Anda di halaman 1dari 13

Myasthenia Gravis

Kelompok 3
ENJANG WAHYU BUDIARTI (142.0036)
INTAN AKMALA SARI (142.0050)
SATRIANI PANGESTI (142.0094)
Definisi Myasthenia Gravis
Myasthenia Gravis adalah Salah satu penyakit autoimun
yang menyerang otot pada sebagian tubuh atau seluruh
tubuh. Dapat mengakibatkan keterbatasan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari sehingga dapat
menyebabkan berbagai masalah kognitif dan psikologis
seperti masalah sosialisasi, bekerja belajar dan lainnya.
Etiologi Myasthenia Gravis

Peningkatan level keparahan pada pasien MG dapat


dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti adanya infeksi,
sakit fisik, stres, suhu panas atau dingin, dan penggunaan
obat tertentu (Kohler, 2007).
Disamping itu, ada beberapa faktor lain yang dapat
memperburuk prognosa pasien MG, seperti usia lebih dari
40 tahun, penyakit memburuk dalam waktu singkat, atau
adanya thymoma (Sitek, Bilinksa, Wieczorek, & Nyka,
2009).
Manifestasi Klinis
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, gejala-gejala penyakit MG terbagi dalam
lima level (Lindsay, Bone, & Callander, 2004). Level I merupakan tingkat yang sangat
ringan dan hanya menyerang otot mata, seperti ptosis serta diplopia. Level II ditandai
dengan kelemahan otot mata yang semakin parah dan mulai ada penyebaran ke otot
rangka dan bola mata, tetapi belum menyebar sampai pada sistem pernapasan. Pada
level II pasien akan merasakan kelelahan dalam beraktivitas. Level III ditandai
dengan kelemahan otot mata, otot bola mata, dan otot rangka yang lebih parah
dibandingkan level II. Di samping itu, pada level III muncul pula gangguan dalam
artikulasi, disfagia (sulit menelan), dan sulit mengunyah makanan. Pada level ini
pasien mulai merasakan keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari. Pada level IV,
selain ditandai dengan kelemahan yang semakin berat pada otot bola mata dan otot
rangka, juga disertai dengan mulainya terserang otot-otot pernapasan.
Selanjutnya adalah level V, yang ditandai dengan adanya
prognosis yang semakin memburuk dan ketidakmampuan
pasien untuk dapat melakukan sesuatu sendiri sehingga
membutuhkan keberadaan caregiver
Guideline Tatalaksana

Walaupun belum ada penelitian tentang strategi pengobatan


yang pasti, tetapi miastenia gravis merupakan kelainan neurologik
yang paling dapat diobati. Antikolinesterase (asetilkolinesterase
inhibitor) dan terapi imunomudulasi merupakan penatalaksanaan
utama pada miastenia gravis. Antikolinesterase biasanya digunakan
pada miastenia gravis yang ringan. Sedangkan pada pasien dengan
miastenia gravis generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi
yang rutin (Howard , 2008).
1. Terapi Jangka Pendek untuk Intervensi Keadaan Akut
Menurut Lewis (1995) terapi Jangka Pendek untuk Intervensi Keadaan
Akut adalah sebagai berikut
Plasma Exchange (PE)
Immunoglobulin (IVIG) Intravenous
Intravenous Melhvlprednisolone (IVMp)

2. Pengobatan Farmakologi Jangka Panjang


Menurut Lewis (1995) terapi jangka panjang untuk Intervensi Keadaan
Akut adalah sebagai berikut:
Kortikosteroid
Azathioprine
Cyclosporine
Cyclophosphamide (CPM)
Thymectomy (Surgical Care)
Diagnosa keperawatan

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


musculoskeletal
Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
Ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada fisik
Intervensi Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
Tujuan & kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah
dapat berkurang
Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
Tujuan & Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, pasien akan
menunjukan tingkat mobilitas optimal
Kreteria Hasil :
Melakukan pergerakan dan perpindahan
Mempertahankan monbilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 : mandiri, penuh
1 : memerlukan alat bantu
2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan pengawasan, dan
pengajaran
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 : ketergantungan tidak berpartisipasi dalam aktivitas
Intervensi :

1. Lakukan ROM pada sendi jika tidak merupakan kontraindikasi


2. Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam pada saat pasien
berada di tempat tidur
3. Tempatkan sendi pada posisi fungsional
4. Identifikasi tingkat fungsional denan menggunakan skala mobilitas
fungsional
5. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk pengembangan program mobilitas
2. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan
citra tubuh
Tujuan & kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
resiko tidak terjadi
Pasien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya kembali
Pasien dapat beradaptasi atau melakukan penyesuaian dengan keadaannya
yang sekarang
Pasien dapate mempertahankan harga dirinya
Intervensi
kaji tentang seberapa jauh pasien mengenali dirinya
peningkatan citra tubuh: meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar serta
sikap pasien tentang tubuhnya
peningkatan penyesuaian: membantu individu, keluarga, komunitas dalam
mengembangkan, menggunakan, dan memperkuat faktor perlindungan
untuk digunakan dalam menghadapi stressor lingkungan dan social
peningkatan harga diri: membantu pasien untuk meningkatkan penilaian
pribadi tentang penghargaan terhadap diri
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada fisik
Tujuan & kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas
berkurang
Kecemasan pasien dapat di minimaliskan
Pasien dapat mengendalikan tingkat kecemasannya
Koping pasien dapat mengarah ke adaptif
Intervensi:
Bimbingan antisipatik: memeprsiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis
perkembangan dan/situasional
Penurunan ansietas: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau
perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang di
antisipasi dan tidak jelas
Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
Dukungan emosional: memberikan penenangan, penerimaan, dan
bantuan/dukungan selama masa stres.
Teknik menenangkan diri: meredakan kecemasan pasien yang mengalami
distress akut

Anda mungkin juga menyukai