Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan

pada miastenia
gravis
Kelompok 3

1. I Gusti Ayu Ngurah Meitriani (15.321.2272)


2. Luh Kadek Norma Wardiyanti (15.321.2289)
3. Ni Kadek Putri Widiasih (15.321.2295)
4. Ni Nyoman Widiantari (15.321.2297)
5. Ni Made Buda Yanti (15.321.2303)
6. Ni Made Ningrum Anggraeni (15.321.2304)
7. Ni Nyoman Ayu Komalasari (15.321.2305)
8. Ni Wayan Rita Cahyani (15.321.2312)
9. Putu Loudy Mita Anggarini (15.321.2316)
DEFINISI

Miastenia gravis adalah gangguang yang memengaruhi transmisi neuromuskular pada


otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter).
Klasifikasi Klinis Myasthenia Gravis

Kelompok I Myasthenia Okular


1. Hanya menyerang otot-otot ocular, disertai ptosis dan diplopia. Sangat ringan, tidak
ada kasus kematian.
Kelompok II Myasthenia Umum
A. Myasthenia umum ringan
B. Myasthenia umum sedang
C. Myasthenia umum berat
ETIOLOGI

Penyebab miastenia gravis masih belum diketahui secara pasti, diduga kemungkinan
terjadi karena gangguan atau destruksi reseptor asetilkolin (Acetyl Choline Receptor
(AChR)) pada persimpangan neoromuskular akibat reaksi autoimun. Etiologi dari penyakit
ini adalah:
1. Kelainan autoimun
2. Genetik
Patofisiologi

Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada


tranmisi impuls saraf menuju sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya
reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian
memperlihatkan adanya penurunan 70 % sampai 90 % reseptor asetilkolin pada
sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai
penyakit autoimun yang bersikap lansung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang
merusak tranmisi neuromuscular.
PATHWAY
LANJUTAN
pemeriksa penunjang

1. Tes darah
2. Pemeriksaan Neurologis
3. Foto thorax X-Ray dan CT-Scan
4. Pemeriksaan Tensilon
5. Electromyography ( EMG)
penatalaksanaan

A. Periode istirahat yang sering selama siang hari untuk menghemat kekuatan
B. Timektomi (pengangkatan timus melalui pembedahan)
C. Plasmaferesis (dialisis darah dengan pengeluaran antibodi IgG)
D. Terapi farmakologi
Komplikasi

1. Krisis miastenik
Ditandai dengan perburukan berat fungsi otot rangka yang memuncak pada gawat
napas dan kematian karena diafragma dan otot interkostal menjadi lumpuh. Dalam
kondisi ini, dibutuhkan antikolinesterase yang lebih banyak.
2. Krisis kolinergik
Krisis kolinergik yaitu respons toksik akibat kelebihan obat-obat antikolinesterase.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,dannstatus
2. Keluhan utama : kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat dan
presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan
kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah menunjukkan miastenia gravis.
4. Pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan


2. Resiko cedera bd fungsi indra penglihatan tidak optimal
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,gangguan pengucapan
kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis,
Intervensi

1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan


Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi polapernapasan klien
kembali efektif
Kriteria hasil :
- Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal
- Bunyi nafas terdengar jelas
- Respirator terpasang dengan optimal
2. Resiko cedera bd fungsi indra penglihatan yang tidak optimal
Tujuan: Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,gangguan pengucapan
kata, gangguan neuromuskular, kehilangankontrol tonus otot fasial atau oral
Tujuan: Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat
Kriteria hasil :
- Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi
- Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi
verbal
Tujuan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
- Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yangsedang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diriterhadap situasi
- Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam kosep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
Evaluasi

1. Pola napas kembali efektif


2. Terhindar dari resiko cedera
3. Tidak terjadi hambatan dalam komunikasi
4. Citra tubuh klien meningkat

Anda mungkin juga menyukai