Anda di halaman 1dari 8

2.

General Weakness

2.1 Definisi

Kelelahan merupakan salah satu keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien. Kelelahan dikorelasikan dengan tingkat tenaga yang rendah dan tidak spesifik,
atau perasaan mudah letih setelah melakukan akivitas. Kelelahan atau fatigue perlu
dibedakan dengan weakness atau kelemahan, dimana weakness merupakan
penurunan fungsi normal dari satu atau lebih otot manusia. Fatigue dan weakness
walaupun disebabkan hal yang berbeda, sering terjadi pada golongan pasien tua
(Harrison, 2013).

2.2 Etiologi

Kelelahan memiliki banyak faktor penyebab, sehingga diperlukan anamnesa,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang cermat, sehingga penyebab dari
kelelahan dapat diidentifikasi dengan tepat. Praktisi kesehatan perlu menanyakan
mulai kapan kelelahan muncul, bagaimana perkembangannya, sudah berapa lama,
aktivitas sehari-hari, nafsu makan, olah raga, kehidupan seksual, dan riwayat tidur
pasien. Dapat juga ditanyakan faktor stress, dementia, riwayat perjalanan dan faktor-
faktor penyebab infeksi dan juga riwayat pengobatan. Dalam pemeriksaan fisik, juga
diperlukan pengamatan terhadap berat badan, status nutrisi, limfadenopati,
hepatosplenomegali, masa di abdomen, pallor, kemerahan, murmur, kardiomegali,
sendi-sendi yang sakit, dan juga fungsi neurologis (Harrison, 2013).

Disease category Examples


Infection HIV, TB, hepatitis, sinusitis, fungal, malaria
Cancer Lung, GI, breast, prostate, leukemia, lymphoma, metastases
Psychiatric depression, alcoholism, chronic anxiety
Metabolic hypothyroidsm, hyperthyroidism, Addison disease
Electrolyte imbalance hypercalcemia, hypokalemia, hyponatremia, hypomagnesia
Nutrition, vitamin starvation, obesity, iron deficiency, vitamin B,folic acid
deficiency deficiency, scurvy, beriberi
Neurologic multiple sclerosis, myasthenia gravis, dementia
Cardiac Heart failure, CAD, valvular disease, cardiomyopathy

26
COPD, pulmonary hypertension, chronic pulmonary emboli,
Pulmonary sarcoidosis
Sleep disturbances Sleep apnea, insomnia, restless leg syndrome
Celiac disease, Chrons disease, ulcerative colitis, chronic
Gastrointestinal hepatitis, cirrhosis
Hematologic Anemia
Renal renal failure
Medication sedatives, antihistamines, narcotics, B blocker
Inflammatory disease RA, chronic fatigue syndrome

Tabel 1. Penyakit yang menimbulkan kelelahan

2.3 Tatalaksana

2.3.1 Tatalaksana Diagnosa

Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang,


walaupun beberapa penyakit dapat ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah
lengkap, gula darah, serum elektrolit, ureum kreatinin, kalsium,dan fungsi faal lainnya.
Chest X-ray juga bisa digunakan untuk menghilangkan diagnosis banding secara
cepat. Sebagai contoh: anemia akan pasti dideteksi dengan adanya penurunan kadar
besi, hiponatremi dikaitkan dengan SIADH, hypotiroid, hingga insufisiensi adrenal, dan
peningkatan leukosit yang dikorelasikan dengan infeksi (Harrison, 2013).

2.3.2 Tatalaksana Pengobatan

Pengobatan didasarkan dengan diagnosis, apabila diketahui. Kondisi-kondisi


kelainan metabolik,nutrisi, dan endokrin, dapat dikoreksi dengan mengobati faktor
penyebab, Pengobatan spesifik diperlukan untuk infeksi seperti TB, pneumonia, atau
sinusitis. Pada pasien dengan keganasan, kelelahan dapat timbul karena faktor
kemoterapi atau radioterapi. Penangan anemia, defek nutrisi, hiponatremia, dan
hiperkalsemia dapat meningkatkan level energi pada pasien.

Pengobatan pada pasien tua memerlukan penghitungan dosis yang


disesuaikan (biasanya dengan penurunan dosis) dan pembatasan regimen obat yang
diberikan karena perubahan fungsi tubuh pada pasien yang lanjut usia. Perubahan
fungsi antara lain penurunan absopsi obat, penurunan distribusi obat, penurunan

27
metabolisme, penurunan fungsi ekskresi, dan sensitivitas jaringan terhadap obat
(Harrison, 2013).

2.3.3 Tatalaksana Monitoring

Pengawasan terhadap perkembangan kondisi pasien geriatri memiliki peran


penting dalam rangkaian pengobatan penyakit yang dihadapi. Pengawasan dapat
berupa observasi perbaikan keadaan umum, tanda-tanda vital, keluhan subjektif,
produksi urine, keseimbangan cairan, hingga pemeriksaan penunjang berkala untuk
melihat perjalanan kondisi pasien selama mendapat perawatan. Pengawasan dari
caregiver atau pendamping pasien juga diperlukan baik apabila pasien diperbolehkan
rawat jalan. Pada pasien geriatri, caregiver berperan besar agar program yang
diberikan dapat berhasil dan tidak terjadi penelantaran dari pasien (Harrison, 2013).

2.3.4 Tatalaksana Edukasi

Pasien memiliki hak dalam menerima informasi terkait penyakit yang mereka
dapati. Edukasi membantu rangkaian rencana pengobatan dokter dapat berjalan
dengan baik, dikarenakan diperlukan kerja sama antara pasien, keluarga atau
pendamping pasien, dan juga dari pihak tenaga kesehatan yang terkait. Informasi yang
dapat diberikan antara lain penyakit yang diderita pasien, rencana pengobatan yang
akan diberikan, efek samping pengobatan yang mungkin terjadi, kemungkinan
prognosa penyakit yang diderita, dan juga kewenangan pasien untuk menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan dan second opinion apabila pihak pasien
berkehendak.

Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menambah kepatuhan pasien


(Kane, 2004)

1. Membuat regimen obat dan instruksi sesederhana mungkin


a. Menggunakan jadwal minum obat yang sama (satu atau dua kali sehari)
b. Sesuaikan waktu minum obat dengan rutinitas sehari-hari
2. Memberitahu caregiver tentang obat yang diberikan
3. Memberitahu tenaga kesehatan lain yang berhubungan
4. Pastikan pasien bisa mengakses apotik untuk mengambil obat, atau bahkan
cara memakai obat.

28
5. Memakai kalender atau catatan minum obat
6. Review pengetahuan tentang obat dan kepatuhan meminum obat setiap kontrol

Berikut beberapa penyebab kelelahan yang umum ditemukan pada pasien usia
lanjut, antara lain penurunan kesadaran, infeksi, dan penurunan intake makanan.

Penurunan Kesadaran

Penurunan kesadaran pada awalnya dapat menyebabkan kelelahan


dikarenakan faktor asupan nutrisi yang menjadi berkurang, metabolisme yang
meningkat, hingga menyebabkan kematian. Penyebab dari penurunan kesadaran
antara lain faktor metabolit (obat-obatan, hipoglikemi, hiperglikemi, septicemia,
myxedema, hepatic/uraemic encephalopathy) dan faktor neurologis (trauma, infeksi,
stroke, epilepsy).

Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Penurunan Kesadaran

Pada Gambar 1 dijelaskan bagaimana tatalaksana penurunan kesadaran


secara umum. Peran dari primary survey sangat penting pada tahap ini. Setelah
primary survey dilakukan, tenaga kesehatan bisa memeriksa hal lain yang terkait

29
dengan penyebab penyakit, mulai dari head to toe examination hingga pemeriksaan
penunjang.

Penurunan kesadaran oleh sebab metabolic yang paling banyak ditemui pada
pasien tua antara lain kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia. Hipoglikemia kerap
disebabkan oleh penggunaan obat golongan glibenclamide secara berlebihan, dan
juga pasien yang lupa untuk makan. Diagnosa terkait hipoglikemia ialah adanya tanda-
tanda Whipple Triad, yaitu: 1. Ada gejala hipoglikemia 2. Konsentrasi glukosa plasma
yang rendah 3. Hilangnya gejala-gejala hipoglikemia setelah konsentrasi glukosa
plasma meningkat. Tatalaksana pada kondisi hipoglikemia antara lain dengan
pemberian glukosa dari luar tubuh (cairan dextrose), stop obat DM yang dikonsumsi,
pemantauan gula darah tiap 1-2 jam, dan mencari faktor penyebab munculnya
hipoglikemia (Sabatine, 2011).

Kondisi hiperglikemia memiliki banyak faktor pencetus, seperti kelalaian


pemakaian obat anti diabetes, infeksi, dan kondisi sakit berat. Hiperglikemia memiliki
kegwatan antara lain ketoacidosis diabetik, dan juga diabetic hiperosmolar
hiperglikemik state dimana pemberian cairan berguna pada pasien HHS dan cairan
serta insulin berperan dalam perbaikan kondisi pasien KAD (Longmore, 2014).

30
Gambar 2. Tatalaksana Diabetik Ketoasidosis

Infeksi

Infeksi merupakan salah satu penyebab munculnya kelelahan pada pasien


berusia lanjut. Infeksi memiliki banyak penyebab, mulai dari bakteri, virus, parasit,
jamur, hingga, penurunan sistem imun tubuh yang menyebabkan agen-agen
oportunistik dapat menimbulkan gejala infeksi. Panas badan pada yang sering muncul
pada kasus infeksi cenderung tidak ada pada pasien geriatri (20-35% kasus), karena
adanya penurunan respon interleukin-1, faktor nekrosis tumor, dan interleukin-6
terhadap adanya pirogen endogen. Produksi panas yang berkurang juga merupakan
indikasi buruk, bahwa sistem pertahanan tubuh sudah berkurang. Norman dan
Yoshikawa mengusulkan kriteria baru untuk panas pada usia lanjut: 1. Peningkatan
suhu badan lebih atau sama dengan 2 derajat fahrenheit yang menetap dari suhu
normal 2. Temperatur oral > 37.2 derajat celcius setelah pengukuran berulang
3.Temperatur rektal > 37.5 derajat celcius setelah pengukuran berulang (PAPDI,
2009).

31
Infeksi dapat memunculkan kegawatan apabila sudah memasuki tahap sepsis,
septic shock, dan juga SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome). Sepsis
terjadi dengan adanya hipoperfusi organ, seperti hypoxemia, oliguria, lactic acidosis,
atau penurunan kesadaran. Septic shock didefinisikan dengan sepsis dengan
hipotensi (sistolik <90mmHg atau MAP < 60) walaupun sudah dilakukan resusitasi
cairan adekuat, atau membutuhkan vasopressor/inotropik untuk menyeimbangkan
tekanan darah. SIRS memiliki gambaran antara lain: temperatur >38 atau <36,
takikardia >90x/menit, laju respirasi meningkat >20x/menit atau PaCO2 <4,3 kPa,
WBC >12x109/L atau <4x109/L, atau adanya bentuk immature (band) (Longmore,
2014).

Penurunan Intake Makanan

Kelelahan merupakan keadaan dimana tubuh memiliki tingkat tenaga yang


rendah. Pada pasien lanjut usia hal ini dapat terjadi dikarenakan penurunan intake
makanan yang seharusnya dikonsumsi. Penyebab penurunan intake makanan bisa
dikarenakan terjadi masalah sistem gastrointestinal pada geriatri, dyspepsia
syndrome, depresi, hingga penurunan kesadaran (Longmore,2014).

Obat-Obatan Yang Menyebabkan Kelelahan

Beberapa obat memiliki efek samping menimbulkan kelelahan dan kelemahan


apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Dokter kerap meresepkan obat-obat ini
dikarenakan indikasi pengobatan terhadap kondisi-kondisi yang dialami pasien yang
memang dibutuhkan penangan farmakologis. Berikut merupakan obat-obat yang
dapat menimbulkan kelelahan.

1. Obat Penurun Tekanan Darah, obat-obat ini dapat menurunkan aktivitas jantung
dan juga dapat mendepresi sistem syaraf pusat, diuretik dapat menyebabkan
pengurangan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi.

2. Statin dan Fibrates, obat-obat ini dapat menurun produksi energy pada level seluler,
menyebabkan lemasnya otot dan menyebabkan serat otot masuk ke pembuluh darah
yang berbahaya bagi ginjal.

32
3. Proton Pump Inhibitor, pasien yang mendapat PPI selama minimal 3 bulan berturut-
turut memiliki resiko hipomagnesia yang menyebabkan gangguan nafsu makan dan
kelelahan.

4. Benzodiazepines, dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat, obat ini dapat


menyebabkan sedasi dan lemas.

5. Antihistamin, CNS depressants. Kebanyakan rasa lelah dan mengantuk muncul


sebagai efek samping obat ini.

6. Antidepressan, menyebabkan kelelahan pada minggu-minggu awal pemakaian,


dengan mempengaruhi hormon dan neurotransmitter sehingga gejala muncul.
Antidepressan juga dapat menyebabkan hipokalemi yang berujung pada kelemahan
otot.

7. Antipsikotik, obat-obat ini merupakan CNS depressan yang kuat, pemberian obat ini
juga menyebakan kadar dopamine menurun sehingga pasien lebih sering mengantuk
dan tidur.

8. Antibiotik, beberapa antibiotik seperti sulfamethoxazole/trimetophrim menyebabkan


kelelahan bila digunakan, akan tetapi masih belum diketahui secara pasti bagaimana
mekanisme yang mendasari (AARP, 2015).

33

Anda mungkin juga menyukai