Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi Iatrogenesis


Berasal dari bahasa Yunani “iatros” yang berarti medis dan “genes” yang
berarti origin/asal, iatrogenik di definisikan sebagai terjadinya efek negatif yang
di sebabkan oleh prosedur medis. Selain itu Iatrogenesis didefinisikan sebagai
cedera atau penyakit yang terjadi sebagai hasil dari perawatan medis (Taber's
Cyclopedic Medical Kamus, 2013). Kondisi iatrogenik adalah kondisi sakit
kesehatan atau efek buruk yang disebabkan oleh perawatan medis. Biasanya
hasil dari kesalahan yang dibuat dalam diagnosis atau perawatan, dan juga bisa
menjadi kesalahan anggota tim kesehatan. Risiko iatrogenesis pada individu di
atas usia 65 adalah dua kali lebih tinggi dari yang lebih muda orang dan
komplikasi iatrogenik mungkin lebih parah pada lansia (Merck Manual, 2013).
2.1.2 Etiologi
Ada beberapa etiologi dari Iatrogenesis di antaranya (Lafont, et al 2011):
1. Kesalahan medis penulisan resep obat yang tidak terbaca
2. Prosedur, teknik informasi dan metode yang tidak tepat
3. Interaksi obat akibat salah peresepandan polifarmasi
4. Efek samping obat Penggunaan obat yang berlebihan dan ketidakpatuhan
sehingga menyebabkan resistensi obat
5. Infeksi nosokomial
6. Tranfunsi darah
7. Distress emosi yang membahayakan
2.1.3 Patofisiologi
Pasien usia lanjut memiliki kerentanan unik untuk mengalami kejadian
yang tidak diinginkan (adverse event), namun sampai saat ini alasan untuk
predisposisi khusus ini tetap tidak jelas. Satu penjelasan yang mungkin adalah
bahwa pasien yang lebih tua memiliki penyakit yang lebih kronis dan lebih
kompleks yang berkonstribusi terhadap peningkatan lama rawat dan karenanya
meningkatkan paparan terhadap prosedur yang dapat mengarah pada berbagai
komplikasi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit. Sebagai
tambahan, faktor faktor endogen seperti penurunan fungsi kognitif, fungsi renal
dan hepar bersama faktor faktor eksogen seperti lingkungan rumah sakit, dapat
mempengaruhi kerentanan pasien lanjut usia terhadap kejadian yang tidak
diinginkan. Kaskade komplikasi lebih sering terjadi pada pasien tua dan dapat
menyebabkan penurunan fungsi lebih jauh karena kombinasi efek dari
penyakitnya sendiri, penurunan kondisi dan efek samping dari terapi.
Penyakit iatrogenik adalah akibat dari prosedur terapi dan diagnosis yang
diterima oleh pasien. engan berbagai macam jenis obat pada satu orang pasien
maka reaksi efek samping obat dapat terjadi. Dokter seharusnya mengambil
langkah yang tepat untuk mendeteksi dan mengatasinya. Salah satu prinsip
dasar yang disebutkan oleh hipokrates adalah jangan menyakiti. gangguan
iatrogenik terjadi ketika efek samping dari regimen diagnosis atau terapi
menyebabkan sebuah kondisi patologis. Prosedur (diagnostik mekanik dan
radiologis), regiment terapi (obat, pembedahan, atau prosedur invasif lai nnya),
hospitalisasi dapat menyebabkan gangguan iatrogenik.
Dari beberapa studi yang telah dilakukan, terdapat beberapa predictor
penting untuk terjadinya iatrogenesis seperti usia tua, jumlah obat yang
diminum per hari, kondisi patologis yang berhubungan, kondisi medis yang
buruk saat masuk rumah sakit, gangguan fungsi ginjal dan penggunaan akses
intravena. Beberapa faktor resika lain yang diketahui menyebabkan kejadian
iatrogenesis di rumah sakit antara lain > masuk dari panti jompo atau rumah
sakit lain, dan lama rawat.
Dari sekian banyak tipe penyakit iatrogenik, yang paling sering di
temukan adalah yang berhubungan dengan obat atau efek samping obat
(adverse drug reaction ADR). ADR sering terjadi dan membutuhkan biaya
yang tinggi bahkan beberapa kasus menimbulkan komplikasi yang berat.
Kelainan yang sering di temukan berupa gangguan elektrolit termasuk
dehidrasi, gangguan metabolit/ endokrin, gangguan gastrointestinal dan hepar,
gangguan kardiovaskuler, kejadian neuropskiatri, gangguan hematologi dan
komplikasi infeksi dan perdarahan. Peningkatan resiko efek samping obat pada
pasien tua sebagian di sebabkan karena penurunan kemampuan metabolisme
obat, perubahan sifat obat dan reseptor dan sensitivitas jaringan yang
berhubungan dengan usia dan interaksi antar obat. Adanya gangguan
metabolisme obat akan menyebabkan kadar obat yang tinggi dalam darah pada
pemberian dosis normal.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Mengatakan kebenaran, dengan demikian didasarkan pada penghormatan
terhadap otonomi pasien, umumnya merupakan fokus yang benar dari
pertimbangan etis yang disebutkan di atas setelah iatrogenesis. Namun, dalam
kasus iatrogenesis tandingan yang melibatkan pengambil keputusan pengganti,
penghormatan terhadap otonomi pasien dalam beberapa hal diubah menjadi
penghormatan terhadap keinginan pengganti. Michaelson et al. mengamati,
"Peran dibalik dengan keputusan perawatan akhir-hidup ketika orang tua
bergeser, kadang-kadang secara akut, ke dalam peran pembuat keputusan
utama". Tetapi, seperti yang diperdebatkan Hester, legitimasi pengganti tidak
diturunkan dengan mengungkapkan nilai-nilai anak muda itu sendiri tetapi
hanya dengan memiliki otoritas untuk memutuskan untuk anak itu, sehingga
menciptakan "ruang moral" yang berbeda. Mengikuti pemikiran itu,
penghormatan terhadap otonomi dalam etika pediatrik dapat memanifestasikan
ketegangan, merujuk pada hak untuk membuat keputusan yang terinformasi
dengan baik tentang hal-hal yang memengaruhi diri sendiri atau anak dan hak
negatif anak agar bebas dari tindakan dengan cara yang berbahaya.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi lebih sering terjadi pada pasien tua dan dapat menyebabkan
penurunan fungsi lebih jauh karena kombinasi efek dari penyakitnya sendiri,
penurunan kondisi dan efek samping dari terapi. Istirahat di tempat tidur juga
memiliki berbagai komplikasi potensial bagi pasien usia lanjut, antara lain:
nyeri akibat penekanan, penyerapan tulang, hiperkalsemia, hipotensi postural,
atelektasis dan pneumonia, tromboflebitis dan tromboemboli, inkontinensia
urin, konstipasi dan impaksi fekal, menurunnya kekuatan otot, menurunnya
aktifitas kerja fisik, kontraktur, serta depresi dan kecemasan.
Infeksi nasokomial merupakan komplikasi iatrogenik lain yang sering
trjadi di rumah sakit, umumnya melibatkan traktur urinarius, traktus
respiratorius dan aliran darah (karena kateter intravena). Kolonisasi atau infeksi
dengan organism resisten atau oportunistik dapat menambah komplikasi lebih
jauh.
2.1.6 Penatalaksanaan
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat
menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat
tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip
penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik (Setiati, Siti
2013).
Pendekatan peripurna pasien geriatri merupakan prosedur pengkajian
multidimensi. Pendekatan multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai
masalah pada pasien geriatri, mengidentifikasi semua aseit pasien,
mengidentifikasi jenis pelayanan yang dibutuhkan, dan mengembangkan
rencanna asuhan yang berorientasi pada kepentingan pasien. Beberapa
penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik non farmakologi diantaranya:
a) Pemberian Asupan Diet Protein , Vitamin C,D, E & Mineral yang
Cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka
kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor
penting, bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Protein
sebaiknya mengandung asam amino esensial. Leusin adalah asam amino
esensial dengan kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga
dapat mencegah sarkopenia.
b) Pengaturan Olahraga Secara Teratur
Kemampuan dasar seperti: berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif.
Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot
dengan memicu peningkatan masa dan kapasitas metabolik otot
sehingga memengaruhi energy expenditure, metabolis glukosa dan
cadangan protein
c) Pencegahan Infeksi dengan Vaksin
d) Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya
pembedahan elektif dan recon ditioning cepat setelah mengalami stres
dnegna renutrisi dan fisioterapi individual
e) Terapi Pengobatan
Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda,
karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan
dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan
sebelumnya.
2.1.7 Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital.
a. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk
melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik
b. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem
ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa. Yang penting
adalah pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau
tidaknya gangguan organ atau sistem.
c. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian
sistem, yaitu :
a) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
b) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
c) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
d) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan
dengan cermat.
e) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan
sendisendi perlu diperiksa :sendi panggul, lutut dan kolumna
vertebralis.
f) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get
up and go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di
lantai, beberapa tes keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan, koordinasi
gerakan.Bila dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan
terpaksa. Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis (Kuswardhani, RAT. 2011).
Assessmen Geriatri komprehensif mencakup: kesehatanfisik, mental,
status fungsional, kegiatan sosial, dan lingkungan.Tujuan asesmen ialah
mengetahui kesehatan penderita secara holistic supaya dapat memberdayakan
kemandirian penderita selama mungkin dan mencegah disabilitas-handicap
diwaktu mendatang. Assessmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi
interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan
kesehatan (Forciea MA. 2004, Darmojo BR, 2010).
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat :
menelan, masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak
yang terbatas pada anggota badan dan lain-lain.
a. Penilaian sistem : Penilaian system dilaksanakan secara urut, mulai dari
system syaraf pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular,
gastrointestinal (seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital
(seperti inkontinensia urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan
penyakit dan keluhan penderita tidak tentu berwujud sebagai
penampilan organ yang terganggu.
b. Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok,
minum alkohol).
c. Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
d. Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali
ditanyakan, bila perlu, penderita atau keluarganya.
e. Ada tidaknya perubahan perilaku.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan keperluan penegakan
kepastian diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
a. X-foto thorax, Elektrokardiogram (EKG)
b. Laboratorium : Darah Lengkap (DL), Urine Lengkap (UL), Femtoliter
(FL)
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau
diperlukan tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi (rujukan)
kepada sub- bagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih
spesifik : Elektrokardiogram (EKG) dan CT-Scan
2.1.9 WOC (Web of Causation)

Faktor Resiko

Prosedur Diagnostik Regimen terapi Hospitalisasi

Penyakit Iatrogenesis

Penurunan fungsi Penurunan Fungsi Gangguan Lingkungan


kognitif Renal dan Hepar

Kondisi patologis ADR


(Adverse drug reaction)

Komplikasi infeksi Gangguan kardiovaskuler


Kehilangan cairan dan
elektrolit

Resiko perdarahan
Penurunan aliran darah ke
Dehidrasi jantung

MK :nyeri
Regulasi cairan tidak Ketidakseimbangan
seimbang suplai o2
MK : ansietas

MK :Defisit volume
MK : Ketidakefektifan MK : Intoleransi
pola nafas aktifitas
9

Anda mungkin juga menyukai