Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA MENURUT UUD 1945

Sabtu, 30 Mei 20150 komentar

Oleh : DesBayy
PENDAHULUAN
Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan untuk bersatu
bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD 1945 yang merumuskan
berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945 berbagai struktur dan unsur Negara mulai
ada. Undang undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan harus peka zaman, artinya
aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di syahkan menjadi Undang-undang sebelumnya
harus disosialisasikan dahulu dengan rakyat, apakah tidak melanggar norma- norma adat atau
melanggar hak hak azazi manusia. Salah satu bukti bahwa Undang Undang yang sudah tidak
relevan lagi dengan kondisi zamanya adalah Undang-Undang dasar 1945. Dengan mengalami
empat kali perubahan yang masing masing tujuanya tidak lain hanya untuk bisa sesuai dengan
kehendak rakyat dan bangsa kita, dalam arti bisa mewakili aspirasi rakyat yang disesuaikan
zamanya.
Dalam praktek bernegara dab pemerintahan, pembagian kekuasaan dalam Negara (sharing
of power) merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahkan pembagian kekuasaan itu tidak dapat
dipisahkan denga esensi hidup bernegara atau tujuan didirikannya Negara. Dalam konteks ini
Tujuan Negara Republik Indonesia adalah: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, (2) Memajukan kesejahteraan umum, (3) Mencerdaskan kehidupan
bangsa, (4) ikut terlibat dalam perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social.
Penyelenggaraan pemerintahan suatu negara akan berjalan dengan baik apabila didukung
oleh lembaga-lembaga negara yang saling berhubungan satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan dalam mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan negara sesuai dengan
kedudukan, peran, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.

Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur tentang alat perlengkapan negara (lembagalembaga negara), adalah dalam rangka mengadakan pembatasan kekuasaan yang dipegang oleh
suatu badan untuk menuju cita-cita bangsa Indonesia.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, untuk menjalankan mekanisme pemerimtahan di
Negara Republik Indonesia, maka didirikan lembaga tertinggi negara, yang mana setelah
amandemen UUD 1945 ada delapan lembaga,yakni PRESIDEN, MPR, DPR, DPD, MA, MK,
KY, dan

BPK, lembaga tinggi negara merupakan komponen yang melaksanakan atau

menyelenggarakan kehidupan bernegara.


.

Rumusan Masalah

1.

Apa saja fungsi dan wewenang lembaga Legislatif ?

2.

Apa saja fungsi dan wewenang lembaga Eksekusif ?

3.

Apa saja fungsi dan wewenang lembaga Yudikatif ?

4.

Apa saja fungsi dan wewenang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ?

ISI
A. Pemikiran Pembagian Kekuasaan
Pembagian kekuasaan sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang 1945 merupakan
bagian intergral dari hakekat hidup berbangsa dan bernegara yang berdasarkan demokrasi.
Pembagian tersebut meliputi dengan mengedepankan prinsip checks and balances system. Di
bidang legislatif terdapat DPR dan DPD; di bidang eksekutif terdapat Presiden dan Wakil
Presiden yang dipilih oleh rakyat; di bidang yudikatif terdapat Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan Komisi Yudisial; dan di bidang pengawasan keuangan ada BPK. Namun
demikian, dalam pembagian kekuasaan antar lembaga negara terdapat kedudukan dan hubungan

tata kerja antar lembaga negara yang mencerminkan adanya kesamaan tujuan dalam
penyelenggaraan negara.
B. Esensi Pembagian Kekuasaan
Berdasarkan Undang-undang 1945 Indonesia adalah penganut sistem pembagian
kekuasaan (division of power) bukan pemisahan kekuasaan (separation of power) sebagaiaman
sistem pemisahan kekuasaan yang dianut oleh Amerika Serikat. Adapun esensi pembagian
kekuasaan itu dalam Negara adalah untuk mencegah menumpuknya kekuasaan di tangan satu
orang sehingga bisa menimbulkan kecenderungan terjadinya penyalah gunaan kekuasaan (abuse
of power).
Dalam sebuah Negara ada dua alasan kenapa dalam sebuah Negara menganut sistem
pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan, alasan pertama adalah terkait dengan sejarah
berdirinya suatu Negara bersangkutandan fakta yang terdapat di masyarakat, seperti kondisi
geografis, masyarakat pluraris atau bagaiamana pendiri Negara bersangkutan mengadopsi sistem
ketata negaraan yang dianut oleh Negara lain. Kemudian yang kedua terkait dengan dengan
Negara yang pernah menjajah Negara bersangkutan (bekas jajahan Negara lain)
C. Asas-asas Pembagian Kekuasaan
Dimuka sudah disinggung tentang pembagian kekuasaan Negara yaitu eksekutif,
legislative dan eksekutif yang biasa di sebut trichotomy atau yang lebih dikenal trias politica.
Teory ini sering dihubungkan dengan Montesque, yang memang penggagas awal sistem ini.
Menurutnya, dalam setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Legislatif, eksekutif,
dan Yudikatif, dimana ketiha jenis kekuasaan itu mesti terpisah satu sama lainya, baik mengenai
tugas (Fuctie) maupun mengenai alat perlengkapan (organ ) yang melakukanya1[1]. Dari
gagasan Montesque ini dengan gamblang adanya pemisah antara ketiga kekuasaan tersebut dan
tidak adanya campur tangan antar lembaga dan orang yang menanganinya.
Adapun asas Kekuasaan yang dianut UUD 1945 Pra-Amandemen adalah Pembagian kekuasaan
tidak pemisahan kekuasaan (Separation of power). Tetapi dalam sistem ketata negaraan menurut
UUD 1945 mengenal adanya pembagian kekuasaan sebagai berikut:
1[1] Moh. Kasnadi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar ilmu hukum tata Negara
Indonesia, pusat Study Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI, Jakarta, Hal. 141

1.

Pada dasarnya UUD 1945 mengenal pembagian pembagian kekuasaan;

2.

UUD 1945 membagi kekuasaan kepasa tiga lembaga yang diatur secara mendasar kedudukan
dan fungsinya;

3.

Antar lembaga Negara ada kerjasama di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai aturan
perundang-undangan;

4.

Fungsi yudikatif, dalam menjalankan tugasnya merupakan kekuasaan yang merdeka, bebas
dari pengaruh kekuasaan yang lain, baik eksekutif maupun legislative. Disamping itu lembaga
penuntut umum (kejaksaan agung) yang tidak terdapat penyebutannya didalam UUD 1945.
Dalam konteks kelembagaan Negara, salah satu tujuan utama amandemen UUD 1945 adalah
untuk menata keseimbangan (check and balans) antar lembaga Negara. Hubungan itu ditata
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada salah satu institusi Negara
saja. Apalagi, the central of a constitution is to create the precondition for well-functioning
democratic order. Dengan penumpukan kekuasaan pada satu istitusi negaran, kehidupan
ketatanegaraan yang lebih baik demokratik tidak mungkin diwujudkan secara baik.
perubahan yang mendasar hasil amandemen UUD 1945 adalah perbedaan yang
substansial tentang kelembagaan Negara, kedudukan, tugas, wewenang, hubungan kerja dan cara
lembaga uang bersangkutan . untuk menganggapi hal ini Ahmad Bancin mengyatakan bahwa
esensi pembagian kekuasaan yang tercermin dalam UUD 1945 adalah wujud penghargaan pada
hak-hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang harus diaktualisasikan dalam bentuk
perwujudan keadilan social dan kesejahteraan. Dan juga Andi Mustari Pide merespon tentang
amandemen UUD 1945 yang berkaitan tentang sistem kekuasaan, mengatakan bahwa pembagian
kekuasaan yang dianut Indonesia menurut UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen
bukanlah trias politica ala montesque namun memiliki cirri khas tersendiri dengan tujuan utama
tentang pembatasan kekuasaan antar lembaga terlebih Presiden, sehingga dapat berjalan secara
seimbang antar lembaga dengan mengedapankan check and balance.
D. Lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945

1.

Lembaga Negara Memegang Kekuasaan Legislatif

a.

MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)


Pasal 2 UUD 1945 setelah amandemen mengatakan MPR terdiri atas anggota DPR dan
DPD yang di pilih melalui pemilihan umum. Selanjutnya dalam ayat 2 ayat tersebut dinyatakan

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota Negara. Kemudian dalam ayat 3
pasal 2 tersebut dinyatakan pula segala putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak dan ada
pakar menyatakan kelemahan pasal ini justru kurang menghargai asas musyawarah mufakat atau
mengesampingkan kepentingan minoritas.
Wewenang (pasal 3 (1) UUD 1945 sesudah amandemen)
1)

Mengubah dan menetapkan UUD

2)

Melantik Presiden dan Wakil Presiden

3)

MPR hanya dapat memperhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatanya
menurut UUD.
Wewengan MPR (pasal 3 (1) UUD 1945 sebelum amandemen)

1)

Memilih dan atau mengangkat Presiden dan Wakil Presiden;

2)

Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

3)

Menyelenggarakan sidang istimewa untuk meminta pertanggung jawaban presiden dalam hal
presiden sungguh-sungguh melanggar haluan Negara.
Jika mencermati tugas dan wewenang MPR pasca perubahan UUD 1945 jelas telah
berkurang, selain itu banyak pihak menilai perubahan UUD 1945 sebuah kemunduran dari segi
eksistensi dan tugas serta wewenang. Eksistensi MPR yang tadinya adalah lembaga tertinggi
Negara sekarang menjadi lembaga tinggi Negara sejajar dengan Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilah Daerah (DPD), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Badan Pengawas Keuangan (BPK). Adapun ide dalam perbuahan status
ini secara konseptual ingin menegaskan bahwa MPR bukan satu-satunya lembaga yang
melaksanakan kedaulatan rakyat. Setiap lembaga yang mengemban tugas-tugas politik Negara
dan pemerintahan (kecuali kehakiman dan kejaksaan) pada hakikatnya adalah pelaksana
kedaulatan rakyat secara objektif dan konsisten.

b.

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


Dalam pembahasan sebelumnya sudah kami singgung bahwa pasca perubahan UUD
1945 serta merta membawa perubahan pada jumlah lembaga Negara, wewenang dan tugas DPR.
Sebelum perubahan UUD 1945 dikatakan bahwa DPR adalah kuat dan senantiasa dapat
mengaweasi tindakan-tindakan Presiden bahkan jika DPR menganggap bahwa presiden
sungguh-sungguh melanggar haluan Negara yang diatur dalam UUD 1945 atau melanggar

ketetapan MPR, maka DPR dapat mengundang MPR untuk menyelenggarakan sidang istimewa
duna meminta pertanggung jawaban Presiden. Untuk lebih jelasnya berikut tugas dan wewenang
DPR sebelum amandemen dan sesudah amandemen.
Wewenang DPR sebelum Amandemen
1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2. Memberikan persetujuan atas PERPU.
3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban
presiden.
5. Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-anggota BPK dan tiga hakim
pada Mahkamah Konstitusi.
Wewenang DPR setelah Amandemen
1. Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
2. Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah

Secara umum tugas/wewenang DPR memegang kekuasaan legislatif, artinya sebagai


pemegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20 A UUD 1945). Lebih
jelasnya tentang tugas/wewenang DPR terdapat dalam 3 fungsi penting sebagai berikut.
1. Fungsi legislatif, yakni DPR sebagai pembuat undang-undang bersama presiden.
2. Fungsi anggaran, yakni DPR sebagai pemegang kekuasaan menetapkan APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang diajukan Presiden.
3. Fungsi

pengawasan,

yakni

DPR

mengawasi

jalannya

pemerintahannya.Selain

tugas/kewenangan tadi, anggota-anggota DPR juga memiliki hak-hak penting (Pasal 20A
UUD 1945).
Hak-hak yang dimaksud adalah sebagaimana berikut.
1. Hak Interpelasi, Yakni hak untuk meminta keterangan kepada presiden.
2. Hak Angket, Yakni hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan
pemerintah/presiden.
3. Hak Inisiatif, Yakni hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada
pemerintah/presiden.
4. Hak Amandemen, Yakni hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas RUU
(Rancangan Undang-Undang).
5. Hak Budget, Yakni hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara).
6. Hak Petisi, Yakni hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan pemerintah/presiden.
b. Persidangan DPR
Menurut pasal 19 ayat 2 UUD 1945 hasil amandemen, sidang DPR paling sedikit adalah
sekali dalam satu tahun. Tentu saja hal itu terjadi jika tidak adahal-hal penting yang

memaksa, atau keadaan pemerintahan berjalan normal. Jika ada hal-hal yang memaksa,
misalnya presiden melanggar undang-undang dan mengkhianati negara, maka DPR dapat
mengadakan sidang sewaktu-waktu.

c.

DPD (Dewan Perwakilan Daerah)


Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga baru yang hadir di era reformasi.
Perubahan kedua UUD 1945 memasukan DPD dalam pasal 22C BAB VIIA Mengenai jumlah
anggota, cara pemilihannya, dan wewenangnya. Menurut pasal 22C UUD 1945 (1) Anggota
dewan dipilih dari setiap profinsi melalui pemilihan umum. Ayat (2) Anggota DPD dari setiap
Provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah
anggota DPR.
Adapun untuk selanjutnya dijelaskan mengenai tugas dan wewenang, adalah sebagai berikut:

1)
2)
3)

Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah


Ikut membahas Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah
Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

pajak, pendidikan, dan agama.


4)
Melakikan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR.
2.

Lembaga Negara yang memegang kekuasaan Eksekutif


A.Presiden
Sistem ketatanegaraan Indonesia tidak dapat disetarakan dengan sistem ketatanegaraan
lain meskipun sama-sama menganut pembagian kekuasaan. Presiden adalah lembaga Negara
yang berperan sebagai lembaga Eksekutif, dimana presiden adalah lembaga yang menjalankan
pemerintahan yang dalam prakteknya dibantu oleh Wakil Presiden dan Mentri-mentri. Dalam hal
ini presiden mempunyai tugas memegang dan menjalankan kekuasaan pemerintahan menurut
UUD 1945 .
Menurut UUD 1945 kepada presiden diberikan wewenang untuk

a)
b)

Grasi yaitu hak member ampun kepada seseorang yang telah dijatuhi putusan hakim
Amnesty yaitu hak unntuk menghapuskan segala akibat hukum dari beberapa kejahatan dari
beberapa orang yang sudah ditangkap, belum ditangkap, sudah di hukum.

c)

Abolisi yaitu hak meniadakan/menghentikan terhadap penentuan yang belum selesai tetapi

sudah mulai atau terhadap penuntutan yang belum diadakan


d) Rehabilitasi yaitu mengembalikan nama baik seperi seseorang semula.
B.

Wakil Presiden
Jika presiden tidak bisa menjalankan amanah karena mangkat, berhenti atau

diberhentikan maka tugas diambil alih oleh wakil presiden sampai batas waktu jabatan. Jika
jabatan wakil presiden kosong maka selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari MPR
menyelenggarakan sidang pemilihan dari usulan presiden.
Tugas dan wewenang wakil presiden
a.
b.

Membantu presiden dalam melakukan kewajibannya


Menggantikan presiden sampai waktunya presiden meninggal dunia, berhenti atau

diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajiban dengan sebaik-baknya


c.
Memperhatikan secara khusus, menampung masalah yang perlu menyangkut bidang tugas
d.

kesejahteraan rakyat
Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen-departemen,
lembaga non-departemen.
II.
Lembaga Negara yang memegang kekuasaan Yudikatif
Menurut UUD 1945 pasca amandemen menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk melaksanakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Utnuk melaksanakan hal hal itu dibutuhkan badan-badan atau lembaga peradilan yang sanggup
bekerja dengan penuh profesionalitas dan integritas tinggi guna menegakkan hukum dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kekuasaan kehakiman yang merdeka tersebut yang
dijalankan melalui lembaga peradilan tersebut yang dijalankan melalui lembaga peradilan adalah
dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara hukumcdan cita-cita keadilan dimana lembaga
peradilan tersebut harus bebas dari campur tangan pihak manapun.
Upaya kearah tersebut menurut Triwulan Tutik dilakukan dengan mengadakan penataan
ulang lembaga Yudikatif, peningkatan kualifikasi dan kualitas hakim dan penataan perundangundangan yang berlaku. Implikasi dari ketentuan dalam amandemen UD 1945 telah membagi
kekuasaan yudikatif dalam tiga kamar yaitu Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi
(MK) dan Komisi Yudisial (KY).

A.

Mahkamah Agung (MA)


Merujuk pada UUD 1945 pasca amanndemen menentapkan bahwa Mahkamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya adalah dalam lingungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan TUN
adalah pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka di samping Mahkamah Konstitusi. Dengan
kata lain reformasi bidang hukum menenmpatkan MA tidak satu-satunya kekuasaan kehakiman,
tetapi MA hanyalah satu pelaku kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung memiliki posisi yang
strategis terutama bidang hukum dan ketatanegaraan yang di format 1. Menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan; 2. Mengadili pada tingkat kasasi; 3. Menguji
peranturan perundang-undangan dibawah undang-undang; dan 4. Berbagai kekuasaan atau

kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang.


1)
Susunan Keanggotaan Mahkamah Agung
Susunan dan kekuasaan bada-badan kehakiman diatur dengan UU No.14 tahun 1985 yang telah
diubah dengan UU No.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan khusus tentang
Mahkamah Agung diatur dalam UU No. 5 tahun 2004 menentukan susunan MA terdiri atas
Hakim Agung (Pimpinan), Hakim anggota, panitera dan seorang sekretaris.Adapun jumlah
Hakim Agung paling banyak enam puluh orang.
Tugas dan Wewenang MA
MA sebagai salah satu kuatan kehakiman memiliki tugas dan kewenangan antara lain:
a.
Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa tentang kewenagan mengadili dan
2)

permohonan peninjauan kembali.


b.
Menguji dan menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang
c.

atas alasan bertentangan dengan UU diatasnya.


Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggraan peradilan dan mengawasi tingkah

d.

laku dan perbuatan para hakim disemua lingkungan peradilan.


Memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitas

ataupun pertimbangan hukum lainnya.


3)
Badan Peradilan di Lingkungan MA
Susunan peradilan di Indonesia dibawah kuasaan kehakiman Mahkamah Agung
a.
Peradilan Umum, kekuasaan peradilan Umum meliputi
i.
Pengadilan Negeri yaitu peradilan umum sehari-hari yang
berwenang memeriksa dan memutuskan perkara dalam tingkat pertama segala perkara perdata
dan pidana sipil. Pengadilan Negeri berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota.
ii.
Peradilan Tinggi yaitu pengadilan banding yang akan mengadili
kembali perkara perdata dan pidana yang telah diadili pengadilan negeri oleh terdakwa atau jaksa
yang kurang puas atas keputusan pengadilan negeri. Peradilan tinggi berada di Ibu Kota Provinsi.

b.

Peradilan Agama, merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman bagi masyarakat yang beraga
Islam mengenai perkara perdata tertentu yaitu Perkawinan terdiri atas (pencegahan, pembatalan,
pemutusan perkawinan), Kewarisan, dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam serta

c.

Infaq dan Shodaqoh.


Peradilan Tata Usaha Negara, adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan di dalam sengketa tata usaha Negara. Kekuasaan peradilan tata usaha Negara

d.

dilaksanakan oleh pengadilan TUN dan pengadilan tinggi TUN.


Peradilan Militer, bertugas memeriksa dan memutus perkara pidana yang dlakukan oleh
seseotrag yang pada waktu itu menjado anggota TNI atau POLRI atau yang dipersamakan

dengan itu.
B. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah sebuah lembaga Negara yang ada setelah amandemen UUD 1945.
Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia MK di konstruksikan; Pertama, sebagai pengawal
konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan konstitusional ditengah kehidupan masyarakat.
Kedua, MK bertugas menjamin dan mendorong agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan oleh
semua komponen Negara secara konsisten dan bertanggungjawab. Ketiga, di tengah kelemahan
sistem konstitusi yang ada , MK berperan sebagai penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan
mewarnai keberlangsungan bernegara dan bermasyarakat.
1)
Susunan Keanggotaan Mahkamah Konstitusi.
Sesuai dengan Pasal 7 UU No. 24 tahun 2003 yang berisikan untuk memperlancar pelaksanaan
dan wewenangnya MK dibantu dengan Sembilan hakim konstitusi dibantu oleh sekretaris jendral
2)

dan kepaniteraan.
Hakim Konstitusi
Sembilan hakim tersebut diajukan masing-masih tiga oleh DPR, tiga oleh Mahkamah Agung dan

3)

tiga oleh Presiden lalu ditetapkan oleh keputusan Presiden untuk masa jabatan tiga tahun.
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi.
Wewenang mahkamah konstitusi diatur dalam pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 10 ayat (1)
UU No. 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan 1. Mahkamah konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat perama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji UU terhadap UUD. 2. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewengannya diberikan oleh UUD, 3. Memutus pembubaran partai politik, 4. Memutus

perselisihan tentang hasil pemilu.


C. Komisi Yudisial
Setelah terjadi amandemen komisi yudisial adalah lembaga mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Dalam konteks

ketatanegaraan KY mempunyai peranan yang penting yaitu pertama, mewujudkan kekuasaan


kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung, kedua, melakukan pengawasan
terhadap hakim yang transparan dan partisipatif guna menjaga dan menegakkan kohormatan
1)

keluhuran martabat serta perilaku hakim.


Susunan Keanggotaa Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah komisi yang terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua yang
merangkap anggota dan tujuh orang anggota dibantu oleh secretariat jendral. Keanggotaan terdiri
atas unsur mantan hakim, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat. Ketua dan wakil
dipilih oleh anggota KY. Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR
untuk masa jabatan lima tahun. Anggota KY dilarangmerangkap jabatan menjadi pejabat Negara,
hakim, advokat, notaries/PPATK, pengurus BUMN, pengusaha, pegawai negeri, pengurus patai

2)

politik.
Tugas dan Wewenang
Sebagaimana yang ditetapkan undang-undang tugas pertama adalah mengusulkan pengangkatan
hakim dengan prosedur 1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung 2. Melakukan seleksi
terhadap calon hakim agung 3. Menetapkan calon hakim agung 4. Mengajukan calon hakim
agung ke DPR. Tugas kedua, mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga, menegakkan
kohormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim. Dengan cara 1. Menerima laporan dari
masyrakat tentang perilaku hakim 2. Meminta laporan berkala kepada badan peradilan 3.
Memeriksa dugaan pelanggaran perilaku hakim 4. Memanggil kode etik perilaku hakim 5.
Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada MA/MK

serta tindakannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.


D. Kekuasaan Eksaminatif (BPK)
lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
Kekuasaan eksaminatif menurut UUD 1945 dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
1)
Susunan Keanggotaan BPK
Dalam melakukan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah akan tetapi tidak berdiri diatas
pemerintah terdiri atas ketua dan wakil yang merangkap anggota dan lima anggota, pimpinan
2)

a.

BPK dipilih dari dan oleh anggota.


Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang memiliki posisi strategis karena menyangkut semua aspek yang berkaitan
dengan sumber dan penggunaan anggaran dan keuangan Negara yaitu
Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan
kepada DPR, DPD, dan DPRD.

b.
c.

Memeriksa semua pelaksanaan APBN


Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara.
Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni :
1.
Fungsi Operatif : yaitu melakukan pemeriksaan , pengawasan, dan penelitian atas penguasaan
2.

dan pengurusan keuanga negara.


Fungsi Yudikatif : yaitu melakukan tuntutan perbendeharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap
pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya, serta

3.

menimbulkan kerugian bagi negara.


Fungsi Rekomendatif : yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan

keuangan negara.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya).BPK mempunyai 9
orang anggota, dengan susunan 1 orang Ketua merangkap anggota, 1 orang Wakil Ketua
merangkap anggota, serta 7 orang anggota. Anggota BPK memegang jabatan selama 5 tahun, dan
sesudahnya

dapat

dipilih

kembali

untuk

satu

kali

masa

jabatan.

PENUTUP
Sistem kelembagaan Indonesia terbentuk atas dasar pembagian kekuasaan. Adapun dasar
Pembagian kekuasaan adalah keinginan untuk membatasi kekuasaan atau penunmpukan yang
ada pada satu lembaga. Oleh hal itulah kemudian di Indonesia adanya pembagian kekuasaan
tersebut, meliputi; Legislatif yaitu lembaga yang berkuasa untuk membuat undang-undang dalam
hal ini yang berperan di Indonesia ada tiga lembaga yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD); Eksekutif
yaitu lembaga yang melaksanakan Undang-undang dalam hal ini adalah Presiden dan Wakil
Presiden Dibantu dengan Mentri-Mentri Khusus; dan Yudikatif yaitu lembaga Independen yang
mengawasi dan Mengontrol jalannya pembuatan Perundang-undangan dan jalannya pelaksanaan
pemerintahan atau perundang-undangan yang dalam hal ini adalah Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam perkembangannya untuk masalah keuangan Negara
walaupun dalam pembuatan RABN dibuat oleh DPR dan Presiden dan jajaranya, untuk
mengawasi dan mengontrol belanja Negara di Indonesia memiliki Lembaga yang berkuasa
secara Eksaminatif yaitu Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Anda mungkin juga menyukai