelenjar paratiroid
e. Kelenjar timus
f. Kelenjar pankreas
g. Kelenjar suprarenal atau adrenalis
h. Kelenjar pienalis
i. Kelenjar gonad

19

Anda mungkin juga menyukai