Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN DASAR

LATIHAN SOAL DARI BUKU DIGITAL PEMENUHAN KEBERSIHAN DIRI

OLEH :

ENJANG WAHYU BUDIARTI


NIM 2011013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PARAREL


STIKES HANG TUANG SURABAYA
2020/2021

1. Personal hygiene
Adalah suatu kegiatan pemenuhan kebersihan diri, untuk merawat diri, merawat tubuh agar
tetap bersih, dan selalu sehat, serta mampu meningkatkan derajat kesehatan bagi diri sendiri,
sehingga masalah kesehatan serta dampak negative dari fisik maupun sosial dapat teratasi
dengan baik.
Tujuan personal Hygiene
 Meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kesehatan dan mencegah penyakit
 Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan menciptakan keindahan
 Mencegah penyakit pada diri sendiri maupun pada orang lain
 Meningkatkan percaya diri

Jenis-jenis dari personal hygiene

a. Perawatan kulit
Dalam perawatan kulit dapat dilakukan dengan mandi, karena dengan mandi setiap hari
dapat menghilangkan kotoran,bau badan, keringat dan membuat rasa nyaman. Mandi
dilakukan sebaiknya secara rutin minimal 2 kali sehari dan selalu menggunakan sabun
b. Kebersihan, kuku kaki dan tangan
Kebersihan yang bisa dilakukan dengan cara memotong kuku dengan alat pemotong
kuku dan dalam menjaga kesehatan dan kebersihan kaki, sebaiknya menggunakan alas
kaki yang lembut, aman, dan nyaman, jenis alas kaki yang dipakai dapat mempengaruhi
masalah kaki dan kuku, sebagai keharusan dalam menjaga kebersihan kaki dengan cara
mencuci kaki, mencuci kaki dapat dilakukan setelah beraktivitas
c. Kebersihan rambut
Untuk menjaga kebersihan rambut dapat dilakukan dengan cara keramas. Keramas
minimal dilakukan 2 kali dalam seminggu. Keramas lebih sering dilakukan jika
seseorang melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat seperti selesai
berolahraga dan bekerja.
d. Kebersihan gigi dan mulut
Dengan cara menggosok gigi dapat membersihkan gigi dan plak, bakteri dan
mengurangi kenyaman yang dihasilkan dari bau dan rasa tidak nyaman. Menyikat gigi
merupakan cara untuk menjaga gigi dan mulut tetap bersih, sedikitnya dilakukan 4 kali
dalam sehari, yaitu setiap selesai makan dan sebelum tidur, serta memeriksakan mulut
dan gigi setiap 6 bulan sekali secara rutin ke puskesmas atau ke dokter gigi.
e. Kebersihan mata
Dalam menjaga kesehatan dan kebersihan mata dapat dilakukan dengan cara mengusap
kotoran mata dari bagian sudut bagian dalam ke sudut bagian luar mata dengan
menggunakan kain yang lembut dan bersih serta melindungi mata dari kemasukan debu
dan kotoran.

f. Kebersihan telinga.
Dalam menjaga kebersihan telinga dapat dilakukan secara rutin sekitar 1-2x dalam
seminggu. Pada saat pembersihan harus dengan hati-hati dan menggunakan alat yang
bersih dan aman.
g. Kebersihan hidung
Dalam menjaga kebersihan hidung dapat dilakukan dengan cara menggunakan kappa,
sapu tangan atau tisu yang bersih dengan cara mengangkat sekresi hidung secara lembut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut perry dan potter (2005)

a. Citra tubuh
b. Praktik sosial
c. Status sosio-ekonomi
d. Pengetahuan
e. Kebudayaan
f. Pilihan pribadi
g. Kondisi fisik

Sedangakan menurut green (1980) terdapat tiga faktor :

1. Faktor predisposisi
Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai budaya atau
norma yang diyakini seseorang.
2. Faktor pendukung
Faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseoarang, ketersediaan sumber-sumber
atau fasilitas, misalnya puskesmas,obat-obatan,alat-alat kontrasepsi,jamban,air bersih
3. Faktor pendorong atau penguat
Yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak, faktor
ini terwujud dalam sikap dan perilaku. Perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh
masyrakat,tokoh agama,guru,petugas kesehatan,keluarga,pemegang kekuasaan)

Dampak yang timbul pada masalah personal hygiene

 Dampak fisik
Dampak fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit.gangguan
membranemukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku
 Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan keburuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan
gangguan inter aksi sosial

2. Analisa penelitian pada jurnal personal Hygiene


Perilaku Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Santri di Pondok Pesantren Wilayah
Kabupaten Brebes akan Terwujud Jika Didukung dengan Ketersediaan Sarana Prasarana

 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian explanatory research,


dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah para santri Putra-
Putri usia 13 – 18 tahun yang termasuk kelas 7 - 12 di Pondok Pesantren di Wilayah
Brebes sebanyak 3350 santri dengan jumlah sampel sebesar 293 santri yang diambil dari
4 pondok pesantren di Wilayah Brebes dengan cara proportional cluster random
sampling.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kebersihan diri santri di Pondok pesantren
wilayah Kabupaten Brebes dengan kategori baik 42,0%, lebih sedikit dibandingkan
dengan kategori kurang baik 58,0%. Di pondok Pesantren kecenderungan tertular
penyakit kulit sebab kurangnya kebersihan diri sangat tinggi. Penyebabnya adalah tinggal
bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular
berbagai penyakit kulit, khusunya penyakit scabies. Penularan terjadi bila kebersihan
pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Masih ada pesantren yang tumbuh
dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang
lembab, dan sanitasi yang buruk.
 Ditemukan pada kelompok santri yang berusia 16–18 tahun yaitu 61,7% dibandingkan
dengan kelompok santri yang berusia 13-15 tahun yaitu 54,2%. Adanya perubahan umur
tidak berdampak adanya perubahan perilaku. Pada umur 16-18 tahun seharusnya dapat
berperilaku baik dibandingkan dengan umur 13-15 tahun. Penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur responden dengan perilaku
kebersihan diri pada santri di Pondok Pesantren Kabupaten Brebes.
 Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 69,6%, sedangkan sisanya 30,4%. berjenis kelamin
laki-laki. Perilaku kebersihan diri yang kurang lebih banyak dijumpai pada kelompok
santri dengan jenis kelamin laki-laki (70,8%) dibandingkan dengan kelompok santri
dengan jenis kelamin perempuan (52,5%). Sedangkan persentase perilaku kebersihan diri
yang baik lebih banyak terdapat pada kelompok santri yang berjenis kelamin. perempuan
47,5% dibandingkan dengan kelompok santri yang berjenis kelamin laki-laki 29,2%.
 Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa separuh lebih (53,2%) responden memiliki
pendidikan SMA/MA sedangkan sisanya (46,8%) berusia adalah SMP/Mts. Perilaku
kebersihan diri yang kurang lebih banyak dijumpai pada kelompok santri yang
berpendidikan SMA 53,2% dibandingkan dengan kelompok santri dengan pendidikan
SMP 46,8%.
 Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden
(58,0%) mengatakan bahwa sarana dan prasarana kebersihan diri di pondok pesantren
adalah lengkap, sedangkan responden yang mengatakan sarana dan prasarana kebersihan
diri di pondok pesantren kurang lengkap yaitu sebesar 42,0%. Perilaku kebersihan diri
yang kurang lebih banyak dijumpai pada kelompok santri yang memiliki sarana dan
prasarana kebersihan diri kurang lengkap di pondok pesantren 87,8% dibandingkan
dengan kelompok santri yang memiliki sarana dan rasarana kebersihan diri yang lengkap
di pondok pesantren 36,5%. Sedangkan persentase perilaku kebersihan diri yang baik
lebih banyak terdapat pada kelompok santri yang memiliki sarana dan prasarana lengkap
63,5% dibandingkan dengan kelompok santri yang memiliki sarana dan prasarana kurang
lengkap 12,2%.
 Berdasarkan hasil jawaban responden tentang ketersediaan sarana dan prasarana
kebersihan diri di pondok pesantren ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian
yaitu sebanyak 86,3% responden menyatakan bahwa di pondok pesantren tidak tersedia
setrika untuk menyetrika pakaian santri, sebanyak 82,6% responden menyatakan bahwa
di pondok pesantren tidak tersedia tempat tidur yang terpisah untuk masing-masing
santri, sebanyak 76,1% rsponden menyatakan bahwa di pondok pesantren tidak tersedia
media promosi PHBS seperti leaflet, sebanyak 68,6% responden menyatakan bahwa di
pondok pesantren tidak tersedia sabun untuk cuci tangan, sebanyak 56,3% respnden
menyatakan bahwa di pondok pesantren tidak tersedia air mengalir yang bersih di
wastafel untuk cuci tangan pakai sabun, sebanyak 44,7% responden menyatakan bahwa
di pondok pesantren tidak tersedia handuk untuk setiap orang.
 Perilaku kebersihan diri santri di Pondok pesantren wilayah Kabupaten Brebes dengan
kategori baik 42,0%, lebih sedikit dibandingkan dengan kategori kurang baik 58,0%.
Ketersediaan sarana dan prasarana tentang kebersihan diri, dengan odds ratio 10,335.
Artinya ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap mempunyai kemungkinan santri
untuk berperilaku melakukan kebersihan diri yang baik sebanyak 10,335 kali lebih besar
dibandingkan dengan santri yang ketersediaan sarana dan prasarananya kurang lengkap.

Refrensi

Zakiudin, Ahmad & Zahroh Shaluhiyah.2016. Perilaku Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Santri di Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten Brebes akan Terwujud Jika Didukung dengan
Ketersediaan Sarana Prasarana, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 11 (2) dalam
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/19004/13249 (diakses 8 oktober 2020
pukul 20.30)

Anda mungkin juga menyukai