Anda di halaman 1dari 1

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena

pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya


berorientasi pada tindakan (action-oriented). Tujuan utama gaya komunikasi
yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk
bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan
yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

Gaya komunikasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terhadap
bawahannya selama ini dinilai kurang tepat. Gaya verbal yang mudah marah dan
suka menuding akan membuat bawahannya tidak nyaman bekerja.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/04/27/o6a8b5394analisis-pengamat-komunikasi-politik-tentang-gaya-bicara-ahok

Kembali pada cara berkomunikasinya, dari sudut pandang teori, ada tiga pola perilaku
komunikasi (dikutip dari buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi yang disusun Prof.
Onong Uchjana Effendy M.A.): komunikasi asertif, pasif, dan agresif.
Ringkasnya, asertif merupakan perilaku komunikasi yang tenang, santun, intonasi sedang;
sementara pasif lebih tertutup, menghindari konfrontasi, dengan suara cenderung pelan; dan
komunikasi agresif adalah perilaku dominan, memiliki kecenderungan (ingin) menyerang
sesuatu yang dipandang mengecewakan atau menghambat, dengan nada dan suara keras.
Orang dengan gaya semacam ini juga cenderung menekan dan bukan tipe pendengar yang
baik. Pernyataannya bisa bikin kuping pendengarnya merah, dan berpotensi menghilangkan
kesabaran akibat tersinggung. http://yellowcabin.com/mengamati-gaya-komunikasi-ahok/

Anda mungkin juga menyukai