PROSTITUSI DI CIREBON
(Analisis Terhadap Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002
Tentang Prostitusi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Ge!ar Sarjana Hukum Islam (SHI)
'
\!=::=::::::::::=::-;;::::::=.::Ji~;~i. ;'.tin
i
: ."'"""""'"'"""""9""""''''
h '. :::
9.01$~6, f}9
Oleh:
Isti'amah
NIM : I 03043227993
LEMBARPERNYATAAN
lsti'amah
Oleh:
Isti'amalli
NIM : 103043227993
Di Bawah Bimbingan,
Pembimbing I
Drs. Ase
a1ifuddin Hida at SH. MH
NIP. 150 68 573
Pembimbing II;
C?~
Ahmad Ilii!IJi Abd. Shomad, MA
NIP. 150 302 998
yang
berjudul
TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP
Sekretaris
Pembimbing I
Penguj i II
i~
CT-[)--.
( ......................... )
._
--~~
"
( ..................... ., ... )
\
KATA PENGANTAR
Dengan Asma Allah, Pencipta semesta raya, muara segala damba dan
tambatan semua pinta, Dia-lah pemilik Rahmaniyah dan Rahimiyah. Karena itu
patutlah jika syukur dan puji teruntuk bagi-Nya, Tuhan penguasa sepanjang masa.
Dia-lah Robbi Tuhan kita, yang dengan taufik dan hidayah-Nya tersingkap segala
ketidak-berdayaan,
serta
dengan
'inayah-Nyalah
sehingga
penulis
mempu
dan
H.
Muhammad
Taufiki,
M.Ag. Selaku
Sekretaris
Jurusan
Perbandingan Madzhab dan Hukum yang tidak pernah lelah memberikan arahan
dan motivasi kepada mahasiswa jurusan PMH, khususnya kepada penulis.
3. Bapak Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. Selaku pembimbing I, dan
Bapak Ahmad Bisyri Abd. Shomad, MA. Selaku pembimbing II yang dengan
ketulusan keduanya membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis
walau di tengah kesibukannya, walaupun dengan keterbatasan waktu memberikan
arahan yang gamblang dan mudah dipahami oleh penulis hingga skripsi ini dapat
terselesa ikan.
4. Segenap Dosen di Fakultas Syari'ah dan Hukum yang dengan tulus telah
mendermakan ilmunya kepada penulis selama kuliah di kampus tercinta ini,
dengan segala rasa ta'dzim "semoga apa yang tel ah diajarkan menjadi al- 'I/mu
...
7. Segenap para guru yang pernah mengajar dan mendidik penulis, di Pesantren
Daarut-Tauhid, Cirebon, KH. lbnu Ubaidillah, KH. Husain, KH. Ahsin Sakho. Di
Pon-Pes Sunan Pandan Aran, Yogya, Mbah Mufid (Alm), KH. Mu'tashim billah
dan seluruh asatidz. Di Majlis Dzikir Assamawat Syaikh Kiai Sa'adih al-Batawi.
Semoga apa yang pernah diajarkan kepada penulis mejadi ilmu yang bennanfaat.
Amin.
8. Terkhusus bagi Suami tercinta, Ka' Budi Santoso, yang selalu memberikan
motivasi dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta
yang selalu mendukung dalam mengejar cita-cita (/ love you forever). Juga
kepada Pak Ahsin Mahrus yang senantiasa meluangkan waktu menasehati serta
membimbing penulis, walau sedang di Negeri orang.
9. Teman-teman seperjuangan di PH angkatan 2003, khususnya Neni, Narti, Unun,
Ayang, Memey, lim, Real, Sadath, Qodir, Rozak, Alif, Ratomi, serta tamanteman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih atas
kebersamaan selama di bangku kuliah.
I 0. Teman-teman di HT!, ka' Syiddah, Ana, ka Eli. Di !nhutani Ari, Umi, Nur, Sari,
Anam, Misbah. Juga terkhusus kepada Zakiyah, Rohmah, Wiwin, Teh Faiz dan
Nelly, ka Nila, Bang Ahmad, yani, Eka, Nurul, ka Neni, ka Ai, mbak Tati, Nurul
Tega!, Pak Edi Danu, ka Hasyim, ka Awang, ka Imam, ka Muhtar, Mas Agus
Purnomo, Mas Agus Rifa'i Mang Tasina Sekeluarga dan Kadnadi. Terima kasih
kebersamaan yang kalaian berikan selama ini, aku tidak akan melupakan kalian
semua.
11. Keluarga Besar KMSGD, H!QMAH, PMII Syari'ah dan Hukum, Flat Bahasa, serta
keluarga besar Lanselung. Semoga bermanfaat pengalaman yang kalian berikan.
12. Terakhir, kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, baik yang
membantu secara langsung maupun sekedar saran, penulis tidak akan melupakan
jasa kalian semua, semoga yang Maha Rahman mambalas segala ketulusan kalian.
Demikianlah untaian terima kasih ini, tiada yang dapat penulis lakukan
kepada mereka yang telah berjasa, kecuali menghaturkan terima kasih seagungagungnya serta iringan do'a semoga Allah Swt membalas dengan segala kebaikan .
Harapan terakhir semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Akhirnya, kepada-Nya lah kita mohon hidayah dan
ampunan.
Penulis
DAFTARISI
IX
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
I0
A. Definisi Prostitusi .. . .. . ... . .. ... ... ... ... ... .. . .. .. .. . .. .......... ....
13
17
21
26
32
40 .
44
BAB
IV
TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHA]l)AP
48
PERDA
53
54
BAB
70
V PENUTUP
A. Kesimpulan . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. .. . .. . . . . . .. .. . . . . . .. . .. . .. ... ... .. ..
79
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
80
83
LAMP IRAN
BA.BI
PENDAHULUAN
kehidupan masyarakat telah memudar sedikit demi sedikit. Disadari atau tidak
bahwa dalam kehidupan masyarakat itu pasti mempunyai suatu norma atau tata
aturan kehidupan yang harus dijunjung tinggi, dalam artian bahwa naluri setiap
manusia yang bermasyarakat tentu mempunyai tujuan 1mtuk hidup tenang nan
damai dan selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan akan mengatasi
masalah-masalah yang menghalangi tujuan tersebut, di antaranya masalah itu
ialah masalah penyakit sosial, masyarakat tentu akan bierusaha menanggulangi
masalah penyakit sosial ini, salah satunya adalah pelacuran, karena bagaimanapun
dalam kenyataannya di tengah-tengah masyarakat praktek pelacuran atau
prostitusi dapat menimbulkan berbagai akibat negatif yang membahayakan dan
meresabkan masyarakat, seperti menghancurkan rmnah tangga, terjadinya tindak
pidana kejahatan dan lain sebagainya.
Pelacuran bukan hanya sebuah gejala individual akan tetapi sudah menjadi
gejala sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga Agama. 1
Karena pelacuran bukan hanya memiliki dampak terhadap individual-individual
pelaku dan pemakai jasa ini secara personal, akan tetapi juga memiliki dampak
terhadap masyarakat umum, sekaligus pelacuran ini jelas-jelas merupakan sebuah
tindakan yang benar-benar melanggar aturan Agama.
Dalam Agama Islam, masalah pelacuran atau perzinaan, ini merupakan
suatu yang sangat penting sehingga mendapat perhatian secara khusus dalam
-------
penanggulangannya,
dalam
al-Qur'an
disebutkan
dengan
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".
(QS. Al-lsra' : 32).
Hal ini sebagai bentuk pelarangan yang benar-benar sangat dilarang dalam Islam,
karena memang dampaknya sangat besar terhadap pelaku, bahkan akan berimbas
kepada masyarakat luas.
Dalam
menanggulangi
pelacuran dan
sebagai
langkah preventif
Tunggak, Jakarta Utara yang dulunya adalah sebuah kawasan dimana rumah
remang-remang (tempat pelacuran) dapat dijumpai harnpir di seluruh pelosok
daerah tersebut, kini kawasan tersebut telah di sulap meajadi kawasan Islamic
Centre, Kramat Jaya. Setelah Kramat Jaya terbebas dari prostitusi seolah-olah
kawasan Pantura menjadi incaran kecurigaan orang, karena dianggap bahwa
kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis, dimana lain lintas antar
provinsi yang dapat menghubungkan kota-kota besar, yaitu kota Jakarta dengan
kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga Pantura merupakan
tempat yang cocok dan nyaman untuk tempat persinggahan, apalagi letaknya
dekat dengan pesisir pantai laut Jawa. Dengan demikian tidak menutup
kemungkinan praktek-praktek pelacuran akan bermunculan, bahkan tempattempat prostitusi akan mudah didapatkan disana, dari alasan-alasan tersebut maka
kawasan pantura merupakan kawasan yang dianggap rawan akan tempat
prostitusi, apalagi kalau dihubungkan dengan banyaknya aliran musik yang
terkenal dengan mengmnbar goyangarmya, konon muncul dari kawasan pantura
ini, seperti nyanyian goyang dombret, kucing garong dan lain sebagainya,
sebingga dengan dugaan seperti itu kawasan Pantura dianggap sebagai salah satu
tempat di mana praktek prostitusi mudah dijumpai.
Semua orang boleh beranggapan seperti itu namun kenyataanya apakah
seperti itu? Apakah tidak ada tindakan dari pemerintah setempat? Dalam ha! ini
Pemerintah Daerah Cirebon yang termasuk salah satu Daerah. di kawasan Pantura.
Sudah beberapa tahun yang lalu, sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Cirebon
2 J(usairi, Kepala Seksi U1nt1111 Satpol PP. J(ab. Cirebon, Jt'auanc:ara Pribadi, Cirebon,
15 .lanuari 2008.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif, yakni deskripsi
berupa kata-kata, ungkapan, norma atau aturan-aturan yang diteliti, karena
penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menilai sebuah peundangundangan di Indonesia dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon,
sehingga penelitian ini digolongkan kepadajenis penelitian Kualitatif
3. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat library
research guna memperoleh landasan teoritis yang dipero leh dari literatur dan
referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Selain itu untuk
memperkaya data sekaligus untuk melihat bagaimana urgensi perda ini
terhadap penaggulangan prostitusi tersebut, juga akan digunakan telmik
Interview atau wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
mengadakan komunikasi/tanya jawab secara langsung dengan pihak terkait,
dalam hat ini penulis akan mencoba mewawancari pihak Pamong Praja
maupun tokoh masyarakat mengenai tanggapannya terhadap diberlakukannya
perda tersebut.
10
b. Data Skunder terdiri dari buku-buku hukum, media cetak, artikel maupun
data dari internet (website) yang ada korelasinya dengan materi yang
menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
4. Telmik Analisis Data
Setelah data tersebut terkumpul, penulis akan menyajikan dan
menganalisanya secara deskriptif komperatif, dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan antara
hukum Islam dan hukum positif mengenai fakta-falcta yang bersifat normatif
tentang permasalahan yang dibahas, dengan berusalia menyajikan bahan yang
relevan dan mendukung.
5. Tehnik Penulisan
Adapun tehnik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mernpermudah pembahasan skripsi ini, maka penulis menyusun
skripsi ini dengan siste111atika penulisan yang terdiri Hrna bab, yaitu :
Bab
I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang rnasalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode penelitian dan
siste111atika penulisan.
11
Bab II: Mernuat tentang Definisi prostitusi secara umum, kernudian dipaparkan
pengertian prosrptitusi rnenurut hukurn Islam, lalu di sajikan tentang
dasar hukurn dari pelarangan prostitusi rnemrrut hukum Islam, setelah
itu dibahas juga tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana prostitusi
menurnt hukurn Islam, kemudian dilihat bagairnana dampak prostitusi
itu terhadap kehidupan masyarakat.
Bab III: Dalam bab ini akan di uraikan tentang faktor penyebab timbulnya
prostitusi di Cirebon, kemudian juga akan di paparkan tentang latar
belakang lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th. 2002 tentang
Prostitusi, setelah itu barn kemudian diuaraikan tentang sauksi bagi
pelaku tindak pidana prostitusi menurut Perda Kabupaten Cirebon No. 1
Tahun 2002 tentang prostitusi.
Bab IV: Dalarn bab ini penulis akan mengupas secara tajam tentang bagairnana
tinjauan hukurn Islam terhadap sanksi pidana yang diatur dalam Perda
Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002 tentang prostitusi dengan
rnenggunkan rnetode komperatif, disamping itu penulis juga akan
mernbahas tentang bagaimana tinjauan hukwn Islam teradap Perda
Kabupaten Cirebon No. 01 Tahun 2002 Tentang Prostitusi, sehingga
akan nampak jelas bagairnana peran Perda Kabupaten Cirebon No. 01
tahun 2002 tersebut dalam penanggulangan prostitusi di Cirebon.
12
BAB II
PROSTITUSI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Definisi Prostitusi
Prostitusi sebagairnana pernaparan Frans Salesman, secara etimologis
berasal dari kata bahasa latin yaitu pro-stituare atau prosstaure yang berarti
memberikan
atau
membiarkan
diri
berbuat zina,
melakukan
pelacuran,
Frans
Salesman,
"Prostitusi",
artikel
diakses
pada
April
2007
dari
b.lln://ww\v. wordpress.com
~ Robert P. 1Vlasland, Jr. Dnvid Estridge, Apu yang lngin Diketahui Rernaja Tentang Seks,
14
Kartini
Kartono
dalam
bukunya
"Patologi
Sosial"
Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 05 tahun 2002 Seri Edisi 4 Peraturan
Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 0 I Tahun 2002 Tentang Larangan Perjudian, Prostitusi dan
rY1inuman Keras.
5
2, h. 216.
f(artini J(artono, Patv!ogi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005) Ji!. 1, Edisi
15
nafsu-nafsu
seks
tanpa
kendali
dengan
banyak
orang
Wmvancara
Kusairi, Kepala Seksi Umu1n Satpol PP. Kab. Cirebon. Wmvancara Pribadi, Cirebon, 15
Januari 2008.
16
11
11
Ibid h. 45.
12
17
dengan ( ~ - ..>P-:! ) dengan arti berzina dan ism failnya adalah perempuan yang
berzina (;;~WI) disinonimkan dengan ( :\.,uljll), (._,.,.,._,..II) dan kata bigha ( o\.i.;ll ),
disinonimkan dengan kata al-Zina. 15
Dari makna di atas perbedaan makna antara prostitusi dengan perzinaan
hemat penulis adalah setiap prostitutor adalah pezina dan setiap pezina belum
belum tentu prostitutor. Maksudnya setiap praktek protil:usi bertujuan komersil
dengan meraup upah, sedangkan pezina tidak selalu bertujuan materil. Dalam AlQur'an istilah prostitusi diindikasikan dengan menggunakan tenninology al-Bigha
( o\.i.;ll ), dalam surat an-Nur ayat 33:
14
Hasan Sadily dan John M. Echols, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1990).
15
18
Artinya: " Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan
pe!acuran, sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi". (QS: an-Nur: 33).
Pesan ayat ini adalah larangan bagi muslim mencari kekayaan lewat jalur yang
haram yaitu prostitusi.
Zina berasal dari kata
zina. Kata 01j yang jamaknya olij (apabila yang berzina laki-laki), dan kata ~lj
yang kata jamaknya _,il_,j (apabila yang berzina perempuan). 15 Secara garis besar,
pengertian zina menurut hukum Islan1 sebagaimana yang diungkapkan oleh
Muhammad Ali as-Sabuni bahwa zina menurut arti bahasa adalah persetubuhan
yang diliaranikan. Dan zina menurut syar'i ialah persetubuhan yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui (pada) vagina di luar nikah
dan bukan nikah subhat. 16
Beberapa defmisi lain tentang ziI1a yang dikemukakan oleh berbagai ulama
madzhab menunjukkan pengertian yang hampir sama. Hanya saja ada yang sedikit
15
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hida Karya Agung,
2002), h. 230.
16
Muhammad Ali as-Sabuni, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,
(Beirut: Daar al-Fikr, tt.), Jil. II, h. 8.
19
berbeda, sepe1ii ulama Hanabilah dan ulama zidiyah yang menambahkan jimak
melalui dubur. 18
Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qodir 'Audah dalam kitabnya Al-
18
Muhammad Abduh Malik, Prilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHAP,
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 25.
19
20
Artinya:
5. Pendapat Dzahiriyah.
Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan terhadap orang yang tidak
halal memandang ke seluruh tubuhnya, serta mengetahui akan
keharamannya (melakukan zina), atau zina adalah persetubuhan
yang di haramkan karena zatnya.
6. Pendapat Zidiyah
21
dzakar dan farji, selama penghalangnya tipis yang tidak menghalangi perasaan
dan kenikrnatan bersenggama.
Apabila persetubuhan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut
maka tidak dianggap sebagai zina yang dikenai hukuman had, melainkan hanya
tergolong kepada perbuatan maksiat yang diancam dengan hukuman ta'zir,
walaupun perbuatannya itu merupakan pendahuluan dari zina. Contoh seperti
mufakhadzah (memasukkan penis di antara dua paha), sex oral dan sentuhan di
luar farji. Demikian pula perbuatan maksiat lain yang merupakan pendahuluan
dari zina dikenai hukuman ta'zir, contohnya, ciuman, pelukan, bersunyi-sunyi
dengan yang bukan muhrim. Larangan-Iarangan ternebut tercalrnp dalam
frrman Allah SWT surat al-Isra' ayat 32 :
cl'
,.,.,.,.
"'
..-
,.
,,
,.
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk''.
(QS. Al-lsra': 32).
2. Adanya kesengajaan atau niat yang melawan hukum ('-1'\.J,.I _ra-<}I} ,.1_,JI ..WU)
Unsur kedua dari jarima zinah adalah niat dari pelaku yang melawan
hukum. Unsur ini terpenuhi apabila pelaku melakukan suatu perbuatan
(persetubuhan), padahal ia tahu bahwa wanita yang disetubuhinya adalah
wanita yang diharamkan baginya.
C. Dasar Hukum Larangan Prostitusi Menurut Hukum Islam
Dasar hukum tentang pelarangan prostitusi atau zi.na dalam Islam tidak
ditunjukkan secara langsung te.ntang pelarangan terhadap perbuatan zina itu
22
sendiri. Baile dalam al-Qur'an maupun di dalam hadits, tidak ada dalil yang
menjelaskan tentang pelarangan secara khusus mengenai dilarangnya perbuatan
zina. Namun dalam al-Qur'an maupun hadits pelarangan ditunjukkan dengan
penyebutan perbuatan keji, serta ditmtjukkan dengan penyebutan langsung
terhadap sanksi kepada para pelaku perbuatan zina.
Sedangkan pelarangan perbnatannya diisyaratkan dengan pelarangan
terhadap hal-hal yang memicu terjadinya perbuatan zina tersebut, bahkan
dalain satu ayat dijelaskan mendekat saja tidak boleh, ayat tersebut sebagai
pangkal dari hadits-hadits yang menjelaskan tentang perbuatan yang bisa
mendekatkan pada perbuatan zina. Selain itu ada juga da1il yang menyebutkan
tentang penggolongan perbuatan zina kepada perbuatan dosa-dosa besar.
Jadi secara garis besar, dasar hukum zina dapat di kelornpokkan menjadi
beberapa bagian, yaitu; pertama dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu
terjadinya perbuatan zina, serta dan kedua dasar hukum yang rnenjelaskan tentang
akibat dari per~uatan zina. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
I. Dasar hukum yang ditunjukkan dengan pelarangan melakukan perbuatan keji.
Firman Allah SWT:
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".
(QS. Al-Jsra': 32).
23
Artinya : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika
keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang".
(QS. An-Nisa' :16)
2. Dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu terjadinya perbuatan zina:
......
,..
_,,
,..
'I
4.
,..,...
,J.
,,..
~~\J U) ;;::u;.
:;;
,,,.,..
,,,
,,..,..
;S)
....
,..
,,.
....
,,.
....
',..
,,..
',' 11 c:r
, - .,.. I~ ~~I"' '.~','I'
'"UI ir.J
''ii'
<Ww ~'"' ~J?
,...
....
,......
,..
,,..
"'
.111
>W'!
....
,..
....
,..
,,
r:!'.<
'! '.
<.!yy
,..
Artinya: "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orangorang yang beriman ". (QS. An-Nur: 2).
,y o.)\.:i y , 4.iJ/' 4i
Jr J Jt.> '
19
4.:9
rJ.
.ill1 ~J ~L...dl
rJ.
24
.JLo
v ,,
,, ,,
,,
,.
If
>O ~
_,
> ",..
,..
J
>
o'1J
~ .Ji1
OIP ,.
_._.
j_o .Ji1
J
o o ,,,..
,..
,..
.....
Artinya : " Bakar bin Khalqf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari
Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus
bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ubadah bin Shamit r.a bahwa
Rasu/ullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan
jalan bagi mereka, yaitu mereka yang berniat zina telah diberi jalan
(hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya
adalah jilid seratus kali dan buanglah asingkanlah se/ama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka
adalahjilid seratus kali dan rajam". (HR. Ibnu Majah).
20
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Kizwini, Sunan lbnu Majah, (Bai rut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h.55.
25
Artinya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya). (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam adazb itu, dalam keadaan terhina".
(QS. Al-Furqan : 68).
,,,.
,..
,I
!JJJj 1 :JL;
n
"'.J.
'? ~I ~ Ji.;
,,.,..
,.,
,,
Ji.; '?
...
Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud, katanya, seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Saw, dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Jawab
beliau: menyekutukan Allah, padahal dia yang menciptakannya,
kemudian ia bertanya lagi, kemudian apa lagi? Jawab Rasulullah Saw;
membunuh anakmu disebabkan kamu takut alwn ditumpangi ,makan,
kemudian apalagi? Jawab beliau; berzina dengan istri tetangga". (HR
Muttafaq 'Alaih).
Dasar hukum tentang zina tersebut di atas diturunkan oleh Allah, betapa
perbuatan zina itu sangat dilarang dalam kehidupan manusia, karena merupakan
perbuatan yang keji, selain itu dampak dari perbuatan zina itu sangat banyak.
Da1an1 ha! perbuatan zina, Allah SWT juga telah menetapkar1 hukum dan hukuman
atas perbuatan zina secara berangsur-angsur. Dalan1 surat makiyah Allah SWT
menegaskan terlebih dahulu bahwa perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan keji,
karena itu Allah SWT melarang manusia mendekati dan melakukan perbuatan
zina. Setelah itu dalam surat madaniyah Allah SWT menetapkan sanksi hukuman
21
'
;1JI ~ ::,?I
Abu al-Husain Muslim Ibnu al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naisaburiy, Shohih Muslim, (Bairut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h. 6
26
terhadap pelaku zina dan setelah itu pula Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya
menetapkan hukuman tambahan bagi pelaku zina yang sudah menikah.
D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Menu111t Hokum Islam
Sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa dasar hukum yang
menjelaskan tentang sanksi perbuatan zina tidak dijelaskan secara rinci, di dalam
surat An-Nur ayat (2), tentang sanksi perbuatan zina, masih global, yaitu
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali. Namun dalam hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Rasulullah Saw menjelaskan lebih rinci tentang sanksi terhadap
pelaku perbuatan zina. Yaitu jejaka dan perawan (yang melakukan zina)
hukumannya adalah jilid seratus kali dan diasingkan (penjara) selama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka adalah jilid
seratus kali dan rajam.
Pada dasamya sanksi terhadap perbuatan zina terbagi menjadi dua, Yaitu:
1. Hukuman di Akhirat
Setiap perbuatan, apalagi yang tern1asuk dalam perbuatan dosa besar pasti
akan mendapatkan balasan dari Allah di akhirat kelak, zina merupakan
perbuatan yang sangat keji dan tergolong dosa yang paling besar setelal1
pembunuhan. Memang di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan bahwa apa adzab
yang akan ditimpakan oleh Allah terhadap pelaku zina di akhirat nanti, tapi
27
yang jelas dia akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina.
2. Hukuman di Dunia
Bagi pelaku dosa besar seperti zina ini, maka patutlah mendapatkan
hukuman di dunia, sebagai akibat yang dilakukannya dari perbuatan keji,
kalaulah memang dia lepas dari hukuman di dunia, di akhirat tidak akan bisa
lolos dari siksa api neraka yang sangat pedih
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits Nabi Saw
seperti disebutkan di atas, bahwa sanksi di dunia terhadap pelaku zina bisa
disimpulkan sebagai berikut:
a. Hukuman Fisik
Tentang hukuman fisik ini tidak harus sama, dalam ru1ian
hukumannya dibedakan menurut pelakunya, sudah menikah ataukah masih
lajang. Bagi pelaku zina yang masil1 lajang Oejalca dan perawan), dalam
istilah fiqlmya disebut zina ghairu muhsail, maka hukumannya sebagai
berikut:
I). Hukuman Cambuk
Sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2 di atas
bahwa hukuman pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan berupa
seratus kali crunbuk, dijelaskru1 lagi bahwa tidak boleh merasa kasihan
dalam melaksanakan hukuman. Ini berarti hulrnman ini tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Jadi hukumail tidak bisa diganti dengan hukuman
28
yang lain ataupun dengan denda bahkan tidak boleh dikurangi maupun
diringankan baik kualitas ataupun kuantitas hukumannya.
2). Hukurnan Pengasingan
Mengenai masalah hukuman pengasingan ini, masih terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ulama. Namun dalam ha! ini sudah
ditegaskan oleh Ibnu Munzir, yang mengatakan bahwa Nabi Saw
bahkan bersumpah dengan nama Allah ( .(ill '-:J~ ~ <\Ji ) pada
waktu beliau menjelasan hukuman had. Bagi pegawai (' J"'c ) yang
berzina dengan istri majikannya di mana Nabi berkata bahwa hukuman
bagi si pegawai (masih bujangan) itu adalah dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama satu tahun ( f'\.c
22
29
Pendapat Ali bin Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori, bahwa
Ali menggabungkan huknman cambuk dan rajam, dii mana Ali mencambuk
Syarahah pada hari kamis dan merajamnya pada hari Jum'at. Selanjutnya Ali
mengatakan bahwa aku mencambuk berdasarkan perintah Al-Qur'an dan
merajam berdasarkan hadits Nabi Saw. Menurut Sya'bi ini sebagai jawaban
atas pertanyaan seorang sahabat, apakah benar Ali menggabungkan kedua
huknman tersebut. Menurut AIHazimi, pendapat Ali ini juga dipegangi oleh
Ahmad, Ishaq, Daud, Ibnu Mnnzir dan juga pendapat Hadawiyah. 23 Mereka
menggunakan alasan petunjuk Hadits 'Ubadah bin as-Samit sepe1ii yang telah
disebutkan di atas.
Pendapat lainnya, tidak digabungkan hukuman cambuk dan hukuman
rajam. Mereka mengatakan hadits 'Ubadah tersebut di atas di-mansukh
(dibatalkan) oleh hadits Nabi Muhammad Saw tentang peristiwa Ma'is, AlGhamidiyah dan Al-Yahudiyah di mana Nabi merajam mereka dan tidak
tampak Nabi mencambuk merek:a. 24
b. Huknman Non Fisik.
Huknman non fisik ialah hukuman yang berkaitan dengan kejiwaan atau
psikologis pelaku dan juga berhnbungan dengan hnbm1gm1 k:ehidupan sosial si
pelaku. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2, yang mana
pelaksanaan huknman harus disaksikan oleh orang banyak. Ini berarti pelaku
23
Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yumna as-San'ani, Subul al-Salam, (Mesir:
Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuhu, 1950), Ji!. 4, h. 5-6. dan al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,
(Beirut: Daar al-Fikr, 1977), Jil. II, h. 350.
24
30
25
Said Hawa, Al-Islam, Juz. Ill, (Kairo: Maktabah Wah bah, l 987), h. 5
31
_.
t;i:UI
ufa
,..
11:1
,,, ,..
~I \.'.'.:! :
,..
..
,..
,..
,..
,..
..
,..
,..
,..
..;.,~ : .}1_.,a.:.:.
r::
,..
.A
C......_,, 9
,.. ,..
11:1
,..
,..
<;:!
0~ Lijll
,,.
JJ1
...
Jj:~\,!: ~j <.::Jt;
Artinya: "Zainab r.a. bertanya kepada Nabi Saw: Ya Rasulullah, apakah kita
akan binasah sedangkan di tengah-tengah kita ada orang-orang yang
sholeh? Nabi menjawab: Apabila kemaksiatan sudah merebak (di
tengah-tengah masyarakat". (HR. Ibnu Majah).
26
Wahbah Zuhaili, Ta/sir al-Munir, Ji!. 18, (Beirut: Daar alFikr al-Muashir, 1991), h.
129.
27
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Ibnu al-Mughiroh bin
Bardazabah al-Bukhori, Shohih al-Bukhori, Jil, X, (Bairut, Daar al-Fikr, 1981 ), h. 205
32
28
I I
IS:
Artinya: "Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Saw menghampiri kami
sambil berkata: Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara jika telah
menimpa kalian, maka tidak ada kebaikan lagi bagi kalian. Dan aku
berlindung kepada Allah SWT semoga kalian tidak menemui zaman
itu: tidak merajalela praktik perzinaan pada suatu !mum, sampai
mereka berani berterus terang melakukannya, melainlmn penyakitpenyakit menular di tengah merelm, dan kelaparan yang belum
pernah menimpa umat-umat yang telah lalu''. (HR. Ibnu Majah).
Jadi jelaslah, bahwa bagi pelakti tindak pidana prostitusi tidak hanya
mendapatkan sanksi di akhirat saja melainkan juga sebelum mendapatkan adzab di
akhirat juga dikenakan sanksi di dunia, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
baik itu hukuman fisik maupun hukuman non fisik.
28
Ibid. h. 206.
33
34
jiwa, akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Ketiga ha) itu merupakan
satu kesatuan jiwa suami-istri bisa tentram jika keduanya berakhlak mulia, yang
berarti saling mengasihi. Jika jiwa dan akhlak mulia dapat dipelihara dalam suatu
rumah tangga, niscaya kesehatan jasmani dan rohani bisa diperoleh. 30
Sedangkan perbuatan zina menjauhkan tiga ha!. tcrsebut dari kehidupan
rumah tangga. Seorang yang berbuat zina berarti sudah tidak meajunjung tinggi
nilai-nilai kesucian, ketakwaan, dan kejujuran. Akal sehat dan nurani mereka telah
tunduk dan dikendalikan oleh nafsu seksualnya, sangat sulit diharapkan sikap kasih
sayang yang tulus dari mereka, yang merupakan modal utama dalan1 membentuk
runiah tangga bahagia
30
Anang Zamroni dan Ma'ruf Asrari, Bimbingan Seks Islami, (Gurabaya: Pustaka Anda,
1197) cet. I, hal. 203-205.
35
sendi-sendi
moral,
susila,
hukum,
Agarna.
Terutama
sekali
menyebabkan
terjadinya
disfungsi
sosial,
misalnya;
impotensi,
32
249-251.
Kartini Kartono, Pato/ogi Sosia/, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)jilid I, hal.
36
I.
Sifilis
Sifilis atau yang biasa dikenal dengan istilah. penyakit raja singa,
merupakan penyakit berbahaya yang kalau tidak segera ditangani akan
menyerang organ vital di selurub tubuh. Penyakit ini menular lewat hubungan
seksual.
2. Honorheon
Gonorheon merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman neisseria
3. Herpes Progenitelis
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks yang secara teratur
akan aktif dalam beberapa bulan atau tahun dan menimbulkan lecet yang
menyakitkan pada alat kelamin laki-laki atau wanita. Al'iivitas virus tersebut
makin lama makin ringan, namun dalam kurun waktu yang lama beberapa
penderita ada yang mendapatkan serangan yang parah.
4. AIDS
37
ditemukan 18.000 kasus dan 51 persen dari jumlah tersebut meninggal dunia.
Bahkan sampai akhir 1996 di Indonesia sudah muncul 501 kasus AIDS.
32
32
33
Usman Ath-Thawil, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 1997), cet. I, h. 68-69.
38
terhaclap
prostitusi,
te1jadi
pula
perubahan-perubahan dalam
39
34
BABIU
PERDA KABUPATEN CIREBON NO. 01TAHUN2002
TENTANG PROSTITUSI
41
3. Faktor Sosiologis
a. Ajakan dari teman-temannya se daerah yang sudah lebih dahulu terjun ke
dunia pelacuran.
b. Karena pengalaman dan pendidikan mereka sangat minim, akhirnya mereka
dengan mudah terbujuk dan terkena tipuan dari pria dan calo, terutama
dengan dijanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi yang akhirnya
dijebloskan ke tempat-tempat pelacuran.
4. Faktor Psikologis
Adanya pengalaman traumatis (Iuka jiwa), shock mental, dan rasa ingin
balas dendarn yang diakibatkan oleh hal-hal seperti: Kegagaian dalarn perkawinan,
dimadu, dinodai sama pacarnya yang kemudian ditinggalkan begitu saja.
Berbicara tentang faktor penyebab timbulnya prostitusi di Cirebon,
sangatlah banyak faktornya, tapi yang jelas masalah utama adalah masalah moral
dan ekonomi, seperti yang sudah disebutkan di atas. Hal tersebut bisa kita lihat
pada penjelasan para tokoh masyarakat di Cirebon. Menurut Kiai Bahruddin,
bahwa faktor utarna penyebab timbulnya prostitusi di Cirebon adalah masalah
moral. Lebih lanjut beliau menjelaska:n, jadi tidak pandang orang Pesantren atau
non Pesantren, ataupun orang paham Agama maupun orang awam, yang penting
moral, karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. beliau beralasan, jika memang
benar karena faktor ekonomi yang Iemali, mestinya para pelaku melihat, masih
banyak orang yang lebih susah ekonominya dari dia, nyatanya mereka masih bisa
42
Wawancara
.i
Kusairi, Kepala Seksi Umun1 Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara Pribadi, Cirebon, 15
Januari 2008.
43
penulis dengan tokoh masyarakat yang biasa disapa dengan Kang Adib (aktifis
sosial) memaparkan, bahwa ini adalah faktornya persoalan rakyat dengan
Pemerintahnya. Jadi justru para kalangan yang mengerti hukum masih pada sibuk
berdebat membenarkan pendapatnya masing-masing, sehingga golongan yang
melakukan kemaksiatan menjadi enak dan merasa aman-aman saja, karena hukum
masih diperdebatkan terus.
Ibid.
44
titip tajug !an fakir miskin) tinggal sekedar slogan yang ditulis di papan-papan
45
reklame. Kehidupan dan geliat sehari-hari kota terbesar kedua di Jawa Barat itu
semakin tidak menunjukkan karakteristik sebagai kota yang mewarisi ajaran agung
seorang wali. Salah satu contoh yang paling mudah dilihat mata telanjang adalah
maraknya dunia prostitusi di kota tersebut. Setiap malam, belasan pekerja seks
komersial (PSK) dengan mudah ditemui di sepanjang ruas jalan siliwangi, jalan
protokol utanlft kota Cirebon, tempat Balai Kota, dan bahkan gedung DPRD juga
ada. 7
Kota Cirebon juga memiliki catatan menonjol tentang angka kejahatan
seksual terhadap perempuan dan anak di bawah umur. Sepanjang tahun 2003,
Kepolisian Resor Kota Cirebon tercatat menangani 11 kasus kekerasan seksual
terhadap perempuan dan anak di bawah umur. Dalam ba11asa Budayawan Cirebon
TD Sudjana menyebutkan, segala ha! yang termasuk dalam molimo atau 5 M, yaitu
maling (mencuri), minum (minum minuman keras), madat (mabuk narkotika),
madon (bermain perempuan atau berzina), dan mateni (membunuh), dapat
ditemukan lengkap di kota wali. Secara umum, Ketua DPRD Suryana melihat
sedang terjadi keruntuhan tata nilai di tengah-tengah masyarakat Cirebon. 8
Dari kenyataan seperti itu, maka banyak ulama darn lapisan masyarakat
ingin mewujudkan dan mengembalikan jati diri kota Cirebon sebagai kota wali.
Beberapa upaya dilakukan urntuk memberantas kemaksiatan. Berkali-kali MUI dan
Kompas, 634 Tahun Kola Cirebon Menemukan Kembali Makna Kola Wa/i, arlikel
diakses pada 21 Februari 2004 dari 1J.'lv111.ko111pasonline.con1
8
Ibid
46
Ormas Islam mendesak kepada aparat agar segera memberantas pekat, bahkan
puluhan anggota Muslimat FUUI (Forum Ukhuwah Umat Islam) Cirebon
mendatangi gedung DPRD. Mereka menuntut agar Anggota Dewan segera
bertindak membuat aturan berupa Perda anti kemaksiatan. Mereka menyatakan
segala bentuk kemaksiatan di kota Cirebon yang dikenal kota Wali hams
diberantas tuntas, di antaranya soal prostitusi. Rombongan Muslimat FUUI
tersebut diterima Wakil ketua DPRD, H. Dahrin Syahrir dan anggota Komisi D.
kepada Muslimat FUUI, Dahrin berjaaji akan menindak Janjuti tuntutan itu.
Dari gencarnya desakan masyarakat untuk segera menutup tempat-tempat
maksiat, menuntut anggota dewan segera membuat rumusan Perda tentang
prostitusi dan tentang kemaksiatan Jainnya, yang akan diusulkan kepada
Pemerintah Daerah. Perda merupakan sebuah instrument regulasi yang hadir di
tengah sebuah komunitas. Sebuah Perda lahir karena inisiatif Pemerintahan
setempat akibat dorongan bahwa perlunya suatu ha! untuk diregulasi demi
kesejahteraan dan keamanan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Peratura:n Daerah Kabupate:n
Cirebo:n tentang prostitusi ini lahir kare:na dorongan keinginan masyarakat untuk
me:ngembalikan ide:ntitas Cirebon sebagai Kota Wali, karena belakangan ini
kemaksiatan, khususnya prostitusi sangat marak di Cirebon. Akibat mudahnya
dijumpai tempat-tempat prostitusi, sehingga kapan, dimai1a dan siapa saja akai1
mudah terjerumus ke dalam Jembah kemaksiatan yang sangat keji itu.
47
48
banyak dari kalangan masyarakat atau Ormas Islam menuntut kepada aparat
bersikap lebih tegas dalam menindak pelaku prostitusi, karena dalam kenyataanya
masih banyak para pelaku prostitusi berkeliaran baik di Desa mauptm Kota
Cirebon.
1969), h. 14.
49
kotor
tersebut.
Dalam
Perda
Kabupaten
Cirebon,
ketentuan
pidananya
?M?I ""
\IT "
50
hanya ada perbedaan kuantitatif antara kejahatan dan pelanggaran, yaitu soal berat
atau entengnya ancaman hukuman.
Ancaman pidana pada kejahatan lebih berat dibandingkan pelanggaran
(perbedaan secara kuantitatif), maka dapat dikatakan bahwa:
1. Pidana penjara hanya diancamkan pada kejahatan saja.
2. Adanya keharusan pembuktian oleh jaksa atas sebuah kejahatan, tidak pada
pelanggaran.
3. Tenggang waktu kadaluwarsa bagi kejahatan adalah lebih panjang dari pada
pelanggaran. 11
Pembedaan antara kejahatan clan pelanggaran juga tercermin pada istilah
mala in se (kejahatan) dan mala prohibita (pelanggaran). Kejal1atan lebih merujuk
11
Ibid
12
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: As-Syamil, 2000), h.142.
51
52
BAB IV
PERDA KABUPATEN CIREBON NO. 01TAHUN2002 TENTANG
54
A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sanksi Pidana Yang Diatur Dalam Perda
Kabupaten Cirebon No.1 Tahun 2002 Tentang Prostitusi
Pidana berasal dari kata staf (Belenda) yang adaka.lanya disebut dengan
hukuman/pidana
didefinisikan
sebagai
suatu
penderitaan
yang
sengaja
Adam Chazawi, Buku Pe/ajaran Hukum Pidana Bagian I (stetse/ Pidana, tindak pidana,
teori-teori pen1idanaan, dan batas berlakunya huklan pidana), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 24.
55
hudud, jarimah qishas dan diat, danjarimah ta'zir. Adapunjarimah hudud adalah
2
Ahmad Wardi Muslih, Hu/mm Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet. I, h. ix
Ibid.
56
jarimah yang diancam dengan hukuman had (yaitu ketentuan pidananya sudah
ditentukan oleh syara') dan jarimah ini terbagi kepada tJ.ljuh macam jarimah, yaitu
jarimah zina, jarimah qadzaf, jarimah syurb al-khamar, jarimah pencurian, jarimah
hirabah, jarimah riddah danjarimah pemberontakan. Sedangkanjarimah qishas dan
diat terbagi menjadi ke dalam dua macam yaitu: pembunuhan dan penganiayaan,
jika diperluas maka jumlahnya ada lima macam, yaitu pembunuhan sengaja,
pembunuhan menyempai sengaja, pembunuhan karena kesalahan, penganiayaan
sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja. Sedangkan jarimah ta'zir ini adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syara' dan wewenang untuk menetapkam1ya
diserahkan kepada ulil amri.4
Dalam kaitallilya penjelasan di atas bahwa prostitusi (perzinaan) termasuk
bagian dari jarimah hudud, yaitu huknmannya sudah ditentukan dalam syara'.
Dalam syara' memang dudah jelas tentang ketentuan pidananya, bahwa hukuman
pelaku perzinaan baik laki-laki maupun perempuan dihukum dengan seratus kali
dera (cambuk), ha! ini bisa kita Iihat dalan1 firman Allah S\VT. surat An-Nur ayat
(2), yang meajelaskan :
01 .JJ1 LT-) <} ;.:t 4 ~L:.~ tl:; .:J;. i;Lo ~ -lj JS- ,_,~~ ~1jJ1j
~1jJ1
ff,.,
...
,.
,,
,.
....
,,
,. ,.
ff,
.('i' :
,,
,.
,,:: ,..
,,.
_,yJI) . ~'.?JI
;)..,.. 4.ilt.b
r::;;1JJ, ~~J y:.-\Jl
r'.Jlj ,.4.1.l~.... 0)..Ji
r'7<
,,,..
,.
,..,..
,.
,..
0
.,,.,..
,.
,.
I>
;:<!
,.
_,
Artinya : "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzin amaka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus kali dan janganlah belas kasian
kepada keduanya mencegah untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari akhir dan hendaklah
4
Ibid
57
Ketika wahyu ini diturunkan, telah dipahami bahwa mereka yang berdosa
melakukan perzinaan dihukum seratus kali dera. Kemudian Nabi Saw meqjelaskan
atau merinci tentang hukurnan perbuatan zina dengan sabdanya. Sehingga dari
penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa tentang tingkatan berat ringannya
hukuman bagi pelaku zina itu dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu muhshan (yang
sudah menikah) dan ghairu mukhshan (belum menikah). Jadi hukuman bagi pelaku
zina jejaka dan gadis hukumannya dijilid sebanyak seratus kali dan diasingkan
(dipe1tjara) selama satu tahun, sedangkan bagi laki-laki dan perempuan yang sudah
pernah menikah maka hnknmannya dijilid seratus kali clan dirajam. Tentang
pembedaan hukuman tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah :
' ~ ..!JI ~.J c::..-aL..a.ll 01 o~~ , f ' ..UI ..y- 01 i.Jl.,b... 0->- ' fr:"'" 01 ~ y.. , f
Artinya : " Bakar bin Khalaf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari
Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus
bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ybadah bin Shami! r.a bahwa
Rasulullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan
5
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Kizwini, Sunan Jbnu Majah, (Bairut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h.55.
58
jalan bagi mereka, yaitu mereka yang bernuat zina telah diberi jalan
(hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya
adalah jilid seratus kali dan buanglah atau asingkanlah selama satu
tahun. Sedangkan duda dan janda (yang pernag kawin) hukuman
mereka adalahjilid seratus kali dan rqjam". (HR. Ibnu Majah).
Karena begitu besamya akibat yang ditimbulkan dari perbuatan zina dan
beratnya hukuman yang ditimpakan kepada pelakunya, maka ketetapan hukuman
zina ini dalam Islam tidak langsung ditetapkan sebagaimana ketetapan yang
tercantum dalam surat An-Nur ayat (2) dan Hadits Nabi sebagaimana tersebut di
atas, akan tetapi melalui suatu tahapan.
Dalam Islan1 prostitusi atau perzinaan adalah suatu perbuatan yang sangat
keji dan sangat dilarang, mengingat kejahatan dari prilaku perbuatan zina yang
begitu tinggi dan dampak negatifuya yang begitu besar serta sauksi hukumannya
yang sangat berat dan keras bagi pelakunya di dalam hukum pidana Islam. Maka
peringatan atas hukuman perbuatan zina diturunkan oleh Allall SWT secara
berangsur atau bertahap atau dengan kata lain tidak ditetapkan sebagaimana yang
tertera dalam surat an-Nur dan hadits Nabi riwayat Ibnu majah seperti tersebut di
atas melainkan diturunkan melaui tingkatan hukuman secara bertahap seperti yang
tertera dalam surat-surat yru1g lain.
Dalrun ha! ini kebanyakan ulama-ulama fiqh yang empat berpendapat,
ballwa penetapan hukuman zina ini adalah be1iahap, sebagaimana penetapan
hukun1 pengharaman khamar dan penetapan kewajiban melakukan puasa
(berpuasa). 6
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terjemahan: Moh. Nabhan Husain, Jil. IX, (Bandung: PT.
Al-Ma'arif, 1995), h. 89.
59
Untuk pertama kali, hukuman zina berbentuk teguran. Firman Allah SWT
dalam surat An-Nisa' ayat (16) menyebutkan:
Artinya : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika
keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang''.
(QS. An-Nisa' :16)
Pada tahapan kedua, hukuman ini ditingkatkan dalam bentuk hukuman
kurungan rumah (tahanan rumah) sebagaimana diterangkan dalam surat an-Nisa'
ayat (15), yaitu:
0,Jt ~WI)
::=-'_;,11 ~ ;:;~{;
60
Wah bah Zuhaili, Fiqh al-Islam wa adi/latuh, (Bairut: Daar al-Fikr, 1995), Juz.Vl, h. 36.
61
4. Dilakukan atas dasar suka sama. Bagi pelaku yang di paksa maka tidak wajib
dihad tetapi pendapat Imam Hambali wajib dihad.
5. Pendapat empat imam, apabila melakukan zina dengan hewan maka pelakunya
tidak wajib dihad tetapi wajib dita'zir, dan hewannya tidak harus dibunuh
sekalipun dimakan hukumnya tidak haram, demikian menurut kesepakatan
ulama. 8
6. Perbuatan ziI1a tidak termasuk kepada yang subhat, apabila melakukan zina
dengan subhat maka gugurlah hukum hadnya. Tetapi pendapat Abu hanifah
dan Abu Yusuf pelakunya wajib dihad.
7. Pelaku zina mengetahui bahwa zina itu hukumnya haram. Apabila pelakunya
tidak tahu tentang hukum tersebut, maka ada dua pendapat ulama yang
berbeda. Pendapat pertama wajib dihad sedangkan yang kedua tidak wajib
dihad.
8. Perempuan yang melakukan zrna dalam keadaan hidup maka wajib dihad.
apabila perempuannya sudah me,1iI1ggal dunia tidak wajib dihad, pendapat
Imam malik pelakunya wajib dihad.
Dalam hukum Islam pemberian hukuman/sanksi terhadap trndak pidana
prostitusi atau perzinaan itu sangatlah berat, bahkan bukan hanya hukuman fisik
yang diberikan akan tetapi hukuman moral, psiko logis dan juga sosial. Menglligat
tllidak pidana ini sangatlah keji clan dampaknya begitu besar baik bagi pelaku
maupun terhadap masyarakat di sekelilrngnya. Hal ini bisa kita lihat dari
8
Ibid h. 37.
62
penjabaran dari surat An-Nur ayat (2) dan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, bahwa secara global hukuman terhadap pelaku zina itu di golongkan
menjadi 2, yaitu hukuman fisik dan hukuman non fisik. Adapun penjabarannya
sebagai berikut :
1. Hukuman Fisik
63
Wanita tidak bisa mengelak dari tanggung jawab terhadap akibat dari
perbuatan zina yang dilakukannya seperti apabila terjadi kehamilan maka ia
barns bertanggung jawab memelihara bayi yang dikandungnya sampai
melahirkan, mendidiknya dan membesarkannya. Apabila wanita itu
melakukan aborsi maka berarti ia telah melakukan pembunuhan.
Sedangkan pelaku pria, realitanya masih mungkin melarikan diri dari
tanggunng jawabnya, meskipun secara yuridis atau moril dan Agama baik
di dunia maupun di akhirat nanti tidak mungkin menghindar. Oleh karena
itu secara eksplisit untuk melindungi kaum wanita, maka mereka kaum
wanita itu terlebih dahulu disebutkan dan diperingatkan oleh Allah akan
hukuman yang akan mereka terima berupa hukuman ym1g keras.
Apabila mereka me!akukan perbuatan zina maka hukumlah mereka
dengan hukuman seratus kali cambuk di depm1 im1um dan diasingkan
selama satu tahun, kemudian terhadap pelaku pria hukumlah pula mereka
seratus kali cambuk di depan umum dan diasingkan selama satu tahtm.
I-Iukum yang demikian itu ditetapkan bagi mereka pelaku pria dan wanita
yang belun1 menikah. 9
Menurut Asy-Syafi'i sunah fi'Jiyah Nabi Muhammad saw hanya
menetapkan hukum cambuk bagi
Ibid
64
dan
merajamnya
pada
hari
Jum'at.
Dia
mempertahankan
pendapatnya itu, bahwa dia mencambuk sesuai dengan perintah Allah, lalu
merajamnya berdasarkan perintah Rasulullah Saw.JO
b. Hukuman Pengasingan
Dalam hadits riwayat lbnu Majah disebutka.n bahwa hukuman bagi
pelaku yang belum menikah selain dijilid juga dikenakan hukuman
pengasingan selama satu tahun. Mengenai masalah hukuman pengasingan
pelaku zina selama satu tahun juga terdapat perbeclaan pendapat antara
ulama-ulama fiqh :
1). Khulafa Rasyidin, Malik lbn Anas, Asy-Syafi'i, Ahmad Jbn Hanbal,
lshaq dan lainnya berpendapat wajib bagi pelaku zina yang masih bikr
diasingkan (dipenjara) selama satu tahun untuk menyempurnakan
hukuman had.
2). Hadawiyah dun Hanifah berpendapat tidak wajib pelaku zina bikr di
asingkan selama satu tahun karena hukuman itu tidak ada dalam alQur'an berarti menambah nash al-Qur'an clan juga hadits yang menjadi
dasarnya itu adalah hadits ahad. Kalau begitu hadits ahad menasakh alQur'an dan hal itu tidak bisa diamalkan.
'
Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Svari'at Islam. !Jakarta: Rineb <:into\
hol 11,;
65
3). Abu Hanifah bisa menerima hukuman pengasingan selama satu tahun
itu diputuskan oleh imam atas dasar maslahah, karena hukuman
pengasingan selama satu tahun itu bukan hukuman had, tapi 'uqubah
ta'ziriyah yang menjadi kewenangan imam.
4). Menurut pendapat Malik dan Auza'i, bahwa pelaku zina perempuan
tidak diasingkan , karena aib yang memalukan mengasingkannya berarti
melenyapkan dari pengawasan dan bisa mendatangkan fitnah barn.
Karena itu wanita dilarang melakukan perjalanan tanpa didampingi
muhrimnya. 11
c. Hukuman Rajam
Bagi pelaku pria dan wanita yang sudali menikah hukuman atas
perbuatan zina yang dilakukannya adalah hukuman rajam atau hukuman
mati melalui rajam di depan umum.
Orang yang sudah menikah berstatus kawin atau bisa disebut janda
maupun duda, sifat melawan hukumnya lcbih tinggi dari mereka yang
belum menikah, karena orang yang sudah menikali, pada waktu ia menikah
berarti di dalam hatinya ia mernilih jalur hukum. Islam memandang
pernikahan jalur yang benar dan halal, dan perzinaan adalah jalur yang
salah dan buruk, apabila mereka yang sndah menikah melakukan perbuatan
zina, berarti mereka sengaja melawan kebenaran hukum Islam yang sudah
mereka pegang dan mereka yakini serta mereka laksanakan.
11
66
Oleh karena itu pantas mereka diberi hukuman lebih berat dari
mereka yang belum menikah. Hukuman untuk mereka yang sudah menikah
baik ia berstatus suami atau istri, janda atau duda adalah sama saja, karena
sarna tinggi sifat melawan hukumnya, jika disamakan hukuman bagi
mereka yang sudah menikah dengan yang belum menikah tentu tidak adil,
karena kualitas melawan hukumnya berbeda. Kualitas melawan hukum
orang yang sudah menikah Iebih tinggi dari mereka yang belum pemah
menikah. Mereka yang belum menikah diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri dan masih punya prospek untuk menjadi orang baik.
Mereka yang sudah menikah tidak diberi kesempatan lagi untuk
memperbaiki diri, tapi diberi kesempatan untuk be1iaubat dan menebus
dosanya melalui kesediaannya menerima hukuman rajarn atau hukuman
mati melalui hukuman rajam.
Mereka yang sudah pemah menikah, apabila sudah pemah
melakukan ekstra marital seks akan cenderung mengulanginya berulang
kali kepada orang lain. Jadi mereka akan sering menebarkan kerusakan
moral dalarn masyarakat dan merusak kebahagiaan dan ketentranmn rumah
tangga orang lain. Laki-laki yang beristri atau perempuan yang bersuami
sudah ada yang halal baginya, mengapa mereka mencari yang tidak halal
baginya. Hal ini berarti mereka mengingkari atau murtad dari akidah yang
benar, oleh karena itu untuk preventif, wajar kepada suami dan istri atau
janda dan duda yang berbuat zina diberikan hukun1an yang lebili berat dan
67
lebih keras, yaitu hukuman mati melalui hukuman rajam dari pada
hukuman yang diberikan kepada pria dan wanita yang tidak terikat
perkawinan.
2. Hukumau Nou Fisik
Hukuman non fisik mernpakan hukuman yang tidak langsung pada fisik
pelaku, namun hukuman ini akan berakibat pada moral, psikologis, dan
kehidupan sosial pelaku zina. Dalam surat An-Nur ayat (2) dinyatakan bahwa
pelakasnaan hukuman terhadap pelaku perbuatan zina hendaklah disaksikan
oleh sekelompok orang-orang beriman. Jadi berarti pelaksanaan hukuman
tersebut hams di saksikan orang banyak. Dengan disaksikan oleh orang banyak
berarti si pelaku perbuatan zina dipermalukan di depan orang banyak, karena
dengan terjadinya perbuatan zina rasa malu si pelaku perbuatan zina sudah
luntur, oleh karena itu rasa malu ini perlu ditumbuhk:an kembali dan juga
dipermalukan ini mempunyai nilai preventif terhadap si pelaku agar tidak
mengulangi kembali perbuatan zina tersebut, dan juga bernilai preventif bagi
orang yang berniat melakukan perbuatan zina.
Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa rasa malu adalah bagian dari
iman. Nabi Muammad Saw juga menyatakan bahwa orang berzina tidak
beriman pada waktu melakukan perbuatan zina, karena apabila ia beriman
maka ia tidak akan melakukan perbuatan zina, orang yang tidak hilang
imannya, tidak akan menge1jakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah
dan Rasuhiya yaitu zina. Rasulullah Saw bersabda :
68
Artinya: "Dari Abu Hurairah bahwasannya Nabi SAW bersabda; tidak akan
berzina orang yang berzina ketika dia rnelakukan perbuatan zina
rnanakala dia waktu itu berirnan (kepada Allah) ". (HR. Bukhari).
'
12
Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Lu'/u' wa a/-Mmjan, Jil. I, (Bairut: Daar al-Fikr, tt), h.
69
melakukan ibadah puasa dan Iebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
memperbanyak amal saleh di Iingkm1gan masyarakat agar supaya orang
tersebut tidak mudah mencari dalih untuk berbuat zina.
Menurut Sayyid Sabiq, hukuman yang keras itu juga seimbang antara
nestapa yang diberikan kepada pelaku perbuatan zina dengan kerusakan
manusia dan masyarakat yang ditimbulkannya dan inilah keadilan. 13
Jadi jelaslah bahwa dalam hukmn pidana Islam hukaman terhadap tindak
pidana prostitusi sangat berat dan tidak pandang bulu, yaitu bagi siapa saja yang
telah melakukan perzinaan dalam kategori zina ghairu mukhshan maka dikenakan
hukmnan cambuk sebanyak seratus kali ditambah hukmnan pengasingan (penjara)
selan1a satu tahoo, sedangkan bagi pelaku zn1a mukhshan dikenakan hulcuman
rajam atau dengan kata lain hukmnan mati.
Dengan demikian, sauksi pidana terhadap tindak pidana prostitusi yang
diatur dalam perda Kabupaten Cirebon No. 1 tahoo 2002 tentang prostitusi berupa
hukmnan kuroogan dan denda sebagainiana yang tercantmn dalan. pasal 8 ayat (1)
dan (2) kalau ditinjau dari hukmn pidana Islam masih sangat jau!J perbedaannya,
rnasih relatif sangat ringan, sehll1gga para pelaku tindak pidana prostitusi tidak
menjadi jera dan masih memoogkinkan akan mengulanginya lagi. Sedangkan
hukmn Islam terhadap tindak pidana prostitusi sangat keras dalam pemberian
sauksinya, pelaku dikenakan hukUlllall cambuk dan penjara selama satu tahoo itu
13
70
bagi yang belwn menikah sedangkan bagi yang sudah menikah dihukum dengan
hukuman rajam (hukuman mati).
Jadi dalam penanggulangan prostitusi hukum Islam nilai preventifuya
sangat tinggi dibandingkan peraturan daerah kabupaten Cirebon. Oleh sebab itu
kalau memang Kabupaten Cirebon merupakan kabupaten yang mayoritas
penduduknya Muslim dan diakui sebagai kota wali, warisan dari Sunan Gunung
Jati, maka seyogyanya peraturan daeralmya disesuaikan dengan hukum Islam, atau
paling tidak melaksanakan tujuan dari hukum Islam, yaitu dengan menjadikan
Perda sebagai preventif dari tirnbulnya tindak pidana prostitusi, konskuensinya
tentu ketentuan sanksi pidananya tidak seringan seperti saat ini. Yaitu barns
diperberat lagi, baik berupa hukuman kurungannya maupun hukuman denda
71
suatu perbuatan yang dianggap dapat merugikan orang lain atau melanggar
ketertiban umum (tindak pidana) untuk bisa dijatuhi hukuman.
Sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang (UU) hukum pidana
pasal 1 ayat (1) menyatakan, bahwa ketentuan pidana harus ditetapkan dalam
undang-undang yang sah, yang berarti bahwa larangan-larangan menurut adat tidak
berlaku untuk menghukum seseorang. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh R. Soesilo dalam buku Prilaku Zina Pandangan hukum Islam dan KUHP
karya Dr. H. Abduh Malik, dalam mengomentari ayat (1) KUHP ini dia
menyatakan bahwa ketentuan pidana harus ditetapkan dalam bentuk m1dangundang yang sah, yang berarti bahwa Iarangan-larangan menurut adat tidak berlaku
untuk menghukum seseorang. Jadi suatu perbuatan dipandang tercela menurut adat
atau tercela menurut pandangan masyarakat umum, tidak clapat diambil tindakan
hukum karena tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Begitu pula
suatu perbuatan yang dipandang tercela atau perbuatan a.tau perbuatan pidana
menurut hukum Islam yang dianut masyarakat, tidak dapat diambil tindakan
hukum pidana karena memang tidak tercantum dalam KUHP atau PERDA, dan
inilah sulitnya untuk menindak suatu tindakan yang sangat merugikan karena harus
menunggu adanya peraturan yang mengaturnya.
Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan hal tersebut, agar suatu perbuatan
tercela yang sering terjadi di daerah Cirebon, salah satunya yaitu perbuatan
prostitusi ini bisa dikenakan sanksi, maka dibentuklah suatu peraturan yang
mengatur dan melarang perbuatan-perbuatan terlarang tersebut dalam bentuk
72
peraturan daerah, sehingga para pelanggar menjadi jera (tidak lagi mengulangi
perbuatan kotor itu) atau paling tidak bisa mengurangi terjadinya tindakantindakan tercela tersebut yang bisa merugikan orang lain/mengganggu ketertiban
urnnm.
Tujuan utama diberlakukannya suatu undang-undang adalah agar suatu
perbuatan terlarang itu tidak terjadi/tidak terulang kembali atau dengan kata lain
bertujuan sebagai preventif. Nah, kalau suatu undang-undang nilai preventifuya
sudah tidak berfungsi, apakah masih layak UV tersebut diberlakukan ataukah harus
dikaji ulang?. Mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002
tentang prostitusi yang suksi pidananya sangat ringan, disini penulis menganggap
bahwa nilai preventifuya sangat kurang, terbukti masih maraknya praktek
prostitusi yang ada di daerah Cirebon baik di kotanya maupun di pelosok desa.
Kalau kita kaji dengan hukum Islam, bahwa hukum Islam mengandung
nilai preventif yang sangat tinggi. Tentang masalah proslitusi (perzinaan) hukum
Islam sangat menutup rapat-rapat jalan untuk menuju perbuatan tercela tersebut,
sehingga dalam peraturannya tidak langsung ditunjukkan dengan pelarangan
perbuatan zina itu sendiri, melainkan ditunjukkan dengan pelarangan perbuatan
yang dapat memicu terjadinya perbuatan ziua yang keji itu . Bentuk larangan itu
dalam al-Qur'an disebutkan dalam surat al-Isra' ayat (32), yaitu:
:::
,..
;;
_,,.
.~
,..
"'
(>
,..
.('fl : .-.1.r")ll) . ~
... G) ~u 015' ~! JJJI 1'.;.~ '1)
,
,
,
73
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu merupakan
suatu perbuatan yang sangat keji dan suatu jalan yang buruk". (QS. AlIsra': 32).
Islam menganggap zina bukan hanya sebagai suatu dosa yang besar
melainkan juga sebagai suatu tindakan yang akan membuka gerbang berbagai
perbuatan maksiat lainnya, akan menghancurkan landasan keluarga yang sangat
mendasar, akan mengakibatkan terjadinya perselisihan dan pembunuhan,
meruntuhkan nama baik dan kekayaan serta menyebarluaskan sejumlah penyakit
baik jasmani maupun rohani. Tak diragukan lagi bahwa perzinaan merupakan
perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan merupakan perbuatan dosa yang paling
besar setelah pembunuhan. Jadi, bila prostitusi itu dibiarkan tanpa hambatan,
niscaya ia akan mengancmkan bangunan sosial umat ini, oleh sebab itu maka
ditetapkan hukuman yang mengerikan (berat) bagi pelaku tindak pidaua yang besar
ini dalam undang-undang hukum Islam serta ancaman siksa yang dasyat bagi para
pelaku zina di hari kemudian.
Maka dari itu, pelarangannya pun sangat preventif, bahkan mendekati rnja
tidak boleh, dalam artian selain yang dilarang itu perbuatan zinanya pun yang yang
memicu perbuatan tersebut juga dilarang, sepe1ii bersunyi-sunyi berdnan antara
lawan jenis yang bukan muhrim, karena ini akan membuka jalan orang untuk
melakuan zina karena di sanalah syaitan akan bertindak sebagai orang ketiga yang
akan membujuk untuk melakukan perbuatan keji, syaitan sangat licik, maka disini
tidak berlaku bagi orang yang lemah imannya atau yang kuat imannya, !arangan
tersebut berlaku untuk semuanya. Karena sekuat-kuatnya iman seseorang kalau
74
14
75
15
Gatrn.com, Polresta Grebek Enam Hotel Melati, info terbit Jl<lda tanggal 2 September
2005 di akses dari www.gatrn.com
76
1 tersebut,
menurut
penulis
ketentuannya belum begitu jelas, karena masih ada ketentuan yang belum termuat
dalam poin tersebut, sehingga memungkinkan masih banyak yang akan melakukan
perbuatan prostitusi, ketentuan hukum dari Perda tersebut masih sangat lemah
untuk menjerat para pelaku tindak pidana prostitusi alas dasar suka sama suka.
Ketika terkena razia petugas, meraka akan mudah mengelak dari tuntutan telah
melakukan prostitusi, karena memang tidak ada aturan yang mengatur tentang
hubungan seksual di luar pernikahan yang di lakukan atas dasar suka sama suka,
atau perselingkuhan. Hal ini seirama dengana apa yang disampaikan Bapak Adib
( aktifis sosial) kenapa di Cirebon masalah prostitusi bisa bebas saja, karena
memang yang dianggap prostitusi terselubung itu tidak semuanya berkaitan dengan
hukum (tidak ada ketentuan hukumnya), seperti pacaran, suka sama suka,
perselingkuhan dan lain sebagainya. Sedangkan kalau narkoba, narkotika dan
psikotropika tidak bisa bebas, komunitasnya sangat tertutup karena kekhawatiran
mereka terkait dengan hukum.
Kemudian mengenai ketentuan pidana prostitusi dalam pasal 8 ayat (1)
disebutkan, bahwa barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 ayat (1 ), (2) dan (3) diancam pidana kurungan selama-lamanya 6
bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (Inna juta rupiah).
Melihat ketentuan pasal 8 ayat (1) tersebut di atas, seperti terkesan pemerintah
masih memberi ruang kepada para pelaku tiJ1dak pidana prostitusi untuk beroperasi
di Cirebon. Mengapa sanksi terhadap pidana prostitusi hanya dengan kurungan
77
selama-lamanya enam bulan dan atau dengan denda yang hanya sebanyakbanyaknya lima juta rupiah. Hal ini bagi mereka yang berduit akan mudah
melakukan perbuatan terlarang tersebut, mereka tidak takut terhadap ancaman
pidana yang sudah diterapkan, karena hanya dengan uang lima juta rupiah mereka
bisa bebas. Ini terkesan peraturan tersebut hanya untuk orang-orang miskin saja,
bukan untuk orang yang berduit, karena hukuman bisa dibeli dengan uang, padahal
dalam Islam, hukum tidak bisa dibeli dengan uang.
Kemudian kalau kita bandingkan dengan Perda Kota Tangerang No. 7
tahun 2005 tentang minuman berakohol, rnaka masih jauh perbedaam1ya, dalam
Perda Tangerang tersebut tindak pidana MIRAS dikenaan hukuman denda sebesar
lima puluh juta rupiah. Ini sangat aneh, kenapa tindak pidm1a seberat prostitusi
hanya dikenakan sanksi sangat ringan, bahkan masih jauh kalau dibandingkan
dengan tindak pidana MIRAS.
Lalu tentang penggunaan kata "dan atau" dalam pasal 8 ayat (I), ha! ini
sangat mengherankan, kenapa tindak pidana seperti protitusi hanya dikenakan satu
hukuman saja, dengan penggunaan kata "dan atau" berarti terpidana bisa memilih
hukumm1 yang diberikan, yaitu kurungan atau denda. Maka bagi para pelaku ym1g
berduit dengan mudah memilih denda, hanya dengan membayar denda lima juta
rupiah maka bebaslah dia. Padahal dalan1 hukum Islam, hukuman bagi pelaku zina
78
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
prostitusi adalah hubungan seksual di luar nikah dengan imbalan uang atau
hadiah-hadiah sebagai suatu transalcsi perdagangan. Baik yang menyediakan,
mengadakan, melakukan maupun yang melindungi perbuatan prostitusi.
2. Dalam Perda kabupaten Cirebon terdapat Pula ketentuan-ketentuan pidana
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, setiap pelaku yang melakukan
tindak pidana prostitusi adalah dikenakan sanksi berupa pidana kurungan
selama-lamanya 6 (enarn) bulan clan atau denda sebanyak-banyakuya Rp.
5.000.000,00 (limajuta rupiah).
3. Dalarn pandangan hukum Islam prostitusi atau perzinaan adalah hubungan
seksual yang diharamkan, yakni persetubuhan yang dilakukan oleh seorang
laki-laki dengan seorang perempuan melalui farji di Iuar nikah dan bukan nikah
subhat. Zina merupakan perbuatan keji, cabul dan termasuk perbuatan dosa
yang peling besar setelah pembunuhan, karena perbuatan ini merupakan
pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenis tanpa mengenal batas kesopanan
(manusiawi), melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan akan menimbulkan
banyak
kerusalcan
pada
tatanan
kehidupan
masyarakat,
serta
akan
80
tinggi,
B. Saran-saran
1. Mengingat perbuatan proslilusi tennasuk perbuatan dosa yang sangat besar,
serta berdampak terhadap tatanatl sosial masymakat, bisa merusak rumah
tatlgga seseorang, selain itu juga akan 111enin1buikat1 penyakit yang satlgat
81
penanggulangan prostitusi di
yang
82
4. Sebagai tindak Janjut untuk memberdayakan para pelaku prostitusi atau para
WTS yang sudah terjaring, maka hendaknya Pemda membuat lapangan
pekerjaan atau sebagi aktivitas rutin bagi pelaku, dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan/keterampilan
sesuai
dengan
bakat
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an al-Karim.
Adib, Aktifis Sosial, Wawancara Pribadi, Cirebon, 12, Februari 2008.
Arikunto, Suharsimi, Managemen Penelitian, Cet. 11, Jakaiia: PT. Rineka Cipta,
1993.
'Audah, Abdul Qodir, Al-Tasyri' al-Jinai al-Is!ami Muqoronan bi al-Qonun al-Wad'i,
Cet. XI, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992.
Bahrudin, K., Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu,
Cirebon, Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
Bagi, Muhammad Fuad Abdul, al-Lu'lu' wa al-Marjan, Jil. I, Bairut: Daar al-Fikr, t.t.
Bagi al-, Al-Ba'la, al-Maurid, Beirut: Daar al-'llm, 1977.
Sadily, Hasan dan John M. Echols, Kamus Jnggris- Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990.
Bonger,
W.A.,
Bukhori al-, Imam Abi Abdillah Muha~mad bin lsma'il bin Ibrahim lbnu alMughiroh bin Bardazabah, Shohih al-Bukhari, Jil, X, Bai rut: Daar al-Fikr,
1981
Chazawi, Adam, Buku Pelajaran Hukum Pidana Bagian I (stetsel Pidana, lindak
84
Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jil. I, Ed. 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Kizwini al-, Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Juz.
II, Bairut: Daar al-Fikr, 1995.
Kompas, 634 Tahun Kata Cirebon Menemukan Kembali Makna Kola Wali, artikel
--------------, Fiqih Sunnah, Terjemah: Moh. Nabhan Husein, Jilid IX, Bandung : PT.
85
Sabuni as-, Muhammad Ali, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,
Jil. II, Beirut: Daar al-Fikr, t.t.
Salesman,
diakses
pada
April
2007
dari
San'ani as-, Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yumna, Subul al-Salam, Jil.
4, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuhu, 1950.
Santoso, Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: As-Syamil, 2000.
Sedyaningsih, Endang, Perempuan-perempuan Keramat Tunggak, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan, 1999.
Siddiqy as-, Muhammad bin 'llan asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki, Dali! al-Falihin Ii
Turuq Riyadh al-Shalihin, Jil. 4, t.k.: Daar al-Fikr, t.t.
Soedjono, Pelacuran Ditilyau dari Hukuman Kenyataan dalam Masyarakat,
Bandung: Karya Nusantara, 1977.
Subroto, Teddy, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara
Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
Tatapangarsa, Humaidi, Sex Dalam Islam, Surabya: PT. Bina Ilmu, t.t.
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W. J,
Jakai1a: Pustaka Sinar Harapan, 1997.
Pelacuran di Indonesia,
Thawil Ath-'Usman, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, cet. I, Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 1997.
Truong, Tahnh-Dam, Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara, Te1jemahan:
Moh. Arif, Jakarta: LP3ES, 1992.
Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hida Karya Agung,
2002.
Zamroni, Anang dan Asrori, Ma'ruf, Bimbingan Seks lslami, eel. I, Surabaya:
Pustaka Anda, 1197.
Zuhaili, Wahbah, Fiqh al-Islam Wa Adi!latuh, .Juz. VI, Bairut: Daar al-Fikr, 1995.
--------------, Tafsir al-Munir. Jil. 18, Beirut: Daar al-Fikr al-Muashir, 1991.
para pelaku tindak pidana prostitusi, clan ketika Perda tentang prostitusi belum
acla (belum diberlakukan) maka ketika mereka melakukan prostitusi, polisi
menjawab, kami tidak ada paying hokum, maka kami merasa ticlak dipersalahkan.
Jadi dengan adanya perda, polisi mempunyai dasar hukum secara hukum,
disamping sebagai payung hukum bagi polisi, sementara masyarakat juga
menuntut tegas langkah-langkah peerintah dalam meninclak lanjuti prostitusi
secara hokum. Dan didukung oleh pemerintah ldmsus perda kabupaten
ci~bon
sehingga usulan dari pemerintah, rakyat clan tokoh agama merupakan tolak ukur
pemerintah untuk segera diberlakukan perda prostitusi.
Yang di Waw
Yang Mewawancarai
~~
Istii'amah
Hasil Wawancara
Nam a
: Teddy Subroto, SE
Jabatan
Waktu
Jsi Wawancara :
mendapat pengawasan
dari
Untuk saat ini yang sedang atau lagi diincar adalah: Terminal, TempaHempat
parker dan trnk-trnk.
7. Apa kendalll bapak dalam menangani tindak pidana prostitusi di Cirebon?
kedaerah
kejadian-kejadian yang
Caranya yaitu bisa melalui SMS Polling Terbuka, ke Polres langsung dan lainlain sehingga masyarakat dapat melaporkan kejadian-kejadian yang ada tanpa
dipungut biaya.
9. Bagaimana cara-cara penangkapan di Satpol PP'!
Caranya yang pertama; memberikan peringatan selan1a satu minggu, yang keDua; operasi seminggu kemudian yang Ke-tiga setelah tiga minggu maka barn
ditangkap selanjutnya barn BAP.
Yang di Wawancarai
Yang Mewawancarai
Teddy Subroto, SE
Isti'amah
Hasil Wawancara
Nam a
Jabatan
Waktu
lsi Wawancara :
1. Apa yang dimaksud prostitusi menurut Bapak?
Dari segi tindak pidana : Pemerkosaan, pelecehan seksual, hobi jajan, kalangan
ekonom yang sukajajan seks.
5. Dimana
saja
biasanya
tempat-tempat yang
rawan
dijadikan
ajang
prostitusi?
Tempat prostitusi biasanya bermacam-macam, seperti Panti Pijat, Hotel, Warung
Ren1ang-remang, Diskotik dan Rumah-rumah Penginapan.
Kemudian dari dinas kesehatan terdata 270 dan dari Satpol PP sendiri terdata 365
>
>
>
>
>
Yan di Wawancarai
Yang Mewawancarai
lsti'amah
Hasil Wawancara
Nama
: Kang Adib
Jabatan
: Aktifis Sosial
: Plered, Cirebon
Waktu
Isi Wawancara:
Masalahnya, bahwa mereka (WTS) juga manusia yang perlu dimanusiakan, jadi
faktornya persoalan rakyat dengan negaranya. Yang jadi permasalahan, justru
para kalangan yang menge1ii lrnkum pada sibuk
b1~rdebat
membenarkan
kalangan mereka sendiri yang mencari kepentingan pribadi. Sudah ada bukti
polisi yang tertangkap basah sedang asyik mabuk-mabukar1, main WTS dan judi
di ternpat prostitusi tmlpa membawa atribut tu gas kepol isiml alias kebutuhml
pribadi.
Kemudian
faktor penegak
hukum
yang
setengah
hati
dalam
melaksanakan penegakan hukum, karena penegak hukum juga bukan orang yang
paling benar dan tidak memunafikkan diri sebagai manusia, jadi tidak menutup
kemungkinan dari kalangan penegak hukunmya sendiri yang melanggar karena
banyak sekali godaanya.
2.
prostitusi~'
Yaitu dengan cara membuat tempat-tempat rehabilitasi, untuk saat ini di Cirebon
belum ada pesantren yang khusus menangani WTS, barn ada satu-satunya tempat
Panti Rehabilitasi yang membina prostitusi, yaitu siliasih (dikelola oleh Pak
Deden, dan pengawasannya pun sangat ketat karnna takut diteror oleh para germo
dan lain-lain). Tidak mudah untuk bisa masuk ke sana. Siliasih merupakan
Yayasan Sosial, kepunyaan pemerintah propinsi, tapi menurut saya, siliasih hanya
sebagai pemborosan saja, karena hasilnya masih kurang memuaskan, sehingga
saya dan Bpk. H. Abdul Latif, MM selaku Kabag TU Satpol PP mempunyai
ide/usul, yaitu lokalisasi, katanya lokalisasi bukan legalitasi, jadi perlu dibedakan,
lokalisasi hanya bersifat tempat, tapi kalau legalitas prostitusi dalam agama sudah
jelas haranmya dan tidalc boleh.
Kang Adib
Yang Mewawancarai
Isti"amah
...:.I.I\)..:_
I
!
DlJPATI CIR.EDON
::Vlenimbang
I
\
l
I
\
menimb.l!J.i:;.an
gangguan
ketertiba
-----
----
------- -.
p<?fbuatan dao. a.tau percdaranr..)
- --- -------------
perlu dilarang;
~
kar~!.l.'!.__j!!!_
--~---
._
-2-
bc;rdasarkan .penimbang,:m
bah,va
sebag:c
represif perlu
ditetapkan
denoa
~~~~~-'~~~~-=~
l~ ndang-T_~ !1Ci:ing
~'.'.OJf1()f
14
Tahun
t>embL:t1 ru l.:.:.:n1
t211iang
Il
I
i
~-
n . . . . l''o';~.
1'-'!) l
!ll\
Lm1hahall
.~
.Ut\.iVti\.>JlU
T1hun
J.L.tl" JI
101.i
.!./If
,,,-,-,'v'-
.......
_...
--- ..:.
Rt:puhlik
I
I
-3-
Tahun 1992
tcntang Kesehatarr (Lem!Jar.m Negara Republik
Lridoncsia Tahun 1992 1-..!onior 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3-1-95).
N01nor
23
'T'
l()(l I
! ~10Ui1 ....
v ....
tcntang
'
.a
Jnc1or1e:,;i
!Lernbaran Negara Repuhlik Indorn:sia Tahun
~-(H}2 i'~or11or
2, TDmbni1a11
L~r11baran
1'-icgar;i
D.:>l1l.:.:
.....
'"' ......... ~ . .11~~1
. . . 1 .. w
LI,1u~J.,ncr-lf,1d~11-,
i\7""'1'\l-H' Q
..
... *;;:;>
J . H...
bw''-'~AU
.-\c:ar:1
Pid:l!la
(L~mhara:1
Tambahan Lembaran
L.'1done~ia ?-Jomor 32 52).
Negara
Repub'
T ek.11ik Penyt.Jsun
Peraturan
Daerah
(Len1baran
Dat:r.
Kabuoakn
2000 Noi:wr 1 :;,
. Ctrebon Tahun
'
T a.liun
20(!0
knt3ng
D.1.)..
Dengan Pernetujuan
DE\.VAN PER\VAKILAN RAKYAT DAER.AR
KABUPATEN ClREBON
lvlEi'vfUTUSKAN
\1enetapkau
PERATURAN
DAERAI-l
IB1"'TA..N1
LARANGAN PERJUDIAN, PROSTITUSI DAJ
lvflNU11AN KERA.S.
-:5-
BAB I
ICETEl\111.JAN lI~vfu'l\f
Pa5al 1
Dalam Peraturan Daerah mi yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah 1:.abupaten Cirebon;
b. Bupati ad,1l;:h Bupati Cirebon:
S;1tu~111
C.
f)etjlltiian .:ld:llD.h
~.ran2
ole-i1
~r,;gj;ir~tn
})t!rmairt3i1
i)Crsif~t unrUil@.-UiliUng~li
seorang
atau
.......
, . ....,ro
V~ld=:-
:~eni11k !)Crl;tnJhJ:~
..i:~n~_.
~..'-,
. ".,
..
t
f).,...-..,.r;n:
..i .-,.!.'\1Jh i,,.i,11rlt'"~T'
~-~i---11J
A
.!':..:.u!-... ~.~~~--"--~.:':""~.'-'
~..,A ~'- A\.JUul
....
1.lail~ atau
~
.\
.~
-'.:.:!.
l1adiaJ,-11adial1 scl'1a:di
-
ii
Ll
,, ..... ,
._,._.I'-~
lu'r
p;i(."~1
,1....,n~! \rt i~T!hJLln
'
....
.l ... <
,__..._,,,;::.
murnm:m
m-:rn:ibul.kan:
?vkrnproduk~i
adalall
rnclakuk:in
hu~:c;m
.JI ~ii
RillilSlll!mlllllll--~
-- -
-----~----
--
----~ .... -
---~----
.....--
........
memproduksi
men!!,ed,1rLm. men~l;on~umsi dr.n 11101nbawa mi.rJtl!nan keras d
T)dt.:rill1.
;_!_. ,1.fl.
mcmproduksi.
mcngcdarLm.
rriVD\'iJ11DJfL
.
.
Pasal 3
( l) ::>iapapun diiarang :
a. lvfenyed iakan,
pe1:judi:in.
mengadakan
/ b. . } l'vknvediakan.
<........-- . . --..
mengadakan
.--.
proHtitL,;_i.
c.
74m&.~ni.
'\1Y'<><illft(
!viemproduks~
dnn
mciakukan
perbuatan
dan
melakuJ.;an
perbuatan
~\'l-~ -n-.'l.:>lll'f(
meny11npan,
mengkonsumsi dan
m~mbnwa
menjual,
minuman keras.
menged:Jr~
------
--- -----
~
-7-
' i,,,
I
i
I
\
-8-
LO.J.
k1n,~at
<lan li<lak
u1t11i.
crl:if...,,.,11:'}
lr,;:,.l\l'lr ]01."l\,.;
...
............
... ......... u ........ ,. ..... u._
t ..u.:.>,..
B.. \B III
..
--
:i1'tif d;:ilam
P~:na~~><ulan11an p.:.;::<1d1J1;.
keras.
i 2)
meiaporkannya kepad<I
piJrn~.
yang b.cnven:mg.
i
-9-
B.'-\.B V
SANKSI
ADiv1lNI~TRASI
P<isal 7
Bagi pihak yang dikecualikan scbagairnJna dirnaksud dal:tm Pas::! 4
ayat (2) dan ayar (3) apabila nelanggar ketcam1:m dal.:rm Pc.rat:urc.t1
B,.:\ l~
\ 11
i
f,
I
pe-ianggat"nn.
-j
0-
BAB Vll
K.ETENTUAN PEN'.!D)JKA.~
PJsal 9
(i )
'~
-}
-
. ...
.
.
\\.c\..,:c;.1.111g r ..:1rv1..Jt1-~ s..:.;_:.;., g.:t 1!11.:! !1Zi
!Jp0ta1,
-11-
d. :Niemeriksa buku-buku, catatan-catatzn dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran
Pera!Uran Daerai1;
e. i\1elakukan penggeledahan untuk mendapathan hahan bukti
p<::mbukuan, pencatatan, clan dokurnen-dokumen lilin s,.::rta
mdakukan pet1yitaan terhadap barang b'ik1i iersebut:
l~ ~\ierrlitlt:t
~ugas
11
bL1I!tUa!1
l('fl:J..~3
pe:n::i'-iikan
t~t1d.Jk
'\I-mu-.
.- "" .. ~r;~11
tJvl
14\ ::,
l,
J\..o)\.-
t)fJng
,.~LI!::=:
... n., 1)--1la1ra1
..._.
'.(.
.&.
l
. .Jr1ttd_-:
dick:ngar
-~
..
I lJ I \.i
~.
r ..
----------
---~---~-
------
- l ::'-
k. ivfolakuk<.m
penyidik~u1
untuk
kdancaran
y:1ng
dapat
t!irn:tks11d
pa cl a ayJ1 ( 1.) memberifJhuL1:: di.i1ul;:inya pcnyir!ih<in cla;i
menyampaikan ha~ii pcny1dikannya mcialw: ptliyidik POLRI
B ..~B -, !II
PE~l_:
]"i..'P
P:1s;i I 11
-13-
.-\gar
setiap
orang
dapat
mengetahuinya,
mcrcerintal1km
pengund::mgan Per:itur:ill Daerah ini dengan pene111patannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon.
L.'irer;;pkan di '.'umber
P{i.(La t.arlgg.31 13
111ari:.t
'.?.0(f2
SL'P.\TI CIREBON
TTD
(
H. SUTISNA, SH
;p ATEN CJREBON
"