Guillain Barre
Syndrome (GBS)
Dosen Pembimbing :
Awan Hariyanto,S.Kep.,Ns.M.Kes
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5
MELSYA SYARI’AH A.P P17240224083
1) Myastenia Gravis onset dini, usia saat onset kurang dari 50 tahun dengan
hiperplasia timus
2) Myastenia Gravis onset lambat, usia saat onset lebih dari 50. tahun dengan
atrofi timus
3) Myastenia Gravis terkait timoma
4) Myastenia Gravis dengan antibodi anti-MuSK
5) Myastenia Gravis Okular, gejala hanya dari otot periocular
6) Myastenia Gravis tanpa antibodi AChR dan MuSK yang terdeteksi.
Komplikasi pada Myasthenia
Gravis
1. Distress pernafasan
2. Pneumonia
3. Krisis miastenik. Krena perburukan myasthenia gravis, bisa
menyebabkan kematian karena lumpuhnya otot diafragma dan
otot intercostal
4. Krisis kolinergik. Karena penggunaan antikolinesterase yang
terlalu banyak, ditandai dengan mobilitas usus meningkat,
konstriksi pupil, dan brakikardia.
Pemeriksaan Penunjang
Myastenia Gravis
• Tes darah dikerjakan untuk menentukan kadar antibody tertentu didalam
serum(mis, AChR-binding antibodies, AChR-modulating antibodies,
antistriational
• Pemeriksaan Neurologis melibatkan pemeriksaan otot dan reflex.
• Foto thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk
mendeteksiadanya pembesaran thymoma, yang umum terjadi pada MG
• Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG. Enzim
acetylcholinesterase memecah acetylcholine setelah otot distimulasi,
mencegah terjadinya perpanjangan respon otot terhadap suatu rangsangan
saraf tunggal.
• Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk merangsang
otot dan mengevaluasi fungsi otot. Kontraksi otot yang semakin melemah
menandakan adanya MG
Penatalaksanaan Myastenia
Gravis
Penatalaksanaan myastenia gravis dapat dilakukan dengan
obat-obatan, thymomectomy ataupun dengan imunomodulasi
dan imunosupresif terapi yang dapat memberikan prognosis
yang baik pada kesembuhanya.
Untuk menekan rekasi autoimun, dengan menggunakan obat
kortikosteroid, seperti prednison atau immunosuppressant
seperti cylosporine atau azathioprine.
Ketika obat-obatan tidak menghasilkan keringanan atai
ketika myasthenic crisis terjadi, plasmapheresis
kemungkinan digunakan.
Pengkajian Myastenia Gravis
1. Identitas klien yang meliputi : nama, alamat, umur jenis kelamin, dan status
2. Keluhan utama : kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan parsial setelah
istirahat sangatlah menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin mengeluh kelemahan setelah
melakukan pekerjaan fisik yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas
dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.
4. Pemeriksaan fisik :
- B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut, kelemahan otot diafragma
- B2(bleeding): hipotensi / hipertensi .takikardi / bradikardi
- B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsiokular jatuhnya mata atau dipoblia
- B4(bladder) : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih
- B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia, dan peristaltik usus turun,
hipersalivasi,hipersekresi
- B6(bone) : gangguan aktifitas / mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebih
Masalah Keperawatan atau Diagnosa
Keperawatan yang Muncul Pada Myastenia
Gravis :
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d kelemahan otot
pernafasan
2. Resiko cedera b/d fungsi indra penglihatan tidak
optimal
3. Hambatan komunikasi verbal b/d disfonia,
gangguan pengucapan kata, gangguan
neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot
fasial atau oral
Intervensi Myastenia Gravis
Dx. 1 Ketidakefektifan pola nafas b/d kelemahan otot pernafasan
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi polapernapasan
klien kembali efektif
Kriteria hasil : Bunyi nafas terdengar jelas, respirator terpasang dengan optimal,
irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal.
No Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan ventilasi Untuk klien dengan penurunan kapasitas
ventilasi perawat mengkaji frekuensi
pernapasan, kedalaman, dan bunyi nafas,
pantau hasil tes fungsi paru-paru tidal,
(kapasitas vital, kekuatan inspirasi
2. Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman Dengan mengkaji frekuensi, kualitas, dan
kedalaman pernapasan, kita dapat
mengetahu sejauh mana perubahan kondisi
klien.
Lanjutan Dx. 1 Ketidakefektifan pola nafas b/d kelemahan otot
No pernafasan Intervensi Rasionalisasi
3. Berikan posisi nyaman pada klien, yaitu posisi Penurunan diafragma memperluas daerah
duduk (fowler) dada sehingga ekspans paru bisa maksimal
4. Observasi tanda-tanda vital Peningkatan RR dan takikard merupakan
indikasi penurunan fungsi paru adanya
Dx. 2 Resiko cedera b/d fungsi indra penglihatan tidak optimal
No Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan Menjadi data dasar dalam melakukan
aktivitas intervensi selanjutnya
2. Evaluasi aktivitas motorik Menilai singkat keberhasilan dar terapi yang
boleh diberikan
Lanjutan Dx. 2 Resiko cedera b/d fungsi indra penglihatan tidak
optimal
No Intervensi Rasionalisasi
3. Atur cara beraktivitas klien sesuai Menjadi data dasar dalam melakukan
kemampuan intervensi selanjutnya. Sasaran klien adalah
memperbaiki kekuatan dan daya tahan.
Menjad partisipan dalam pengobatan, klien
harus belajar tentang fakta-fakta dasar
mengenai agen agenan tikolinesterase-kerja,
waktu, penyesuaian dosis, gejala gejala
kelebihan dosis, dan efek toksik. Dan yang
penting pada pengguaan medikasi dengan
tepat waktu adalah ketegasan
Dx. 3 Hambatan komunikasi verbal b/d disfonia, gangguan pengucapan kata,
gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral
Tujuan : Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresikan perasaannya, menggunakan bahasa isyarat mampu dipenuhi
Kriteria hasil:
- Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi
- Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.
- Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.
No Intervensi Rasionalisasi
1. kaji komunikasi verbal pasien Kelemahan otot-otot bicara klien krisis
miastenia gravis dapa berakibat pada
komunikasi
2. Lakukan metode komunikasi yang ideal Teknik untuk meningkatkan komunikasi
sesuai dengan kondisi klien meliputi mendengarkan klien mengulangi apa
yang mereka coba komunikasikan dengan
jelas dan membuktikan yang diinformasikan,
berbicara dengan klien terhadap kedipan
mata mereka dan atau goyangkan jari jari
tangan atau kaki untuk menjawab ya/tidak
Lanjutan Dx. Dx. 3 Hambatan komunikasi verbal b/d disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus
otot fasial atau oral pernafasan
No Intervensi Rasionalisasi
3. Beri peringatan bahwa klien di ruang ini Untuk kenyamanan yang berhubungan
mengalam gangguan berbicara, sediakan bel dengan ketidakmampuan komunikasi
khusus bila perlu
4. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan frustasi oleh karena
ketergantungan atau ketidakmampuan
berkomunikasi
5. Kolaborasi: konsultasi ke ahl terapi bicara Mengkaji kemampuan verbal individual,
sensorik, dan motorik serta fungsi kognitif
untuk mengidentifikasi defisit dan kebutuhan
terapi
Evaluasi Keperawatan Pada Myastenia Gravis :
a. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN). Sering muncul cepat dan mengalami paralisis
yang berat dengan perbaikan yang lambat dan buruk.
b. Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN). Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan
titer antibody gangliosid meningkat (seperti, GMI, GDla, GD1b)
c. Miller Fisher Syndrome. Variasi dari SGB yang umum dan merupakan 5% dari semua kasus GBS.
Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia.
e. Acute Pandysautonomia. Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi.
Penatalaksanaan GBS
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara umum bersifat simtomik.
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan adalah :
1) Pengaturan Jalan Napas. Respirasi diawasi secara ketat terhadap perubahan kapasitas vital dan gas
darah yang menunjukkan permulaan kegagalan pernafasan.
2) Pemantauan EKG dan Tekanan Darah Monitoring yang ketat terhadap tekanan darah dan EKG
sangat penting karena gangguan fungsi otonom dapat mengakibatkan timbulnya hipotensi atau
hipertensi yang mendadak serta gangguan irama jantung.
4) Perlu diperhatikan pemberian cairan dan elektrolit terutama natrium karena penderita sering
mengalami retensi airan dan hiponatremi disebabkan sekresi hormone ADH berlebihan.
Pengkajian GBS :
1. Identitas
- Umur: Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang mengenai usia dibawah 2
tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan paling tua usia 95 tahun.
- Jenis kelamin : Semua orang baik wanita maupun laki-laki dapat mengalaminya
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan parastesia (kesemutan dan kebas) pada otot kaki, sesak napas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala yang sering dirasakan pasien yaitu kesemutan dan kebas (parestesia), kelemahan pada otot kaki yang
berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami infeksi pada saluran pernapasan, gastroinstentinal yang lama, bedah saraf, penggunaan obat-obat
seperti kortisteroid dan berbagai jenis antibiotic.
5. Pemeriksaan Fisik
- B1 (Breathing) : Pasien tidak dapat batuk efektif, pengeluaran sputum, ronkhi, dispneu, adanya penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, apneu.
- B2 (bleeding) : Wajah kemerahan, takikardi/ bradikardi, hipotensi/ hipertensi
- B3 (Brain) : Pusing, letargi
- B4 (Bledder) : Adanya distensi kandung kemih.
- B5 (Bowel) : Pasien sulit menelan atau mengunyah makanan, bising usus menurun, pasien. mengalami konstipasi
- B6 (Bone) : Adanya kelemahan pada otot, dan penurunan kekuatan otot
Masalah Keperawatan atau Diagnosa
Keperawatan yang Muncul Pada GBS :
No Intervensi Rasionalisasi
1. Pantau frekuensi, kedalaman, dan Peningkatan distress pernapasan
kesimetrisan pernafasan. Catat kerja nafas menandakan adanya kelelahan pada otot
dan observasi warna kulit dan membran pernapasan.
mukosa.
2. Catat adanya kelemahan pemapasan selama Indikator yang baik terhadap gangguan
berbicara fungsi nafas menurunnya kapasitas vital paru
Lanjutan Dx. 1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan/paralisis
otot pernafasan
No Intervensi Rasionalisasi
3. Tinggikan kepala tempat tidur (semifowler) Meningkatkan ekspansi paru dan usaha
batuk, menurunkan kerja pernapasan
4. Evaluasi refleks batuk, refleks gag/menelan Evaluasi dilakukan untuk mencegah aspirasi,
secara periodik infeksi pulmonia, dan gagal napas
5. Lakukan pemeriksaan laboratorium Menentukan keefektifan dari ventilasi
sekarang dan kebutuhan klien
6. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi (nasal e Mengatasi hipoksia
kanul, masker oksigen, atau ventilator
mekanik)
Dx. 2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
Tujuan : Setelah dilakukantindakan selama diharapkan mampu keperawatan 3x24
jam klien mempertahankan mobilitas fisik tanpa ada komplikasi
Kriteria hasil :
- Tidak ada laporan kontraktur, dekubitus
- Meningkatkan kekuatan otot dan fungsi bagian yang sakit
- Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang diinginkan sesuai
No Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kekuatan motorik dengan menggunakan 1 Menentukan perkembangan/intervensi
skala 0-5. Lakukan pengkajian secara teratur selanjutnya
2. Berikan posisi yang memberikan kenyamanan Menurunkan kelelahan, meningkatkan
pada klien dan lakukan perubahan posisi relaksasi, menurunkan resiko terjadinya
dengan jadwal yang teratur sesuai kebutuhan iskemia/kerusakan pada kulit
individu
Lanjutan Dx. 2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular
No Intervensi Rasionalisasi
3. Sokong ekstremitas dan persendian dengan 3 Mempertahankan ekstremitas dalam posisi
bantal/papan kaki fisiologis, mencegah kontraktur, dan
kehilangan fungsi sendi
4. Menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus Menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus
otot, dan meningkatkan mobilisasi sendi otot, dan meningkatkan mobilisasi sendi
5. Menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus Penggunaan otot secara berlebihan dapat
otot, dan meningkatkan mobilisasi sendi meningkatkan waktu yang diperlukan untuk
reinkarnasi karena dapat memperpanjang
waktu penyembuhan
6. Anjurkan untuk melatih gerak secara bertahap Meningkatkan fungsi organ normal dan
memiliki efek psikologis positif.
7. Berikan lubrikasi/minyak artifisial sesuai Mencegah kekeringan dari jaringan tubuh
kebutuhan yang halus
Evaluasi Keperawatan Pada GBS :