Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA

DENGAN TUBERCULOSIS (TBC)


TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009:
67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008: 3), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi,
dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah satu
atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga

mempunyai ikatan emosional dan

mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.


Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan
adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mempunyai peran masingmasing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan, atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama
c.

lain.
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial,
sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.

d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,


psikologis, dan sosial anggota.

3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan
dan orang yang mengelompokkan adalah :
a.

Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
2)

diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.


Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang

masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).


b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya, diantaranya
menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :

1)

2)

Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi sanksi
legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam
pembentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama

maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua duanya bekerja dirumah, anak anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja diluar rumah.
5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak anaknya dapat
tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7)

8)

Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu waktu tertentu.
Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.

9)

Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak anaknya dan
bersama sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan
tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak anak.
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan hubungan dengan suami
istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga
a.

adalah sebagi berikut :


Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah
fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
e.

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186),
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
1)
2)
3)
4)
5)
6)

dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :


Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan


8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal
berikut ;
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber
keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan
keluarga terhadap hygiene sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008: 14-18), tahap perkembangan keluarga adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.

ini adalah :
Membina hubungan intim yang memuaskan.
Menetapkan tujuan bersama.
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
Persiapan menjadi orang tua.
Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua).
Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas

perkembangan tahap ini antara lain :


Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Membagi peran dan tanggung jawab.
Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Konseling KB post partum 6 minggu.
Menata ruang untuk anak.
Memfasilitasi role bearing.
Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.

3)
4)
5)
6)
d.
1)
2)
3)
4)
5)

Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
Pembagian tanggung jawab.
Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.
Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
Menyediakan aktivitas untuk anak.
Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota

keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memnuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman .
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

B.

Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan
kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat yang profesional
dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standart praktik keperawatan dengan
berlandaskan etik dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (Setiadi, 2008: 26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004: 27) asuhan keperawatan
keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan
sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan keluarga yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan
Menurut Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a.

Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri

b.

Tujuan khusus

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga


2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga

3)

Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai
gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan
keluarga.

4)

Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan keluarga

5)

Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas, puskesmas


pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga.

3. Sasaran
Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
4. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah kesehatan
aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga
yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka pendek), penetapan
standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.

5. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga

Menurut Mubarak,dkk (2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan


kesehatan keluarga antara lain :
a. Pendidik (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b. Koordinator
Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh, daan
c.
d.
e.
f.

berlanjut.
Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Pengawas kesehatan
Konsultan atau penasehat
Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim

kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi lingkungan
Peraawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Nursalam (2005: 34), pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip yang
berlaku secara umum yaitu : tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari
konsepsi sampai dewasa; Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya
kecepatannya dapat berbeda; Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota
badan, misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan seterusnya.

1. Pertumbuhan
a.

Pengertian
Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan
meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan (Marlow
(1988) dalam Supartini (2004: 49).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pertumbuhan adalah proses bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif atau dapat diukur, aspek peningkatan
ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel (Potter and Perry, 2005 : 637).
Nursalam (2005: 32) mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran fisik
(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi
(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel.

b. Ciri-ciri pertumbuhan
Menurut Soetjningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 32), pada umumnya pertumbuhan
mempunyai ciri tertentu yaitu :
1)

Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.

2)

Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu
dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks
sekunder, dan perubahan lainnya.

3)

Kecepatan perumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu
masa prenatal, bayi, dan adolesensi, di mana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan
masa sekolah, di mana pertumbuhan berlangsung lambat.

c.

Pertumbuhan anak masa prasekolah (usia 2-6 tahun)


Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010: 2-4) berat badan anak akan bertambah 2-3
kg/tahun, tinggi badan anak setelah usia 7 tahunbertambah 5 cm/tahun, pertumbuhan gigi susu
sebanyak 20 buah yang lengkap tumbuh pada umur 2,5 tahun.

2. Perkembangan
a.

Pengertian
Menurut IDAI (2000) dalam Nursalam (2005: 33), perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel jaringan tubuh, organorgan dan sistem sistemnya yang terorganisasi.
Perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat
kualitatif (Potter dan Perry, 2005: 637).
Supartini (2004: 49) mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses yang terjadi
secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang
dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.
b. Teori Perkembangan
1) Teori perkembangan psikososial (Erikson) dalam Wong (2008: 117-118)
a) Percaya vs tidak perrcaya (lahir-1 tahun /bayi)
Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan
semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang
meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara
adekuat.
b) Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu (usia 1-3 tahun)
Perkembangan autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan anak
untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka, dan lingkungan mereka. Perasaan negatif
seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan. Hasil yang diharapkan adalah
kontrol diridan ketekunan.
c) Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan membentuk suara hati.
Terkadang mereka memiliki tujuan untuk melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang
dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka
merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah.
d) Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Anal-anak mau terlibat dalam tugas dan aktivitas. Mereka belajar berkompetisi dan bekerjasama
dengan orang lain daan juga aturan-aturannya. Rasa inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak
yang diharapkan dari mereka.
e) Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun)
Remaja berusaha menyesuiakan diri dengan peran yang mereka mainkan daan mereka berharap
dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik inti

menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil daari penguasaan yang sukses adalah
kesetiaan daan ketaatan terhadap orang lain serta terhadap nilai-nilai.
2) Teori perkembangan psikoseksual (Freud) menurut Supartini (2004: 59-60) yaitu :
a) Fase oral (0-11 bulan)
Ciri tahapan : aktivitas melibatkan mulut seperti mengisap, menggigit dan mengunyah
merupakan sumber utama kenikmatan.
b) Fase anal (1-3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak
senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya.
Toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
c) Fase falik (3-6 tahun)
Selama fase ini, genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai
mempelajari perbedaaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya
perbedaan alat kelamin.
d) Fase laten (6-12 tahun)
Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan,
dan anak laki-laki dengan laki-laki. Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan
psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dn pengalaman melalui
aktivitas fisik maupun sosialnya.
e) Fase genital (12-18 tahun)
Tahapan genital yaitu ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses
pematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.

c.

Perkembangan anak masa toddler


Pada tahap ini, perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada mulanya anak
berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan,
anak mulai berjalan berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Perrhatian anak
terhadap lingkungan menjadi lebih besar, anak lebih banyak menyelidiki benda disekitarnyadan
meniru apa yang diperbuat oleh orang lain.

d. Pemantauan perkembangan DENVER II

Uji skrining perkembangan yang paling tua dan paling dikenal adalah Denver
Developmental Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R telah direvisi, distandardisasi
ulang dan berganti nama Denver II (Wong, 2008: 221).
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi 125
gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring fungsi tersebut.
Bidang aspek yang dinilai antara lain :
1)

Personal sosial

: penyesuaian diri terhadap masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan

perorangan
2) Motorik halus

: koordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan benda-benda kecil.

3) Motorik kasar

: duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar.

4) Bahasa

: mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.

Tanda item penilaian Denver II menurut Nursalam (2005 : 40):


a) O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh memberi laporan
anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
b) M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba
c) V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi laporan tepat/dapat
dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
d) No = No opportunity
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan , uji coba
yang dilakukan orang tua.
Interpretasi dari nilai Denver II menurut Nursalam (2005 : 41) :
a) Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari
25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b) Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada
item antara 25-75% (warna putih).
c) Caution

Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-100% (warna hijau/biru).
d) Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
3. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor.
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 39-41), faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a.

Faktor internal (dalam)

1) Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual,
serta saraf, yaitu perbedaan ras, etnis atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin dan kelainan
kromosom.
2) Pengaruh hormon
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin dan hormon
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak.
b. Faktor eksternal (faktor lingkungan)
1) Faktor pranatal (selama kehamilan)
Meliputi gizi, nutrisi ibu hamil, toksin, zat kimia, kelainan endokrin, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan psikologis ibu.
2) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada
bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan pada jaringan otak.
3) Faktor pascanatal
Faktor yang mempengaruhi adalah gizi, penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,
endokrin, sosioekonomi, stimulasi dan obat-obatan.
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 35-39) ada beberapa tahapan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak, yaitu :
a. Masa pranatal
1) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu.

2) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilansembilan minggu sampai kelahiran pada 9 bulan masa
kehamilan kebutuhan bayi tergantung pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan ibu sangat penting
untuk dijaga.
b. Masa neonatal
Pada tahap ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ-organ tubuh padaa masa ini, reflek-reflek primitif yang bersifat fisiologis
akan muncul, seperti reflek moro, reflek menghisap dan reflek rooting yang akan menghilang
dengan bertambahnyausia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.
Masa bayi
Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
d. Masa balita (1-12 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan pada masa bayi, tetapi
c.

perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan
akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
e. Masa prasekolah(3-5 tahun)
Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini.pertumbuhan fisik juga relatif pelan, naik
turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati).
Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis dan mengenal angka serta
bentuk atau warna benda gelap. Pada tahap ini orang tua mulai mempersiapkan anak untuk
masuk sekolah.
D. Konsep Penyakit Tuberculosis dan Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru
(Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah
penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama
Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2. Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang aerobik dan


tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Judarwanto,
2009).
3. Klasifikasi
TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu :
a.

Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai dari proses
yang disebut droplet nuclei yaitu suatu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau
lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli.
Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar,

keluar fibrin, makrofag ke dalam ruang alveolar.


b. Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa.
4. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang mengandung
Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paruparu, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe
regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek
primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai
terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer
dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan atas. Juga
terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan
penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan

sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TB dan
membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses
dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan
gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang biak ekstra
selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis
atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.
(Setiawati, dkk., 2012).

5. Pathway

6. Manifestasi Klinik
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu :
1) Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas
akut), dapat disertai keringat malam.
2) Malaise
3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to
thrive) dengan adekuat.
4) Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi.
5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu sampai berbulan6)
7)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

bulan)
Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
Haemoptisis
Sejalan dengan perkembangan
Peningkatan frekuensi napas
Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
Bunyi napas hilang dan ronki kasar
Pekak pada saat perkusi
Demam persisten
Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut :
a.

Uji Mantoux atau Tuberkulin


Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat (PPD). Caranya
adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya

dapat dilihat 48 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada
anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan lebih dari 5
mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil
c.

e.

dahak.
Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan
Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis

Pemeriksaan radiologis
1) Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
2) Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar paratrakeal.
3) Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura, konsolidasi, destroyed lung

f.

dan lain-lain.
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :
a. Malnutrisi
b. Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan gastrointestinal.
c. Resistensi banyak obat
d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)
9. Penataaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat harus
disesuaikan dengan berat badan. Menurut Setiawati, dkk. (2012) secara garis besar dapat dibagi
menjadi tata laksana untuk :
1) TB Paru tidak berat
Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti b tuberkulosis (OAT) dengan
jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan
Pyrazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
2) TB paru berat atau TB ekstrapulmonal

Pada TB berat (TB milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau
Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai
dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan
Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada
kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau
tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :
1) Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
a) Dosis terapi

: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

b) Dosis profilaksis

: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

c) Dosis maksimum

: 300 mg/hari

2) Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan


a) Dosis
b) Dosis maksimum

: 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari


: 600 mg/hari

3) Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama


a) Dosis
b) Dosis maksimum

: 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari


: 2 gram/hari

4) Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama


a) Dosis
b) Dosis maksimum

: 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari


: 1250 mg/hari

5) Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama


a) Dosis
b) Dosis maksimum

: 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular


: 1 gram/hari

Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb, endobronkial
Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb. Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari
selama 1-2 bulan
b. Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaa perawatan untuk klien ditujukan agar :
1) Klien dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan secret tanpa bantuan.
2) Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
3) Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
4) Klien dapat beraktivitas secara efektif/

5) Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB


6) Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ lain.
10. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keluarga dilakukan dengan mengidentifikasi data demografi, data sosial
kultural, data lingkngan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping serta perkembangan
keluarga (Mubarak, 2009: 95).
Pengkajian terhadap individu/anak dengan TB paru dapat ditemukan adanya batuk
disertai dahak atau tanpa dahak lebih dari dua minggu, malaise, demam yang ringan, adanya
tanda terkena flu, adanya nyeri dada, dan batuk darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
konsolidasi, terdapat fremitus yang mengeras, perkusi redup, suara napas yang bronkhial dan
atau tanpa ronki, adanya tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada yang
tidak simetris, adanya pergerakan napas yang tertinggal, adanya suara amforik pada daerah
bronkus, adanya ronchi basah dan kering pada sauran napas (Hidayat, 2008: 81).
b. Diagnosa dan intervensi
1) Kerusakan pertukaran gas (Carpenito, 2006: ) yaitu keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang actual (atau dapat

mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan system vaskuler berhubungan dengan :
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
ujuan umum : kerusakan pertukaran gas dapat diatasi
ujuan khusus:
(1) Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
(b) Jelaskan proses terjadinya kerusakan pertukaran gas.
(c) Berikan penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan untuk
mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat untuk
mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(b) Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
(c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kerusakan pertukaran
gas.
(d) Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

(a)
(b)
(c)
(4)
(a)
(b)
(c)
(5)
(a)
(b)
(c)
(d)
2)

Intervensi :
Beri penjelasan bagaimana cara member perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
Jelaskan pentingnya rumah sehat.
Ajarkan memodifikasi rumah sehat.
Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
Jelaskan kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seoptimal mungkin..
Bersihan jalan napas tidak efektif (Nanda, 2009-2011: 356) adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan

napas berhubungan dengan:


a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
ujuan umum : Mempertahankan jalan nafas pasien, dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
ujuan khusus :
(1) Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi:
(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan proses terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif.
(c) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya mengi, ronhi, krekels.
(d) Beri penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam perawatan untuk
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
(2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan yang tepat untuk
mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
(c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah bersihan jalan nafas.
(d) Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.
(3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi:
(a) Beri penjelasan bagaimana cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(b) Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(c) Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
(d) Ajarkan batuk efektif.

(4) Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat.


Intervensi:
(a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi rumah sehat.
(b) Jelaskan pentingnya rumah sehat
(c) Ajarkan memodifikasi rumah sehat.
(d) Pertahankan kelembaban udara inspirasi adekuat.
(5) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
(b) Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(c) Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
(d) Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan seoptimal mungkin.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Wilkinson, 2006: 317)
merupakan keadaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk
a)
b)
c)
d)
e)

(1)
(a)
(b)
(c)
(d)

memenuhi kebutuhan metabolik berhubungan dengan :


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum
: menunjukkan peningkatan berat
badan menuju tujuan yang tepat.
Tujuan Khusus
:
Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian nutrisi yang tepat.
Jelaskan factor-faktor penyebab kebutuhan nutrisi yang kurang.
Jelaskan pentingnya pemberian nutrisi yang tepat
Evaluasi kemampuan untuk memproses dan menyiapkan makanan, keuangan, transportasi,

mobilitas, dan keterampilan manual.


(2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan dalam membuat keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat
(b) Jelaskan pentingnya pengambilan keputusan tentang pemberian nutrisi yang tepat.
(c) Ajarkan keluarga untuk membuat keputusan dalam pemberian nutrisi yang tepat.
(d) Negosiasikan dengan keluarga tujuan masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan
kecil.
(3) Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Intervensi :
(a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian perawatan pada anggota keluarga dengan
gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
(b) Anjurkan untuk menghidangkan makanan hangat dan sesuai selera.
(c) Bantu dalam menentukan nutrisi yang tepat
(d) Aajarkan keluarga dalam memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

(4) Keluarga mampu mempertahankan rumah yang sehat


Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah yang sehat.
(b) Jelaskan tentang manfaat rumah yang sehat.
(c) Bantu dalam memodifikasi rumah yang sehat
(5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi :
(a) Jelaskan tentang kegunaan fasilitas kesehatan
(b) Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada
(c) Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada
(d) Anjurkan untuk timbang berat badan setiap hari ditempat pelayanan kesehatan yang terdekat.
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain (Carpenito, 2006 : 244) yaitu keadaan dimana
seorang individu beresiko menyebarkan agens-agens pathogen atau oportunistik kepada orang
a)
b)
c)
d)
e)

(1)
(a)
(b)
(c)
(d)
(2)
(a)
(b)

lain berhubungan dengan :


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum
: keluarga mampu mencegah penyebaran
infeksi pada orang lain.
Tujuan Khusus
:
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyebaran infeksi TB pada orang lain.
Jelaskan factor resiko yang terkait infeksi
Jelaskan cara penularan TB terhadap orang lain.
Berikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit TB.
Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat keputusan
Jelaskan tentang resiko jika tidak mengambil tindakan secepatnya untuk mencegah penyebaran

infeksi.
(c) Jelaskan resiko jika tidak membuat keputusan yang sesuai dalam mengenal penyebaran infeksi
(d) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penyebaran infeksi.
(3) Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a) Kaji tingkat pengetauan keluarga tentang terjadinya penyebaran infeksi
(b) Jelaskan cara mencegah penyebaran infeksi
(4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
Intervensi :
(a) Jelaskan tentang pentingnya rumah sehat agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
(b) Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah sehat.
(c) Anjurkan agar rumah selalu bersih
(d) Ajarkan tentang modifiksi rumah yang sehat

(5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.


Intervensi :
(a) Anjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
(b) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
(c) Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan
5) Kurang pengetahuan (NANDA, 2009-2011: 2006) adalah ketiadaan atau defisiensi informasi
a)
b)
c)
d)
e)

kognitif yang berhubungan dengan topic tertentu berhubungan dengan :


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan Umum

: keluarga mampu melakukan upaya

pencegahan TB paru
Tujuan khusus

(1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan


Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru.
(b) Jalaskan kepada keluarga tentang penyakit TB paru
(c) Jalaskan kepada keluarga tentang proses terjadinya TB paru dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
(d) Jelaskan cara mencegah penyakit TB paru
(e) Jelaskan cara mencegah serangan ulang TB paru
(2) Keluarga mampu membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Intervensi :
(a) Diskusikan tentang tindakan alternative yang ada untuk mencegah penyakit atau serangan ulang.
(b) Bantu keluarga dalam mengambil tindakan yang tepat.
(c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat
(3) Keluarga mampu member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Intervensi :
(a) Kaji tingkat kemampuan keluarga dalam member perawatan pada keluarga yang mengalami TB
paru.
(b) Jelaskan pada keluarga mengenai cara perawatan penyakit TB paru
(c) Bantu keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit TB paru

(d) Anjurkan kepada keluarga supaya pasien dapat beristirahat yang cukup.
(4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan
(b) Jelaskan pada keluarga cara menat a lingkungan yang sehat
(c) Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat
(d) Jelaskan pentingnya rumah yang sehat
(e) Bantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan
(5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara memanfaatkan fasiitas kesehatan
(b) Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
(c) Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
(d) Anjurkan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
(e) Jelaskan kerugian jika tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai