PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Integumen (kulit) adalah massa jaringan terbesar di tubuh. Kulit bekerja
melindungi dan menginsulasi sturktur-struktur di bawahnya dan berfungdi
sebagai cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita
alami, dan berdampak pada penghargaan orang lain merespon kita. Selama
hidup kulit dapat teriris, tergigit, mengalami iritasi, terbakar, atau terinfeksi.
Kulit memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
(Elizabeth, 2009)
Dari berbagai macam penyakit kulit sebagian besar disebabkan karena
terinfeksi, baik terinfeksi bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit kulit yang
disebabkan bakteri antara lain, impetigo, selulitis, folikulitis, furunkel, dan
karbunkel. Bakterinya adalah Staphylococcus Aureus dan Streptococcus.
Impetigo adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
streptococcus dan staphylococcus, penyakit ini sangat menular dari manusia
satu ke manusia lainnya melalui kontak, terutama anak-anak. Suhu yang
panas, lembab, dan hygiene kurang baik merupakan factor predisposisi
infeksi tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum : untuk menyelesaikan tugas KMB III system integument.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi pengertian impetigo, selulitis, folikulitis, furunkel, dan
karbunkel.
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis selulitis, folikulitis, furunkel,
dan karbunkel.
3. Menjelaskan penatalaksanaan
selulitis,
folikulitis,
furunkel,
dan
karbunkel.
4. Menjelaskan patofisiologis dari infeksi bakteri pada integument.
5. Mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan infeksi bacterial
pada integument.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Infeksi kulit primer
berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini
disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi
akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrubsi
keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. Pada kedua keadaan ini
beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya staphylococcus
aureus atau streptokokus group A. (Brunner & Suddarth, 2001)
Infeksi bakteri kulit primer yang paling sering ditemukan adalah
impetigo dan selulitis. Folikulitis dapat berlanjut menjadi furunkel atau
karbunkel. (Brunner & Suddarth, 2001)
A. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh
staphylococcus, streptococcus, atau lebih dari satu jenis bakteri.
Daerah-daerah tubuh, wajah, tangan, leher, dan ektremitas yang
trebuka merupakan bagian yang paling sering terkena. Impetigo
merupakan penyakit menular dan dapat menyebar kebagian kulit pasien
yang lain atau ke anggota keluarga yang menyentuh pasien atau memakai
handuk atau sisir yang tercemar oleh eksudat lesi.
Meskipun impetigo dijumpai pada segala usia, namun penyakit ini
terutama ditemukan diantara anak-anak yang hidup dalam kondisi
hygiene yang buruk. (Brunner & Suddarth, 2001)
B. Selulitis
Selulitis adalah infeksi streptococcus yang ditandai oleh daerah
eritema yang luas, demam, dan limfangitis. (Sylvia, 2005). Selulitis
merupakan infeksi lapisan dermis atau subkutis oleh bakteri selulitis
biasanya terjadi setelah luka, gigitan dikulit atau karbunkel atau furunkel
yang tidak teratasi. (Elizabeth, 2009).
C. Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel
Folikulitis merupakan infeksi staphylococcus yang timbul dalam
folikel rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Papula atau
kustula yang tunggal atau multiple muncul didekat folikel rambut.
Folikulitis sering terlihat di daerah dagu pada laki-laki yang mencukur
janggutnya dan pada tungkai wanita. Daerah lainnya dalah aksila, batang
tubuh, dan bokong.
KMB III SISTEM INTEGUMEN
Bakteri Streptococcus
Bakteri Staphylococcus
A. Impetigo
Infeksi superfisial yang menular yang mempunyai dua bentuk
klinis,yaitu nonbulosa dan bolusa. Impetigo disebabkan oleh Streptokokus
dan S. Aureus.
Manifestasi Klinis
Manifestasinya berupa lesi yang dapat timbul dimana saja. Pada
impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil, kemudian pecah
dengan memperluas daerah eksudasi dan terbentuk krusta yang akan
lepas dan meninggalkan daerah kemerahan. Sedangkan pada impetigo
bulosa timbul lepuhan lepuhan besar dan superfisial. Ketika lepuhan
besar tersebut pecah akan terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan
stratum korneum pada bagian tepi lesi akan mengelupas kembali.
(Kowalak, 2003)
Gambar Impetigo
B. Selulitis
Infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada orang orang
normal biasanya disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes. Erisepelas
adalah istilah yang digunakan untuk selulitis superfisial dimana tepinya
berbatas tegas. Pada orang dengan penurunan imunitas berbagai bakteri
mungkin dapat menyebabkan selulitis. Pintu masuk penyebab selulitis
dapat berupa luka lecet ringan, ulkus pada tungkai, atau bahkan retakan
pada tinea pedis. (Kowalak, 2003)
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang ditimbulkan berupa kemerahan, terasa panas, dan
bengkak, serta terjadi pelepuhan pelepuhan dan daerah nekrosis.
Klien menjadi demam, merasa tidak enak badan, terjadi kekakuan,
dari
folikel
rambut
oleh
Gambar Folikulitis
Furunkel
Gambar Furunkel
Karbunkel
Infeksi yang dalam oleh S. Aureus pada sekelompok folikel rambut
yang berdekatan. Manifestasi awal yang muncul adalah lesi berbentuk
kubah yang lunak serta kemerahan, setelah beberapa hari terjadi
supurasi dan nanah keluar dari muara- muara folikel. (Kowalak, 2003)
Gambar Karbunkel
2.3 Patofisiologis
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang
jumlahnnya mencapai 100.000 organisme/ml eksudat, atau per gram jaringan,
KMB III SISTEM INTEGUMEN
atau mm2 daerah permukaan. Itu kemudian ditunjang dengan lingkungan yang
rentan terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan
protein, dan darah. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi.
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan
senyawa berikut :
1. Enzim : hemolisin, streptokinase, hialuronidase
2. Eksotoksin : tetanus, difteri yang dilepaskan bakteri gram positif
3. Endotoksin : lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dalam dinding sel saat
kematian bakteri
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor
(kemerahan), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas).
Setelah itu reaksi inflamasinya menetap, sedangkan infeksinya menghilang.
Infeksi kemudian menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.
2.
3.
4.
kekebalan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan baik,
akan muncul jaringan granulasi, fibrosis, jaringan parut. Namun jika tidak
ditangani secara baik, akan menyebabkan infeksi kronis, yakni menetapnya
organisme pada jaringan yang menyebabkan respon inflamasi kronis (pierce
& borley, 2007)
2.4 Penatalaksanaan
A. Impetigo
Terapi antibiotic sistemik merupakan terapi yang lazim dilakukan.
Terapi ini akan mengurangi penyebaran yang bersifat menular, mengatasi
infeksi yang dalam dan mencegah glomerulonephritis akut (infeksi ginjal)
yang dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit kulit streptokokus. Pada
impetigo bulosa, benzatin penisilin atau penisilin oran dapat diresepkan.
Impetigo bulosa diobati dengan preparat penisilin yang resisten terhadap
penisilinase (kloksasilin, dikloksasilin).
Terapi antibakteri tropical (misalnya, mupirocin) dapat diresepkan
kalau penyakit tersebut terbatas hanya pada suatu daerah yang kecil.
KMB III SISTEM INTEGUMEN
(hibiclens),
dapat
digunakan
(betadine)
membersihkan
atau
kulit,
Jika infeksi tidak terlalu parah, bisa rawat jalan saja. Dokter
akan memberikan resep untuk antibiotic yang dapat diminum sekitar
satu minggu sampai 10 hari. Jangan menghentikan obat begitu saja,
tanpa petunjuk dari dokter.
Antibiotic akan diberikan
secara
suntikan
ke
otot
serta
mempercepat
penyembuhan
furunkel
dan
10
bakteri
Riwayat psikososial
Perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya
serta
tanggapan
keluarga
terhadap
penyakit
penderita.
b) Pemeriksaan Fisik Integumen
Warna
Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal,
lesi menyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan
berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari
kebanyakan lesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi
11
ditemukan
hipertermi.
Turgor
Turgor adalah elastisitas kulit. Pengkajian fisik bisa dilihat
dengan cara mencubit kulit, berapa lama kulit dan jaringan
dibawahnya kembali ke bentuk semula. Angka normal turgor < 3
detik.
Texture
Texture bisa dilihat dengan menekankan ibu jari secara lembut ke
daerah kulit. Normal terasa halus, lembut dan kenyal. Abnormal
drainase.
Edema
Edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada jaringan.
Pemeriksaan pitting edema dilakukan pada tibia dan kaki. Yang
12
mobilisasi.
Odor
Odor atau bau ditemui apabila ada bakteri pada kulit, infeksi,
hygine tidak adekuat.
Kuku
Inpeksi : ketebalan, waran, bentuk, tekstur
Palpasi : CRT 3-5 detik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan struktur
lapisan dermis
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
Ditandai dengan :
a. Keluhan nyeri pada pasien
b. Perilaku melindungi/distraksi, gelisah, merintih, focus pada diri
sendiri, nyeri wajah, tegangan otot.
c. Respon otonomik.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang/hilang atau
teradaptasi.
Kriteria Hasil :
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri skala 0-5
2. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri
3. Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol, Pasien
tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
Rasional
13
nyeri,
sedangkan
perhatian
dapat
Pengetahuan
pasien
terhadap
mengurangi
nyeri,
14
Rasional
Peningkatan
suhu
tubuh
yang
berkelanjutan
pada
pasien
akan
klien
terdapat
asupan
dan
pasien.
melalui urine.
15
Rasional
penyembuhan
semakin cepat
proses
informasi
memberikan
dasar
informasi
untuk
intervensi
perawatan
obat
yang
sesuai
dengan dapat
mempercepat
penyembuhan
jaringan
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai macam penyakit kulit sebagian besar disebabkan karena
terinfeksi, baik terinfeksi bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit kulit yang
disebabkan bakteri antara lain, impetigo, selulitis, folikulitis, furunkel, dan
karbunkel. Bakterinya adalah Staphylococcus Aureus dan Streptococcus.
Patofisiologi infeksi bakteri terjadi setelah kulit terpapar bakteri,
timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan),
dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu reaksi inflamasinya menetap,
sedangkan infeksinya menghilang.
17