PANDUAN PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
FORMAT STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
1. Logo Logo yang dipakai adalah logo Pemerintahan Kabupaten / Kota, nama organisasi adalah nama Puskesmas. 2. Kotak Heading Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Masing-masing kotak heading berisi: a. Nama puskesmas : diberi nama Puskesmas dan logo pemerintah daerah. b. Judul SPO : diberi judul / nama SPO sesuai proses kerjanya. c. No. SPO : diisi sesuai dengan ketentuan penomeran yang berlaku di Puskesmas yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada keseragaman. d. Tanggal pembuatan : diisi sesuai dengan tanggal SPO yang dibuat. e. Tanggal revisi : diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf. Contoh : dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi huruf B dan seterusnya. Dapat juga dengan angka, misalnya untuk dokumen baru dapat diberi nomor 0, sedangkan dokumen revisi pertama diberi nomor 1 dan seterusnya. f. Tanggal efektif : diisi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal diberlakukannya SPO tersebut. g. Ditetapkan Kepala Puskesmas : diberi tanda tangan Kepala Puskesmas dan nama jelasnya. 3. Isi SPO a. Dasar Hukum : berisi dokumen ekternal sebagai acuan penyusunan SPPO, bisa berbentuk buku, peraturan perundang-undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka. b. Keterkaitan : berisikan dokumen yang memiliki keterkaitan dengan SPO tersebut. c. Peringatan : berisi peringatan yang terkait dengan SPO tersebut. d. Kualifikasi Pelaksana : berisi petugas dan orang-orang yang terkait dalam SPO tersebut. e. Peralatan / perlengkapan : berisi alat-alat yang terkait dengan berjalannya SPO tersebut. f. Pencatatan dan pendataan : berisi bentuk pencatatan yang diperlukan atau yang menjadi out put dari SPO tersebut. g. Langkah-langkah terkait : merupakan bagian utama yang menguraikan langkahlanngkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu yang dilengkapi dengan bagan alir, waktu yang dibutuhkan dan out put yang diharapkan.
SYARAT PENYUSUNAN SPO
1. Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah kegiatan yang dilakkan saat ini sudah memiliki SPO atau belum, dan bila sudah agar diidentifikasi apakah SPO masih efektif atau tidak. 2. Perlu ditekankan bahwa SPO harus ditulis oleh mereka yang melakukan pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. 3. Tim atau panitia yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas hanya untuk menanggapi dan mengkoreksi SPO tersebut. 4. SPO harus menggunakan kalimat perintah/ instruksi dengan bahasa yang dikenal pemakai. 5. SPO harus jelas, ringkas dan mudah dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk SPO profesi harus mengacu kepada standar profesi, standar pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan dan memperhatikan aspek keselamatan pasien. 6. SPO harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja agar mencat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian Tim Mutu diminta memberikan tanggapan. 7. Di dalam SPO harus dapat dikenali dengan jelas siapa, melakukan apa, dimana, kapan dan mengapa. 8. SPO jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek, predikat dan objek harus jelas. 9. SPO harus menggunakan kalimat perintah/ instruksi dengan bahasa yang dikenal pemakai. 10. SPO harus jelas, ringkas dan mudah dilaksanakan.
PROSES PENYUSUNAN SPO
1. SPO disusun dengan menggunakan format sesuai dengan panduan penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas ini. 2. Penyusunan SPO dapat dikelola oleh Tim Mutu / Tim Akreditasi Puskesmas sesuai dengan mekanisme yang ada.