NPM
: 1115144
Preceptor
PRESENTASI KASUS
Oscar Miguna (NRP : 1115144)
Preseptor : dr. Susana Farah Diba, Sp.A, M.Kes.
1.
KETERANGAN UMUM
Nama
: An. DRK
Jenis Kelamin
: Laki laki
Tanggal Lahir
: 30 Maret 2008
Umur
: 8 tahun 2 bulan
Alamat
: Pintusari RT 3 RW 8 Kel. Banjaran, Bandung
No Rekam Medis
: 01.289.018
Tanggal mulai dirawat: 11 Agustus 2016
Tanggal pemeriksaan
: 11 Agustus 2016
Nama ibu
: Ny.N
Pendidikan ibu
: SMA
Usia ibu
: 33 tahun
Pekerjaan ibu
: Ibu rumah tangga
Nama ayah
: Tn.I
Usia ayah
: 35 tahun
Pendidikan ayah
: SMA
Pekerjaan ayah
: Pekerja Lepasan
Penghasilan keluarga
: Rp 2.000.000,00 / bulan
2. ANAMNESIS
Seorang anak laki-laki 8 tahun 2 bulan, datang ke rumah sakit dengan
keluhan utama bengkak seluruh tubuh.
Heteroanamnesis diperoleh dari ibu kandung pasien
Sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita tampak bengkak
seluruh tubuh, bengkak diawali dari kedua kelopak mata sejak 8 hari sebelum
masuk rumah sakit. Bengkak lebih tampak pada pagi hari saat bangun tidur,
kemudian sejak 5 hari lalu menetap sepanjang hari dan semakin bertambah.
Keluhan bengkak tidak disertai sesak napas, sesak napas saat tidur, penderita masi
dapat tidur dengan 1 bantal dan riwayat terbangun saat malam hari untuk BAK
2
disangkal.
Pasien
tidak
ada
alergi
terhadap
obat-obatan,
menyangkal
sakit serupa disangkal. Sebelum sakit, pasien makan 5x/hari, berisi nasi, daging,
sayur, dan telur. Tidak ada kontak dengan penderita batuk-batuk lama dan
berdarah. Enam hari lalu pasien dirawat di RS Soreang, diberi obat namun tidak
ada perbaikan dan bengkak semakin bertambah.
Susunan keluarga pasien, pasien merupakan anak pertama dari Tn. I dan
Ny. N. Pasien dilahirkan prematur pada usia kehamilan 35 minggu. Persalinan
dilakukan secara spontan dan ditolong oleh dokter. Saat anak lahir, anak menangis
kuat, bergerak aktif dan tidak ada sesak napas. Anak lahir dengan berat badan
lahir 2.200 gram dan panjang badan 40 cm.Pada riwayat perkembangan pasien
sudah bisa berbalik sendiri pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan, berdiri dan
berjalan pada usia 9 bulan dan berbicara pada usia 12 bulan. Pasien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dijadwalkan puskesmas. Pasien tumbuh
kembang dengan sehat diberitahukan oleh puskesmas, berat dan tinggi badan
selalu naik hingga sekarang dan sesuai dengan usianya.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 110 kali permenit, regular,
equal, isi cukup. Respirasi 24 kali per menit, tipe abdominotorakal, suhu tubuh
36,2C. Status antropometri pasien dengan berat badan 24 kg dan panjang badan
115 cm, dengan BMI 18,1 kg/m2. Berdasarkan kurva pertumbuhan WHO untuk
kategori lahir 8 tahun 2 bulan, didapatkan BMI terhadap usia antara 0 sampai +1
SD. Pada pemeriksan fisik ditemukan puffy face, edema palpebra, shifting
dullness, edema pretibial +/+ pitting, edema dorsum pedis +/+ pitting..
Pemeriksaan Penunjang
12 Juni 2016
Kimia Klinik
Nilai Normal
4,20
6-7,8
Ureum (mg/dl)
62,4
20-40
Kreatinin (mg/dl)
0,59
0,8-1,3
401,5
<200
Albumin (g/dl)
2,03
3,5-5,2
Urinalisis Rutin
Nilai Normal
Warna
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Keruh
Jernih
Berat Jenis
1,025
1,015-1,025
pH
6,0
4,8-7,4
Protein
+2
Glukosa
Keton
0,2
<2
Bilirubin
Nitrit
Urobilinogen (mg/dl)
Sedimen
Nilai Normal
Epitel
4-6/LPB
Eritrosit
2-4/LPB
0-2
Leukosit
4-6/LPB
1-4
Bakteri
Kristal
Uric acid +
Silinder hyalin
Lain
III. PEMERIKSAAN FISIK
11 Agustus 2016
Keadaan umum
: Sakit Ringan
Kesadaran
: PGCS 15 (M=6, E=4, V=5)
Tanda Vital
Nadi
: 110 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi
: 24 x/menit, abdominotorakal
Suhu
: 36,2 C (axilar)
Status Antropometri
Berat badan
: 24 kg
Tinggi badan
: 15 cm
BMI
: 18,1 kg/m2
Status pertumbuhan berdasarkan WHO:
BMI terhadap usia 0 sampai +1 SD
Kepala
: Turgor baik
Puffy face +, Moon face Mata
: Edema palpebra +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Pupil isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+
Hidung
: PCH -/-, sekret -/Telinga: Bentuk telinga normal, sekret -/Mulut
: Mukosa mulut & lidah basah, tonsil T1/T1, pharing anemis
-/-Leher
Thorax
Inspeksi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Cembung
: Bising usus (+) normal
: Shifting dullness +, nyeri ketok CVA -/: Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ginjal tidak teraba
Genital
Ekstremitas
Lesi
Minimal
Hipoalbuminemia
Hiperkolestrolemia + ISK
V.
RENCANA PEMERIKSAAN
VI.
Darah tepi : Hb, Leukosit, Hitung jenis leukosit, Trombosit, Ht, LED
Biakan urin steril
USG ginjal dan saluran kemih
PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Diet rendah lemak
Diet garam 1 g/hari
Hitung Input-Output 24 jam
Prednison 48 mg/ hari setelah makan pagi P.O
Cefixime tablet 2 x 100 mg PO sesudah makan
VII. PEMANTAUAN
Tanggal 12 Agustus 2016, hari rawat ke-2, hari pemantauan ke-1
Subjektif (S): Bengkak pada seluruh tubuh masi menetap, namun bengkak pada
kedua tungkai tampak berkurang. Tidak terdapat demam, sesak napas, mual,
muntah dan nyeri perut. Banyak BAK sudah bertambah, berwarna kuning dan
tetap keruh. BAB tidak ada keluhan
Objektif (O) : Kesadaran compos mentis, pasien tampak sakit ringan. TTV: N:
108 x/ menit reguler, equal, isi cukup; P: 22 x/ menit, S: 36,4 oC. Puffy face +,
Edema palpebra +, Moon face -, Turgor baik, Palpebra tidak cekung, Konjunctiva
anemis -/-, Paru VBS kanan=kiri, rhonchi -/-, Shifting dullness +, Hepar & Lien
tidak teraba, Edema pretibial +/+ pitting tampak berkurang, Edema dorsum pedis
+/+ pitting, Input : 650 cc/24 jam, Output : 590 cc/24 jam
Assesment (A): Sindrom Nefrotik + Hipoalbuminemia + Hiperkolestrolemia +
ISK
Plan (P):
Subjektif (S): Bengkak pada seluruh tubuh mulai berkurang. Bengkak pada
tungkai masi seperti kemarin. Tidak terdapat demam, sesak napas, mual, muntah
dan nyeri perut. Banyak BAK bertambah banyak, berwarna kuning dan lebih
jernih. BAB tidak ada keluhan.
Objektif (O) : Kesadaran compos mentis, pasien tampak sakit ringan. TTV: N:
112 x/ menit reguler, equal, isi cukup; P: 24 x/ menit, S: 36,3 oC. Puffy face +,
Edema palpebra +, Moon face -, Turgor baik, Palpebra tidak cekung, Konjunctiva
anemis -/-, Paru VBS kanan=kiri, rhonchi -/-, Shifting dullness +, Hepar & Lien
tidak teraba, Edema pretibial +/+ pitting tampak berkurang, Edema dorsum pedis
+/+ pitting tampak berkurang. Input : 680 cc/24 jam, Output : 700 cc/24 jam
Assesment (A): Sindrom Nefrotik + Hipoalbuminemia + Hiperkolestrolemia +
ISK
Plan (P):
Subjektif (S): Bengkak pada seluruh tubuh berkurang, bengkak pada kedua
tungkai berkurang. Tidak terdapat demam, sesak napas, mual, muntah dan nyeri
perut. Banyak BAK menetap seperti kemarin, berwarna kuning dan jernih. BAB
tidak ada keluhan
Objektif (O) : Kesadaran compos mentis, pasien tampak sakit ringan. TTV: N:
110 x/ menit reguler, equal, isi cukup; P: 20 x/ menit, S: 36,3 oC. Puffy face +,
Edema palpebra + tampak berkurang, Moon face -, Turgor baik, Palpebra tidak
cekung, Konjunctiva anemis -/-, Paru VBS kanan=kiri, rhonchi -/-, Hepar & Lien
tidak teraba, Shifting dullness +, Edema pretibial +/+ pitting tampak berkurang,
Edema dorsum pedis -/-. Input : 600 cc/24 jam, Output : 700 cc/24 jam
Assesment (A): Sindrom Nefrotik + Hipoalbuminemia + Hiperkolestrolemia +
ISK
Plan (P):
IX.
X.
: Ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Pada paper ini, pembahasan difokuskan pada Nefrotik Sindrom tipe
(5)
Sindrom nefrotik terutama terjadi pada anak-anak dan 15 kali lebih sering
pada anak-anak dibandingkan dewasa. Insidensinya di dunia adalah 2-3
kasus/100.000 anak/tahun.(3) Di Indonesia sendiri diperkirakan 6 kasus/100.000
anak/tahun pada anak <14 tahun.(1)
Etiologi
90% anak dengan sindrom nefrotik bersifat idiopathic, sedangkan 10% sisanya
adalah sindrom nefrotik sekunder akibat penyakit sistemik seperti Systemic Lupus
Erythematosus, Henoch-Schonlein Purpura, infeksi (malaria, HIV, hepatitis) dan
penyakit glomerulus. Sindrom nefrotik idiopathic sendiri 85% nya adalah Lesi
Minimal yang berespon baik terhadap pemberian steroid, 5% nya adalah
proliferasi
mesangial,
dan
sisa
10%
nya
adalah
focal
segmental
(1)
, yang umumnya muncul pada usia 2-6 tahun. (4) 85-90% pasien
dibawah 6 tahun yang terkena SN memiliki tipe Lesi Minimal, sedangnya pada
remaja hanya 20-30% yang bertipe Lesi Minimal. Pada orang dewasa umumnya
bertipe FSGS. (3)
10
Patomekanisme
11
Hipotesis Underfill
12
mulai menurun
Volume intravaskular normal atau bahkan meningkat pada
kebanyakan pasien sindrom nefrotik
Patologi Penyakit
Pada Sindrom Nefrotik Idiopatik tipe Lesi Minimal, glomeruli tampak
normal namun beberapa memperlihatkan peningkatan minimal pada sel mesangial
dan matriks disertai kehilangan prosesus kaki sel epitel pada mikroskop elektron.
13
14
gram.
(1) (5)
, namun
tahun
Terdapat hematuria nyata, hematuria mikroskopik persisten, atau
iii.
iv.
v.
Remisi
diuresis
dan
protein
urin
negatif/trace
setelah respons awal atau >=4x dalam periode 1 tahun (3) (5)
15
(proteinuria
Terapi
Anak dengan episode pertama Sindrom Nefrotik dan bergejala edema
ringan-sedang dapat diobati sebagai outpatients. Pengobatan harus disertai
pengertian keluarga mengenai penyakitnya. Orang tua harus dilatih agar dapat
mengenali tanda dan gejala dari komplikasi dari penyakit dan pengobatannya serta
cara melihat hasil pemeriksaan Dipstick.
(3)
(5)
Pada SN relaps,
perawatan di rumah sakit hanya dilakukan bila terdapat edema anasarka berat atau
disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal ginjal, atau syok. Tirah baring
tidak perlu dipaksakan, bila edema tidak berat, anak boleh sekolah.
Terapi Steroid
Anak dengan Sindrom Nefrotik tanpa komplikasi berusia 1-8 tahun
seringnya adalah Sindrom Nefrotik Lesi Minimal yang responsif terhadap terapi
steroid dan dapat segera memulai terapi steroid tanpa didahului biopsi ginjal.
Anak dengan gejala gross hematuria, tekanan darah tinggi, insufisiensi renal,
hipokomplemenemia dan berusia <1 tahun / >8 tahun dapat dipertimbangkan
dahulu untuk dilakukan biopsi ginjal sebelum pengobatan. (3) (4)
Pada anak yang diperkirakan Sindrom Nefrotik Lesi Minimal, prednison
diberikan setelah konfirmasi tes PPD negatif dan sudah diberikan vaksin
pneumococcal polyvalent, dengan dosis 60 mg/m2/hari (setara dengan 2mg/kgBB)
dan dosis maksimal 80 mg/hari dalam terbagi 3 dosis menurut buku Pedoman
16
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehetan Anak atau dalam dosis tunggal menurut
Nelson Textbook of Pediatrics selama 4-6 minggu. Dosis prednison dihitung
sesuai dengan berat badan ideal.(5) Terapi awal/initial selama 6 minggu
menurunkan kemungkinan relaps secara signifikan. 80-90% anak merespon
terhadap terapi steroid dengan terjadinya remisi klinis (diuresis dan protein urin
trace/negatif selama 3 hari berturut-turut) dalam 3 minggu maksimal 5 minggu
setelah diberikannya terapi. (1) (3) (5)
Setelah 6 minggu terapi awal/initial, lakukan tappered prednisone menjadi
40 mg/m2/hari selang sehari (alternate day) selama sedikitnya 4 minggu,
kemudian secara perlahan dosis diturunkan kembali dan dihentikan dalam jangka
waktu 1-2 bulan. Selama pemberian prednisone, efek samping dari kelebihan
steroid dalam tubuh harus selalu diperiksa. (1) (3) (5)
Anak dengan edema berat bergejala seperti efusi pleura berat, ascites atau
edema genital berat harus dilakukan rawat inap. Terjadinya restriksi natrium
menyebabkan penimbunan cairan dalam tubuh sehingga diperlukan restriksi
cairan apalagi jika terbukti terdapatnya hiponatremia. Edema genital pada skrotum
dapat dikurangi dengan menyangga bantal dibawah pantat. Pada kasus edemaa
berat, diuresis dapat diberikan untuk mengaugmentasi pengobatan, namun harus
hati-hati terhadap deplesi volume intravaskular dan peningkatan risiko trombosis
intravaskular yang dapat terjadi. Diet rendah garam juga dilakukan sampai
terjadinya remisi. (3)
Bila pasien datang dengan edema anasarca yang signifikan dan disertai
bukti deplesi volume intravaskuler (hemokonsentrasi), pemberian infus albumin
25% dengan dosis 0,5 1 g albumin/kgBB dalam tetesan lambat selama 2-4
(5)
17
Terapi Alternatif
Nefrotik Sindrom Resisten Steroid, steroid dependent, frequent relapsers,
dan muncul gejala toksik dari steroid merupakan kandidat diberikannya terapi
alternatif. Cyclophosphamide memperpanjang durasi remisi dan mengurangi
angka relaps pada anak dengan steroid dependent dan frequent relapsers.
Perhatikan efek samping berupa neutropenia, varicella disseminata, cystitis
hemorrhagic, alopecia dan steril yang dapat terjadi. Cyclophosphamide yang
diberikan berdosis 2mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal selama 8-12 minggu.
Alternate day steroid tetap dilanjutkan selama pemberian Cyclophophamide.
Selama pemberian Cycplophosphamide, setiap minggu harus dilakukan hitung
leukosit, jika leukosit <5000/mm3, pemberian harus ditunda. (3)
Cyclosporine atau Tacrolimus juga efektif dalam menginduksi dan
mempertahakan remisi pada Sindrom Nefrotik steroid resistant juga efekti sebagai
agen pengganti steroid. Perhatikan efek samping berupa tekanan darah tinggi,
nefrotoksik, hirsutism, dan hiperplasia gusi. Mycophenolate, Levamisole dan
kombinasi Klorambusil (0,2 mg/kgBB/hari selama 8-12 minggu) dengan steroid
juga dapat digunakan sebagai terapi alternatif. Anak-anak yang responsif terhadap
18
Dietetik
Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena
akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme
protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi
diet rendah protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan
menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diet
protein normal sesuai dengan recommended daily allowances yaitu 1,5-2
g/kgBB/hari. Diet rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama anak
menderita edema. Pada SN sensitif steroid, hiperlipidemia bersifat
sementara dan tidak memberikan implikasi jangka panjang, maka cukup
diuretic
seperti
furosemid
1-3
mg/kgBB/hari,
bila
(3) (5)
perlu
Sebelum
19
(edema
refrakter),
biasanya
terjadi
karena
hipovolemia
(5)
atau
Imunisasi
20
(5)
(3)
Komplikasi
1. Infeksi (paling sering terjadi) karena hilangnya properdin faktor B dan
immunoglobulin melalui urin, terapi supresi imun yang diberikan, malnutrisi
(akibat edema usus), dan edema/ascites yang berperan baik sebagai media
kultur. Infeksi yang dapat terjadi berupa Peritonitis Primer, sepsis, pneumonia,
selulitis dan UTI. Infeksi dapat dicegah dengan pemberian vaksin
pneumococcal, varicella-zooster Ig, dan influenza. (2) (3) (4) (5)
Bila terjadi peritonitis primer, perlu diberikan pengobatan penisilin parenteral
dikombinasi dengan sefalosporin generasi ketiga yaitu Cefotaxime atau
Ceftriaxone selama 10-14 hari. (5)
21
(2)
nafsu
makan,
gangguan
22
dan SN
dengan tipe selain Lesi Minimal memiliki prognosis buruk karena akan berjalan
menjadi Penyakit Ginjal Kronis. (3) (4)
Rumus Luas Permukaan Tubuh
Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh merupakan
perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang menggunakan rumus penghitungan
dengan menggunakan umur saja, atau dengan berat badan saja, perhitungan dosis
BSA/LBP ini yang sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik/anakanak. Rumus perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du Bois and
Du Bois atau dapat menggunakan Formula Mosteller.
Rumus :
23
sclerosis ginjal, hipertensi, dan CKD. Salah yang sulit adalah jika menemui kasus
ISK non spesifik karena memiliki gejala yang tidak jelas, ada sebagian kecil (1020%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia. (6)
Diagnosis
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan urin. Demam
merupakan gejala dan tanda klinik yang sering dan kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala ISK pada anak. (6)
Pemeriksaan urinalisis dan biakan urin adalah prosedur yang terpenting.
Oleh sebab itu kualitas pemeriksaan urin memegang peran utama untuk
menegakkan diagnosis. (6)
Pada pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase,
protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya
bakteriuria, tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Leukosituria
biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK
simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria
juga dapat terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril perlu
dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan
Ureaplasma urealitikum.
Pemeriksaan dengan stik urin dapat mendeteksi adanya leukosit esterase,
enzim yang terdapat di dalam leukosit neutrofil, yang menggambarkan banyaknya
leukosit dalam urin. Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap
bakteri dalam urin. Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi
dapat ditemukan jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar
kuman gram negatif dan beberapa kuman gram positif dapat mengubah nitrat
menjadi nitrit, sehingga uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin. Urin
dengan berat jenis yang tinggi menurunkan sensitivitas uji nitrit. (6)
Hematuria kadang-kadang dapat menyertai ISK, tetapi tidak dipakai
sebagai indikator diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang rendah dalam diagnosis ISK. Pemeriksaan lain yang dapat
dipakai adalah Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan rasio
uNGAL dengan kreatinin urin >30 ng/mg. (6)
25
tanda klinik. Jika sulit digolongkan maka disebut dengan ISK non spesifik.
ISK simpleks (uncomplicated UTI) dan ISK kompleks (complicated UTI)
ISK kompleks adalah yang disertai kelainan anatomik dan atau fungsional
Tata Laksana
1. Eradikasi infeksi akut
Jika seorang anak dicurigai ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan
yang paling sesuai sambil menunggu hasil biakan urin, terapi lanjutannya
disesuaikan dengan biakan urin. Umumnya hasil pengobatan sudah
tampak dalam 48-72 jam. Bila dalam waktu tersebut respon klinik belum
terlihat kemungkinan antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin
yang dihadapi adalah ISK kompleks, sehingga antibiotik dapat diganti.
Selain pemberian antibiotik, dianjurkan untuk meningkatkan asupan
cairan.
Rekomendasi NICE untuk penanganan ISK fase akut :
a. Bayi <3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke
dokter spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik
parenteral.
b. Bayi >= 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas :
i. Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak
ii. Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik
yang resistensinya masi rendah berdasarkan pola resistensi
kuman, seperti Sefalosporin atau ko-amoksiklav.
iii. Jika antibiotik per oral tidak tidak dapat digunakan, terapi
dengan antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau
seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan dengan antibiotik
per oral hingga total lama pemberian 10 hari
27
-TMP SMX
-Sulfisoksazol
Sefalosporin
-Sefiksim
-Sefpodiksim
-Sefprozil
-Sefaleksin
-Lorakarbef
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan
saluran kemih
3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang
Deteksi ISK berulang dilakukan dengan biakan urin berkala, misalnya
setiap bulan, kemudian dilanjutkn setiap 3 bulan.
Indikasi rawat menurut Konsensus IDAI
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Azhali, MS., Garna, Herry., Chaerulfatah, Alex., Setiabudi, Djatnika.
2014. Infeksi Penyakit Tropik. Dalam : Garna, Herry., Nataprawira, Heda
Melinda. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bandung:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
2. Cohen P, Lippold C, Talavera F, Lederer E. Nephrotic Syndrome.
Medscape.
3. McLean, Heather S., & Price, David T. 2016. In: Kliegman, Robert M. et
al. 2016. Nelson Textbook of Pediatrics Edition 20th.
Philadelphia:Elsevier
4. Ozkaya N, Cakar N, Ekim M, Kara N, Akkok N, Yalcinkaya F.
Primary nephrotic syndrome during childhood in Turkey. Pediatr Int. 2004
Aug. 46(4):436-8.
5. Rauf S, Albar H, Aras J. 2012. Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik Pada Anak Edisi Kedua. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
6. Pardede S, Tambunan T, Alatas H, Trihono P, Hidayati E. 2011. Konsensus
Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia.
29